Вы находитесь на странице: 1из 26

KATA PENGATAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan karunia-Nya sehingga makalah dengan judul Konsep Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Non-Hemorogik ini dapat diselesaikan.
Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan ketidak
sempurnaan dalam penyusunan makalah ini akibat keterbatasan ilmu dan pengalaman
kami. Oleh karena itu, semua saran dan kritik akan menjadi sumbangan yang sangat
berarti guna menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih. Dan semoga makalah ini
dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dan masyarakat. Dan kami
mengharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Tarakan, 14 September 2016

penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi...............................................................................................................3
B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Persyarafan........................................................3
C. Etiologi...............................................................................................................8
D. Faktor Resiko.....................................................................................................9
E. Patofisiologi.......................................................................................................9
F. Penyimpangan KDM NHS...............................................................................11
G. Tanda dan Gejala..............................................................................................12
H. Pemeriksaan Diagnostik...................................................................................13
I. Penatalaksanaan...............................................................................................14
J. Komplikasi.......................................................................................................15
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.......................................................................................................16
B. Diagnosa Prioritas............................................................................................20
C. Intervensi..........................................................................................................21
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................26
B. Saran................................................................................................................27
Pertanyaan Dari Peserta Presentasi Beserta Jawaban.....................................28
DAFTAR PUSTAKA

30

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologi
yang utama di Indonesia. Serangan otak ini merupakan kegawat daruratan medis
yang harus ditangani secara cepat, tepat, dan cermat. Stroke adalah penyakit
ketiga yang menyebabkan kematian dibeberapa Negara berkembang. Setiap
tahunnya sekitar 4,5 juta orang meninggal karena stroke. Stroke dapat terjadi pada
semua umur tapi sebagian dialami oleh orang yang berusia lebih dari 70 tahun.
Hampir semua orang lanjut usia sedikitnya memiliki beberapa sumbatan pada
suplai darah arteri ke otak, dan sebanyak 10% sebenarnya memiliki cukup banyak
sumbatan untuk menyebabkan gangguan fungsi atau stroke. Di Amerika Serikat,
wanita kulit putih dengan usia sekitar 50 tahun mempunyai resiko sekitar 20%
menderita stroke dan 8% mempunyai resiko meninggal karena stroke. Sekitar 1
dari 6 wanita Amerika meninggal karena stroke. Insidensi menderita stroke
semakin meningkat pada usia 65 tahun. Sekali wanita menderita stroke maka
perjalanan penyakit dan prognosisnya lebih buruk bila dibandingkan dengan laki
laki. Faktor utama terjadinya stroke adalah usia, hipertensi, dan aterosklerosis.
Kebanyakan kasus stroke disebabkan oleh plak arteriosklerotik yang terjadi pada
satu atau lebih arteri yang memberi makanan di otak. Plak biasanya mengaktifkan
mekanisme pembekuan darah, dan menghasilkan bekuan untuk membentuk dan

menghambat arteri, dengan demikian menyebabkan hilangnya fungsi otak secara


akut pada area yang terlokalisasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi stroke non hemoragik?
2. Apa etiologi dari stroke non hemoragik?
3. Bagaimana patofisiologi stroke non hemorogik?
4. Bagaimanakah tanda dan gejala stroke non hemorogik?
5. Apa saja diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien stroke non
hemorogik?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu untuk memahami pengertian, etiologi, klasifikasi,
patofisiologi, pemeriksaan penunjang , penatalaksanaan, komplikasi.
2. Mahasiswa mampu untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
non hemoragik stroke.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Stroke atau cidera cerebrovascular adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak sering ini adalah

kulminasi penyakit Cerebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer C.


Suzanne, 2002 dalam ekspresiku-blogspot 2008).
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli
dan thrombosis cerebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun
tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi pendarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder (Arif
Muttaqin, 2008).
Definisi menurut WHO adalah tanda tanda klinis yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal atau global, dengan gejala gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian.
B. Anatomi Fisiologi

Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Cerebrum (Otak Besar)
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut
dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum
merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang.
Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika,
bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan
intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini.
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus.
Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang
3

menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing


adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.
a. Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak
Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan,
kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi
penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan
kemampuan bahasa secara umum.
b. Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor
perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
c. Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan
kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk
suara.
d. Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan
rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan
interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.

Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi
menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua
belahan itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara
umum, belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri
mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan
kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir rasional.
2. Cerebellum (Otak Kecil)
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat
dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi
otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol
keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga
menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari
seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan
mengunci pintu dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada
sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi,
misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam
mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju.
3. Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga
kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum
5

tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk
pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses
pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight
(lawan atau lari) saat datangnya bahaya.
Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh
karena itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil
mengatur perasaan teritorial sebagai insting primitif. Contohnya anda akan
merasa tidak nyaman atau terancam ketika orang yang tidak Anda kenal
terlalu dekat dengan anda. Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian
teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil.
Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan
mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
b. Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri
badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla
mengontrol funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah,
pernafasan, dan pencernaan.
c. Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak
bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita
terjaga atau tertidur.
Kelompok tertentu mengklaim bahwa Otak Tengah berhubungan dengan
kemampuan supranatural seperti melihat dengan mata tertutup. Klaim ini
ditentang oleh para ilmuwan dan para dokter saraf karena tidak terbukti dan
tidak ada dasar ilmiahnya.
6

4. Limbic System (Sistem Limbik)

Sistem

limbik

terletak

tengah

otak,

membungkus

batang otak ibarat

kerah

bagian

baju.

di

Limbik

berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga
oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia.
Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus
dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur
produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan
seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang.
Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu
fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian
dan mana yang tidak.
C. Etiologi
Menurut Arif Muttaqin penyebab stroke non hemorologik diakibatkan oleh :
1. Trombosis yang terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga mnyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti disekitarnya. Beberapa keadaan dibawah ini dapat
menyebabkan thrombosis otak:
a. Ateroskelosis.
b. Hiperkoagulasi pada polisetimia.
c. Artritis.
d. Emboli.

2. Embolisme cerebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh


bekuan darah, lemak, dan udara. Penyebab penyebab Stroke non
hemoregik (Smeltzer C. Suzanne, 2002)
a. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak)
b. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain)
c. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)
D. Faktor Resiko
1. Faktor yang tidak dapat dirubah (non reversible):
a. Jenis kelamin
b. Usia
2. Faktor resiko karena kondisi dan gangguan kesehtan
a. Riwayat keluarga dengan stroke.
b. Tekanan darah tinggi.
c. Penyakit jantung.
d. Diabetes.
e. Obesitas.
3. Faktor resiko karena gaya hidup
a. Merokok.
b. Diet yang tidak sehat.
c. Minum minuman beralkohol, atau mengkonsumsi obat obatan
terlarang seperti kokain, amfetamin, atau heroin.
E. Patofisiologi
Mekanisme iskhemik (non hemoragik) terjadi karena adanya oklusi atau
sumbatan di pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian
atau keseluruhan terhenti. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya stroke, yang
disebut stroke iskhemik (Price, Sylvia A. 2006).
Stroke iskhemik terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke
adalah stroke iskhemik. Penyumbatan dapat terjadi karena penumpukan timbunan
lemak yang mengandung kolestrol (pak) dalam pembuluh darah besar (arteri
karotis) atau pembuluh darah sedang (arteri seribri) atau pembuluh darah kecil
(Arif Muttaqin, 2008).

Plak menyebabkan dinding dalam arteri menebal dan kasar sehingga aliran
darah tidak lancar, mirip aliran air yang terhalang oleh batu. Darah yang kenal
akan tertahan dan menggumpal (trombosis), sehingga alirannya menjadi semakin
lambat. Akibatnya otak akan mengalami kekuranga pasokan oksigen. Jika
kelambatan pasokan ini berlanjut, sel sel jaringan otak akan mati. Tidak heran
ketika bangun tidur, korban stroke akan merasa sebelah badannya kesemutan. Jika
berlanjut akan menyebabkan kelumpuhan (Arif Muttaqin, 2008).
Penyumbatan aliran darah biasanya diawali dari luka kecil dalam pembuluh
darah yang disebabkan oleh situasi tekanan darah tinggi, merokok atau arena
konsumsi makanan tinggi kolestrol dan lemak. Seringkali daerah yang terluka
kemudian tertutup oleh endapan yang kaya kolestrol (plak). Gumpalan plak inilah
yang menyumbat dan mempersempit jalannya aliran darah yang berfungsi
mengatur pasokan oksigen dan nutrisi yang diperlukan otak (Price, Sylvia A,
2006).

F. Penyimpangan KDM NHS

G. Tanda dan Gejala


Menurut Suzzane C. Smelzzer (2001) gejala stroke non hemorogik adalah:
1. Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit neuron atas da mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter. Gangguan kontrol

volunteer pada salah satu sisi tubuh dapat

menunjukkan kerusakan pada neuron atas pada sisi yang berlawanan dari

10

otak. Disfungsi neuron paling umum adalah hemiplegi (paralisis pada salah
satu sisi tubuh) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan dan hemiparesis
(kelemahan salah satu sisi tubuh).
2. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi.
Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan
komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut:
a. Disatria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab
menghasilkan bicara.
b. Disfasia atau afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau
reseptif.
c. Apraksia, ketidak mampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya.
3. Defisit lapang pandang, sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh
yang paralisis yaitu kesulitan menilai jarak, tidak menyadari orang atau objek
ditempat kehilangan penglihatan.
4. Defisit sensori, terjadi pada sisi berlawanan dari lesi yaitu kehilangan
kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh.
5. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, bila kerusakan pada lobus
frontal, mempelajari kapasitas, memori atau fungsi intelektual mungkin
terganggu. Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas,
kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi.
6. Disfungsi kandung kemih, setelah stroke pasien mungkin mengalami
inkontenensia urinarius karena kerusakan control motori.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut Arif Muttaqin (2008) yaitu:
1. CT Scan (Computer Tomografi Scan)

11

Pembidaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma


adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti.
Hasil pemerikasaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan
terlihat di ventrikel atau menyebar ke permukaan otak.
2. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan
atau obstruksi arteri adanya titik okulasi atau raftur.
3. Fungsi Lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukan adanya perdarahan.
4. Magnatik Resonan Imaging (MRI)
Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5. Ultrasonografi Dopler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena.
6. Sinar X Tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.
7. Elektro Encephalografi (EEG)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
I. Penatalaksanaan
Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi:
1. Pengobatan konservatif
Menurut Suzzane C. Smelzzer, dkk. (2001) pengobatan konservatif meliputi :
a. Diuretika: Untuk menurunkan edema serebral, yang mencapai tingkat
maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.
b. Anti koagulan: mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi dari
tempat lain dalam kardiovaskuler.
c. Anti trombosit: dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran
sangat penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.
2. Pengobatan pembedahan
Menurut Arif Muttaqin, (2008) tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah
serebral:
a. Endosteroktomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
12

b. Revaskularisasi

terutama

merupakan

tindakan

pembedahan

dan

manfaatnya paling dirasakan oleh klian TIA.


J. Komplikasi
1. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke
otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke
jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin
serta hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam
mempertahankan oksigenasi jaringan.
2. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus
menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral.
Hipertensi atau hipotensi ekstrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan
pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
3. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium
atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan
aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.
Distrimia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan
penghentikan thrombus lokal. Selain itu, distrimia dapat menyebabkan
embolus serebral dan harus diperbaiki.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer

13

a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk.
b. Breathing
Kelemahan menelan / batuk / melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /
aspirasi.
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
2. Pengkajian Sekunder
a. Aktivitas dan istirahat
Data subjektif:
1) Kesulitan dalam beraktivitas : kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis.
2) Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot).

Data objektif:
1) Perubahan tingkat kesadaran.
2) Perubahan tonus otot (flaksid atau spastic), paraliysis (hemiplegia),
kelemahan umum.
3) Gungguan penglihatan.
b. Sirkulasi
Data Subyektif:
1) Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal
jantung , endokarditis bacterial), polisitemia.
Data obyektif:
1) Hipertensi arterial
2) Disritmia, perubahan EKG
3) Pulsasi : kemungkinan bervariasi
4) Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c. Integritas ego

14

Data Subyektif:
1) Perasaan tidak berdaya, hilang harapan.
Data obyektif:
1) Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan,
kegembiraan.
2) Kesulitan berekspresi diri.
d. Eliminasi
Data Subyektif:
1) Inkontinensia, anuria.
2) distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya suara
usus (ileus paralitik).
e. Makanan/Minuman
Data Subyektif:
1) Nafsu makan hilang.
2) Nausea/vomitus menandakan adanya PTIK.
3) Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagi.
4) Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah.
Data obyektif:
1) Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring).
2) Obesitas (factor resiko).
f. Sensori neural
Data Subyektif:
1) Pusing / syncope (sebelum CVA / sementara selama TIA).
2) nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid
3) Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati.
4) Penglihatan berkurang
5) Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan
pada muka ipsilateral (sisi yang sama)
6) Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
Data obyektif:
1) Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan ,
gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif

15

2) Ekstremitas : kelemahan / paraliysis (kontralateral pada semua jenis


stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon
dalam ( kontralateral)
3) Wajah: paralisis / parese (ipsilateral)
4) Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya).
5) Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli
taktil
6) Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motoric
7) Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi
ipsi lateral
g. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif: Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif: Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot /
fasial
h. Respirasi
Data Subyektif: Perokok (factor resiko)
i. Keamanan
Data obyektif:
1) Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan.
2) Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek,
hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit.
3) Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah
dikenali.
4) Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi
suhu tubuh.
5) Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,
berkurang kesadaran diri.
j. Interaksi sosial
Data obyektif: Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi.
16

k. Pemeriksaan 12 saraf kranial


B. Diagnosa Prioritas
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak mampuan untuk menelan makanan.
2. Gangguan menelan berhubungan dengan akalasia.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleran aktivitas.
5. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak.
6. Resiko jatuh.
C. Intervensi
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak mampuan untuk menelan makanan.
Definisi asupan nutrisi tidak cukup untukmemenuhi kebutuhan metabolik
Kriteria hasil:
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda malnutrisi
e. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
f. Terjadi penurunan berat badan
Nic nutrition management:
a. Kaji adanya alergi makanan.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake zat besi.
d. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
e. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
2. Gangguan menelan berhubungan dengan akalasia.
Definisi mekanisme menelan yang dikaitkan dengan defisit struktur atau
fungsi oral, faring, atau esofagus.
Kriteria hasil:
a. Kemampuan menelan adekuat.
b. Dapat mentoleransi ingesti makanan tanpa tersedak atau aspirasi.
c. Tidak terjadi neurologis.

17

Nic aspiration precautions:


a. Memantau tingkat kesadaran, refleks batuk, refleks muntah, dan
kemampuan menelan.
b. Posisi tegak 90 derajat atau sejauh mungkin.
c. Menyuapkan makanan dalam jumlah kecil.
d. Sarankan pidato berbicara patologi berkonsultasi.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan.
Definisi perubahan / gangguan epidermis dan atau dermis
kriteria hasil:
a. Integritas kulit yang baik bisa di pertahankan (sensasi, elastisitas, suhu,
hidrasi, pigmentasi).
b. Tidak ada luka/lesi pada kulit.
c. Perfusi jaringan baik.
Nic pressure management
a. Anjurkan pasien untuk mengenakan pakaian yang longgar.
b. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
c. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali.
d. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan.
e. Monitor aktifitas dan mobilisasi pasien.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleran aktivitas
Definisi keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri dan terarah.
kriteria hasil:
a. Klien meningkat dalam aktifitas fisik.
b. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah.
Nic exercise therapy : ambulation
a. Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat
latihan.

18

b. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan


kebutuhan.
c. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi.
d. Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
e. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika di
perlukan.
5. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
Definisi berisiko mengalami penurunansirkulasi jaringan otak yang dapat
menganggu kesehatan.
Kriteria hasil:
a. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial.
b. Menunjukkan fungsi sensori motori kranial yang utuh : tingkat kesadaran
membaik, tidak ada gerakan-gerakan involunter.
Nic peripheral sensation management:
a. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi.
b. Batasi gerakan pada kepala, leher, dan punggung.
c. Monitor adanya tromboflebitis.
d. Diskusikan mengenai penyebab sensasi.
6. Resiko jatuh
Definisi peningkatan kerentanan untuk jatuh yang dapat menyebabkan bahaya
fisik.
Kriteria hasil:
a. Keparahan cedera fisik.
b. Pengendalian risiko.
Nic fall prevention
a. Mengindentifikasikan perilaku dan faktor yg mempengaruhi risiko jatuh.
b. Ajarkan pasien bagaimana jatuh untukmeminimalkan cedera.
c. Menyediakan tempat tidur kasur dengan tepi yang erat untuk memudahkan
transfer.
d. Memberikan pencahayaan yang memadai untuk meningkatkan visibilitas.

