Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Gambar. Animasi melting pada batuan metamor (Sumber: Mc Knight, Tom L & Hess, Darrel, 2008)
dowload animasi
Batuan metamorf berarti batuan yang terbentuk dari batuan asal (batuan beku, sedimen,
metamorf) yang mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat terjadi karena berbagai
sebab, antara lain: temperatur tinggi, tekanan tinggi, serta temperatur dan tekanan tinggi.
Penjelasan mengenai ketiga faktor tersebut sebagai berikut.
1. Temperatur tinggi
Temperatur tinggi berasal dari magma. Batuan ini berdekatan dengan dapur magma, sehingga
ini disebut metamorf kontak. Contoh: marmer dari batugamping (limestone) dan antrasit dari
batubara.
Gambar. Salah satu tambang marmer yang ada di Kecamatan Besuki, Tulungagung
Dua aktivitas geologi yang berupa vulkanisme dan tektonisme berkaitan erat dengan
terdapatnya batuan metamorf di kawasan Tulungagung selatan. Jenis batuan metamorf yang
ada di kawasan ini adalah marmer, yang merupakan malihan dari limestone. Batuan metamorf
di kawasan ini tidak tersebar secara meluas, yaitu hanya di sekitar Desa Besole Kecamatan
Besuki.
2. Tekanan tinggi
Tekanan yang tinggi dapat berasal dari endapan-endapan yang tebal sekali.
Contoh, batulumpur (mudstone) menjadi batutulis (slate). Batuan ini banyak dijumpai di
daerah patahan atau lipatan.
Gambar. Batulempung (mudstone) yang berubah menjadi batutulis (slate) (Sumber: http://en.wikipedia.org)
Gambar di atas menunjukkan perubahan pada mudstone yang berubah menjadi slate. Slate
terbentuk pada temperatur dan suhu yang rendah. Oleh karena itu, agen metamorfosis yang
paling berperan adalah tekanan terhadap batuan tersebut. Slate ditandai oleh struktur foliasi
(slaty cleavage) dan tersusun atas butir-butir yang sangat halus (very fine grained).
Tekanan dan suhu tinggi terjadi bila ada pelipatan dan pergeseran saat pembentukan
pegunungan. Proses seperti ini disebut metamorfosis pneumatolistik, contoh: Sekis. Batu
Sekis yang ditemukan di lapangan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar. Batuan Sekis di Kali Brengkok, Karangsambung, Kebumen (Sumber: LIPI-Balai Informasi dan
Konservasi Kebumian)
Sekis berasal dari mineral asam lempeng benua. Batuan ini berkilauan ketika tertimpa sinar
matahari dan merupakan batu tertua yang tersingkap di Pulau Jawa. Pengukuran dengan
radioaktif menunjukkan batuan ini berumur 121 juta tahun, dari Zaman Kapur. Batuan alas
Pulau Jawa ini memiliki nilai ilmiah tinggi karena membuktikan bahwa sejak zaman itu telah
terjadi tumbukan lempeng samudera dengan lempeng benua di kawasan Karangsambung.
Gambar. Salah satu tambang Batu Marmer di Desa Besole, Kecamatan Besuki, Tulungagung (Sumber:
http:// beritadaerah.co.id)
Gambar. Peta Geologi Tulungagung yang menggambarkan kondisi formasi batuan di daerah tersebut
(Sumber: http://www.blog.ub.ac.id)
Keterangan:
Satuan Gunung Api Tua/Formasi Mandalika (Tomn). Batuan penyusun berupa breksi
gunung api, lava, tuf, batupasir dan batulanau.
Satuan Breksi Gunung Api/ Formasi Wuni (Tmw). Tersusun oleh breksi gunung api,
tuf, batupasir, dan batulanau yang umumnya tufan, bersisipan batugamping.
Gambar di atas adalah contoh Antrasit yang di tambang di IIbenburen, Jerman. Antrasit
ditambang dari formasi geologi tertua dan paling lama tinggal di dalam tanah. Antrasit
merupakan batubara yang paling keras. Ketika dibakar, antrasit menghasilkan api biru yang
sangat panas dan berwarna hitam mengkilat. Antrasit lebih banyak menghasilkan panas dan
lebih sedikit asap dibandingkan dengan batubara lainnya.
Batu Turmalin termasuk batu mineral semi mulia yang terkenal karena kemampuannya. Batu
ini dapat membantu dalam proses detoksifikasi tubuh manusia. Turmalin termasuk salah satu
mineral yang memiliki kemampuan untuk memancarkan ion negatif dan sinar inframerah
jauh. Turmalin juga memiliki kemampuan untuk menjadi sumber muatan listrik sendiri.
1. Struktur foliasi
Struktur foliasi adalah struktur paralel yang dibentuk oleh mineral pipih/ mineral prismatik.
Struktur foliasi seringkali terjadi pada metamorfosa regional dan metamorfosa kataklastik.
Beberapa struktur foliasi yang umum ditemukan antara lain, yaitu: Slaty Cleavage, Phylitic,
Sekisose, Gneisose.
Keterangan:
Slaty cleavage. Struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang belah batu
sabak/slate, mineral mika mulai hadir, batuannya disebut slate (batutulis).
Phylitic. Rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage, batuan lebih mengkilap
daripada batusabak (mulai banyak mineral mika), mulai terjadi pemisahan mineral
pipih dan mineral granular meskipun belum begitu jelas/belum sempurna, batuannya
disebut Phyllite (Filit).
Sekisose. Struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral pipih
orientasinya menerus/tidak terputus, sering disebut dengan close Sekisosity, batuannya
disebut Sekis.
Gneisose. Struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral pipih
orientasinya tidak menerus/terputus, sering disebut dengan open Sekisosity, batuannya
disebut Gneis.
2. Struktur nonfoliasi
Struktur nonfoliasi adalah struktur yang dibentuk oleh mineral-mineral yang equidimensional
dan umumnya terdiri dari butiran-butiran granular. Strktur ini seringkali terjadi pada
metamorfosa termal. Beberapa struktur nonfoliasi yang umum ditemukan, yaitu: Granulase,
Hornfelsik, Cataclastic, Mylonitic, dan Phylonitic.
Keterangan:
Mylonitic, struktur nonfoliasi yang dibentuk oleh adanya penggerusan mekanik pada
metamorfosa kataklastik, menunjukan goresan-goresan akibat penggerusan yang kuat
dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer, batuannya disebut Mylonite
(Milonit).
Phyllonitic, gejala dan kenampakan sama dengan milonitik tetapi butirannya halus,
sudah terjadi rekristalisasi, menunjukan kilap silky, batuannya disebut Phyllonite
(Filonit).
Berdasarkan ketahanan terhadap prose metamorfosa ini tekstur batuan metamorf dapat
dibedakan menjadi:
a. Tekstur Relic (sisa)
Tekstur batuan metamorf yang masih menunjukan sisa tekstur batuan asalnya. Penamaannya
dengan memberi awalan blasto (kemudian disambung dengan nama tekstur sisa), misalnya:
tekstur Blastoporfiritik. Penamaan lainnya dengan memberi awalan meta, misalnya
Metasedimen, Metagraywacke, Metavulkanik, dsb.
b. Tekstur Kristaloblastik
Tekstur kristoblastik adalah setiap tekstur yang terbentuk pada saat metamorfosa.
Penamaannya dengan memberi akhiran blastik. Penamaan ini dipakai untuk memberikan
nama tekstur yang terbentuk oleh rekristalisasi proses metamorphosis. Misalnya, tekstur
porfiroblastik, yaitu batuan metamorf yang memperlihatkan tekstur mirip porfiritik pada
batuan beku, tapi tekstur ini betul-betul akibat rekristalisasi metamorfosis.
Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu sendiri.
Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya sendiri dan
sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain
disekitarnya.
Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi: