Вы находитесь на странице: 1из 31

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan tentang konsep tingkat stress (1), konsep
keluarga (2), konsep gangguan jiwa (3), kerangka konseptual (4)
2.1. Konsep stress
2.1.1 Definisi stress
Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari masalah. Jika hal
tersebut dirasakan menekan, mengganggu dan mengancam maka keadaan
ini dapat disebut stress. Menurut Levy, Dignan, dan Shifers (dalam
Astuti,2003) mengatakan bahwa stres merupakan beberapa reaksi fisik dan
psikologis yang ditunjukkan seseorang dalam merespon beberapa
perubahan yang mengancam dari lingkungannnya yang disebut stresor.
Selye (dalam Saseno, 2001) mendefinisikan stress sebagai respon
yang tidak spesifik dari tubuh pada tiap tuntutan yang dialami individu.
Menurut Anaroga (2001) secara sederhana stress sebenarnya merupakan
suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan
mengakibatkan dirinya terancam.
2.1.2 Tanda-tanda stress
Beberapa tanda-tanda stress yang sering di alami oleh seseorang
terkadang juga dapat kita alami ketika menerima tekanan, berikut tandatanda stress yang sering di alami oleh seseorang :

1. Rahang nyeri
Beberapa orang termasuk anda mungkin memiliki gigi
sensitive yang akan bermasalah saat anda mulai stress memikirkan
sesuatu. Biasanya rahang nyeri yang bukan berasal dari sakit gigi ini
terjadi saat anda bangun tidur di pagi hari. Nah, bila hal ini terjadi anda
harus tenang dan fokuskan pada relaksasi untuk membuat rahang anda
kembali normal.
2. Kulit gatal
Gatal-gatal pada kulit tidak hanya terjadi karena anda terkena
bakteri saja, stress dan terlalu banyak pikiran juga dapat membuat
perubahan pada sel-sel kekebalan yang ditemukan di kulit dan
membuatnya lebih aktif. Tidak hanya itu, stress juga dapat
mengakibatkan beberapa kondisi seperti psoriaris, rosacea dan yang
paling parah adalah eksim yang menyerang kulit anda.
Jadi bila anda merasa kulit anda gatal, coba perhatikan tingkat
stress dalam hidup anda dan segera mengambil langkah untuk
meminimalisir masalah anda. Atau bila anda sudah sangat terganggu
dengan gatal yang menyerang, lebih baik anda mengunjungi dokter
spesialis kulit untuk membantu anda mengatasi gatal-gatal
3. Mata cedutan
Bagi orang Jawa, kedutan pada mata dapat diartikan dan
dihubungkan dengan banyak hal, misalnya seperti akan mendapat
rezeki atau malah akan dibuat menangis. Namun, mata kedutan juga

dapat mengindikasikan bila anda sedang mengalami stress dan terlalu


banyak pikiran yang mengganggu.
Mata kedutan biasanya juga disebabkan karena kelelahan dan
kurang beristirahat serta terlalu banyak mengkonsumsi kafein. Jadi
untuk mengatasi mata yang kedutan, yang harus anda lakukan hanya
dua hal, yang pertama mengurangi konsumsi kafein dan yang kedua
beristirahat yang cukup.
4. Nyeri pada gigi
Stress ternyata juga meningkatkan kadar hormone kortisol,
yang pada akhirnya menciptakan sensasi terbakar diseluruh tubuh anda
termasuk gusi. Hal ini akan melemahkan sistem kekebalan tubuh yang
memicu pertumbuhan bakteri di mulut dan akan memicu iritasi serta
peradangan di gusi.
Bila anda mengalami hal ini, yang dapat anda lakukan untuk
mengatasinya adalah dengan menggosok gigi dan berkumur dengan
cairan perbersih, jangan lupa selain itu anda juga harus meningkatkan
sistem kekebalan pada tubuh anda dengan mengkonsumsi makanan
bergizi, cukup tidur dan mengkonsumsi multivitamin.
5. Mual
Gejala terakhir dari stress adalah mual yang menyebabkan
ketidaknyamanan di perut. Jadi karena tingkat stress yang tinggi akan
ditunjukan dengan peningkatan gejala seperti sakit perut yang

disebabkan oleh sebagian hormone yang dilepaskan akibat dari stress


dan kecemasan.
Biasanya tubuh akan menghasilkan reaksi pertahanan dari
stress dan memicu jantung untuk berdebar lebih kencang dan adrenalin
anda akan meningkat. Nah, untuk mengatasi hal ini cobalah untuk
berolahraga untuk memerangi stress termasuk mual. Jangan lupa juga
kurangi konsumsi kopi dan jauhi makanan dengan bumbu yang
melimpah.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap stress
Terdapat beberapa faktor-faktor penyebab stres. Setiap situasi,
peristiwa ataupun objek yang memaksa tubuh dan menyebabkan timbulnya
physiological reaction disebut dengan stressor. Stressor dapat berupa
stimulus yang berasal dari lingkungan fisik dan situasi social. Rice (1992)
dalam bukunya yang berjudul Stress and Health, mengemukakan tentang
hal-hal yang dapat menjasi sumber stres pada setiap orang.
Secara umum faktor-faktor penyebab stres dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu:
1. Faktor Internal

Yaitu, stressor yang berasal dari dalam diri individu sendiri. Ada
beberapa hal yang merupakan stressor internal, antara lain:
a.

Kepribadian
Seseorang dengan Tipe A memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
agresif, ambisius, senang bersaing, senang menyelesaikan pekerjaan

dan kebiasaan berlomba dengan waktu. Pada waktu-waktu tertentu,


mereka mampu menunjukkan kemampuan dan keefisienan mereka.
Namun, bila dihadapkan dalam kondisi stressful, mereka tidak
mampu lagi untuk mengendalikan diri dan kebingungan. Seseorang
dengan Tipe B memiliki cirri-ciri yang berlawanan dengan Tipe A,
yaitu : easygoing, tidak suka berkompetisi dan tenang.
b. Kognitif
Kognitif juga dapat menjelaskan bagaimana jalannya
seseorang dapat mengalami stres. Stres secara khusus dapat
mempengaruhi individu secara pribadi dalam menerima dan
menginterpretasikan suatu masalah.
2. Faktor Eksternal

Yaitu, stressor yang berasal dari luar diri individu. Beberapa


stressor eksternal, antara lain:
a. Faktor rumah tangga (stress in the family)
Stres dalam keluarga didefenisikan sebagai tekanan yang
dapat merusak atau mengubah sistem dalam keluarga. Pengaruh stres
ini terhadap keluarga yaitu mengurangi keharmonisan dan
merupakan sumber dari berbagai masalah.
b. Faktor lingkungan (environmental stress)

Lingkungan adalah tempat yang mengarah pada hal di


sekeliling kita, ruang fisik yang dapat dirasakan dan tempat kita
berperilaku. Byrne dan Clare (dalam Rice, 1992) mengemukakan

10

pengertian stres lingkungan sebagai suatu kondisi sikap seseorang


terhadap aspek-aspek tertentu dari lingkungan.
c.

Faktor sosial (social source of stress)


Perubahan sosial dapat dilihat dari perubahan gaya hidup
(life-style changes), nilai-nilai dan tradisi-tradisi lama yang telah
bergeser. Perubahan-perubahan yang terjadi meliputi aborsi,
kebebasan homoseksual, pernikahan yang kemudian membuat
keluarga,

masyarakat

dan

pemerintahan

terpengaruh

untuk

mengikuti perubahan-perubahan tersebut.


2.1.4 Jenis-jenis stress
1. Eustress
Eustress adalah stres dalam bentuk positif. Ini adalah stres yang
baik yang dapat merangsang seseorang untuk melakukan berbagai hal
dengan lebih baik. Seseorang dapat merasakan situasi tertentu, seperti
pekerjaan baru, atau bertemu dengan idolanya. Jenis stres ini disebut
sebagai eustress, dan secara fisik dan psikologis tidak berbahaya.
Sebaliknya, stres jenis ini dapat memiliki efek positif pada kesehatan dan
kinerja individu, setidaknya dalam jangka pendek.
2. Distress
Distress, atau apa yang biasa kita sebut sebagai stress, adalah jenis
stress yang memiliki efek negatif pada kesehatan fisik dan emosional.
Distress sering menghasilkan emosi yang intens, seperti kemarahan, rasa
takut, dan kecemasan atau panik. Terkadang, tekanan juga dapat terwujud

11

dalam gejala fisik, seperti palpitasi, sesak napas, dan peningkatan


tekanan darah.
Distress atau 'stres buruk' selanjutnya dapat diklasifikasikan
menjadi tiga jenis - distres akut, gangguan akut episodik, dan penderita
kronis.
3. Distress akut
Distres akut adalah jenis yang paling umum dari stres yang datang
tiba-tiba, menjadikan kita ketakutan dan bingung. Meskipun stres akut
hanya berlangsung untuk jangka waktu pendek. Stres akut sering
menghasilkan reaksi'lari atau melawan'. Sebuah wawancara kerja, atau
ujian dimana kita belum cukup siap adalah beberapa contoh yang bisa
menyebabkan stres akut. Gejala-gejala stres akut dapat dengan mudah
diidentifikasi. Gejala tersebut dapat meliputi tekanan emosional, sakit
kepala, migrain, peningkatan denyut jantung, palpitasi, pusing, sesak
napas, tangan atau kaki terasa dingin, dan keringat berlebihan.
4. Distress Episodic Akut
Istilah 'stres akut episodik' biasanya digunakan untuk situasi ketika
stres akut menjadi norma. Jadi, gangguan episodik akut ditandai dengan
sering mengalami stres akut. Orang-orang memiliki jenis stres ini sering
menemukan diri mereka berjuang untuk mengatur kehidupan mereka dan
sering menempatkan tuntutan yang tidak perlu dan tekanan pada diri
mereka sendiri, yang akhirnya dapat menyebabkan kegelisahan dan
marah. Orang yang menderita gangguan episodik akut selalu terburu-

12

buru. Jenis stres dapat menyebabkan masalah yang berhubungan dengan


pekerjaan, selain memburuknya hubungan interpersonal. Gejala yang
paling umum stres episodik akut adalah lekas marah, sakit kepala terusmenerus, ketegangan, migrain, hipertensi, dan nyeri dada.
5. Distress kronis
Distress kronis adalah stres yang bertahan untuk waktu yang lama.
Stres kronis biasanya berasal keadaan yang tidak dapat dikontrol.
Kemiskinan, perasaan terperangkap dalam karir menjijikkan, hubungan
yang bermasalah, dan pengalaman trauma masa kecil adalah beberapa
contoh peristiwa atau keadaan yang dapat menyebabkan stres kronis.
Stres kronis sering menimbulkan rasa putus asa dan kesengsaraan, dan
dapat mendatangkan malapetaka pada kesehatan baik fisik dan mental.
Kelelahan mental dan fisik akibat stres kronis kadang-kadang dapat
menyebabkan masalah kesehatan seperti, serangan jantung dan stroke.
Hal ini juga dapat menyebabkan depresi, kekerasan, dan bunuh diri
dalam kasus yang ekstrim. Mungkin aspek terburuk dari stres kronis
adalah bahwa orang terbiasa dengan jenis stres, dan sehingga sering
diabaikan atau diperlakukan sebagai cara hidup. Mengobati stres kronis
tidak mudah, biasanya membutuhkan perawatan medis dan tehnik
manajemen stres. Kadang-kadang stres atau Distress diklasifikasikan
menjadi beberapa kategori lain, seperti physical, chemical, emotional,
mental, traumatic, and psycho-spiritual. Dr Karl Albrecht, seorang
konsultan manajemen, dosen, dan penulis telah mendefinisikan empat

13

jenis stres dalam bukunya, 'Stres dan Manager'. Keempat jenis stres yang
dikenal sebagai time stress, anticipatory stress, situational stress, and
encounter stress.
Time stres adalah stres yang dialami ketika kita berjalan singkat
atau memiliki banyak hal yang harus dilakukan dalam jangka waktu
tertentu. Anticipatory stress adalah stres yang kita alami tentang masa
depan. Stres situasional biasanya disebabkan oleh situasi menakutkan
yang berada di luar kendali kita. Di sisi lain, ketika kita merasa cemas
tentang bertemu dan berinteraksi dengan orang tertentu atau sekelompok
orang, itu disebut sebagai encounter stress.
2.1.5 Respon stress
Ada beberapa respon terhadap stres oleh tubuh manusia. Menurut
Hans Selye (2002), stres adalah respon tubuh yang bersifat non-spesifik
terhadap setiap tuntutan beban di atasnya. Selye memformulasikan
konsepnya dalam general adaptation syndrom(GAS), ini berfungsi sebagai
respon otomatis, respon fisik dan respon emosi pada individu.
Model GAS menyatakan bahwa dalam keadaan stres tubuh kita
seperti jam dengan sistem alarm yang tidak berhenti sampai tenaganya
habis yang terbagi dalam tiga fase, yaitu :
1. Reaksi waspada (alarm reaction stage)
Adalah persepsi terhadap stressor yang muncul secara tibatiba
akan munculnya reaksi waspada. Reaksi ini menggerakkan tubuh
untuk mempertahankan diri. Diawali oleh otak dan diatur oleh sistem

14

endokrin dan cabang simpatis dari sistem saraf autonom. Reaksi ini
disebut juga reaksi berjuang atau melarikan diri.
2. Reaksi resistensi (resistance stage)

Adalah

tahap

dimana

tubuh

berusaha

untuk

bertahan

menghadapi stres yang berkepanjangan dan menjaga sumber kekuatan


(membentuk tenaga barudan memperbaiki kerusakan), merupakan
tahap adaptasi dimana sistem endokrin dan sistem simpatis tetap
mengeluarkan hormon-hormon stres tetapi tidak setinggi pada saat
reaksi waspada.
3. Reaksi kelelahan (exhaustion stage)
Adalah fase penurunan resistensi, meningkatnya aktifitas
simpatis dan kemungkinan deteriorisasi fisik, yaitu apabila stresor
tetap berlanjut atau terjadi stressor baru yang dapat memperburuk
keadaan.

Tahap

kelelahan

ditandai

dengan

dominasi

cabang

parasimpatis dari ANS. Sebagai akibatnya detak jantung dan kecepatan


menurun. Apabila sumber stres menetap, kita dapat mengalami
penyakit adaptasi (disease of adaptation), penyakit yang rentangnya
panjang mulai dari reaksi alergi sampai penyakit jantung bahkan
sampai kematian (Nevid, dkk, 2002).
Taylor (1991), menyatakan bahwa stres dapat menghasilkan
berbagai respon. Berbagai peneliti telah membuktikan bahwa
responrespon tersebut dapat berguna sebagai indikator terjadinya stres
pada individu, dan mengukur tingkat stres yang dialami individu.

15

Respon stres dapat terlihat dalam berbagai aspek, yaitu:


1. Respon fisiologis; dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah,
detak jantung, detak nadi, dan sistem pernapasan.
2. Respon kognitif; dapat terlihat lewat terganggunya proses kognitif
individu, seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi,
pikiran berulang, dan pikiran tidak wajar.
3. Respon emosi; dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang
mungkin dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan
sebagainya.
4. Respon tingkah laku; dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan
situasi yang menekan dan flight, yaitu menghindari situasi yang
menekan.
Untuk mengetahui persoalan dan solusi yang dialami para single
parent. Peneliti menganggap Strategi coping cocok dipakai sebagai teori
dalam penelitian ini. Strategi coping merupakan suatu proses dimana
individu berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stres yang
menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara
melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa
aman dalam dirinya (Mutadin, 2002).
2.1.6 Tingkatan stress
Setiap tahapan stress memperlihatkan sejumlah gejala-gejala yang
dirasakan oleh orang yang mengalami stress. Dengan memahami tahapan
ini, kita bisa mengetahui tingkatan stress yang dialami seseorang dan akan

16

mempermudah sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter.


Petunjuk-petunjuk tahapan stress tersebut dikemukakan oleh Dr. Robert J.
Van Amberg yang merupakan seorang psikiater.
1. Stres tingkat I.
Tahapan ini merupakan tingkat stress yang paling ringan, dan
biasanya disertai denganperasaan-perasaan seperti semangat yang
cenderung besar, penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya, energi
dan gugup yang berlebihan,dan kemampuan menyelesaikan pekerjaan
lebih dari biasanya. Gejala yang ada pada Tahapan Stress I ini biasanya
menyenangkan dan nyaris selalu dianggap positif. Padahal sebenarnya
tanpa disadari bahwa cadangan energi sedang menipis.
2. Stress tingkat II.
Gejala dalam tahapan ini mulai berbeda dengan tahapan stress
I. Gejala yang dominan adalah keluhan-keluhan yang dikarenakan
cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan-keluhan
yang dirasakan antara lain merasa letih sewaktu bangun pagi, merasa
lelah sesudah makan siang, merasa lelah menjelang soare hari, kadang
gangguan dalam system pencernaan (gangguan usus, perut kembung),
kadang-kadang pula jantung berdebar-debar, perasaan tegang pada
otot-otot punggung dan tengkuk (belakang leher), perasaan tidak bisa
santai.

17

3. Stress tingkat III.


Tahapan ini disertai dengan gejala seperti gangguan usus lebih
terasa (sakit perut, mulas, sering ingin ke belakang), otot-otot terasa
lebih tegang, perasaan tegang yang semakin meningkat, gangguan
tidur (sukar tidur, sering terbangun malam dan sukar tidur kembali,
ataubangun terlalu pagi), badan susah untuk tegak, rasa-rasa mau
pingsan (tidak sampai jatuh pingsan). Pada tahapan ini penderita sudah
harus berkonsultasi pada dokter, kecuali kalau beban stress atau
tuntutan-tuntutan dikurangi, dan tubuh mendapat kesempatan untuk
beristirahat atau relaksasi, guna memulihkan suplai energi.
4. Stress tingkat IV.
Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk
yang ditandai dengan ciri-ciri antara lain untuk bisa bertahan
sepanjang hari terasa sangat sulit, kegiatan-kegiatan yang semula
menyenangkan kini terasa sulit, kehilangan kemampuan untuk
menanggapi situasi, pergaulan social dan kegiatan-kegiatan rutin
lainnya terasa bera, tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan
dan seringkali terbangun dini hari, perasaan negativisik, kemampuan
berkonsentrasi menurun tajam, perasaan takut yang tidak dapat
dijelaskan, tidak mengerti mengapa.
5. Stress tingkat V.
Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari
tahapan IV diatas, yaitu keletihan yang mendalam (physical and

18

psychological exhaustion), untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana


saja terasa kurang mampu, gangguan system pencernaan (sakit maag
dan usus) lebih sering, sukar buang airbesar atau sebaliknya feses cair
dan sering ke belakang, perasaan takut yang semakin menjadi, mirip
panic.
6. Stress Tingkat VI.
Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan
keadaan gawat darurat. Gejala-gejala pada tahapan ini cukup
mengerikan seperti debar jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan
zat adrenalin yang dikeluarkan cukup tinggi dalam peredaran
darah. Gejala lainadalah nafas sesak, badan gemetar, tubuh dingin,
keringat bercucuran, tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak
kuasa lagi, mudah pingsan atau collaps. Jika dicermati, tingkatan stress
VI ini telah menunjukkan manifestasi di bidang fisik juga psikis. Di
bidang fisik sering berupa kelelahan, sedangkan di bidang psikis
berupa kecemasan dan depresi.
Penting

untuk

memahami tingkat

stress untuk

kemudian

mencermati gejalanya. Sangat banyak penderita stress yang tidak


mengetahui bahwa dirinya terjangkiti. Dengan memahami gejala,
penanganan dini bisa dilakukan.

19

2.2 Konsep keluarga


2.2.1 Definisi keluarga
Keluarga merupakan unit paling terdekat dengan penderita, dan
merupakan perawat utama bagi pennderita. Keluarga berperan dalam
menentuka cara atau perawatan yang diperluka pederita dirumah.
Keberhasilan perawatan di rumah sakit akan sia-sia jika tidak diteruskan di
rumah maka dapat meimbulkan kekambuhan penderita dan arus di bawa
kembali ke rumahh sakit. Peran keluarga sejak awal di ruma sakit akan
meningkatkan kemampuan keluarga merawat penderita di rumah sehingga
kemudian kambuh dapat dicegah.
a. Defenisi keluarga
1) Menurut Depkes. RI. 1988
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ke
tergantungan.
Menurut S .G . Bailon dan Aracelis Maglaya 1989
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yangtergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan
dan mereka hidup bersama dalam satu rumah tangga, berinteraksi
satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing menciptakan
serta mempertahankan kebudayaan ( Nasrul Effendi ,1998 : 33 ).