19

e. Berkolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain untuk meminimalkan


efek samping dari obat yang berkontribusi terhadap jatuh.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli
dan thrombosis cerebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun
tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi pendarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif
Muttaqin, 2008). Definisi menurut WHO adalah tanda tanda klinis yang

20

berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global, dengan gejala
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan
kematian.
Penyebab terjadinya stroke non hemorogik adalah embolis, trombosis, dan
iskhemia. Faktor yang beresiko terkena NHS adalah usia diatas 55 tahun, riwayat
keluarga yang pernah terkena stroke, tekanan darah tinggi, penyakit jantung,
diabetes, obesitas, dan faktor gaya hidup.
Tanda dan gejala NHS antara lain kehilangan motorik, kehilangan
komunikasi, defisit lapang pandang, defisit sensori, kerusakan fungsi kognitif dan
efek psikologik, disfungsi kandung kemih.
Pemeriksaan diagnostic untuk NHS adalah CT Scan (Computer Tomografi
Scan), angiografi serebral, fungsi lumbal, Magnatik Resonan Imaging (MRI),
Ultrasonografi Dopler, Sinar X Tengkorak, Elektro Encephalografi (EEG).
Pengobatan untuk pasien dengan NHS dapat berupa pengobatan konservatif
dan pengobatan pembedahan. Pada pasien NHS cenderung juga terkena beberapa
penyakit komplikasi seperti hipoksia serebral, aliran darah serebral, embolisme.
B. Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan
dapat mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Non-Hemorogik.

21

PERTANYAAN DARI PESERTA PRESENTASI


BESERTA JAWABAN
1. Meliyana dari kelompok 3
a. Maksud dari integritas ego itu apa?
b. Apakah masih ada harapan untuk kembali normal bagi seseorang yang terkena
stroke non-hemoragik, dan jika tidak bisa kembali normal bagimana peranan
kita sebagai perawat apakah tetap melanjutkan intervensi atau tidak?
Jawaban :
a. Integritas ego merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
bagaimana emosi klien. Dalam pemeriksaan integritas ego ada pemeriksaan
subjektif yaitu perawat menanyakan tentang bagaimana perasaan klien,
sedangkan pemeriksaan subjektifnya yaitu perawat melihat dari emosi klien
yang labil dan kesulitan berekspresi.
b. Harapan untuk sembuh bagi seseorang yang terkena stroke non-hemoragik
ada, tetapi untuk kembali pulih seperti semula tidak bisa karena saraf-saraf
yang sudah mati tidak bisa hidup kembali. Untuk tindakan keperawatan tetap
dilakukan sampai pasien pulang.
2. Eri kurnia bhakti dari kelompok 4
a. Mengapa disfungsi kandung kemih masuk ditanda dan gejala stroke nonhemoragik?

22

Jawaban :
a. Karena pada penderita stroke non-hemoragik terjadi gangguan pada sistem
saraf, sedangkan pada kandung kemih dikendalikan oleh saraf motorik.
Sedangkan saraf motorik sendiri termasuk dalam salah satu bagian 12 saraf
kranial.

DAFTAR PUSTAKA
http://blogmissimple.blogspot.co.id/2014/01/askep-non-hemorogic-stroke-nhs.html?
m=1
http://freshlifegreen.blogspot.co.id/2011/02/stroke-n0n-hemorogik-snh.html?m=1
http://googleweblight.com//?
lite_url=http://sridewicinguu.blogspot.com/2012/02/laporan-pendahuluan-

23

nhs.html?m
%3D1&m=710&host=www.google.co.id&ts=1473814903&sig=AKOVD67nb3
uojKA0G4NbHDFrmmQhAXpVPw
www.slideshare.net/mamasaugi/stroke-non-hemorogik.
http://thelostamasta.blogspot.com/2012/10/laporan-pendahuuan-stroke-nonhemoragic.html
http://blogmisssimple.blogspot.co.id/2014/01/askep-non-hemoragic-stroke-nhs.html
http://isthadewiarty.blogspot.co.id/2012/05/askep-nhs.html
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC. Mediaction Publishing:
Jogjakarta
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Bare. 2013. Keperawatan Medikal-Bedah. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta

24

Вам также может понравиться