Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan aset yang sangat berharga bagi kehidupan
seseorang, salah satu komponen penting yang dibutuhkan masyarakat untuk
mencapai derajad kesehatan optimal oleh sebab itu kepuasan pelanggan sangatlah
penting untuk di perhatikan.
Kepuasan pelanggan adalah suatu keadaan dimana keinginan, harapan dan
kebutuhan pelanggan dipenuhi. Faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan
adalah kebutuhan dan keinginan,pengalaman masa lalu,pengalaman teman-teman
dan komunikasi melalui iklan serta pemasaran (Djoko Wijono, 2000) selain itu
faktor umur, pendidikan, jenis kelamin, kepribadian, suku, dan latar belakang
budaya
serta
kasus
penyakit
turut
juga
mempengaruhi.(www.Ilmu
Kesehatan.Com).
Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan elemen penting dalam
menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien, dan lebih efektif. Apabila
pelanggan merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang disediakan, maka
pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan tidak efisien.
Pelayanan adalah Suatu tindakan yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan orang lain (konsumen/tamu/klien). Yang tingkat pemuasnya hanya
dapat dirasakan oleh orang yang melayani maupun dilayani menurut (Sugiarto
E,2002) Suatu pelayanan di nilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat
22222222
memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Hal ini terutama sangat penting
bagi pelayanan public.
Pelayanan keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa
pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan kepada indifidu baik sehat maupun
sakit yang mengalami gangguan fisik,psikis dan sosial agar dapat mencapai
derajad kesehatan yang optimal (Nursalam, 2003).
1
Dalam mengevaluasi jasa pelayanan yang kepada pelanggan umumnya
menggunakan atribut atau faktor berikut (parsuraman, et al 1985 dalam Nursalam
20022).: bukti langsung (tangibles), keandalan (Realiability), daya tanggap
(responsiveness), jaminan (assurance) dan empati, meliputi kemudahan dalam
melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami
kebutuhan para pelanggan.
Saat ini belum semua pelayanan kesehatan memberikan pelayanan secara
maksimal baik itu dari segi sikap. Adanya berita di media massa dan wacana
masyarakat baik yang berani secara langsung mengungkapkan tentang pelayanan
kesehatan di puskesmas yang kurang baik hal ini menujukan Dari yang tadinya
suatu pelayanan yang bersifat publik dan bersifat sosial karikatif menjadi suatu
pelayanan poliklinik sebagai komoditi, semacam industri jasa, yang harus
kompetitif, efisiensi dan bermutu tinggi.
Pelayanan kesehatan sangat buruk hal ini juga senada di ungkap oleh
media massa setempat seperti Berita Koran flores pos bulan oktober 2005 dengan
judul Perawat Judes Di Mana-mana menuliskan pengalaman seorang ibu yang
berobat ke puskesmas,.Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor seperti
33333333
sikap,
meminta
bantuan
atau
mempertahankan
hak
dan
menunjukan
komunikasi
yang
terbuka,
dewasa
dan
langsung
memungkinkan orang lain untuk melihat dan mengetahui perasaan seorang serta
meningkatkan harga diri (Percell 1997.La Monica,2000), hal ini untuk
menciptakan hubungan antar pribadi yang efektif (La Monika 2000). Dalam
perilaku ini individu yang saling berinteraksi dapat mengungkapkan kebutuhan,
keinginan, hasrat atau kekuatiran dan terdapat kesempatan bagi mereka untuk
saling dan berespon secara tidak defenitif.
Puskesmas Rawat inap St Martin Depores Ende memiliki kapasitas tempat
tidur sebayak 15, dengan jumlah tenaga perawat sebanyak 6 orang dengan
perincian, D3 keperawatan/Akper sebanyak 4 orang, , 6 orang non paramedis,
dokter umum 1 orang, dokter spesialis anak 1 orang, tenaga labor 2 orang.
44444444
Tabel 1.1 Sumber bagian Rekam Medis Puskesmas Marti De Pores di Ende
kemungkinan
bahwah
dalam
memberikan
pelayanan
55555555
asertif sehingga
terlepas
kemungkinan
bawah
dalam
memberikan
pelayanan
1.3.
1.3.1
Tujuan Penelitian
Tujuan umum :
Menganalisis hubungan sikap perawat dengan kepuasan pasien di
puskesmas St Martin De Pores Ende.
1.3.2
Tujuan Khusus :
66666666
Bagi Institusi
(1). Menjadikan bahan evaluasi perencanaan dan pengembangan
sumber daya manusia, Khususnya tenaga perawat yang di
harapkan.
(2). Bagi profesi khususnya perawat mengerti akan permasalahan
tentang pelayanan yang diberikan selama ini, serta sebagai bahan
evalusi agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik.
(3). Dapat
dipakai
sebagai
bahan
pertimbangan
bagi
upaya
Bagi puskesmas
Memberikan masukan bagi puskesmas untuk meningkatkan mutu
pelayanan melalui pembentukan prilaku perawat.
1.4.3
Bagi Peneliti
77777777
(1). Dapat
dipakai
sebagai
bahan
pertimbangan
bagi
upaya
Bagi Masyarakat
Menghilangkan imits masyarakat tentang sikap perawat sikap perawat
yang kurang baik dalam memberikan pelayanan kesehatan
BAB 2
88888888
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Sikap
2.1.1
Pengertian
Sikap (attitude). Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang
99999999
(2). Berdasarkan apa yang kita lihat kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan
mengenai sifat atau karakteristik suatu obyek.
(3). Komponen afeksi yang menyangkut kehidupan emosional seseorang
terhadap obyek. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan
yang dimiliki terhadap sesuatu.
(4). Komponen konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku.
Komponen konaif dalam sikap menunjukan bagaimana perilaku atau
kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan
obyek sikap yang dihadapi.
Menurut tingkatannya sikap terdiri dari :
(1). Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
(2). Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari pada sikap.
(3). Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan terhadap suatu
masalah.
1010101010101010
1111111111111111
Sikap nonverbal adalah suatu sikap yang muncul yang muncul dari individu
dan kelompok yang berbentuk kekerasan,kontak mata dan bahasa tubuh
(Kariyono 1994).
Kekerasan. Nada suara merupakan salah satu unsur non verbal yang
sangat menentukan proses interaksi dapat berjalan baik, dan tidak tergantung
pada isi pesan yang dikirim. Nada yang asertif harus keras dan tegas
sehingga terdengar dengan jelas; tetapi tidak boleh terlalu keras sehingga
memekakkan telinga penerima. Berteriak atau berbisik.
Kelancaran. Kelancaran mengatakan kata-kata juga tidak tergantung
pada isi pesan. Orang yang terlalu banyak penghentian atau kata-kata pengisi
cenderung dilihat sebagai orang yang ragu, sedangkan orang yang terlalu
bicara cepat sering dialami oleh orang lain sebagai orang yang terlalu
membebani, yang baik adalah kecepatan bicara yang sedang tidak terputusputus.
Kontak mata. Kontak mata merupakan salah satu cara untuk mengukur
respon seorang pada saat interaksi dan dengan cara tersebut lawan bicara
dipaksa untuk memberikan umpan balik, membelalak atau menatap tajam
adalah hal yang intrusip.Kontak mata yang baik berarti bawah seseorang
mampu memandang wajah penerima pesan terus menerus tetapi tanpa
intensitas terhenti yang membuat penerima merasa di tantang.
Ungkapan wajah.Ungkapan wajah sulit di ukur digambarkan meskipun
demikian kebanyakan orang telah tersoisalisasi untuk mampu memilih
ungkapan wajah untuk arti katakata dengan irama seringkali dipengaruhui
1212121212121212
dapat
dilihat
mana,tidak
berminat
atau
1313131313131313
perasaan yang di rasakan maupun meminta bantuan dengan orang lain untuk
mempertahankan hak haknya (Kariyono 1994).
Mengatakan tidak atau menyatakan sikap. Pernyataan asertif
dapat berupa inisiasi atau reaksi .terdapat cara-cara untuk mengatakan tidak
secara asertif sebagai respon terhadap permintaan orang lain atau kebutuhan
orang lain.banyak orang merasa disudutkan bila di minta untuk melakukan
sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan. Meskipun demikian,setiap orang
akan pernah merasa ingin atau perlu menolak kebaikan atau permintaan.bila
mengatakan tidak menimbulkan rasa tidak nyaman,maka seseorang dapat
secara tidak sengaja menjadi terlalu agresif atau terlalu membenarkan
penolakan.sebuah aspek penting dari mengatakan tidak secara asertif adalah
bahwa penolakan dipahami dan di percaya.mengatakan terlalu banyak
membuat seseorang tidak yakin dan mengatakan terlalu sedikit dapat tampak
sebagai penolakan.tujuanya adalah mengatakan tidak dengan tegas atau tampa
kompromi,sementara
tetap
mengakui
hak
orang
lain
untuk
bantuan
atau
mampertahankan
hak.
Seseorang
mempunyai hak untuk mendapatkan segala yang diminta,tetapi perlu ada ijin
untuk memintahnya. Bila seseorang merasa terlalu sulit untuk minta
pertolongan, hal ini kadang-kadang Ia takut di tolak dan bukan suasana nya
yang sulit permintaan bantuan yang secara asertif berarti menyatakan masalah
1414141414141414
yang jelas dan membuat permintaan yang khusus. Permintaan yang harus
berakhir dengan persetujuan atau dengan pemahaman mengapa tidak dapat
atau tidak dapat disetujui. Seperti meminta bantuan, mempertehankan hak
juga merupakan hak seseorang. Namun secara penyampaiannya yang perlu
diketahui.
Seseorang
yang
ingin
mempertahankan
haknya
harus
1515151515151515
1616161616161616
(2). Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan mengacu pada pengalaman
orang lain.
(3). Sikap akan diikuti atau tidak dengan suatu tindakan berdasarkan pada
banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
Sunaryo (2004) menyatakan bahwa adanya pengetahuan tentang sesuatu
hal akan menyebabkan seseorang mempunyai sikap dan perilaku yang baik.
2.2.2
1717171717171717
1818181818181818
tertentu
1919191919191919
2020202020202020
istiadat
atau
peradaban
manusia.
Kesemuanya
itu
akan
Pengertian Kepuasan
Kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang
2121212121212121
2222222222222222
sementara
itu
ada
beberapa
pakar
pemasaran
seperti
kualitas
jasa.
Kesepuluh
identifikasi
tersebut
meliputi
yaitu
setiap
memiliki
2323232323232323
kawankawan (dalam
2424242424242424
adalah
berusaha
mencapai
tujuan
untuk
menciptakan
dan
2525252525252525
2.3.5
2626262626262626
2727272727272727
pelanggannya yang telah berhenti membeli atau yang telah beralih emasok
yang diharapkanadalah akan diperolehnya informasi penyebab terjadinya hal
2828282828282828
(1). Pengukuran secara langsung dengan pertanyaan dengan sekala sangat tidak
puas, tidak puas, netral, puas, sangat puas.
(2). Responden diberi pertanyaan mengenai seberapa besar yang mereka
rasakan.
(3). responden disuruh menuliskan masalah
2929292929292929
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Prilaku
Pengetahuan
Sikap
Unsur Nonverbal
Unsur Verbal
Kepuasan pasien
Praktek
Keterangan:
= Diteliti
= Tidak diteliti
3.2 Hipotesis
H1 : Ada hubungan antar sikap perawat dengan kepuasan pasien.
29
3030303030303030
BAB 4
METODELOGI
Variabel dependen
Sikap Perawat:
1. Non Verbal
2. Verbal
Kepuasan Pasien
Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti
(Nursalam 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat inap di
puskesmas St Martin De Pores.
30
3131313131313131
4.3.2
Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dari keseluruhan
obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo 2005)
Sampel di tentukan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan masalah, tujuan
metode dan istrumen penelitian,sehingga peneliti memperoleh sampel yang
respentatif (Nana Sudjana, 2006).
Sampel pada penelitian ini sesuai dengan kriteria inklusi :
Kriteria inklusi :
(1). Semua pasien rawat jalan Puskesmas St Marti De Pores.
(2). Usia pasien antara 2060 tahun.
(3). bersedia menjadi responden penelitian yang dibuktikan dengan tanda
tangan,pernyataan bersedia tanpa tekanan atau paksaan.
Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek dari
penelitian karena berbagai sebab dengan atau kata lain tidak layak untuk diteliti
atau tidak memenuhi kriteria inklusi pada saat penelitian berlangsung (Nursalam,
2003).
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :
(1). Pasien yang tidak bersedia menjadi responden penelitian.
(2). Pasien yang menarik diri atau tidak bersedia lagi menjadi responden selama
penelitian berlangsung atau dengan kata lain mengundurkan diri.
3232323232323232
4.3.3
Teknik sampling
Penelitian ini menggunakan Nonprobability sampling dengan pendekatan
Variabel Independen
Variabel independen adalah suatu stimulus aktivitas yang dimanipulasi
oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada variabel dependen (Nursalam,
2003). Dalam penelitian ini variabel independennya adalah sikap perawat.
4.4.2
Variabel Dependent
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel yang
3333333333333333
Parameter
Sikap adalah keadaan
mental dan saraf dari
kesiapan, yang diatur
melalui pengalaman
yang memberikan
pengaruh dinamik
atau terarah terhadap
respon perawat
dalam memberikan
pelayanan/ asuhan
keperawatan pada
pasien di puskesmas
St Martin De Pores.
Sub variabel
Sikap
Verbal
Alat ukur
Kuesioner
Skala
Skor
3434343434343434
- Meminta
bantuan atau
mempertahank
an hak
Kepuasan
pasien
Kepuasan adalah
Tangible
Kuesioner
ringkatkeadaan yang Reliability
dirasakan seseorang Responsiveness
yang merupakan
Assurance
hasil dari
Empaty
membandingkan
penampilan atau
outcome produk yang
dirasakan dalam
hubungannya dengan
harapan seseorang.
Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah quesioner dengan
menggunakan skala Likert. Alasan penggunaan skala Likert adalah skala ini
tercermin dalam keragaman skor (Variability of scorer) yang berkisar antara 1
sampai dengan 5 sehingga perawat dapat mengekspresikan pendapat mereka lebih
mendekati kenyataan yang sebenarnya. Selain itu dari pandangan statistik, skala
3535353535353535
dalam lima tingkatan (1 sampai dengan 5) lebih tinggi keandalannya dari skala
dengan dua tingkatan yaitu ya atau tidak (ircham machtoedz 2005).
4.6.2
4.6.3
Analisa Data
Setelah mendapatkan izin dari puskesmas St Martin De Pores, peneliti
3636363636363636
penelitian
ini
dilakukan,
peneliti
mengajukan
surat
Informed Consent
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti.
Peneliti menjelaskan maksud dari penelitian serta dampak yang mungkin terjadi
selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia, maka mereka
harus menanda tangani surat persetujuan penelitian. Jika responden menolak
untuk diteliti, maka penelitian tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak.
4.7.2
Cobfidentiality (kerahasiaan)
3737373737373737
4.8 Keterbatasan
Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian (Burn
& Grove, 1991). Dalam penelitian hambatan yang dihadapi peneliti adalah:
4.8.1
4.8.2
4.8.3
3838383838383838
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan tentang : 1) Hasil Penelitian yang terdiri dari
gambaran lokasi penelitian,karaktekristik responden (umur, jenis kelamin,
pendidikan, pengalaman, kerja dan status kepegawaian); gambaran kepuasan klien
dan sikap perawat ; hubungan sikap perawat dengan tingkat kepuasan pasien
rawat nginap ; 2) Pembahasan., bahwah penelitian tentang siakap perawat sudah
dilakukan uji validitas di Puskesmas Kota Ratu Ende dengan Alpha = 9563,
sedangkang untuk kepuasan perawat peneliti menggunakan Nursalam yang sudah
di uji validitasnya
38
3939393939393939
1
(5%)
5
(25%)
9
(45%)
20 - 30 thn
31 - 40 thn
41 - 50 thn
> 50 thn
5
(25%)
8
(40%)
12
(60%)
Laki-laki
Perempuan
4040404040404040
5.1.4
4
(40%)
6
(60%)
D3
SPK
5.1.5
2
(20%)
3
(30%)
2 th
5 th
8 th
5
(50%)
4141414141414141
5.1.6
4
(40%)
6
(60%)
Honor
Pegawai Tetap
5.1.7
Gambaran Kepuasan
Keperawatan
Pasien
Dalam
Menerima
5
(25%)
Tidak Puas
Puas
15
(75%))
Pelayanan
4242424242424242
4
(40%)
Tidak Asertif
6
(60%)
Asertif
5.1.9
Tabel 5.1
Sikap Perawat
Tidak Asertif
n
6
% n
60 2
%
20
Asertif
20 -
Responden
80 2
20
4343434343434343
Dari tabel di atas dapat lihat sebagian besar 6 orang (60%) responden
dengan sikap tidak asertif dengan tingkat ke tidak kepuasan 8 orang (80%).
Berdasarkan uji statistik korelasi Spearman diperoleh di peroleh p= 0,000 yang
artinya ada hubungan yang signifikan (Ho di tolak).
5.2 Pembahasan
5.2.1 Gambaran Kepuasan Klien
Dari 10 responden di ruang perawatan Puskesmas St Martin De Pores Ende
sebagian besar dalam katagori tidak puas yakni sebanyak 8 orang (80%). Hal ini
menunjukkan bahwah responden menilai kinerja perawat kurang baik dalam
memberikan pelayanan keparawatan, Kepuasan/ketidak puasan pasien adalah
respon pasien terhadap perilaku perawat sesuai dengan harapan pasien sedangkn
ketidak puasan pasien timbul bila hasil yang diperoleh pelayanan kesehatan tidak
memenuhi harapan, ketidak puasan masyarakat terhadap harapan mendapat
pelayanan yang baik dari perawat tidak sesuai dengan kenyataan yang diharapkan
oleh pasien, oleh karena itu pelayanan keperawatan harus sesuai dengan
paradigma keperawatan untuk mencapai pelayanan prima. Dampak dari
ketidakpuasan pasien menyebabkan pasien yang datang kepuskesmas menurun.
Oleh karena itu manejer perlu mencari solusi untuk mengatasi hal tersebut.
Pernyataan yang diberikan untuk menilai kepuasan pasien adalah modifikasi
kebutuhan Maslow maka dapat dikatakan bahwah penilaian ini menunjukkan
bahwah kepuasan pasien di ruangan rawat inap yang berkaitan dengan sikap
perawat dalam memberikan pelayanan kurang terpenuhi. Kebutuhan tersebut
4444444444444444
antara lain mutu pelayanan, mutu dalam perawatan dan cara pasien di perlakukan
sebagai individu
Hal tersebut didukung oleh pernyataan bahwah pasien akan merasa puas
dalam menerima pelayanan keperawatan apabila aspekaspek terpenuhi rasa
nyaman, aktualisasi diri, diharagai, benarbenar di terapkan perawat dalam
memberikan pelayanan kepada pasien
Menurut Jacobalis (1989) kepuasan di peroleh pasien dari pelayanan
kesehatan dikaitkan dengan mutu pelayanan, mutu dalam perawatan dan cara
pasien di perlakukan sebagai individu. Kepuasan pasien tidak hanya di pengaruhi
oleh jasa yang dihasilkan puskesmas semata, tetapi dipengaruhi oleh sikap
pemberi pelayanan, pengetahuan, keterampilan, treatment, fasilitas dan prosedur
pelayanan yang diberikan oleh pihak pemberi pelayanan kepada pasien.
Pengukuran mutu menurut parasuraman et.al (1985) dapat diukur dengan
membandingkanc persepsi antara pelayanan yang diharapkan (expertd service)
dengan pelayanan yang diterima dan dirasakan (pervied service).
4545454545454545
memberikan pelayanan dituntut untuk berprilaku asertif, sikap asertif adalah suatu
kemampuan dengan secara menyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran
dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain. Pendidikan dapat
mempengaruhi sikap seseorang dalam memberikan pelayanan kesehatan maka
makin tinggi pendidikan seorang pelayanan yang di berikan akan semakin
baik.Oleh sebab itu peningkatan mutu pendidikan perawat di Puskesmas St Martin
De pores sangatlah penting.
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah suatu citacita tertentu (Suwarno 1992).
Pendidikan juga dapat diarti kan sebagai suatu proses bantuan yang diberikan oleh
orang dewasa kepada anak yang yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan
(Sri Kusmiati, Desmaniarti, 2000). Proses dan kegiatan pendidikan mencakup
seluruh proses kehidupan dan segalah bentuk interaksi individu dengan
lingkunganya baik secara formal maupun
pendidikan adalah proses belajar mengajar dengan hasill yang diharapkan adalah
seperangkat perubahan perilaku. Seseorang dengan pendidikan tinggi akan
berbeda sikapnya dengan orang yang berpendidikan lebih rendah. Semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin baik sikapnya (Kusmiati Desmiati 2000).
Selain faktor pendidikan, pengalaman kerja perawat juga menentukan
sikap perawat. Pengalaman adalah segala sesuatu yang telah dialami
atau
dirasakan (Peter Salim, Yeni Salim, 1990). Apa yang telah dan sedang kita alami
akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan jika terhadap stimulus
sosial. Tanggapan akan salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat
4646464646464646
5.2.3
tingkat ke tidak puasan sebanyak 8 orang (80%) sedangkan yang puas sebanyak 2
orang (20%). Berdasarkan hasil penelitian sikap perawat dari 10 orang responden
dengan klasifikasi yaitu sikap asertif 2 orang (20%) sedangkan yang tidak asertif 6
orang (60%). Keadaan ini menunjukan bahwa sebagian besar perawat diruangan
4747474747474747
(tangible) , Kehandalan
4848484848484848
Pendapat ini juga didukung oleh teori kebutuhan yang mengatakan apabila
pegawai kebutuhan tidak terpenuhi maka pegawai tersebut akan menunjukan
perilaku kecewa. Sebaliknya jika kebutuhan terpenuhi maka pegawai tersebut
akan memperlihatkan perilaku gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya
(Mangkunegara, 2002).
Perilaku kecewa yang terjadi akibat tidak terpenuhinya kebutuhan pegawai
diasumsikan akan mengakibatkan menurunya partisipasi pegawai dalam
memberikan pelayanan dan bahkan dapat menyebabkan kemangkiran (Robbins,
2001). Demikian sebaliknya perilaku gembira
langsung yang memungkinkan orang lain untuk melihat dan mengetahui perasaan
seseorang serta meningkatkan harga diri (La Monica, 2000) Sikap asertif memiliki
unsur verbal (mengatakan tidak atau mengatakan sikap, meminta bantuan atau
mempertahankan hak dan mengungkapkan perasaan) dan unsur non verbal
(kekerasan suara, kelancaran mengatakan katakata, kontak mata, ungkapan
4949494949494949
wajah, ungkapan tubuh dan jarak interaksi). Ada beberapa tahap untuk menjadi
lebih asertif anatara lain : menggunakan kata tidak sesuai dengan kebutuhan,
mengkomunikasikan
maksud
dengan
jelas
mengembangkan
kemampuan
5050505050505050
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.1.1
Kepuasan pasien dalam menilai sikap perawat adalah tidak puas sebanyak
15 orang (75 %).
6.1.2
6.1.3
Ada hubungan antara sikap perawat dengan tingkat kepuasan pasien rawat
inap di puskesmas diamana hasil uji statistik Rank Sperman diperoleh p =
0,000 yang artinya ada hubungan yang signifikan (Ho ditolak).
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Insitusi
(1). Menjadikan
bahan
evaluasi
merencanaan
dan
pengembangan
51
5151515151515151
6.2.2
Bagi puskesmas
(1). Meningkatkan hubungan sikap perawat dengan tingkat kepuasan
pasien rawat inap.
(2). Melakukan pelatihan atau penyelengaraan tentang sikap asertif
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan, dengan
demikian pelayanan yang diberikan dapat berkualitas.
6.2.3
Bagi Perawat
(1). Meningkatkan pengetahuan tentang sikap asertif perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
(2). Perlu adanya komunikasi yang terbuka tentang kepuasan kerja
sehingga dapat diketahui tingkat kepuasan kerja sangat berhubungan
dengan sikap asertif dalam memberikan pelayanan.
6.2.4
Bagi Peneliti
(1). Dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi upaya pembentukan
sikap perawat.
(2). Memberikan gambaran bagi peneliti dan informasi bagi peneliti
berikutnya.
6.2.5
Bagi Masyarakat
Menghilangkan imits masayarakat tentang sikap perawat yang kurang baik
dalam memberikan pelayanan kesehatan