Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di
negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
kematian akibat diare. WHO (World Health Organization) memperkirakan 4 milyar kasus terjadi
di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah
umur 8 tahun. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian
terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) (Harianto,
2004).
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air
besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja penderita
(Sutanto, 1984; Winardi, 1981). Dikenal diare akut yang timbul dengan tiba-tiba dan berlangsung
beberapa hari dan diare kronis yang berlangsung lebih dari tiga minggu bervariasi dari hari ke
hari yang disebabkan oleh makanan tercemar atau penyebab lainnya (Winardi, 1981).
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan
menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir dari Departemen
Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima
tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru atau pneumonia. Banyak faktor risiko yang
diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu
faktor resiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih,
sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah, kualitas bakteriologis air, dan kondisi rumah.
Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air 2004).
Oleh karena itu maka penulis tertarik untuk mengambil kasus diare pada An.A yang
mengalami peningkatan di RSU Kab. Tangerang kejadian diare pada anak balita adalah banyak
maka penulis tertarik untuk mengambil kasus An.A dengan diare di RSU Kab Tangerang.
1.2
Tujuan Penulisan
3.
Mengetahui Pemeriksaan penunjang pada An. A umur 8 bulan dengan diare di ruang Anyelir
Atas Rumah Sakit Umum Kab. Tangerang tanggal 9-10 September 2013.
4. Mengetahui Perencanaan pada An. A umur 8 bulan dengan diare di ruang Anyelir Atas Rumah
Sakit Umum Kab. Tangerang tanggal 9-10 September 2013.
5. Mengetahui Penatalaksanaan tindakan pada An. A umur 8 bulan dengan diare di ruang Anyelir
Atas Rumah Sakit Umum Kab. Tangerang tanggal 9-10 September 2013.
6. Mengetahui evaluasi pada An. A umur 8 bulan dengan diare di ruang Anyelir Atas Rumah Sakit
Umum Kab. Tangerang tanggal 9-10 September 2013.
1.3
Manfaat Penulisan
1.3.1
Bagi Rumah Sakit
Dapat dijadikan tambahan pengetahuan dan bahan masukan bagi lahan praktik untuk lebih
meningkatkan pelayanan kesehatan kepada klien.
1.3.2
Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan kualitas pelatihan dan bimbingan agar mahasiswa lebih terampil dan
termotivasi dalam melaksanakan makalah. Hasil dari makalah dapat dijadikan bahan bacaan dan
panduan bagi angkatan selanjutnya dalam menyusun laporan makalah serta untuk menambah
referensi di perpustakaan.
1.3.3
Bagi Klien
Menambah pengetahuan dan wawasan penulis dibidang kesehatan, terutama tentang diare pada
anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Diare adalah sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair (Hipocrates, 1988).
Diare adalah sebagai buang air besar yang tidak normal, bentuk tinja yang encer dengan
frekuensi lebih banyak dari pada biasanya (FKUI, 1985).
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3
kali pada anak-anak. Konsistensi feses encer dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lender dan darah atau lender saja (Ngastiah, 1998).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair
(setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Saifullah Noer, 1998).
Diare adalah defakasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lender
dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7
hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Mansjoer dkk, 2000).
2.2
Menurut Pearch (2009), anatomi Lambung terletak dari kiri dan kanan menyilang
dibawah diafragma. Secara klinis anatomi lambung terbagi atas fundus uterian, corpus dan
antrum, pilorikum/pylorus. Sebelah kanan atas lambung terdapat kurvatura mayor. Spincter
cardiac atau spincter esofagus bawah, mengalirkan makanan masuk ke dalam lambung terdiri
dari dari 4 lapisan. Tunika serosa atau lapisan luar merupakan bagian dari peritoneum viseralis.
Dua lapisan peritoneum viseralis menyatu pada kurvatura minor lambung dan lambung terus
memanjang ke arah hati membentuk omentum minus.
Gambar 2.1
Anatomi saluran pemcernaan
Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorbsi bahan-bahan
nutrisi dan air. Proses pencernaan disampaikan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus
anterikus).
Dua hormon penting dalam pengaturan pencernaan usus, lemak yang bersentuhan
dengan mukosa duodenum menyebabkan kandung empedu yang dirantai oleh kerja
kolesistokinin.
Fungsi usus besar :
a. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap oleh kapiler-kapiler dan saluransaluran limfe.
b. Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
c. Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.
Fungsi usus besar :
a. Menyerap air dan makanan.
b. Tempat tinggal bakteri koli.
c. Tempat faeces.
2.3 Etiologi
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus.
Penyebab lain yang dapat menimbulkan diare akut adalah toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti
puasa yang berlangsung lama, kemoterapi impaksi fekal (overlow diarrhea), atau berbagai
kondisi lain.
a.
a)
b)
c)
b.
c.
a)
b)
c)
d.
e.
f.
Patofisiologi
Berdasarkan patofisiologinya, maka penyebab diare dibagi menjadi :
a. Diare sekresi yaitu yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, kuman patogendan apatogen,
hiperperistaltik usus halus akibat bahan kimia atau makanan, gangguan psikis, gangguan saraf,
hawa dingin, alergi dan defisiensi imun terutama IgA sekretorik.
b. Diare osmotik yaitu yang dapat disebabkan oleh malabsorpsi makanan, kekurangan kalori
protein (KKP), atau bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Diare disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa. Spesies tertentu bakteri menghasilkan
toksin yang mengganggu absorbsi usus dan dapat menimbulkan sekresi berlebihan air dan
elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare, karena terjadi peningkatan isi
rongga usus. Akibat terdapatnya zat-zat makanan yang tidak dapat diserap menyebabkan
peningkatan tekanan osmotik di dalam usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare. Gangguan motalitas usus seperti hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare
dan sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
sehingga menyebabkan diare (Sacharin, RM).
Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan asam-basa
(asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernafasan Kussmaul, hipoglikemia, gangguan
gizi, dan gangguan sirkulasi (Marmi, 2012).
2.5
2.5.1
a.
b.
c.
d.
2.5.2
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik atau data objektif yang terdapat pada anak/bayi yang mengalami diare adalah :
a. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas ( elistitas kulit menurun ), ubun-ubun dan
mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
b. ssPerubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekanan darah menurun, denyut jantung
cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun ( apatis, samnolen, sopora komatus ) sebagai
akibat hipovokanik.
c. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam
( kusmaul ).
2.8.3
a.
a)
b)
c)
d)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Tinja
Makroscopis dan microscopis
PH dan kadar guula jika diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance)
Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab
Uji resistensi terhadap berbagai antibiotik (pada diare persisten).
b. Pemeriksaan darah
a) Darah perifer lengkap
b) Analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan serum pada diare yang disertai
kejang).
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah
a) untuk mengetahui faal ginjal.
d. Duodenal intubation
a) Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.
2.6
Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare adalah sebagai berikut :
a.
Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Tujuan
terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi)
kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan).
Jumlah cairan yang di berikan harus sama dengan jumlah cairan yang hilang melalui diare
dan/muntah (previous water loses= PWL), ditambah dengna banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin, dan pernafasan (normal water loses=NWL), dan ditambah dengan
banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung
(concomintcnt water loses=CWL). Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan
masing-masing anak atau golongan umur. (Mansjoer, Arief dkk, 2000)
Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur <2- tahun (BB 3-10 kg) sesuai dengan derajat
dehidrasi.
Tabel 2.1
anak umur <2 tahun (BB 3-10 kg)
a)
No.
Dehidrasi
PWL
NWL
CWl
Jumlah
1.
Ringan
80
100
28
178
2.
Sedang
78
100
28
200
3.
Berat
128
100
28
280
Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur 2-8 tahun (BB 10-18 kg) sesuai dengan derajat
dehidrasi.
Tabel 2.2
Anak umur 2-8 tahun (BB 10-18 kg)
No.
Dehidrasi
PWL
NWL
CWL
Jumlah
1.
Ringan
30
80
28
178
2.
Sedang
80
80
28
188
3.
Berat
80
80
28
188
b) Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur>18 tahun (BB 18-28 kg) sesuai dengan derajat
dehidrasi.
Tabel 2.3
anak umur >18 tahun (BB 18-28 kg)
No.
Dehidrasi
PWL
NWL
CWl
Jumlah
1.
Ringan
28
68
28
118
2.