20

Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

keluarga

adalah :
1.1.

Unit terkecil dari masyarakat.

1.2.

Terdiri atas dua orang atau lebih.

1.3.

Adanya ikatan perkawianan dan pertalian darah.

1.4.

Hidup dalam satu rumah tangga.

1.5.

Dibawah asuhan seorang kepala keluarga.

1.6.

Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga

1.7.

Setiap

anggota

keluarga

mempunyai

perannya

masing-masing.
1.8.

Menciptakan dan mempertahankan kebudayaan

2) Keperawaatan kesehatan keluarga


Menurut S.G. Bailon dan Aracelis Maglaya 1978
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan
kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan

pada

keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat dengan sehat


sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana penyalur
(Nasrul Effendi,1998:39)
2.2.2 Fungsi dan tugas keluarga
Fungsi

keluarga

sangat

bermanfaat

dalam

kehidupan

bermasyarakat dan juga lingkungan luas, berikut adalah macam-macam


fungsi keluarga :

21

1. Fungsi Pendidikan.
Dalam

hal

ini

tugas

keluarga

adalah

mendidik

dan

menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa


depan anak bila kelak dewasa.
2. Fungsi Sosialisasi Anak.
Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana
keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3. Fungsi Perlindungan.
Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari
tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa
terlindung dan merasa aman.
4. Fungsi Perasaan.
Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga.
Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.
5. Fungsi Religius.
Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan
beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan
bahwa ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada
kehidupan lain setelah di dunia ini.

22

6. Fungsi Ekonomis.
Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumbersumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain,
kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur
penghasilan

itu,

sedemikian

rupa

sehingga

dapat

memenuhi

rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
7. Fungsi Rekreatif.
Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu
pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan
suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan
di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang
pengalaman masing-masing, dsb.
8. Fungsi Biologis.
Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk
meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.
9. Memberikan kasih sayang,perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga,
serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
Selain fungsi keluarga sangat bermanfaat untuk masyarakat dan
lingkungan, tugas keluarga juga menentukan untuk membentuk keluarga
untuk lebih berkembang dan sejahtera. Macam-macam tugas keluarga
sebagai berikut :
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

23

2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.


3.

Pembagian

tugas

masing-masing

anggotanya

sesuai

dengan

kedudukannya masing-masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih
luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
2.2.3 Bentuk keluarga.
Keluarga dibagi menjadi beberapa bentuk berdasarkan garis
keturunan, jenis perkawinan, pemukiman, jenis anggota keluarga dan
kekuasaan.
a. Berdasarkan Garis Keturunan
1. Patrilinear adalah keturunan sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa ganerasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
b. Berdasarkan Jenis Perkawinan
1. Monogami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan
seorang istri.
2. Poligami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan
lebih dari satu istri.
c. Berdasarkan Pemukiman

24

1. Patrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat


dengan keluarga sedarah suami.
2. Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat
dengan keluarga satu istri
3. Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga
suami maupun istri.
d. Berdasarkan Jenis Anggota Keluarga
1. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anak.
2. Keluarga Besar (Extended

Family)

adalah

keluarga

inti

ditambahkan dengan sanak saudara. Misalnya : kakak, nenek,


keponakan, dan lain-lain.
3. Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiiri
dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan satu keluarga inti.
4. Keluarga Duda/janda (Single Family) dalah keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
5. Keluarga Berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
6. Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang yang terjadi
tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
e. Berdasarkan Kekuasaan
1. Patriakal adalah keluarga yang dominan dan

memegang

kekuasaan dalam keluarga adalah dipihak ayah.


2. Matrikal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan
dalam keluarga adalah pihak ibu.
3. Equalitarium adalah keluarga yang memegang kekuasaan adalah
ayah dan ibu.
2.2.4 Peran serta Keluarga dalam Proses Keperawatan klien gangguan jiwa

25

Keluarga adalah orang-orang yang sangat dekat dengan pasien dan


dianggap paling banyak tahu kondisi pasien serta dianggap paling banyak
memberi pengaruh pada pasien. Sehingga keluarga sangat penting artinya
dalam perawatan dan penyembuhan pasien. Alasan utama pentingnya
keluarga dalam perawatan jiwa adalah :
1. Keluarga merupakan lingkup yang paling banyak berhubungan dengan
pasien
2. Keluarga (dianggap) paling mengetahui kondisi pasien
3. Gangguan jiwa yang timbul pada pasien mungkin disebabkan adanya
cara asuh yang kurang sesuai bagi pasien
4. Pasien yang mengalami gangguan jiwa nantinya akan kembali kedalam
masyarakat; khususnya dalam lingkungan keluarga
5. Keluarga merupakan pemberi perawatan utama dalam mencapai
pemenuhan kebutuhan dasar dan mengoptimalkan ketenangan jiwa
bagi pasien.
6. Gangguan jiwa mungkin memerlukan terapi yang cukup lama,
sehingga pengertian dan kerjasama keluarga sangat penting artinya
dalam pengobatan
Hal-hal yang perlu diketahui oleh keluarga dalam perawatan
Gangguan Jiwa :
1. Pasien yang mengalami gangguan jiwa adalah manusia yang sama
dengan orang lainnya; mempunyai martabat dan memerlukan
perlakuan manusiawi
2. Pasien yang mengalami gangguan jiwa mungkin dapat kembali ke
masyarakat dan berperan dengan optimal apabila mendapatkan

26

dukungan yang memadai dari seluruh unsur masyarakat. Pasien


gangguan jiwa bukan berarti tidak dapat sembuh
3. Pasien dengan gangguan jiwa tidak dapat dikatakan sembuh secara
utuh, tetapi memerlukan bimbingan dan dukungan penuh dari orang
lain (dan keluarga)
4. Tujuan perawatan adalah :
a. Meningkatkan Kemandirian pasien
b. Pengoptimalan peran dalam masyarakat
c. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
5. Pasien memerlukan pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari seperti
makan, minum dan berpakaian serta kebersihan diri dengan optimal.
Keluarga berperan untuk membantu pemenuhan kebutuhan ini sesuai
tahap-tahap kemandirian pasien
6. Kegiatan sehari-hari seperti melakukan pekerjaan rumah (ringan),
membantu usaha keluarga atau bekerja (seperti orang normal lainnya)
merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan yang mungkin berguna
bagi pasien.
7. Berilah peran secukupnya pada pasien sesuai dengan tingkat
kemampuan yang dimiliki. Pemberian peran yang sesuai dapat
meningkatkan harga diri pasien.
8. Berilah motivasi pada pasien sesuai dengan kebutuhan (tidak dibuatbuat) dalam rangka meningkatkan moral dan harga diri.
Kembangkan kemampuan yang telah dimiliki oleh pasien pada
waktu yang lalu. Kemampuan masa lalu berguna untuk menstimulasi dan
meningkatkan fungsi klien sedapat mungkin.

27

2.3 Konsep Gangguan Jiwa


2.3.1 Pengertian
Kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik,

intelektual,

emosional

secara

optimal

dari

seseorang

dan

perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain. Kesehatan jiwa bukan
hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai
karakteristik

yang

positif

yang

menggambarkan

keselarasan

dan

keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya


(WHO) (Yosep, 2009).
Gangguan jiwa dari PPDGJ II yang merujuk ke DSM-III adalah
sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang, yang secara klinik
cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/ disability) di dalam satu
atau lebih fungsi yang penting dari manusia.
Prof. Dr. Sotardjo (2006) dalam Yosep (2009)menjelaskan banyak
sekali istilah yang berhubungan atau mengartikan gangguan kejiwaan.
Diantaranya adalah perilaku atau psikologi abnormal, perilaku maladaptive,
gangguan mental, gangguan emosional, psikopatologi, disfungsi psikologis,
sakit mental, gangguan perilaku, dan gila. Berikut ini dikemukakan
beberapa pengertian menyangkut istilah-istilah tersebut, meskipun secara
umum istilah-istilah itu mengartikan suatu konsep yang sama saja.
1) Perilaku abnormal (abnormal behavior)
Digunakan untuk menggambarkan tampilan kepribadian dalam (inner
personality) atau perilaku luar (outer behavior) atau keduanya, yang
dimaksudkan dengan istilah ini adalah perilaku spesifik seperti fobia

28

atau pola gangguan seperti skizofrenia. Demikian juga dengan masalah


kronik atau yang berlangsung lama, seperti intoksikasi obat-obatan
dengan simtom yang akut atau temporer.
2) Perilaku maladaptif (maladaptive behavior)
Merupakan pemahaman perilaku abnormal yang bersifat konseptual,
yang memasukkan setiap perilaku yang memiliki konsekuensi yang
tidak diharapkan. Tidak hanya perilaku psikosis atau neurotis, melainkan
juga perilaku bisnis yang tidak etis, prasangka rasial, alienasi, dan apatis.
3) Gangguan mental (mental disorder)
Untuk pola perilaku abnormal, meliputi rentang yang lebar, dari yang
ringan sampai yang berat.
4) Gangguan emosional (emotional disturbance)
Merupakan intergasi kepribadian yang tidak adekuat (memenuhi syarat)
dan distress personal. Istilah ini lebih sering digunakan untuk perilaku
maladaftif pada anak-anak
5) Psikopatologi (psychopathology)
Diartikan sama atau sebagai kata lain dari perilaku abnormal, psikologi
abnormal, atau gangguan mental.
6) Sakit mental (mental illnes)
Digunakan sebagai kata

lain

dari

gangguan

mental.

Namun

penggunaannya saat ini terbatas pada gangguan yang berhubungan


dengan patologi otak atau disorganisasi kepribadian yang berat.
7) Gangguan mental (mental disorder)
Semula digunakan untuk nama gangguan-gangguan yang berhubungan
dengan patologi otak, tetapi saat ini jarang digunakan. Namun ini pun
sering digunakan sebagai istilah yang umum untuk setiap gangguan dan
kelainan.
8) Gangguan perilaku (behavior disorder)
Digunakan secara khusus untuk gangguan yang berasal dari kegagalan
belajar, baik gagal mempelajari kompetensi yang dibutuhkan maupun

29

gagal

dalam

mempelajari

pola

penanggulangan

masalah

yang

maladaptive
9) Gila (insanity)
Merupakan istilah hukum yang mengidentifikasi bahwa individu secara
mental tidak mampu untuk mengelola masalah-masalahnya atau melihat
konsekuensi-konsekuensi

dari

tindakan-tindakannya.

Istilah

ini

menunjuk pada gangguan jiwa yang serius. Terutama penggunaan istilah


ini bersangkutan dengan pantas tidaknya seseorang yang melakukan
tindak pidana hukum atau tidak.
2.3.2 Faktor Penyebab Gangguan Jiwa
Suliswati (2005) gangguan jiwa dapat disebabkan oleh berbagai faktor
sebagai berikut:
1) Suasana rumah antara lain (sering bertengkar, salah pengertian diantara
angota keluarga, kurang kebahagiaan dan kepercayaan diantara anggota
keluarga) sehingga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada
seorang individu. Apabila sedang menghadapi stress dan ketegangan
dalam kehidupannya, dapat manyebabkan sakit karena kurang mampu
baradaptasi dan kurang terampil dalam menghadapi situasi dan
pengendalian emosi.
2) Pengalaman masa kanak-kanak. Kasih sayang yang cukup, bimbingan
yang sesuai, memberikan semangat dan disiplin merupakan hal yang
penting untuk pertumbuhan yang sehat dari seseorang. Bila tidak
memadai dan terdapat pengalaman yang tidak menyenangkan secara
berulang pada masa kanak, dapat menyebabkan gangguan jiwa pada
kehidupan dewasa.

30

3) Faktor keturunan. Pada beberapa kasus gangguan jiwa, kemungkinan


didapatkan pula anggota keluarga lainnya, yang menderita penyakit yang
sama. Pada beberapa kasus gangguan jiwa lain, tidak ditemukan seorang
pun dalam keluarganya dengan gangguan yang serupa. Kecenderungan
untuk berkembangnya suatu gangguan jiwa dapat diturunkan pada
seorang individu, tetapi apakah orang tersebut akan sakit bergantung
pada faktor lain yang dapat memengaruhi.
4) Perubahan dalam otak. Setiap perubahan dalam struktur/ fungsi otak,
dapat menyebabkan gangguan jiwa. Perubahan biokomiawi pada sel-sel
adalah penyebab yang banyak dari gangguan psikotik.
2.3.3 Ciri-Ciri Gangguan Jiwa
Ciri-ciri gangguan jiwa. Ciri ini meliputi:
1) Perubahan yang berulang dalam pikiran, daya ingat, persepsi dan daya
tilikan yang bermanifestasi sebagai kelainan bicara dan perilaku.
2) Perubahan ini menyebabkan tekanan batin, dan penderitaan pada
individu dan orang lain dilingkungannya.
3) Perubahan perilaku, akibat dari penderitaan ini menyebabkan gangguan
dalam kegiatan sehari-sehari, efisiensi kerja, dan hubungan dengan
orang lain (hendaknya dalam bidang sosial dan pekerjaan).
2.3.4 Klasifikasi Gangguan Jiwa
Klasifikasi gangguan jiwa terbagi dalam berbagai golongan, yaitu:
1)
Psikotik
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan
individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusianasi,
waham, atau perilaku kacau/aneh. Psikotik yang dibahas pada modul ini
yaitu psikotik akut da kronik
2)

Skizofrenia
Yosep (2009) menjelaskan skizofrenia adalah gangguan yang terjadi
pada fungsi otak. Skizofrenia dapat dideskripsikan suatu sindrom dengan

31

variasi penyebab (belum banyak diketahui) dan perjalanan penyakit atau


prognosa (tidak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta
sejumlah akibat tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik
dan sosial budaya
3)

Gangguan

jiwa

afektif
Gangguan jiwa afektif adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan
danya gangguan emosi (afektif) sehingga perilaku diwarnai oleh
ketergantungan keadaan emosi.
4)

Neurosis
Neurosis banyak dialami sekitar 10-20% kelompok lansia, gangguan
tersebut dapat terjadi pada waktu masa mudanya atau dialami pada masa

memasuki usia lanjut.


2.3.5 Tanda dan gejala gangguan jiwa
Yosep (2009) menjelaskan dari berbagai penyelidikan dapat dikatakan
bahwa gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak
normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental.
Keabnormalan tersebut dibagi kedalam dua golongan yaitu: Gangguan Jiwa
(Neurosa) dan Sakit Jiwa (Psikosa). Keabnormalan terlihat dalam berbagai
macam gejalayang terpenting diantaranya adalah: ketegangan (Tension), rasa
putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa
(convulsive), hysteria, rasa lemah, dan tidak mampu mencapai tujuan, takut,
pikiran-pikiran buruk dan sebagainya.
Yosep (2009) juga menyebutkan gangguan jiwa ditandai dengan:
1) Gangguan Kognisi

32

Kognisi adalah suatu proses mental yang dengannya seseorang individu


menyadari dan mempertahankan hubungan dengan lingkungannya baik
lingkungan dalam maupun lingkungan luarnya (fungsi mengenal)
2) Gangguan Perhatian
Perhatian adalah pemusatan dan konsentrasi energi menilai dalam suatu
proses kognitif yang timbul dari luar akibat suatu rangsang.
3) Gangguan Ingatan
Ingatan (kenangan, memori) adalah kesanggupan untuk mencatat,
menyimpan, memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran. Jadi proses
ingatan terdiri dari 3 unsur yaitu: pencatatan (mencamkan, reception and
registration),

penyimpanan

(menahan,

retention,

preservation),

pemanggilan kembali (recalling).


4) Gangguan Asosiasi
Asosiasi adalah proses mental yang dengannya suatu perasaan, kesan
atau gambaran ingatan cenderung untuk menimbulkan kesan atau
gambaran ingatan respon/konsep lain, yang memang sebelumnya
berkaitan dengannya.
5) Gangguan Pertimbangan
Pertimbangan (penilaian)

adalah

suatu

proses

mental

untuk

membandingkan/menilai beberapa pilihan dalam suatu kerangka kerja


dengan memberikan nilai-nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan
dari suatu aktivitas
6) Gangguan Pikiran
Pikiran umum adalah melatakkan hubungan antara berbagai bagian dari
pengetahuan seseorang. Berpikir merupakan suatu proses dalam
mempersatukan atau menghubungkan ide-ide dengan membayangkan,
membentuk pengertian untuk menarik kesimpulan, serta proses-proses
yang lain untuk membentuk ide-ide baru.
7) Gangguan Kesadaran

33

Kesadaran adalah kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan


lingkungan serta dirinya sendiri melalui panca indra dan mengadakan
pembatasan terhadap lingkungan serta dirinya sendiri.
8) Gangguan Kemauan
Kemauan adalah suatu proses dimana keinginan-keinginan
dipertimbangkan untuk kemudian diputuskan untuk dilaksanakan sampai
mencapai tujuan.
9) Gangguan Emosi dan Afek
Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar dan memberikan pengaruh
pada aktivitas tubuh dan menghasilkan sensasi organis dan kinetis.
10) Gangguan Psikomotor
Psikomotor adalah gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa,
sehingga merupakan afek bersama yang mengenai badan dan jiwa. Juga
meliputi kondisi, perilaku motorik atau aspek motorik dari suatu
perilaku. Bentuk-bentuk gangguan psikomotor
a) Aktivitas yang meningkat
b) Aktivitas yang menurun
c) Aktivitas yang terganggu atau tidak sesuai
d) Aktivitas yang berulang-ulang
e) Otomatisme perintah dia menurut sebuah perintah secara otomatis
f) Negatifisme suatu pertahanan psikologik yang dipertahankan dengan
melawan atau menentang terhadap apa yang disuruh
g) Aversi, suatu reaksi yang agresif dan tegas yang diperlihatkan dengan
melawan, mendengki, membenci, nonkooperatif, menolak, dan
kadang-kadang menunjukkan reaksi stupor.
2.3.6 Penatalaksanaan Gangguan Jiwa
Secara umum klien gangguan jiwa akan mengalami beberapa masalah
keperawatan seperti halusinasi, harga diri, isolasi sosial, perilaku kekerasan,
waham, depresi, dan sebagainya. Prinsip perencanaan keperawatan yang
perlu dipertimbangkan adalah:

34

1) Pentingnya perawatan gangguan jiwa di rumah sakit dan menumbuhkan


kemandirian (hospitalization, independency).
2) Perawat melakukan identifikasi dan pemenuhan kebutuhan dasar selama
di rumah sakit (identify long-term care basic needs).
3) Merencanakan tindak lanjut dan proses rujukan klien dan peran serta
keluarga (identify and provide proper referrals for patien and family).
4) Merencanakan keterampilan dan perangkat kehidupan setelah kembali
ke masyarakat seperti sumber penghasilan dan ekonomi, dukungan
social, hubungan keluarga dan ketahanan apabila mendapatkan stess
(follo-up living arrangements, economic recources, social supports,
family relationships, vulnerability to stress).
5) Memberikan terapi modalitas (modality therapy) dan melatih terapi kerja
(occupational therapy).
6) Pendidikan masyarakat dalam mencegah stigma (prevation to stigma)
(Yosep, 2009)

35

2.4 Kerangka konseptual


Kerangka konsep penelitian ini sebagai :

Keluarga dengan anggota


yang mengalami ganggun
jiwa

Faktor yang mempengaruhi


1. Faktor internal
a. kepribadian
b. kognitif
2. Faktor eksternal
a. Faktor rumah tangga
(stress in the family)
b. Faktor lingkungan
(environmental stress)
c. Faktor sosial (social
source of stress)

Normal

Stress
Ringan

Tingkat stress dalam


keluarga

Stress
sedang

Stress
berat

Stress
sangat berat

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual tingkat stres pada keluarga dengan


anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Desa
Wates Kecamatan Magersari Kabupaten Mojokerto

Вам также может понравиться