Вы находитесь на странице: 1из 14

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
PR (public relations)/humas merupakan suatu profesi,dimana fungsi dan
kegunaanya di terapkan pada organisasi pemerintahan maupun swasta,lembaga profit
maupun non profit. Humas atau hubungan masyarakat adalah seni menciptakan
pengertian publik yang lebih baik sehingga dapat memperdalam kepercayaan publik
terhadap suatu individu atau organisasi.sebagai profesi,humas atau PR mempunyai
etika yang harus di terapkan dan dijalankan.
Namun demikian Sebelum dibahas lebih lanjut tentang apa pentingnya etika
dalam industri kehumasan maka terlebih dahulu kita perlu mengetahui tentang apa
yang dimaksud Public Relations (humas) .Maka dalam hal ini yang dimaksud dengan
Humas (Public Relations) menurut Frank Jefkins adalah sesuatu yang merangkum
keseluruhan komunikasi yang terencana baik kedalam maupun keluar antara suatu
organisasi dengan semua khalayak dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik
yang berlandaskan pada saling pengertian.
Etika merupakan cabang dari filsafat dimana mempelajari pandangan-pandangan
dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan yang kadangkadang orang memakai dengan istilah filsafat etika, filsafat moral, filsafat susila.etika
ilmu yang mempelajari apa yang benar dan apa yang salah, fungsi praktis dari etika
adalah memberikan pertimbangan dalam berprilaku. Tujuan mempelajari etika, untuk
mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua
manusia dalam ruang dan waktu tertentu pengertian baik sesuatu hal dikatakan baik
bila ia mendatangkan rahmat, dan memberikan perasaan senang, atau bahagia
(Sesuatu dikatakan baik bila ia dihargai secara positif) Pengertia buruk segala yang
tercela. Perbuatan buruk berarti perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma
masyarakat yang berlaku.
Akan tetapi pada kenyataanya tidak semua praktisi humas professional menerapkan
etika dalam menjalankan profesi kehumasanya.karena kurang menyadari atau bahkan
kurang perduli,betapa pentingnya etika profesi dalam menjalankan profesi

kehumasanya.maka dari itu makalah ini di buat dengan harapan dapat mengetahui
pentinhnya etika profesi dalam dunia kehumasan

BAB II

PEMBAHASAN
ETIKA, REPUTASI DAN PROFSIONALITAS PUBLIC RELATION
1. DASAR ETIKA
Kata etika sering disebut dengan istilah etik, atau ethics dalam bahasa Inggris
yang mengandung banyak pengertian. Dari segietimologi istilah etika berasal dari
kata latin Ethicus sedang dalam bahasa Yunani Ethicos yang berarti kebiasaan.
Yang menurut pengertian asli dikatakan baik itu apabila sesuai dengan masyarakat,
kemudian lambat laun pengertiannya berubah bahwa etika adalah suatu ilmu yang
membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia mana yang dapat dinilai
baik dan yang dapat dinilai tidak baik.
Sedangkan menurut Muhamad Mufid dalam buku etika dan filsafat
komunikasi (2009;173--) mengatakan secara etimologi (bahasa) berasal dari kata
bahasa Yunani: ETHOS yang berarti dalam bentuk tunggal mempunyai arti tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang , kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara
berpikir sedang dalam bentuk jamak ,: TA ETHA berarti adat kebiasaan.
Etika didalam pengertian bisa diartikan sebagai suatu kode etik yang
membatasi diri seseorang dalam berprilaku yang berdasarkan nilai-nilai yang ada dan
norma-norma yang akan menjadikan suatu tuntutan dalam setiap diri seseorang.
Didalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat
internasional yang diperlukan suatu sistem yang akan mengatur bagaimana
seharusnya manusia bergaul, dalam sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi
saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler
dan lain-lain. Dalam pergaulan bermaksud untuk menjaga kepentingan masingmasing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa
merugikan kepentingan serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan
sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentang dengan hak-hak asasi
umumnya. Hal itulah yang akan mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat.

Ada Dua Macam Etika Yang Harus Kita Pahami Bersama Dalam
Menentukan Baik Dan Buruknya Prilaku Manusia
A. ETIKA DESKRIPTIF
Yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap
dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup
ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta
sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap
yang mau diambil.
B. ETIKA NORMATIF
Yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku
ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus
memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan
diputuskan
Etika secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a) ETIKA UMUM, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana
manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan
etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi
pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai
baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan
dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum
dan teori-teori.
b) ETIKA KHUSUS, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar
dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud :
Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang
kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh
cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat
juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain
dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh

kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana


manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakn, dan teori serta prinsip
2.

moral dasar yang ada dibaliknya.


ETIKA PROFESIONAL PUBLIC RELATION
Bagi profesional Public Relation, ada beberapa standar atau dasar etikanya
mencakup:
1. Sikap profesional
Sikap profesional memiliki prinsip bahwa Anda harus bertindak atas dasar
keinginan untuk menciptakan kebaikan diantara kedua belah pihak, baik
klien maupun komunitas. Bukan semata - mata untuk mengejar posisi dan
kekuasaan.
2. Kepercayaan mutlak, dan tanggung jawab sosial
Untuk menjadi seorang profesional, Anda diharapkan mampu memegang
kepercayaan. Kesejahteraan publik atau pimpinan tergantung pada
kecakapan dan tindakan Anda. Pimpinan harus mempercayai informasi
yang diberikan oleh PR lebih dari siapapun. Sedangkan kehormatan
seorang profesional PR mengacu pada keyakinan dan kepercayaan yang
diberikan publik, karena perilaku yang benar dan keahlian yang Anda
miliki.
Hal yang harus diperhatikan adalah:
1. Tanggung jawab
Praktisi PR memiliki tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan
dan fungsinya (by function) serta tanggung jawab terhadap dampak
atau akibat dari tindakan pelaksanaan profesi (by profession) tersebut
terhadap dirinya, rekan kerja dan profesi, organisasi/perusahaan, dan
masyarakat umum lainnya.
2. Kebebasan
Para profesional PR memiliki kebebasan dalam menjalankan
profesinya tanpa merasa takut atau ragu-ragu, tetapi tetap memiliki
komitmen dan bertanggung jawab dalam batas-batas aturan main yang
telah ditentukan oleh kode etik sebagai standar perilaku profesional.
3. Kejujuran

Profesional PR harus jujur dan setia, serta merasa terhormat pada


profesi yang disandangnya. Mengakui akan kelemahannya dan tidak
menyombongkan diri, serta berupaya terus untuk mengembangkan diri
dalam mencapai kesempurnaan bidang keahlian dan profesinya
melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Di samping itu, tidak
akan melacurkan profesinya untuk tujuan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan, demi tujuan materi semata atau kepentingan
sepihak.
4. Keadilan
Dalam menjalankan profesinya, maka setiap profesional memiliki
kewajiban dan tidak dibenarkan melakukan pelanggaran terhadap hak,
mengganggu milik orang lain, lembaga, atau organisasi, atau
mencemarkan nama baik bangsa dan negara. Di samping itu, harus
menghargai hak-hak, menjaga kehormatan nama baik, martabat, dan
milik bagi pihak lain, agar tercipta saling menghormati dan keadilan
secara obyektif dalam kehidupan masyarakat.
5. Otonomi
Dalam prinsip ini, seorang profesional memiliki kebebasan secara
otonom dalam menjalankan profesinya sesuai dengan keahlian,
pengetahuan, dan kemampuannya, organisasi, dan departemen yang
dipimpinnya, untuk melakukan kegiatan operasional atau kerja sama
yang terbebas dari campur tangan pihak lain. Apa pun yang
dilakukannya adalah merupakan konsekuensi dari tanggung jawab
profesi. Kebebasan otonom merupakan hak dan kewajiban yang
dimiliki oleh setiap profesional.
Standar komitmen yang tinggi atas etika dan sikap profesionalisme bagi para
praktisi akan membedakan praktisi PR dengan tenaga terlatih lainnya. Kemudian
akan menjadikan profesi PR mempunyai nilai lebih dalam pelayanan public interest.
Landasannya adalah:

1) Professional Ethics
Perilaku yang profesional didasarkan pada niat baik, merasa diawasi dan
dinilai jika melawan kode perilaku. Perasaan ini dapat terwujud, karena
dipaksa melalui interpretasi nyata bagi mereka yang menyimpang dari
penampilan standar yang diterima.
2) The Imperative of Trust
Hubungan publik atau pimpinan lembaga dengan PR berbeda dengan
hubungan mereka dengan penyedia jasa lainnya. Perbedaan dipusatkan pada
hubungan berlandaskan kepercayaan. Sewaktu pimpinan mencari jasa
profesional, mereka menempatkan dirinya bukan hanya pikirannya dalam
suatu resiko. Begitu juga dengan publik. Seringkali, mereka mempercayakan
dirinya dan keinginannya kepada Anda. Karena itu, pimpinan atau publik dan
Anda telah memasuki sebuah hubungan saling percaya, sehingga diharuskan
untuk bertindak sebaik mungkin.
3) Professional Privilege
Professional Privilege (hak istimewa) para profesional PR berpondasi pada
kepercayaan, keyakinan, dan perilaku yang baik dari publik maupun dari
sesama profesional. Untuk melindungi hak masing-masing dalam posisinya di
masyarakat, para praktisi membuat kode etik dan standardisasi dalam praktek.
Kode etik tersebut seringkali memiliki kekuatan hukum dan kekuasaan
terhadap sanksi negara.
4) Social Responsibility
Para profesional PR juga harus dapat memenuhi kewajiban moral dan harapan
dalam masyarakat. Masalah etika ini penting diperhatikan. Karena pada
dasarnya, kegiatan PR memiliki pengaruh yang kuat dalam masyarakat,
terutama apabila dapat menjalankan fungsinya secara efektif, dan sadar akan
konsekuensi dari kegiatan yang dijalankannya.
Dalam hubungannya dengan kegiatan manajemen sikap itulah yang harus
ditunjukkan seorang humas dalam profesinya sehari-hari maka harus menguasai etika
yang umum dan tidak umum antara lain sebagai berikut.:

1. Good communication for internal and external public.


2. Memberikan kepada bawahan atau karyawan adanya sense of belonging &
sense of wanted pada perusahaannya (merasa diakui atau dibutuhkan).
3. Tidak terlepas dari faktor kejujuran sebagai landasan utamanya.
4. Etika sehari-hari dalam berkomunikasi atau berinteraksi harus tetap dijaga.
5. Menyampaikan informasi penting pada anggota atau kelompok yang
berkepentingan.
6. Menghormati prinsip-prinsip rasa hormat terhadap nilai-nilai manusia.
7. Menguasai tehnik-tehnik cara penanggulangan kasus-kasus sehingga dapat
memberikan keputusan dan pertimbangan secara bijaksana.
8. Mengenal batas-batas berdasarkan pada moralitas dalam profesinya.
9. Penuh dedikasi dalam profesinya.
10. Menaati kode etik humas.
3. KEUNTUNGAN PROFESIONAL PUBLIK RELATION
Pengaruh positif bagi Public Relation adalah:
a. Public Relation dapat meningkatkan praktek profesionalisme dengan
memberikan kode etik dan memberdayakan perilaku dan kinerja yang bersifat
etis dan standar.
b. Public Relation mampu meningkatkan perilaku dari suatu organisasi dengan
menekankan pada kebutuhan akan aspirasi masyarakat.
c. Public Relation mampu melayani kepentingan masyarakat dengan menyerap
aspirasi yang berkembang di tengah masyarakat.
d. Public Relation melayani kelompok masyarakat tertentu dan masyarakat
lainnya dengan menggunakan komunikasi dan media untuk mengubah
informasi yang tidak benar menjadi informasi yang sebenarnya.
e. Public Relation mempengaruhi tanggung jawab sosialnya dengan mendukung
kesejahteraan manusia dengan cara memperbaiki sistem sosial yang
disesuaikan dengan perubahan kebutuhan dan lingkungan.
Selain itu, juga terdapat beberapa pengaruh negatif, mungkin terjadi akibat
penyalah gunaan etika, seperti:
a) Humas yang ingin mendapatkan keuntungan dengan mendukung kepentingan
tertentu, kadang-kadang sampai mengorbankan kepentingan masyarakat.

b) Humas ada kalanya membuat kekacauan dalam saluran-saluran komunikasi


dengan membuat informasi menjadi lebih rumit dan membingungkan daripada
bersifat klarifikasi.
c) Humas dapat mengakibatkan rusaknya kredibilitas dan saluran komunikasi
karena dinodai oleh rasa kebencian dan ketimpangan.
Selain pengaruh negatif di atas, seringkali kegiatan-kegiatan yang dilakukan
PR berujung pada penuntutan melalui jalur hukum, oleh pihak-pihak yang merasa
tidak puas. Karena itu, PR lembaga pemerintah juga dituntut untuk melek
hukum dalam melakukan aktifitasnya. Minimal mengetahui dan memahami
kegiatan-kegiatan mereka yang berpotensi dalam pelanggaran hukum.
4. PERAN ETIKA
Etika dalam industri kehumasan ialah suatu etika yang berfungsi sebagai
penyanggah industri humas dalam menghadapi massa yang akan datang. Dengan
adanya etika dalam industri kehumasan diharapkan pergeseran nilai-nilai dan budaya
serta mengeluarkan pendapat yang lebih ekstrim dan dapat ditekan agar tidak terlalu
terbuka. Dengan adanya etika profesi kehumasan diharapkan para pelaku atau
kelompok-kelompok yang menganggap dirinya sebagai seseorang yang mengaku
profesional dapat dihilangkan.
Etika dalam industri kehumasan juga dapat dikatakan dengan etika sosial. Etika
sosial adalah menyangkutkan hubungan manusia dengan baik secara langsung
maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap
setiap pandangan-pandangan dunia dan ideologi-ideologi maupun tanggung jawab
umat manusia terhadap lingkungan hidup. Dalam pengertian etika sosial ini juga
berkaitan dengan etika profesi, etika profesi adalah aturan-aturan yang berkaitan
dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga
banyak orang yang bekerja tetap dan sesuai, tetapi dengan keahlian saja yang
diperoleh dari pendidikan dan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi

perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan
antara teori dan penerapan dalam praktek.
Di antara praktisi public relation terdapat perbedaan pendapat yang besar
mengenai apakah public relations adalah suatu karya seni, ketrampilan, atau sebuah
profesi dalam pengertian yang sama denagn kedokteran dan hukum. Ada juga
gagasan, yang dikembangkan oleh banyak profesional dan PRSA bahwa yang palig
penting adalah bagi individu bersangkutan untuk bertindak sebagai seorang
profesional dalam bidang ini. Kemudaian seorang praktisi humas harus memiliki: rasa
kemandirian; rasa tanggung jawab terhadap masyarakat dan kepentingan umum;
kepedulian nyata terhadap kompentensi dan kehormatan profesi ini secara
menyeluruh; kesetiaan yang lebih tinggi terhadap standar profesi dan sesama
profesional daripada kepada pihak yang memberi pekerjaan kepadanya pada saat itu.
Hambatan besar bagi profesionalisme adalah sikap banyak praktisi itu sendiri
terhadap pekerjaan mereka, mereka memandang lebih tinggi arti keamanan kerja
prestise dalam organisasi, jumlah gaji, dan pengakuan dari atasan dibandingkan nilainilai tersebut.
International Public Relation Association (IPRA) menyatakan kode etik
humas yang kemudian diterima dalam konvensi-nya di Venice pada Mei 1961, isinya
adalah:
1. Integritas pribadi dan profesional, reputasi yang sehat, ketaatan pada
konstitusi dan kode IPRA
2. Perilaku kepada klien dan karyawan:
a. Perlakuan yang adil terhadap klien dan karyawan;
b. Tidak mewakili kepentingan yang berselisih bersaing tanpa persetujuan;
c. Menjaga kepercayaan klien dan karyawan;
d. Tidak menerima upah, kecuali dari klien lain atau majikan lain;
e. Tidak menggunakan metode yang menghina klien atau majikan lain;
f. Menjaga kompensasi yang bergantung pada pencapaian suatu hasil
tertentu.
3. Perilaku terhadap publik dan media:
a. memperhatikan kepentingan umum dan harga diri seseorang;

b. Tidak merusak integritas media komunikasi;


c. Tidak menyebarkan secara sengaja informasi

yang

palsu

atau

menyesatkan;
d. Memberikan gambarabyang dapat dipercaya mengenai organisasi yang
dilayani;
e. Tidak menciptakan atau menggunakan pengorganisasian palsu untuk
4.

melayani kepentingan pribadi yang terbuaka


perilaku terhadap teman sejawat:
a. Tidak melukai secara senaga reputasi profesional atau praktek anggota
lain;
b. Tidak berupaya mengganti anggota lain dengan kliennya;
c. Bekerja sama dengan anggota lain dalam menunjunjung tinggi dan
melaksanakan kode etik ini.
Selain pentingnya etika di dalam kehumasan juga tuntutan keprefosionalan

dalam kehumasan juga sangat penting didalam menyandang sebuah industri


kehumasan sangatlah erat dengan kode etik masing-masing di setiap profesi maupun
di industri kehumasan. Didalam kode etik kehumasan/PR merupakan bagian dari
etika moral terapan dari pemikiran etis yang berkaitan dengan perilaku atau industri
didalam kehumasan yang berpedoman dengan tindakan etik mana yang harus dan
mana yang tidak harus dilakukan.
Kode etik kehumasan dapat berlangsung dengan baik apabila dijiwai dengan
cita-cita dan nilai luhur yang hidup dalam lingkunga kehumasan karena merupakan
perumusan moral yang jadi tolak ukur bagi perilaku. Dengan etika PR diharapkan
dapat menjadi pedoman bagi seorang profesional kehumasan dalam menjalani
pekerjaanya dengan selaras tanpa ada penyimpangan-penyimpangan yang menciderai
profesinya.
Etika Sebagai Pencipta Hubungan baik dengan Klien
Sesuai yang telah dipaparkan oleh IPRA terdapat fungsi Public Relation
terhadap kliennya. Etika profesi kehumasan dapat menciptakan hubungan sinergis
antara organisasi dengan kliennya. Pelayanan terhadap klien seharusnya dapat
menjadi perhatian khusus oleh Public Relation karena sebagai fungsi menejemen

yang berada di organisasi atau perusahaan peran humas dan hubungannya sangat
dekat dengan klien dan bahkan menjadi pihak penengah antara organisasi dengan
kliennya.
Menurut Edward L.Bernays humas memiliki fungsi sebagai berikut :
1. memberikan penerangan kepada publik,
2. melakukan persuasi kepada publik untuk mengubah sikap dan tingkah laku
publik
3. Upaya untuk menyatukan sikap dan perilaku suatu lembaga sesuai dengan
sikap dan perbuatan masyarakat, atau sebaliknya.
Kesan (image),kesan disini berarti "gambaran yang diperoleh seseorang
tentang suatu fakta sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengertian mereka
(terhadap suatu produk, orang, atau situasi)".
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang humas haruslah
memiliki etika, bertindak secara professional, dan menunjukan sikap etis dalam
kehidupan sehari-hari. Seorang humas juga harus menguasai etika-etika umum
keprofesionalitasan dan etika-etika khusus seorang humas pada khususnya. Seorang
praktisi humas harus memiliki rasa kemandirian, rasa tanggung jawab terhadap
masyarakat dan kepentingan umum, kepedulian nyata terhadap kompentensi dan
kehormatan profesi ini secara menyeluruh, kesetiaan yang lebih tinggi terhadap
standar profesi dan sesama profesional daripada kepada pihak yang memberi
pekerjaan kepadanya pada saat itu. Seorang profesional humas harus mampu bekerja
atau bertindak melalui pertimbangan yang matang dan benar, yaitu dapat
membedakan secara etis mana yang dapat dilakukan dan mana yang tidak, sesuai
dengan pedoman kode etik profesi yang disandang.
Jadi etika dalam industri kehumasan sangatlah penting. Etika sebagai kontrol
bagi diri pribadi seorang humas juga sebagai kontrol dalam industri kehumasan itu
sendiri. Tanpa adanya etika, maka profesi humas tidak akan berjalan sebagaimana

mestinya. Selain itu pelaksanaan etika dalam indutri humas akan menciptakan sinergi
atau hubungan yang baik antara perusahaan atau organisasi dengan kliennya.

BAB.III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Etika dalam industri kehumasan sangatlah penting.dengan adanya etika dalam
humas menjadikan kontrol bagi pribadi humas maupun bagi industri kehumasan itu
sendiri. Tanpa adanya etika seorang humas akan bertindak semaunya sendiri,
bertingkah

laku

sesuai

keinginannya

sendiri.tanpa

adanya

aturan

yang

membatasinya.tanpa adanya etika profesi dalam industry kehumasan akan banyak


kecurangan-kecurangan yang dilakukan, akan banyak kebohongan-kebohongan yang
diciptakan untuk menutupi kesalahan perusahaan atau organisasi.
Selain itu etika juga dapat berperan untuk mengukur dan melihat profesionalisme
yang di miliki pribadi humas,karena etika dalam sebuah profesi berkaitan pula
dengan profesionalitas dari profesi itu sendiri. dapat mengimplementasikan etika dan
etiket dalam setiap langkah dan setiap kegiatan humas.
Oleh karena itu dalam industri kehumasan sikap atau etika yang baik,wajib
dimiliki oleh seorang humas. Maka bagi seseorang dalam industri kehumasan
sangatlah penting unuk memiliki pemahaman mengenai etika karena menyangkut
penampilan (profile) dalam rangka menciptakan & membina citra (image) organisasi
yang diwakilinya.karena industry humas meliputi pengertian dan menuju kepada
kemauan baik dan reputasi, yang tergantung kepada kepercayaan. maka berlaku jujur
adalah jalan yang terbaik, karena hubungan masyarakat tidak akan berjalan tanpa

adanya kepercayaan.selain itu pula etika dapat berperan dalam pembuktian


profesionalitas yang dimiliki oleh pribadi humas itu sendiri.

Вам также может понравиться