Sedang
80
68
28
140
3.
Berat
80
68
28
170
b. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk
pada status gizi
c. Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk
kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan diare dngan panas, kecuali pada :
a) Disentri, bila tidak berespon pikirkan kemungkinan amoebiasis
b) Suspek kolera dengan dehidrasi berat
c) Diare persisten
d. Obat-obatan anti diare meliputi antimotilitas (misal loperamid, difenoksilat, kodein, opium),
adsorben (mis. Norit, kaolin, attapulgit). Anti muntah termasuk prometazin dan klorpromazin.
Tidak ada satupun uobat-obat ini terbukti mempunyai efek yang nyata untuk diare akut dan
beberapa malahan mempunyai efek yang membahayakan. Obat-obat ini tidak boleh diberikan
pada anak <8 tahun.
Tabel 2.4
Penilaian derajat dehidrasi
No
.
Penilaian
1.
Lihat
: Baik, sadar
kedaan
umum
Mata
Normal
Air mata
Ada
Mulut
dan Basah
lidah
Rasa haus
Minum
biasa tidak
haus
2.
3.
4.
8.
Gelisah,
Rewel*
Lesu,
lunglai,
atau tidak sadar*
Cekung
Tidak ada
Kering
Sangat cekung
Tidak ada
Sangat kering
6.
7.
Periksa : turgor
kulit
Hasil
pemeriksaan
Kembali
cepat
Tanpa
dehidrasi
Kembali
lambat
Dehidrasi
ringan/sedan
g
Bila ada 1
tanda*
ditambah 1
tanda atau
lebih tanda
lain
Terapi
Rencana
terapi A
Penilaian dimulai dengan melihat pada kolom C.
Rencana
terapi B
Kembali sangat
lambat*
Dehidrasi berat
Bila
ada
1
tanda*
ditambah 1 atau
lebih tanda lain
Rencana
terapi C
Rencana pengobatan A
Digunakan untuk:
a. Mengatasi diare tanpa dehidrasi
b. Meneruskan terapi diare dirumah
c. Mmeberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi
Tiga cara dasar terapi dirumah adalah sebagai berikut:
1) Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi
2) Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
3) Bawa anak kepada petugas bila anak tidak membaik dalam 3 hari
*Jika akan diberikan larutan diare dirumah, tunjukan kepada ibu jumlah oralit yang diberikan
setiap habis buang air besar dan berikan oralit yang cukup untuk 2 hari.
Kebutuhan oralit per kelompok umur
Umur
<12 bulan
Jumlah
oralit Jumlah oralit yang
yang
diberikan disediakan di rumah
tiap b.a.b
80-100 ml
400
ml/hari
(2
bungkus)
1-4 tahun
100-200 ml
>8 tahun
200-300 ml
Dewasa
300-400 ml
Mulai dibericairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit sewaktu cairanIV
dimulai. Beri 100 mg/kg cairan Ringer Laktat (atau garam normal) dibagisbb:
umur
Bayi<12 bulan
Anak>1 tahun
Pemberian 1
1 jam
-1 jam
Kemudian
5 jam
2 - 3 jam
Ya
Tidak
Ya
Ya
Mulai rehidrasi melalui mulut dengan oralit. Berikan10 ml/kg/jam selama 6jam
(total 120 ml/kg).
Tidak
Apakahpenderita bisa minum ?
Ya
Tidak
CATATAN :
a. Bila mungkinamati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk memastikan bahwaibu dapat menjaga mengembalikan cairan
yang hilang dengan member oralit.
b. Bila umurdiatas 2 tahun dan kolera baru saja terjangkit di daerah anda, pikirkankolera dan beri antibiotik yang tepat secara oral
begitu anak sadar.
BAB III
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1.1
Unit
: Anak
Autoanamnesa
Kamar
Tangagal masuk RS
: 203/1
: 8 September 2013
Alloanamnesa
: Orangtua
Tanggal Pengkajian : 9 September 2013
3.1 Anamnesis
Identifikasi
A. Pasien
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Anak ke
Jumlah Saudara Kandung
Agama
Suku/Kebangsaan
Pendidikan
Alamat Rumah
: An. A
: 8 bulan
: Perempuan
: 3 (tiga)
: 2 (dua)
: Islam
: Jawa/Indonesia
: Belum sekolah
: Rawa Lele
B. Penanggung Jawab
Nama
Usia
Agama
Suku/Kebangsaan
Alamat Rumah
Hubungan dengan Pasien
Nomer Telepon
: Tn. S
: 38 tahun
: Islam
: Jawa/Indonesia
: Rawa Lele
: Orangtua
: 087878646xxx
BCG
Terakhir
diberikan
9
20
Mei 19 Juni 19 Juni Februari 2013
2013
2013
2013
1x
2x
3x
3x
-
Frekuensi
pemberian
Hepatitis
DPT
Campak
DT
-
Dan
lainlain
-
3.1.6
Riwayat Kesehatan
3.1.8
A. Pola Nutrisi
Lama pemberian ASI
Jenis makanan utama
Jumlah/Frekuensi pemberian
Nafsu makan
: 6 bulan
: Bubur atau makanan lunak dan ASI tetap diberikan
: 3 x sehari
: Sedikit berkurang
B. Pola Eliminasi
a. BAK
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya BAK 8-8x perhari, warna kekuningan, bau khas dan
tidak nyeri.
b. BAB
Orangtua anak mengatakan bahwa biasanya frekuensi BAB 1-2x/hari warna kuning, bau khas
dan konsistensi lembek. Pada saat sakit anaknya BAB 4x perhari warna kuning, bau khas dan
konsistensi encer.
C. Pola Aktivitas
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya sudah berkembang sesuai dengan usianya saat ini
dan aktivitas anak sehari-hari hanya bermain.
D. Pola Istirahat/Tidur
Orangtua anak mengatakan anaknya tidur siang 4 jam (12.00 16.00 WIB) dan tidur malam
10 jam (21.00 07.00 WIB). Semenjak sakit pola tidur/istirahat tidak teratur.
E. Personal Hygiene
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya mandi 2x sehari, menggosok gigi 3x sehari, mencuci
rambut 2x sehari dan mengganti popok/pakaian 2x sehari atau jika basah dan kotor.
3.2
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal
: 9 September 2013
Jam
: 09.48 WIB
A.
Keadaan Umum
Pasien tampak sakit ringan sedang karena tidak ada tanda-tanda dehidrasi berat.
B. Tingkat Kesadaran
1. Kesadaran secara umum
: Composmentis
2. Skala koma Glaslow (Kuantitatif)
Respon motorik
:6
Respon bicara
:5
Respon membuka mata
:4
Jumlah
: 15
Kesimpulan (Kualitatif)
: Baik
C. Tanda-tanda Vital
1. Suhu
: 37,5 C
Lokasi : Axilla
2. Nadi
: 98 x/menit
Jenis
: Reguler
3. Pernapasan : 35 x/menit
Irama : Teratur
Jenis
: Perut
D.
1.
2.
3.
4.
Antropometri
BBL/TBL
Lingkar Lengan Atas
BB (k/p sebelum/sesudah)
Tinggi Badan
: 2800 gram/48 cm
: 9 cm
: 8 kg
: 70 cm
5.
:
:
E. Survei Umum
1. Ekspresi wajah mengantuk
: Tidak ada
2. Banyak menguap
: Tidak ada
3. Palpebra inferior berwarna gelap
: Tidak ada
4. Kontak mata
: Baik
5. Edema
: Tidak ada
6. Icterik
: Tidak ada
7. Peradangan
: Tidak ada
8. Lesi
: Tidak ada
9. Postur Tubuh
: Lordosis
10. Gaya jalan
: Normal
11. Anggota gerak yang cacat
: Tidak ada
12. Tracheostomi
: Tidak ada
13. Perfusi pembuluh perifer kuku
: Tidak ada
14. Aktivitas Harian
a. Makan
:2
b. Mandi
:2
c. Pakaian
:2
d. Kerapihan
:2
e. Buang air besar
:2
f. Buang air kecil
:2
g. Mobilisasi di tempat tidur
:2
h. Kesimpulan
: Bantuan orang
F. Pemeriksaan Head To Toe
1. Inspeksi
A. Kepala
Keadaan kulit kepala
Warna rambut
Jumlah
Rontok/Tidak
Ubun-ubun
B.
Muka
Kebersihan
Pucat
Oedema
C. Mata
Bentuk
Conjungtiva
Sklera
Palpebra
D. Mulut
Bentuk
Bibir
Gigi
Lidah
E.
Abdomen
Kebersihan
Pembesar Abdomen
F. Anus
Varices
Oedema
Kelainan
2. Palpasi
A. Abdomen
Nyeri Tekan
Turgor Kulit
Kembung
: Tidak ada
: Menurun
: Tidak ada
3. Auskultasi
A. Abdomen
Bising Usus
: Hiperaktif
G. Perkembangan
A. Kembang
a. Motorik Halus
Anak A sudah mampu memasukan mainan kedalam cangkir dan meletakakkan benda ke
tangan orang lain.
b. Motorik Kasar
Anak A sudah bisa duduk secara sempurna dan berbicara seperti ma, pa, mam.
B.
Sistem Neuorologi
Reflek Moro
: Positif / Kuat
Reflek Rooting
: Positif / Kuat
Reflek Graphs / Plantar
: Positif / Kuat
Reflek Sucking
: Positif / Kuat
Reflek Tonic Neck : Positif / Kuat
Reflek Swallowing : Positif / Kuat
Reflek Babynsky
: Positif / Kuat
3.2
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal
: 9 September 2013
Jam
: 07.30 WIB
3.3.1
Laboratarium
A. Hemoglobin
B. Jumlah Leukosit
C. Hematokrit
D. Jumlah Trombosit
E. GDS
F. Elektrolit
Na
K
Cl
3.2.3
USG
Tidak dilakukan
3.2.4
Lain-lain
Tidak dilakukan
3.2.5
Terapi
: 10,4 G/dl
: 18.800 L
: 32 %
: 481.000
: 71 mg/dl
: 131 mmol/L
: 8,3 mmol/mL
: 112 mmol/mL
A. Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan
: 10x permenit
B. Lacto B
:2x1
C. Pct
: 3 x sendok teh
D. Zink Syip
: 3 x 1 sendok the
E. Cefotaxim
: 2 x 800 gram yang disuntikan
3.3
PERENCANAAN
Tanggal
: 9 September 2013
Jam
: 10.08 WIB
3.4.1
3.4.2
3.4.3
3.4.4
3.4.5
3.5.1
Melakukan Pemeriksaan kepada anak untuk mengetahui kondisi yang dialami oleh anak
saat ini.
3.5.2
A.
B.
C.
a.
3.5.3
A.
B.
C.
3.5.4
Menjelaskan hasil Pemeriksaan kepada ibu ayah dan keluarga pasien untuk mengetahui
kondisi pasien saat ini.
3.5.5
3.5.6
A. Nutrisi
Diet rendah serat dengan cara melakukan pengenceran pada pembuatan susu formula.
B. Personal Hygiene
a. Menjaga kebersihan badan terutama pada kebersihan kuku dan jari.
b. Cara membersihkan botol sesuai dengan standart (sterlisasi) yaitu dengan cara merebus botol
kedalam air mendidih 20 menit untuk menghilangkan kuman / bakteri yang tertinggal didalam
botol susu.
3.5.7 Memberikan terapi kepada pasien
A. Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan
: 10x permenit
B. Lacto B
:2x1
C. Pct
: 3 x sendok teh
D. Zink Syip
: 3 x 1 sendok the
E. Cefotaxim
: 2 x 800 gram yang disuntikan
3.6 EVALUASI
Tanggal
: 9 September 2013
Jam
: 10.12 WIB
3.6.1
3.6.2
A.
B.
C.
Subyektif
Orangtua ank mengatakan mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan oleh petugas dan
dapat mengulang kembali apa yang telah dijelaskan oleh petugas.
Obyektif
Kesadaran
: Composmentis
Keadaan Umum
: Cukup
Tanda-tanda Vital
a. Suhu
: 37,8 C
Lokasi
: Axilla
b. Nadi
: 98 x/menit
Jenis
: Reguler
c. Pernapasan: 38 x/menit
Irama
: Teratur
Jenis
: Perut
D. Mata
: Tidak cekung dan hitam
E. Turgor Kulit
F. Abdomen
: Menurun
: Kembung (+), Bising Usus (+)
3.6.3
Assement
Anak A usia 8 bulan dengan diare dehidrasi ringan.
3.6.4
Planning
A. Menginformasikan hasil Pemeriksaan kepada ibu ayah dan keluarga pasien untuk mengetahui
kondisi pasien saat ini.
B. Melakukan pemberian oralit untuk mencegah dehidrasi.
C. Memberikan HE pada ibu tentang :
a. Personal hygiene
b. Nutrisi
c. Pentingnya pemberian cairan dan cara membersihkan botol
d. Membiasakan memcuci tangan sebelum dan sesudah merawat anak
e. Minum obat secra teratur
f. Kontrol uang 3 hari lagi pada tanggal 13 September 2013 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan.
D. Memberikan terapi kepada pasien
a. Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan
: 10x permenit
b. Lacto B : 2 x 1
c. Pct
: 3 x sendok teh
d. Zink Syip : 3 x 1 sendok the
e. Cefotaxim : 2 x 800 gram yang disuntikan
DATA PERKEMBANGAN
Tanggal
Jam
: 10 September 2013
: 09.30 WIB
A. Subyektif
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya sudah lebih membaik, tidak ada demam dan
mencret-mencret, BAB sudah normal seperti biasanya setelah diberikan pengobatan.
B.
Obyektif
Tanggal
: 10 September 2013
Jam : 09.30 WIB
1.
Keadaan Umum
Tanggal
: 10 September 2013
Jam
: 09.30 WIB
1)
2)
3)
a.
Kesadaran
: Composmentis
Keadaan umum
: Cukup
Tanda-tanda Vital
Suhu
: 36,9 C
Lokasi
: Axilla
b. Nadi
: 98 x/menit
Jenis
: Reguler
c. Pernapasan : 38 x/menit
Irama
: Teratur
Jenis
: Perut
2.
a. Inspeksi
a)
Kepala
Keadaan kulit kepala : Bersih dan tidak ada ketombe
Warna rambut : Hitam
Jumlah
: Lebat
Rontok/Tidak : Tidak rontok
Ubun-ubun
: Tidak cekung
b)
Muka
Kebersihan
Pucat
Oedema
: Bersih
: Tidak ada pucat
: Tidak ada oedema
c)
d)
Mata
Bentuk
Conjungtiva
Sklera
Palpebra
Mulut
Bentuk
Bibir
Gigi
Lidah
e)
Abdomen
Kebersihan
: Bersih
Pembesar Abdomen : Tidak ada
f)
Anus
Varices
Oedema
Kelainan
: Tidak ada
: Tidak ada oedema
: Tidak ada
b. Palpasi
a) Abdomen
Nyeri Tekan
Turgor Kulit
Kembung
: Tidak ada
: Menurun
: Tidak ada
c. Auskultasi
a) Abdomen
Bising Usus
3.
: Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal
: 10 September 2013
Jam
: 09.88 WIB
a. Laboratarium
Tidak dilakukan
b. USG
Tidak dilakukan
c. Lain-lain
Tidak dilakukan
d. Terapi
a) Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan
: 8x permenit
b) Lacto B : 2 x 1
c) Pct
: 3 x sendok teh
d) Zink Syip : 3 x 1 sendok the
e) Cefotaxim : 2 x 800 gram yang disuntikan
C. Assement
Anak A usia 8 bulan dengan dehidrasi ringan.
D. Planning
a. Menginformasikan hasil Pemeriksaan kepada ibu ayah dan keluarga pasien untuk mengetahui
kondisi pasien saat ini.
b. Melakukan pemberian oralit untuk mencegah dehidrasi.
c. Memberikan HE pada ibu tentang :
a) Personal hygiene
b) Nutrisi
c) Pentingnya pemberian cairan dan cara membersihkan botol
d) Membiasakan memcuci tangan sebelum dan sesudah merawat anak
e) Minum obat secra teratur
f) Kontrol uang 3 hari lagi pada tanggal 13 September 2013 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan.
d. Memberikan terapi kepada pasien
a) Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan
: 10x permenit
b) Lacto B
:2x1
c) Pct
: 3 x sendok teh
d) Zink Syip
: 3 x 1 sendok the
e) Cefotaxim
: 2 x 800 gram yang disuntikan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada uraian perkembangan kasus, penulis menerapkan asuhan pada bayi. Pada Bab ini
penulis akan menyajikan pembahasan dengan membandingkan antara tinjauan teori dan tinjauan
kasus pada An.A.
Menurut Winardi (1981), tanda dan gejala diare adalah dengan meningkatnya frekuensi
buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja
penderita. Hal ini terdapat kesesuaian antara teori dengan kasus An. A, bahwa tanda-tanda
tersebut adalah buang air besar lebih dari tiga kali sehari.
Pada kasus An. A didapatkan bahwa An. A mengalami diare dehidrasi ringan dengan buang
air besar lebih dari 4x sehari yaitu dengan ditemukannya tinja yang encer, teori dan kasus ini
sesuai dengan pernyataan oleh (Ngastiah, 1998).
Menurut Mansjoer (2000), penanganan dari diare dengan dehidrasi ringan adalah personal
hygine, pemberian nutrisi yang cukup seperti pemberian cairan dan makanan pengganti ASI,
melakukan cuci tangan sebelum merawat An. A, membersihkan botol yang bersih apabila anak
menggunakan susu formula, dan pemberian obat secara teratur sesuai anjuran dokter.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah
padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat
Pada kasus An. A, 8 bulan, dengan diare di Rumah Sakit Umum Kab. Tangerang. Pasien
dirawat selama 3 hari. Tiap empat jam sekali dilakukan observasi keadaan umum anak, mulai
dari tanda-tanda vital,ubun-ubun, mata, mulut, perut, kulit,rectum. Pada hari pertama tanggal 08
September 2013 orang tua An.A mengatakan bahwa anaknya mengalami keluhan panas lebih
dari 8 hari yang lalu sepanjang hari sebelum masuk rumah sakit, mencret-mencret encer 4x
dalam sehari dan sudah berlangsung selama 2 hari. Pada hari kedua tanggal 9 September 2013
orang tua An.A mengatakan kondi anaknya sudah membaik, BAB 2x sehari dan tidak terlalu
encer, mobilisasi baik, dokter mengatakan An.A sudah diperbolehkan pulang pada tanggal 10
September 2013.
Pada teori dan kasus An.A tidak banyak terjadi kesenjangan, perawat telah melakukan
apa yang telah menjadi wewenangnya yaitu bila ada kasus diare harus segera melakukan
tindakan dan observasi agar tidak terjadi komplikasi yang berkelanjutan.
5.2 Saran
5.2.1. Bagi Penulis
Agar penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki untuk melakukan asuhan
kebidanan pada anak dengan kasus diare sesuai dengan standart profesi kebidanan dan dapat
mengatasi kesenjangan yang terkadang timbul antara teori yang didapat diperkuliahan dengan
praktek yang nyata dilahan serta dapat mengaplikasikan teori yang didapat dengan
perkembangan ilmu kebidanan terbaru.
5.2.2. Bagi Lahan Praktek
Untuk bidan maupun petugas tenaga kesehatan lainnya, diharapkan dapat memberikan
asuhan kebidanan pada anak dengan kasus diare dan mencegah terjadinya komplikasi yang
berkelanjutan.
5.2.3. Bagi Klien
Diharapkan orang tua lebih memahami pentingnya kesehatan untuk kesejahteraan dan
meningkatkan pengetahuan tentang diare. Dukungan keluarga sangat berarti untuk anak selama
masa pertumbuhannya.
5.2.4. Bagi Institusi Pendidikan
Agar institusi dapat menilai sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam menerapkan
pengetahuan yang telah didapat dengan mempraktekkan dan menerapkannya pada klien secara
langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Hassan, Resepno dan Alatas Husein. 1985. Ilmu Kesehatan Anak FKUI RCCMC. Jakarta :
Infomedika
Kosim, M Soleh dkk. 2012. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter,
Perawat, Bidan di Rumah Sakit Rujukan Dasar. Departemen Kesehatan RI
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran FKUI. Jakarta : Media Aesculapis
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran FKUI. Jakarta : Media Aesculapis
Marni dan Kukuh Rahardjo. 2012 Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Noer, Saifullah. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 FKUI. Jakarta : Gaya Baru
Rukiyah dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakata : Trans Info Media
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia
Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untu
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika