Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PSIKOLOGI ANAK
MASA KANAK-KANAK AWAL
Di susun oleh :
Anas seprilita purwati
Anggi Untami N
Annisa syahpuri
Decky Haswinatra
Della Normalita
Dessy Eliyani
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa kanak-kanak awal atau bisa disebut juga masa prasekolah merupakan fase
perkembangan individu sekitar 2-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran
tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam buwang air
dan mengenal beberapa hal yang di anggap berbahaya atau mencelakakan dirinya.
Memberikan gambaran singkat tentang perkembangan fisik, motorik, bicara, emosi,
sosial, dan bermain pada awal masa kanak-kanak dan membandingkan
perkembangan bidang-bidang ini dengan perkembangan yang berkembang pada
masa bayi.
B.
Rumusan Masalah
1)
2)
C.
Tujuan Masalah
1)
2)
3)
BAB II
PEMBAHASAN
A.
-
Sebagian besar orang tua mengganggap awal masa kanak-kanak sebagai usia
yang mengundang masalah atau usia sulit. Alasan mengapa masalah perilaku lebih
sering terjadi di awal masa kanak-kanak ialah karena anak-anak sedang dalam
Salah satu sebutan yang banyak digunakan adalah usia kelompok, masa dimana
anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi
kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada
waktu mereka masuk kelas satu.
Karena perkembangan utama yang terjadi selama awal masa kanak-kanak berkisar
di seputar penguasaan dan pengendalian lingkungan, banyak ahli psikologi
melabelkan awal masa kanak-kanak sebagai usia menjelajah, sebuah label yang
menunjukkan bahwa anak-anak ingin mengetahui keadaan lingkungannya,
bagaimana mekanismenya, bagaimana perasaannya dan bagaimana ia dapat
menjadi bagian dari lingkungan. Salah satu cara yang umum dalam menjelajahi
lingkungan adalah dengan bertanya : jadi periode ini sering disebut usia bertanya.
Yang paling menonjol dalam periode ini adalah meniru pembicaraan dan tindakan
orang lain. Oleh karena itu, periode ini juga dikenal sebagai usia meniru. Namun
meskipun kecenderungan ini tampak kuat tetapi anak lebih menunjukkan kreativitas
daalm bermain selama masa kanak-kanak dibandingkan dengan masa lain dalam
kehidupannya. Dengan alasan ini, ahli psikologi juga menamakan periode ini
sebagai usia kreatif.
B.
Perkembangan Fisik
b.
c.
Pemahaman bahwa walaupun setiap individu berbeda dalam penampilannya,
seperti perbedaan dalam warna rambut, kulit dan mata, atau tingginya, namun
semua orang memiliki kesamaan karakteristik fisik yang sama.
d.
Menerima bahwa semua orang memiliki keterbatasan dalm kemampuannya,
seperti setiap orang dapat berjalan, berlari atau melompat, tetapi tidak ada seorang
pun yang dapat terbang.
e.
Kemampuan untuk memahami bahwa tubuh itu berubah secara konstan, dan
pertumbuhan fisik berawal dari kelahiran dan berakhir dengan kematian.
f.
Pemahaman akan pentingnya tidur, dan juga sebagai dua siklus kehidupan
yang penting bagi kehidupan.
g.
Mengetahui kesadaran sensori (merasa, melihat, mendengar, mencium, dan
menyentuh/meraba).
h.
Memahami keterbatasan fisik, seperti lelah, sakit, dan melemah (Aundrey
Curtis, 1998).
C.
Perkembangan Intelektual
Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode
preoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi
mental secara logis. Yang dimaksud dengan operasi adalah kegiatan-kegiatan yang
diselesaikan secara mental bukan fisik. Periode ini ditandai dengan berkembangnya
representasional, atau symbolic function yaitu kemampuan menggunakan sesuatu
untuk merepresentasikan (mewakili) sesuatu yang lain dengan menggunakan
simbol (kata-kata, gesture/bahasa gerak, dan benda).
Meskipun berpikir melalui simbol dipandang lebih maju dari berpikir periode
sensorimotor, namun kemampuan berpikir ini masih mengalami keterbatasan.
Keterbatasan yang menandai, atau yang menjadi karakteristik periode
preoperasional adalah sebagai berikut:
a.
Egosentrisme, yang maksudnya bukan selfishness (egois), atau arogan
(sombong), namum merujuk kepada 1) diferensiasoi diri, lingkungan orang lain yang
tidak sempurna, dan 2) kecenderungan untuk mempersepsi, memahami dan
menafsirkan sesuatu berdasarkan sudut pandang sendiri. Ia berpendapat, bahwa
pribadinya adalah satu dan berpadu erat dengan lingkungannya, ia belum mampu
memisahkan diri sendiri dari lingkungannya.
b.
Kaku dalam berpikir , salah satu karekteristik berfikir pre operasional adalah
kaku (frozen). Salah satu contohnya , berfikirnya itu bersifat centration (memusat ),
yaitu kecenderungan berfikir atas dasar satu dimensi , baik mengenai objek
maupun peristiwa ,dan tidak menolak dimensi-dimensi lainnya.contohnya,piaget
memper lihatkan dua gelas yang berisi cairan yang sama tingginya. Kepada anak
ditannyakan apakah kedua gelas itu ber isi jumlah cairan yang sama dengan
mudahnya anak itu menjawabnya. Berikutnya kepada anak diminta untuk menuang
sendiri salah satu isi dari kedua gelas itu ke gelas lain yang lebih pendek dan lebih
besar.kepada anak ditanyakan ulang, mana yang lebih banyak isinya : gelas yang
semula atau gelas yang baru. Anak menjawab bahwa jumlah cairan pada gelas
semula lebih banyak,karna permukaan cairannya lebih tinggi. Disini terlihat
kemampuan anak dan terpusat hanya satu dimensi, yaitu tinggi.
c.
Semilogical reasoning. Anak anak mencoba untuk menjelaskan peristiwa
peristiwa alam yang misterius, yang dialminya dalam kehidupan sehari hari.
D.
PERKEMBANGAN EMOSIONAL
Selama awal masa kanak-kanak emosi sangat kuat. Saat ini merupakan saat
ketidakseimbangan karena anak-anak keluar dari fokus, dalam arti bahwa ia
mudah terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga sulit dibimbing dan diarahkan.
Beberapa jenis emosi yang berkembang pada masa anak, yaitu sebagai berikut:
a.
Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap
membahayakan. Pembiasaan, peniruan, dan ingatan tentang pengalaman yang
kurang menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan rasa takut, seperti
cerita-cerita, Rasa takut terhadap sesuatu berlangsung melalui tahapan :
1.)
Mula mula tidak takut, karena anak belum sanggup melihat kemungkinan
bahaya yang terhadap dalam objek.
2.)
3.)
Rasa takut bisa hilang kembali setelah mengetahui cara-cara menghindar
dari bahaya.
b.
Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada objeknya.
Contoh perasaan cemas : anak takut berada di dalam kamar yang gelap, takut
hantu, dan sebagainya.
c.
Marah, merupakan perasaan tidak senang, atau benci baik terhadap orang
lain, diri sendiri, atau objek tertentu, yang diwujudkan dalam bentuk verbal (katakata kasar/ makian/ sumpah serapah ), atau nonverbal ( seperti mencubit,
memukul, menampar, menendang, dan merusak). Pada masa ini rasa marah sering
terjadi karena :
1.)
2.)
Banyak anak yang menemukan bahwa marah merupakan cara yang baik
untuk mendapatkan perhatian atau memuaskan keinginannya.
d.
Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang dipandang
telah merebut kasih sayang dari seseorang yang telah mencurahkan kasih sayang
kepadanya. Perasaan cemburu ini di ikuti dengan ketegangan, yang biasanya dapat
diredakan dengan reaksi-reaksi :
1.)
2.)
Regresif, yaitu perilaku kekanak-kanakan, seperti ngompol, atau mengisap
jempol;
3.)
4.)
e.
Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, yaitu perasaan yang positif, nyaman,
karena terpenuhi keinginannya.
f.
Kasih sayang, yaitu perasaan senang untuk memberikan perhatian, atau
perlindungan terhadap orang lain, hewan atau benda. Kasih sayang anak kepada
orang tua atau saudaranya, amat dipengaruhi oleh iklim emosional dalam
keluarganya. Apabila orang tua dan saudaranya menaruh kasih sayang kepada
anak, maka dia pun akan menaruh kasih sayang kepada mereka.
g.
Phobi, yaitu perasaan takut terhadap objek yang tidak patut untuk ditakutinya
(takut yang abnormal) seperti takut ular, takut kecoa, dan takut air. Perasaan ini
muncul akibat perlakuan orang tua yang suka menakut-nakuti anak, sebagai cara
orang tua untuk menghukum, atau menghentikan perilaku anak yang tidak
disenanginya.
h.
Ingin tahu (curiosity), yaitu perasaan ingin mengenal, mengetahui segala
sesuatu atau objek-objek, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. Perasaan ini
ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan anak. Seperti anak bertanya
tentang : dari mana dia berasal, siapa Tuhan, dan di mana Tuhan berada. Masa
bertanya (masa haus nama ) ini dimulai pada usia 3 tahun dan mencapai
puncaknya pada usia sekitar 6 tahun.
Perkembangan emosi yang sehat sangat membantu bagi keberhasilan anak belajar.
Oleh karena itu, dalam rangka mengembangkan emosi anak yang sehat, guru-guru
( di taman kanak-kanak ) seyogianya memberikan bimbingan kepada mereka, agar
mereka dapat mengembangkan hal-hal berikut.
a.
Kemampuan untuk mengenal, menerima, dan berbicara tentang perasaanperasaannya.
b.
Menyadari bahwa ada hubungan antara emosi dengan tingka laku sosial.
c.
Kemampuan untuk menyalurkan keinginannya tanpa mengganggu perasaan
orang lain.
d.
E.
1)
2)
Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan, misalnya burung pipit
lebih kecil dari burung perkutut, anjing lebih besar dari kucing.
3)
Anak banyak menanyakan nama dan tempat : apa, di mana, dan dari mana.
4)
Anak sudah banyak menggunakan kata-kata yang berawalan dan yang
berakhiran.
b.
1)
2)
Tingkat berfikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu
sebab akibat melalui pertanyaan-pertanyaan : kapan ke mana, mengapa, dan
bagaimana.
Untuk membantu perkembangan bahasa anak, atau kemampuan berkomunikasi
maka orang tua dan guru Taman-Kanak-Kanak seyogianya memfasilitasi, memberi
kemudahan, atau peluang kepada anak dengan sebaik-baiknya. Berbagai peluang
itu di antaranya sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
Mengajak berdialog dalam hal-hal sederhana, seperti memelihara kebersihan
rumah, sekolah, dan memelihara kesehatan diri
e.
Di Taman Kanak-Kanak, anak dibiasakan untuk bertanya, mengekspresikan
keinginannya, menghafal dan melantunkan lagu dan puisi.
F.
PERKEMBANGAN SOSIAL
c.
d.
Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain, atau teman sebaya (peer
group).
Jenis hubungan sosial lebih penting dari pada jumlahnya. Kalau anak menyenangi
hubungan dengan orang lain meskipun hanya kadang-kadang saja, maka sikap
terhadap kontak sosial mendatangkan lebih baik dari pada hubungan sosial yang
sering tetapi sifat hubungannya kurang baik. Anak yang lebih menyukai interaksi
dengan manusia dari pada benda akan lebih mengembangkan kecakapan sosial
sehingga mereka lebih populer daripada anak yang interaksi sosialnya terbatas.
G.
PERKEMBANGAN BERMAIN
Usia anak prasekolah dapat dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap
waktunya diisi dengan kegiatan bermain. Yang dimaksud dengan kegiatan bermain
disini adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan kebebasan batin untuk
memperoleh kesenangan.
Secara psikologis dan pedagogis, bermain bermain mempunyai nilai-nilai yang
sangat berharga bagi anak, di antaranya :
a.
Anak memperoleh perasaan puas, senang, bangga, atau berkatarsis
(peredaan ketegangan)
b.
Anak dapat mengembangkan sikap percaya diri, tanggung jawab, dan
kooperatif (mau bekerja sama)
c.
Anak dapat mengembangkan daya fantasi, atau kreativitas
permainan fiksi dan konstruksi)
(terutama
d.
Anak dapat mengembangkan sikap sportif, tenggang rasa atau toleran
terhadap orang lain.
H.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Polan kepribadian mulai berbentuk dalam awal masa kanak-kanak. Karena orang
tua, saudara-saudara kandung dan sanak saudara yang lainnya merupakan dunia
sosial bagi anak-anak, maka bagaimana perasaan mereka kepada anak-anak dan
bagaimana perlakuan mereka merupakan faktor penting dalam pembentukan
konsep-diri, yaitu inti pola kepribadian.
Dengan berjalannya periode awal masa kanak-kanak, anak semakin banyak
berhubungan dengan teman-teman sebayanya, baik di lingkungan tetangga, di
lingkungan prasekolah atau di pusat perawatan anak. Sikap dan cara teman-teman
memperlakukannya mulai membawa pengaruh dalam konsep-diri, pengaruh mana
dapat mendorong atau melawan dan bertentangan dengan pengaruh-pengaruh dari
keluarga. Sikap awal teman-teman, seperti halnya sikap anggota-anggota keluarga
yang berarti, berperan penting karena sekali dasar untuk konsep diri telah
diletakkan maka agak sulit untuk dirubah.
I.
PERKEMBANGAN MORAL
Awal masa kanak-kanak ditandai dengan apa yang oleh Piaget disebut moralitas
melalui paksaan. Dalam tahap perkembangan moral ini anak-anak secara otomatis
mengikuti peraturan-peraturan tanpa berfikir atau menilai, dan ia menganggap
orang-orang dewasa yang berkuasa sebagai maha kuasa. Ia juga menilai semua
perbuatan sebagai benar atau salah berdasarkan akibat-akibatnya dan bukan
berdasarkan pada motivasi yang mendasarinya. Menurut sudut pandang anakanak, perbuatan yang salah adalah yang mengakibatkan hukuman, baik oleh
orang lain maupun oleh faktor-faktor alam atau gaib.
Dalam rangka membimbing perkembangan moral anak prasekoalh ini, sebaiknya
orang tua atau guru-guru TK, melakukan upaya-upaya sebagai berikut :
a.
kata.
Memberikan contoh atau teladan yang baik, dalam berperilaku atau bertutur
b.
Menanamkan kedisiplinan kepada anak, dalam berbagai aspek kehidupan,
seperti memelihara kebersihan atau kesehatan, dan tata-krama atau berbudi
pekerti luhur.
c.
Mengembangkan wawasan tentang nilai-nilai moral kepada anak, baik melalui
pemberian informasi, atau melalui cerita, seperti tentang : riwayat orang-orang
yang baik (para nabi dan pahlawan), dunia binatang yang mengisahkan tentang
nilai kejujuran, kedermawanan, kesetiakawanan atau kerajinan.
J.
Kesadaran beragama pada usia ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a.
bertanya.
b.
c.
d.
Hal ketuhanan dipahamkan secara ideosyncritic (menurut khayalan
pribadinya) sesuai dengan taraf berfikirnya yang masih bersifat egosentrik
(memandang segala sesuatu dari sudut dirinya).
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Masa kanak-kanak awal (2-6 tahun) merupakan masa-masa emas karena pada
masa ini anak mengalami perkembangan-perkembangan yang sangat pesat. Baik
itu perkembangan secara fisik maupun perkembangan non fisik yang lainnya,
seperti perkembangan intelektual, emosional, kepribadian, moral, dan lain
sebagainya. Anak lebih banyak bertanya dan ingin mengetahui sesuatu yang belum
ia ketahui sebelumnya. Pada masa ini peran orang tua, lingkungan, teman sebaya,
serta guru sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian si anak. Oleh karena
itu pengaruh-pengaruh yang baik akan membentuk kepribadian yang baik terhadap
anak, tapi sebaliknya jika pengaruh-pengaruh tersebut tudak baik maka kepribadian
anak pun bisa menjadi tidak baik karena pada masa ini mereka sedang mengalami
perkembangan-perkembangan untuk membentuk kepribadiannya.
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi perkembangan Anak & Remaja. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Hurlock, B. Elizabeth. 2009. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Kartono, Kartini. 2007. Psikologi Anak ( Psikologi Perkembangan). Bandung : CV.
Mandar Maju.