Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas atau purperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada
masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi
dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan
pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.
Secara psikologi, pascapersalinan ibu akan merasakan gejala-gejala psikiatrik. Meskipun
demikian, adapula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi yag dialami
tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal tentang hal yang lebih lanjut. Wanita
banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri
menjadi seorang ibu. Penting sekali sebagian bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian
psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan
khusus dalam masa nifas ini, untuk suatu variasi atau penyimpangan dari penyesuaian yang
normal yang umum terjadi.
Beberapa penulis berpendapat dalam minggu pertama setelah melahirkan, banyak
wanita yang menunjukan gejala-gejala psikiatrik, terutama gejala depresi diri ringan sampai
berat serta gejala-gejala neonatus traumatic, antara lain rasa takut yang berlebihan dalam
masa hamil struktur perorangan yang tidak normal sebelumnya, riwayat psikiatrik abnormal,
riwayat perkawinan abnormal, riwayat obstetrik (kandungan) abnormal, riwayat kelahiran
mati atau kelahiran cacat, dan riwayat penyakit lainya.
Biasanya penderita akan sembuh kembali tanpa ada atau dengan pengobatan.
Meskipun demikian, kadang diperlukan terapi oleh ahli penyakit jiwa. Sering pula kelainankelainan psikiatrik ini berulang setelah persalinan berikutnya. Hal yang perlu diperhatikan
yaitu adaptasi psikososial pada masa pasca persalinan. Bagi keluarga muda, pasca persalinan
adalah awal keluarga baru sehingga keluarga perlu beradaptasi dengan peran barunya.

Tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta
perhatian anggota keluarga lainya merupakan dukungan positif bagi ibu.
2.2 Rumusan Masalah
a) Bagaiman proses adaptasi psikologi ibu dalam masa nifas ?
b) Gangguan-gangguan psikologi apa yang timbul pad masa nifas ?
c) Bagaimana cara mengatasi gangguan psikologi ibu dalam masa nifas ?
2.3 Tujuan
a) Mengetahui proses adaptasi psikologi ibu dalam masa nifas
b) Mengetahui gangguan psikologi ibu dalam masa nifas
c) Mengetahui cara mengatasi gangguan psikologi ibu dalam masa nifas

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Adaptasi Psikologi Ibu dalam Masa Nifas
Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses kelahiran
maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan seorang wanita dapat
bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan
masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang
ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai
berikut :
Fungsi menjadi orang tua
Respon dan dukungan dari keluarga
Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan.
Harapan, keinginan dan inspirasi saat hamil dan melahirkan.
2.2 Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas.
a) Fase Taking In
Fase ini merupakan merupakan periode ketergantungan. Pada saat ini fokus perhatian
ibu terutama pada bayinya sendiri. Rubin (1961) menetapkan periode beberapa hari ini
sebagai fase menerima, suatu waktu dimana ibu baru memerlukan perlindungan dan
perawatan. Dalam penjelasan klasik Rubin, fase menerima ini berlangsung selama 2 3 hari.
Penelitian yang lebih baru (Ament, 1990) mendukung pernyataan Rubin, kecuali bahwa
wanita sekarang berpindah lebih cepat dari fase menerima. Fase menerima yang kuat hanya
terlihat pada 24 jam pertama pascapersalinan. Selama beberapa jam atau beberapa hari pasca
persalinan, wanita sehat yang dewasa tampaknya mengesampingkan semua tanggung jawab

sehari-hari. Mereka bergantung kepada orang lain sebagai respons terhadap kebutuhan
mereka akan istirahat dan makanan.

Pada fase ini suatu waktu yang penuh kegembiraan dan kebanyakan orang tua sangat
suka mengomunikasikannya. Mereka merasa perlu menyampaikan pengalaman mereka
tentang kehamilan dan kelahiran dengan kata-kata. Pemusatan, analisis, dan sikap yang
menerima pengalaman ini membantu oang tua untuk berpindah ke fase berikutnya.
Kecemasan dan keasyikan terhadap peran barunya sering mempersempit tingkat persepsi ibu.
Oleh karena itu, informasi yang diberikan pada waktu ini mungkin perlu diulang.
Ketidaknyamanan yang biasanya dialami pada fase ini antara lain rasa mules, nyeri luka
jahitan (bila ada), kurang tidur, dan kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini
adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah :
Kekecewaan pada bayinya
Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami.
Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.
b) Fase Taking Hold
Fase ini adalah periode yang berlangsung antara 3 10 hari pascapersalinan. Dalam
fase ini, secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan dan penerimaan dari
orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Ia berespons
dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tentang cara
perawatan bayi atau jika ia adalah seorang ibu yang gesit, ia akan memiliki keinginan untuk
merawat bayinya secara langsung. Dalam 6 8 minggu pasca persalinan, kemampuan ibu
untuk menguasai tugas-tugas sebagai orang tua merupakan hal yang penting. Harapan yang
realitis mempermudah kelangsungan fungsi-fungsi keluarga selanjutnya sebagai suatu unit.

Beberapa wanita sulit menyesuaikan diri terhadap isolasi yang dialaminya karena ia harus
merawat bayi dan tidak suka terhadap tanggung jawab dirumah dan merawat bayi.
Ibu yang kelihatan memerlukan dukungan tambahan adalah sebagai berikut :
Primipara yang belum berpengalaman mengasuh anak.
Wanita karier
Wanita yang tidak punya cukup banyak teman/keluarga untuk dapat berbagi rasa.
Ibu yang berusia remaja.
Wanita yang tidak bersuami.
Pada fase ini tidak jarang terjadi depresi. Perasaan mudah tersinggung bisa timbul
akibat berbagai faktor. Secara psikologis, ibu mungkin jenuh dengan banyaknya tanggung
jawab sebagai orang tua. Ia bisa merasa kehilangan dukungan yang pernah diterimanya dari
anggota keluarga dan teman-teman ketika dia hamil. Beberapa ibu menyesal tentang
hilangnya hubugan antara ibu dengan anak yang belum lahir. Beberapa yang lain mengalami
perasaan kecewa ketika persalinan dan kelahiran telah selesai. Keletihan pasca persalinan
diperburuk oleh tuntutan bayi yang banyak sehingga mudah dapat timbul perasaan depresi.
Dikatakan bahwa masa puerperium ini, kadar gluko kortiokid dalam sirkulasi dapat menjadi
rendah atau terjadi hipotiroid subklinis.
Keadaan fisiologis ini dapat menjelaskan depresi pascapartum ringan. Reaksi depresif
tidak perlu diekspresikan secara verbal. Keadaan depresif biasanya ditandai oleh perilaku
yang khas (menarik diri, kehilangan perhatian terhadap sekeliling dan menangis). Ketika
tugas-tugas dan penyesuaian telah dijalankan dan dapat dikendalikan, tercapailah suatu
keadaan stabil. Pada saat ini, tanggung jawab baru sebagai orang tua, yang harus dihadapi
selama hidup, mulai menjadi pusat perhatian.
c) Fase Letting Go
Pada fase ini, ibu dan keluarganya bergerak maju sebagai suatu sistem dengan para
anggota saling berinteraksi. Hubungan antarpasangan, walaupun sudah berubah dengan

adanya seorang anak, kembali menunjukkan banyak karakteristik awal. Tuntutan utama ialah
menciptakan suatu gaya hidup yang melibatkan anak, tetapi dalam beberapa hal, tidak
melibatkan anak pasangan ini harus berbagi kesenangan yang bersifat dewasa. Kebanyakan
suami istri memulai lagi hubungan seksualnya pada minggu ketiga atau keempat setelah anak
lahir. Beberapa memulai hubungan lebih awal, yakni segera setelah hal itu dapat dilakukan
tanpa wanita merasa nyeri.
Fase-fase adaptasi ibu nifas yaitu taking in, taking hold, dan letting go yang
merupakan perubahan perasaan sebagai respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan dan
akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri dengan peran barunya dan
tumbuh kembali pada keadaan normal. Walaupun perubahan-perubahan terjadi sedemikian
rupa, ibu sebaiknya tetap menjalani ikatan batin dengan bayinya sejak awal. Sejak dalam
kandungan bayi hanya mengenal ibu yang memberinya rasa aman dan nyaman sehingga
stress yang dialaminya tidak bertambah berat.
2.3 Gangguan Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas
a) Depresi pascapersalinan (Post Partum Blues)
Post partum blues sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues
dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu
pertama pascapersalinan. Atau merupakan kesedihan atau kemurungan pascapersalinan, yang
biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar 2 hari 2 minggu sejak kelahiran
bayi. Disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit
menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa
lelah yang dirasakan. Selain itu, juga karena semua perubahan fisik dan emosional selama
beberapa bulan kehamilan. Gejala-gejalanya sebagai berikut :
Cemas tanpa sebab
Menangis tanpa sebab
Tidak sabar
Tidak percaya diri

Sensitif mudah tersinggung


Merasa kurang menyayangi bayinya
Penyebabnya :
Kekecewaan emosional (hamil, salin)
Rasa sakit pada masa nifas awal.
Kelelahan, kurang tidur
Cemas terhadap kemampuan merawat bayi
Takut menarik lagi bagi suami.
Banyak faktor yang dianggap mendukung pada sindroma ini, yaitu :
Faktor hormonal yang terlalu rendah
Faktor demografik yaitu umur dan parietas.
Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
Latar belakang psikososial yang bersangkutan.
b) Depresi Post partum
Depresi postpartum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan
berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkan sampai 1 tahun kedepan. Pitt
(1988) dalam Pitt (Regina dkk,2001) depresi post partum adalah depresi yang bervariasi dari
hari kehari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan dan
kehilangan libido. Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang didiagnosa mengalami
depresi 3 bulan pertama setelah persalinan, wanita stersebut secara sosial dan emosional
merasa terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya. Depresi pasca
persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

Biologis.
Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar hormon
seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa
nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.
Umur
Faktor umur. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seorang
perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20-30 tahun, dan hal ini mendukung masalah
periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang
bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental
perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.
Pengalaman
Faktor pengalaman. Depresi pasca persalinan ini lebih banyak ditemukan pada
primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya
merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres.
Faktor pendidikan. Perempuan yang berpendidikan tinggi, menghadapi tekanan sosial dan
konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau
melakukan aktifitasnya diluar rumah dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan
orang tua dari anak-anak mereka.
Selama Proses Persalinan
Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta
intervensi medis yang digunakan selama proses pesalinan. Diduga semakin besar trauma fisik
yang ditimbulkan pada saat persalinan maka akan semakin besar pula trauma psikis yang
muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pasca
persalinan.
Faktor dukungan sosial. Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan,
dan pasca persalinan, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.
Gejala depresi seringkali timbul dengan gejala kecemasan.

Manivestasi dari kedua gangguan ini lebih lanjut sering timbul sebagai keluhan umum
seperti sukar tidur, merasa bersalah, kelelahan, sukar konsentrasi, hingga pikiran mau bunuh
berdiri. Keluhan dan gejala depresi postpartum tidak berbeda dengan yang terdapat pada
kelainan depresi lainnya. Hal yang terutama mengkhawatirkan pikiran-pikiran ingin bunuh
diri, paham-paham paranoid dan ancaman-ancaman kekerasan terhadap anak-anaknya. Tetapi
dibandingkan dengan depresi yang umum, depresi postpartum mempunyai karakteristik yang
spesifik antara lain mimpi buruk, insomnia, fobia, kecemasan, meningkatnya sensifitas, dan
perubahan mood.
c) Post Partum Psikosa
Depresi ini merupakan depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam enam minggu
pasca persalinan yang disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau
schizoaffiktif disorder. Wanita trsebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena postpartum
psikosa.
Gejalanya ialah:
Delusi
Halusinasi
Gangguan saat tidur
Obsesi mengenai bayi
Kesedihan dan Duka Cita

Setelah ibu melahirkan tidak hanya perasaan gembira yang dirasakan ibu, akan tetapi
ibu juga akan mengalami kesedihan dan duka cita, adapun kesedihan dan duka cita ibu
sebagai berikut :
Kemurungan masa nifas.
Kemurungan masa nifas normal saja dan disebabkan perubahan dalam diri seorang
wanita selama kehamilan serta perubahan irama/cara kehidupannya setelah bayi lahir.

Seorang ibu lebih beresiko mengalami kemurungan pasca persalinan,karena ia masih mudah
mempunyai mempunyai masalah dalam menyusui bayinya. Kemurungan pada masa nifas
adalah hal yang umum dan perasaan-perasaan demikian biasanya hilang sendiri dalam dua
minggu sesudah melahirkan.
Terciptanya ikatan ibu dan bayi.
Menciptakan terjadinya ikatan ibu dan bayi dalam jam pertama setelah kelahiran
adalah dengan cara mendorong pasangan untuk memegang dan memeriksa bayinya, memberi
komentar positif tentang bayinya, meletakkan bayinya disamping ibunya. Berikan privasi
pada pasangan tersebut untuk sendiri saja bersama bayinya kemudian redupkan lampu lampu
ruangan agar bayi membuka matanya. Perilaku normal orangtua untuk menyentuh bayinya
ketika mereka pertama kali melihat bayinya yaitu dengan meraba atau menyentuh anggota
badan bayi dengan telapak tangan dan menggendongnya dilengan dan memposisikannya
sedemikian rupa sehingga matanya bertatapan langsung dengan mata bayi. Tanda dan gejala
kemurungan masa nifas yaitu sangat emosional sedih khawatir, mudah terisnggung, cemas,
merasa hilang semngat, mudah marah, sedih tanpa sebab dan menangis berulang kali.
Berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita selama kehamilan dan perubahan dalam
cara hidupnya sesudah mempunyai bayi. Perubahan hormonal yang cepat sementara tubuh
kembali pada keadaan tidak hamil dan smentara proses menyusui telah terjadi. Kemurungan
dapat terjadi semakin parah oleh adanya ketidaknyamana jasmani, rasa letih, stress, atau
kecemasan yang tidak diharapkan karena adanya ketegangan dalam keluarga atau adatnya
cara penanganan yang tidak peka oleh para petugas.

2.4 Cara Mengatasi Gangguan Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas


a) Depresi pascapersalinan (Post Partum Blues)
1. Mempersiapkan persalinan dengan lebih baik yaitu tidak hanya menekankan pada materi,
tapi yang lebih penting dari segi psikologis dan mental ibu.
2. Dengan cara pendekatan terapeutik. Ini bertujuan menciptakan hubungan baik antara bidan

dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :


Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
Dapat memahami dirinya
Dapat mendukung tindakan konstruktif
3. Dengan cara peningkata suport mental/dukungan keluarga.
Minta bantuan suami atau keluarga yang lain jika membutuhkan istirahat untuk
menghilangkan kelelahan. Beritahu suami mengenai apa yang sedang dirasakn ibu, mintalah
dukungan dan pertolongannya. Menyarankan ibu untuk membuang rasa cemas dan
kekhawatiran akan kemampuan merawat bayi karena semakin sering merawat bayi, ibu akan
semakin terampil dan percaya diri. Menyarankan ibu untuk mencari hiburan dan meluangkan
waktu untuk diri sendiri
b) Depresi PostPartum
Berikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat
sedang sedih. Menyarankan pada ibu untuk beristirahat dengan baik, berolahraga yang
ringan, bernbagi cerita dengan orang lain, brsikap flesibel, bergabung dengan orang-orang
baru, dan menyarankan pada ibu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.

c) Depresi Postpartum Psikosa


1. Hendaknya anggota keluarga harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta
memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian
2. Sarankan kepada pasien untuk istirahat cukup, mengkonsumsi makanan dengan gizi yang
seimbang, bergabung dengan orang-orang yang baru, bersikap fleksibel, berbagi cerita

dengan orang yang terdekat, serta sarankan berkonsultasi dengan tenaga medis.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai
berikut:
Fungi menjadi orang tua.
Respon dan dukungan dari keluarga.
Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan.
Harapan, keinginan dan inspirasi saat hamil dan melahirkan.

2. Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:
Fase Taking In
Fase ini merupakan merupakan periode ketergantungan. Pada saat ini fokus perhatian
ibu terutama pada bayinya sendiri.
Fase Taking Hold
Fase ini adalah periode yang berlangsung antara 3 10 hari pascapersalinan. Dalam
fase ini, secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan dan penerimaan dari
orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri.
Fase Letting Go
Pada fase ini, ibu dan keluarganya bergerak maju sebagai suatu sistem dengan para
nggota saling berinteraksi.

3. Gangguan Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas


Depresi pascapersalinan (Post Partum Blues)
Depresi Post partum
Post Partum Psikosa

Kesedihan dan Duka Cita


4. Cara Mengatasi Gangguan Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas
a) Depresi pascapersalinan (Post Partum Blues) :
Mempersiapkan persalinan dengan lebih baik
Dengan cara pendekatan terapeutik
Dengan cara peningkata suport mental/dukungan keluarga.

b) Depresi PostPartum
Berikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila
terlihat sedang sedih.
Menyarankan pada ibu untuk beristirahat dengan baik dan berolahraga yang
ringan.
c) Depresi Postpartum Psikosa
Hendaknya anggota keluarga harus lebih memperhatikan kondisi dan
keadaan ibu.
Sarankan kepada pasien untuk istirahat cukup dan mengkonsumsi makanan
dengan gizi yang seimbang.
3.2 Saran
Demikianlah isi makalah yang dapat kami buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan dapat kita terapkan di kehidupan kita sehari-hari. Serta apabila ada kesalahan dalam
pengetikan maupun isi makalah ini, kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang dapat
membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Akhir kata kami) mengucapkan terima
kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,

2008.

Asuhan

Kebidanan

Nifas.

Yogyakarta

Mitra

Cendikia.

http://www.scrib.com./mobile/doc/97695190/device_features
http://novitasarisobri.blogspot.com/2012/02/proses-adaptasi-psikologis-ibu-pada.html

Вам также может понравиться