Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
2.1.1 Pengertian diare
Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan diare sebagai
kejadian buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya,
dengan frekuensi kali atau lebih selama 1 hari atau lebih. Definisi ini
lebih menekankan pada konsistensi tinja daripada frekuensinya. Jika
frekuensi BAB meningkat namun konsistensi tinja padat, maka tidak
disebut sebagai diare (WHO, 2014). Sedangkan menurut Kemenkes
(2011), Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar
dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu
hari. Diare didefinisikan sebagai suatu keadaan bertambahnya
frekuensi dan keenceran buang air besar, frekuensi buang air besar
yang dianggap normal adalah 1-3 kali per hari dan banyaknya 200-250
gram sehari, jika melebihi jumlah tersebut, maka seseorang sudah
dapat dikatakan mengalami diare (Fredy, 2013)
Berdasarkan beberapa pengertian diare di atas maka dapat disimpulkan
pengertian diare adalah bertambahnya frekuensi buang air besar
menjadi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi feses
menjadi cair.
2.1.2 Penyebab diare
Menurut Kemenkes (2011), secara klinis penyebab diare dapat
dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh
bakteri, virus atau invasi parasit), malabsorpsi alergi, keracunan,
imunodefisiensi dan sebab sebab lainnya. Penyebab yang sering
ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang
disebabkan infeksi dan keracunan.
13
E.coli, Shigella,
Gangguan sekretorik/sekresi
Akibat rangsangan toksin/rangsangan tertentu pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke
dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
14
2.1.3.2
Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan osmotik dalam rongga usus
meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolitke
dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
2.1.3.3
akan
mengakibatkan
berkurangnya
15
Weizman
(2008),
diagnosis
ditegakkan
berdasarkan
16
diperiksa
clostridium difficile.
tinja
untuk
pengukuran
toksin
17
Prevention)
yang
meliputi
promosi
kesehatan
dan
pengendalian
serangga/lalat
dan
tempat
18
b. Pencegahan khusus
1) Menggunakan air bersih yang cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan
melalui Facal-Oral kuman tersebut dapat ditularkan bila
masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman atau
benda yang tercemar dengan tinja. Masyarakat yang
terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih
mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding
dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.
Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan
diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan
melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari
sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
2) Mencuci tangan
Kebiasaan
yang berhubungan
dengan
kebersihan
yang
tidak
mempunyai
jamban
harus
19
tanah
dan
menimbulkan
gangguan
pengelolaan
sampah
sangat
penting,
untuk
sumber
penularan
penyakit.
Sarana
20
mental
penderita
dengan
tetap
memberikan
2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare akut menurut WHO (2014) terdiri dari:
2.1.8.1 ORS (Oral Rehidration Solution)
Terapi terbaik pada pasien diare yang mengalami dehidrasi
adalah ORS, misalnya oralit osmolaritas rendah. Cairan
diberikan 50 200 ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan
status hidrasi. Bila dehidrasi sedang atau berat sebaiknya
diberikan cairan intravena atau infus. Sedangkan dehidrasi
ringan/sedang
diberikan
cairan
per
oral
atau
selang
21
22
Menteri
Kesehatan
Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002
Republik
tentang
Indonesia
persyaratan
fisik,
persyaratan
kimiawi,
persyaratan
23
a. Persyaratan Fisik
Persyaratan fisik yang harus dipenuhi pada air minum
yaitu harus jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak
berwarna. Sementara suhunya sebaiknya sejuk dan tidak
panas. Selain itu, air minum tidak menimbulkan endapan.
Jika air yang kita konsumsi menyimpang dari hal ini, maka
sangat mungkin air telah tercemar.
b. Persyaratan Kimia
Dari aspek kimiawi, bahan air minum tidak boleh
mengandung partikel terlarut dalam jumlah tinggi serta
logam berat (misalnya Hg, Ni, Pb, Zn,dan Ag) ataupun zat
beracun seperti senyawa hidrokarbon dan detergen. Ion
logam berat dapat mendenaturasi protein, disamping itu
logam berat dapat bereaksi dengan gugus fungsi lainnya
dalam biomolekul. Karena sebagian akan tertimbun di
berbagai organ terutama saluran cerna, hati dan ginjal,
maka organ-organ inilah yang terutama dirusak
c. Persyaratan Mikrobiologis
Bakteri patogen yang tercantum dalam Kepmenkes yaitu
Escherichia Colli, Clostridium Perfringens, Salmonella.
Bakteri patogen tersebut dapat membentuk toksin (racun)
setelah periode laten yang singkat yaitu beberapa jam.
Keberadaan bakteri Coliform (E.Coli tergolong jenis
bakteri ini) yang banyak ditemui di kotoran manusia dan
hewan menunjukkan kualitas sanitasi yang rendah dalam
proses pengadaan air. Makin tinggi tingkat kontaminasi
bakteri coliform, makin tinggi pula risiko kehadiran
bakteri patogen, seperti bakteri Shigella (penyebab
muntaber), S. Typhii (penyebab Typhus), Kolera, dan
Disentri.
24
2.2.1.2
adanya
mikroorganisme,
rasa
dan
meningkatnya
bau
pada
radio
air,
adanya
aktifivitas
pada
25
ujung
jari
secara
bergantian
mengatupkan
e. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
dengan
26
27
2.2.2.3
harus
dan
memenuhi
persyaratan
pencegahan
28
maupun
kecelakaan,
antara
lain
ventilasi,
29
menimbang
balita
dengan
kejadian
diare.
Penelitian
30
FAKTOR
PENGGUNAAN AIR
BERSIH
LINGKUNGAN TEMPAT
TINGGAL
KEJADIAN DIARE
PRILAKU MENCUCI
TANGAN