Вы находитесь на странице: 1из 16

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesiaa nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP) Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional,
berkewajiban menetapkan berbagai peraturan tentang standar penyelenggaraan pendidikan
diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Standar Nasional yang
dimaksud meliputi: 1) standar isi. 2) standar kompetensi lulusan, 3) standar proses, 4) standar
pendidik dan tenaga kependidikan, 5) standar sarana dan prasarana,6) standar pengelola,7 )
standar pembiayaan, 8) standar penilaian pendidikan.
Berdasarkan

Undang-Undang

tentang

Pendidikan

tersebut,

maka

kita

harus

meningkatkan dan memperbaiki mutu pendidikan dengan cara meningkatkan kinerja guru
agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Maka di sini kami akan
membahas tentang pegelolan pembelajaran berdasarkan model-model pembelajaran
B.
1.
3.
C.
1.
3.

Rumusan Masalah
Apa pengertian pengelolaan pembelajaran?
Apa saja model-model pembelajaran
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengertian pengelolaan pembelajaran.
Untuk mengetahui beberapa model-model dalam pembelajaran.

BAB II

A. Pengertian Pengelolaan
Pengelolaan itu berakar dari kata kelola dan istilah lainnya yaitu manajemen yang
artinya ketatalaksanaan, tata pimpinan. Maka disimpulkan pengelolaan itu adalah
pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan Atau proses yang memberikan
pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian
tujuan
Banyak didefenisikan oleh para ahli tenatang pengelolaan. Terry , mengartikan
pengelolaan sebagai usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya melalui
usaha orang lain. Jhon D. Millet, pengelolaan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian
fasilitas kerja kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai
tujuan. Andrew F. Siulus, pengelolaan pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasion,
komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan
untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh organisasi sehingga akan
dihasilkan suatu produk atau jasa secara efesien. Sedangkan Stoner sebagaimana dikutip oleh
T. Hani Handoko, adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya manusia dan
daya organisasi lainya, agar mencapai organisasi yang telah ditetapkan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah
serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi, mengendalikan, dan
mengembangkan segala upaya di dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan organisasi. Agar bisa tercapai hasil
yang optimal, maka segala sesuat perlu pengelolaan.
Pengelolaan atau disebut juga dengan manajemen adalah pengadministrasi,
pengaturan atau penataan suatu kegiatan yang akan dilakukan. Pengelolaan pembelajaran
merupakan suatu proses penyelengaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Dunkin dan Biddle, proses pembelajaran
berada dalam empat variable interaksi, yaitu;
1. Variable pertanda (presage variables) berupa pendidik
2. Variable konteks (contex variables) berupa peserta didik
3. Variable proses (process variables)
4. Variable produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, maka keempat variabel pembelajaran
tersebut harus dikelola dengan baik. Adapun pengelolaan variabel dalam pembelajaran
diantaranya;
a.

Pengelolaan siswa
Siswa dalam Kedudukan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) merupakan produsen

artinya siswa sendirilah yang mencari tahu pengetahuan yang dipelajarinya. Siswa dalam
suatu kelas biasanya mermiliki kemampuan yang beragam, karenanya guru perlu mengatur
kapan siswa bekerja perorangan, berpasangan, berkelompok, siswa dikelompokkan
berdasarkan kemampuan sehingga ia dapat berkonsentrasi membantu yang kurang, dan kapan
siswa dikelompokkan secara campuran sebagai kemampuan sehingga terjadi tutor sebaya.
Belajar merupakan kegiatan yang bersifat universal dan multi dimensional. Dikatakan
universal karena belajar bisa dilakukan siapapun, kapanpun, dimanapun. Karena itu bisa saja
siswa merasa tidak butuh dengan proses pembelajaran yang terjadi dalam ruangan terkontrol
atau lingkungan terkendali. Waktu belajar bisa saja waktu yang bukan dikehendaki siswa.
Dan untuk itulah guru dapat merekayasa segala sesuatunya. Guru dapat mengatur siswa
berdasarkan situasi yang ada ketika prosses belajar mengajar berlangsung.
b. Pengelolaan Guru
Guru adalah orang yang bertugas membantu murid untuk mendapatkan pengetahuan
sehingga ia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Guru harus dapat menempatkan
diri dan menciptakan suasana yang kondusif, karena fungsi guru disekolah sebagai bapak
kedua yang bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak.
c. Pengelolaan Pembelajaran
Pengembangan pembelajaran pendidikan agama islam memerlukan model-model
pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan isi dan hasil yang diharapkan.
d. Pengelolaan Lingkungan Kelas
Iklim belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang
dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses pembelajaran. Berkenaan dengan hal
tersebut, sedikitnya terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan yaitu; ruang belajar,
pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk, penerangan, pemanasan sebelum masuk ke
materi yang akan dipelajari (pembentukan kompetensi), dan bina suasana dalam
pembelajaran.

B. Tujuan Pengelolaan Pembelajaran

Setiap organisasi yang ingin sukses, apakah itu organisasi kemasyrakatan, pendidikan,
kelompok sementara, dan keluarga. Harus tau dan menyadari betul apa sebenarnya yang akan
dicapai melalui pembentukan organisasi
Tujuan merupaka komponen utama yang lebih dahulu dirumuskan guru dalam proses
belajar-mengajar, peranan tujuan sangat penting sebab menentukan arah proses belajarmengajar. Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula terhadap pemilihan
bahan pelajaran, penetapan metode mengajar dan alat bantu pengajaran serta memberi
petunjuk terhadap penilaian, untuk dapat memahami persoalan tujuan akan dijelaskan hal
yang berkenaan dengan tingkat dan klasifikasi tujuan dan cara merumuskan terutama tujuan
instruksional/tujuan pengajaran.
1. Tujuan umum pendidikan, yakni pembentukan manusia pancasila yang ditetapkan oleh
pemerintah biasanya melalui undang-undang
2. Tujuan institusional, yakni tujuan lembaga pendidikan berupa niat dan harapan siswa.
3. Tujuan kurikuler, yakni tujuan bidang studi/mata pelajaran program-program pendidikan
sesuai kurikulum lembaga pendidikan
4. Tujuan instruksional, yakni tujuan proses belajar dan mengajar yaitu tujuan yang hendak
dicapai dalam kegiatan pendidikan sehari-hari

C. Model-Model LESSON PLAN


1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis atau sebagai acuan dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Muhaimin
(2001 : 221) mengutip Briggs bahwa Model adalah seperangkat prosedur yang berurutan
untuk mewujudkan suatu proses seperti penilaian suatu kebutuhan, pemilihan media, dan
evaluasi.
2.
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Ciri-ciri Model-Model Pembelajaran


Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelas.
Memiliki bagian-bagian model.
Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.
Membuat persiapan mengajar dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.
Model

desain

pembelajaran

pada

dasarnya

merupakan

pengelolaan

dan

pengembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen pembelajaran. Beberapa


model pengembangan pembelajaran antara lain : model PPSI ( Prosedur Pengembangan

Sistem Instruksional) , Model Jerold E. Kemp, Gerlach , Ely, Glasser,Bella Banathy, Rogers
dan model-model pembelajaran lainnya. Adapun model-model pembelajaran yang akan di
kaji pada pembahasan kali ini adalah sebagai berikut:
a) Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
Konsep dari PPSI inilah adalah bahwa sistem instruksional yang menggunakan
pendekatan sistem, yaitu satu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas jumlah komponen
yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang di inginkan.
Sedangkan fungsi PPSI adalah untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program
pengajaran secara sistemik dan sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik
dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
PPSI digunakan sebagai pendekatan penyampaian pada kurikulum 1975 pada tingkat
SD, SMP, dan SMA, dan kurikulum 1976 untuk sekolah kejuruan. PPSI menggunakan
pendekatan sistem yang mengutamakan adanya tujuan yang jelas, sehingga dapat dikatakan
bahwa PPSI merujuk pada pengertian sebagai suatu sistem, yaitu sebagai suatu kesatuan yang
terorganisir. Yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang di inginkan. Sebagai suatu sistem, pembelajaran
mengandung sejumlah komponen, seperti tujuan, materi, metode, alat dan evaluasi yang
kesemuanya berinteraksi satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. PPSI merupakan model pembelajaran yan menerapkan suatu sistem untuk
mencapai tujuan yang efektif dan efisien.
Langkah langkah pokok dari pengembangan model PPSI yaitu :
1)
2)
3)
4)
5)

Merumuskan tujuan pembelajaran


Pengembangan alat evaluasi.
Menentukan kegiatan belajar mengajar.
Merencanakan program kegiatan belajar mengajar.
Pelaksanaan.

b) Model Gerlach dan Ely


Gerlach dan Ely mendesain sebuah model pembelajaran yan cocok digunakan untuk
segala kalangan termasuk untuk pendidikan tingkat tinggi, karena di dalamnya terdapat
penentuan strategi yang cocok digunakan oleh peserta didik dalam menerima materi yang
akan disampaikan. Disamping itu model Gerlach dan Ely menetapkan pemakaian produk
teknologi pendidikan sebagai medai dalam menyampaikan materi. Dalam model ini

diperlihatkan

keseluruhan

proses

belajar

mengajar

yang

baik,

sekalipun

tidak

menggambarkan perincian setiap komponen. Model ini memperlihatkan hubungan antara


elemen yang satu dengan yang lainnya serta menyajiakan suatu pola urutan yang dapat
dikembangkan kedalam suatu rencana untuk kegiatan pembelajaran.
Komponen- komponen model pembelajaran Gerlach dan Ely:
1) Merumuskan tujuan pembelajaran ( Specification of objectives)
2) Menentukan isi materi ( specification of content)
3) Penilaian kemampuan awal siswa ( Assessment of entering behaviors)
c) Model Jerold E. Kemp
Kemp mengembangkan model desain instruksional yang paling awal bagi pendidikan.
Model Kemp memberikan bimbingan kepada para siswanya untuk berfikir tentang masalahmasalah umum dan tujuan-tujuan pembelajaran. Model ini juga mengarahkan para
pengembang desain instruksional untuk melihat karakteristik para siswa serta menentukan
tujuan-tujuan belajar yang tepat. Langkah berikutnya adalah spesifikasi isi pelajaran dan
mengembangkan pretest dari tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya adalah
menetapkan srategi dan langkah-langkah dalam kegiatan belajar mengajar serta sumbersumber belajar yang akan digunakan. Selanjutnya, materi/isi (content) kemudian di evaluasi
atas dasar tujuan yang telah dirumuskan. Langkah beikutnya adalah melakukan identifikasi
dan revisi di dasarkan atas hasil-hasil evaluasi. Kompoenen-komponen yang ada dalam
model kemp adalah sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

Hasil yang ingin dicapai.


Analisis tes mata pelajaran.
Tujuan khusus belajar.
Aktifitas belajar.
Sumber belajar.
Layanan pendukung
Evaluasi belajar
Tes awal
Karakteristik belajar.

d) Model Banathy
Model desain sistem pembelajar dari Banathy ini memandang bahwa penyusunan
sistem instruksional dilakukan melalui tahapan tahapan yang jelas. Terdapat 6 tahap dalam
mendesain suatu program pembelajaran yakni :
1) Menganalisis dan merumuskan tujuan.
2) Merumuskan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
3) Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar.
4) Merancang sistem.
5) Mengimplementasikan dan melakukan kontrol kualitas sistem.
6) Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.

e) Model Dick and Carrey


Salah satu model desain pembelajaran adalah model Dick and Carey (1985). Model
ini termasuk ke dalam model prosedural. Langkahlangkah Desain Pembelajaran menurut
Dick and Carey adalah:
1) Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.
2) Melaksanakan analisi pembelajaran
3) Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
4) Merumuskan tujuan performansi
5) Mengembangkan butirbutir tes acuan patokan
6) Mengembangkan strategi pembelajaran
7) Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran
8) Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
9) Merevisi bahan pembelajaran
10) Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.

Model Student Teams Achievement Divisions (STAD)


Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota
lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut
prestasi, jeniskelamin, suku, dll.).
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota
yang satu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok
itu mengerti.
4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak
boleh saling membantu.
5. Memberi evaluasi.
6. Penutup.
Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.

Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.
Model Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh.
Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan
menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
dicatat pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan
yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan.

Kelebihan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
Model Lesson Study
Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa
Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto
Yoshida. Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guruguru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi
lebih efektif. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:

a.
b.
c.
d.
2. Salah satu

perencanaan
Praktek mengajar.
Observasi.
Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.
guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat

rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas
sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil
mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama
mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap
ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah
perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan
seterusnya kembali ke (2).
Adapun
-

kelebihan

metode

lesson

study

sebagai

berikut:

Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan

olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.


-

Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.

Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)


Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok
dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara
menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal
ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori
jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang
sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan.
Dalam linkungan seperti itu, para siswa dapat menemukan hubungan bermakna antara
ide-ide abstrak dengan aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata; konsep diinternalisasi

melalui menemukan, memperkuat, serta menghubungkan. Sebagai contoh, kelas fisika yang
mempelajari tentang konduktivitas termal dapat mengukur bagaimana kualitas dan jumlah
bahan bangunan mempengaruhi jumlah energi yang dibutuhkan untuk menjaga gedung saat
terkena panas atau terkena dingin. Atau kelas biologi atau kelas kimia bisa belajar konsep
dasar ilmu alam dengan mempelajari penyebaran AIDS atau cara-cara petani bercocok tanam
dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
Dengan menerapkan CTL tanpa disadari pendidik telah mengikuti tiga prinsip ilmiah
modern yang menunjang dan mengatur segala sesuatu di alam semesta, yaitu:
1) Prinsip Kesaling bergantungan. Prinsip kesaling-bergantungan mengajarkan bahwa segala
sesuatu di alam semesta saling bergantung dan saling berhubungan. Dalam CTL prinsip
kesaling-bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka
dengan pendidik lainnya, dengan siswa-siswa, dengan masyarakat dan dengan
lingkungan. Prinsip kesaling-bergantungan mengajak siswa untuk saling bekerjasama,
saling mengutarakan pendapat, saling mendengarkan untuk menemukan persoalan,
merancang rencana, dan mencari pemecahan masalah. Prinsipnya adalah menyatukan
pengalaman-pengalaman dari masing-masing individu untuk mencapai standar akademik
yang tinggi.
2)

Prinsip diferensiasi merujuk pada dorongan terus menerus dari alam semesta untuk
menghasilkan keragaman, perbedaan dan keunikan. Dalam CTL prinsip diferensiasi
membebaskan para siswa untuk menjelajahi bakat pribadi, memunculkan cara belajar
masing-masing individu, berkembang dengan langkah mereka sendiri. Disini para siswa
diajak untuk selalu kreatif, berpikir kritis guna menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

3)

Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa segala sesuatu diatur, dipertahankan dan
disadari oleh diri sendiri. Prinsip ini mengajak para siswa untuk mengeluarkan seluruh
potensinya. Mereka menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri,
menilai alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi,
menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti. Selanjutnya dengan interaksi antar
siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru sekaligus menemukan minat
pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan mereka dalam bertahan dan keterbatasan
kemampuan.
Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut:

1. Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa.


2. Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara
seksama.
3. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan
mengkaiykan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran
kontekstual.
4. Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan
mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka.
5. Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan
bahan refeksi terhadap rencana pemebelajaran dan pelaksanaannya.
Kurikulum dan pengajaran yang didasarkan pada strategi pembelajaran kontekstual harus
disusun untuk mendorong lima bentuk pembelajaran penting: Mengaitkan, Mengalami,
Menerapkan, Kerjasama, dan Mentransfer.
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuah
komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya
(Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi
(reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic). Adapaun penjelasannya sebagai
berikut:
1. Konstruktivisme (constructivism).
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar
tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses
belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun pengetahuannya,
yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang dimilikinya.
2. Menemukan (Inquiry).
Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual
Karen pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan
menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation),
bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data
gathering), penyimpulan (conclusion).
3. Bertanya (Questioning).
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya
merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna
untuk :
1) menggali informasi,
2) menggali pemahaman siswa,

3) membangkitkan respon kepada siswa,


4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa,
5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa,
6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru,
7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan
kembali pengetahuan siswa.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community).
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil
kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari sharing antar teman, antar
kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila
ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi
pembelajaran saling belajar.
5. Pemodelan (Modeling).
Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi
bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru
inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan
satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga
mendatangkan dari luar.
6. Refleksi (Reflection).
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau
berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya
dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi
yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.
7. Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment).
Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi
gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL,
gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan
bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada
penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap
proses maupun hasil.

Kelebihan
1.

Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat

menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini

sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan
tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan
mudah dilupakan.
2.

Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada

siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang
siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis
konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal.
Kelemahan
1.

Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi

berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim
yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa.
Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang
akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya.
Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang memaksa
kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan
tahap perkembangannya.
2.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan

sendiri ideide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan
strategistrategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru
memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran
sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

Model Pembelajaran Jigsaw


A.

Pengertian

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronsons. Model
pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari
materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut kepada kelompoknya.Pada model pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa (student

centered) sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang


beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli

B. Langkah- Langkah dalam metode jigsaw


Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji.
Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw, yaitu:
1. Awal kegiatan pembelajaran
Persiapan:
1.1.Melakukan Pembelajaran Pendahuluan
Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan
dipelajarinya topik tersebut.
1.2.Materi
Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian
pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta banyaknya
konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan dipelajari oleh siswa.
1.3. Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang
heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang sosialnya
1.4. Menentukan Skor Awal
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya atau nilai
akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.

2. Rencana Kegiatan
2.1. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan
anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
2.2. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub
topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
2.3. Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang
didiskusikannya.
2.4. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
2.5. Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok atau
menghargai prestasi kelompok.

3. Sistem Evaluasi

Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:


3.1. Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.
3.2. Membuat laporan mandiri atau kelompok.
3.3. Presentasi
Materi Evaluasi
- Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.
- Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.

C.

KELEBIHAN

Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw


memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang
bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat.

D.

KELEMAHAN

Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :


1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya
diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan
jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih
dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak
mengerti.
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami
kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk
mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor
kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.

3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus
pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang
4.

untuk mengikuti jalannya diskusi.


Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.

Вам также может понравиться