Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
disebabkan
oleh
karena
hiperplasia
beberapa
atau semua
aliran
pembesaran
progresif
dari
kelenjar
prostat, bersifat
jinak
aliran
urinarius
artinya
terjadinya
penyumbatan
yang
2. Etiologi
Hingga
sekarang
masih
belum
diketahui
secara
pasti
ini tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan
seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat.
b. Fisiologi
Pada laki-laki remaja prostat belum teraba pada colok dubur,
sedangkan pada orang dewasa sedikit teraba dan pada orang tua biasanya
mudah teraba. Sedangkan pada penampang tonjolan pada proses hiperplasi
prostat, jaringan prostat masih baik. Pertambahan unsur kelenjar
menghasilkan warna kuning kemerahan, konsisitensi lunak dan berbatas
jelas dengan jaringan prostat yang terdesak berwarna putih ke abu-abuan
dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan, keluar cairan seperti susu. Apabila
jaringan fibromuskuler yang bertambah tonjolan berwarna abu-abu padat
dan tidak mengeluarkan cairan sehingga batas tidak jelas. Tonjolan ini
dapat menekan uretra dari lateral sehingga lumen uretra menyerupai celah.
Terkadang juga penonjolan ini dapat menutupi lumen uretra, tetapi fibrosis
jaringan kelenjar yang berangsur-angsur mendesak prostat dan kontraksi
dari vesika yang dapat mengakibatkan peradangan (Brunner & Suddarth,
2008).
4. Patofisiologi
Hiperplasia
prostat
adalah
pertumbuhan
nodul-nodul
sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan destrusor disebut fase
kompensasi, keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya
mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi/terjadi
dekompensasi sehingga terjadi retensi urin. Pasien tidak bisa mengosongkan
vesika urinaria dengan sempurna, maka akan terjadi statis urin. Urin yang statis
akan menjadi alkalin dan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri (Price,
2006).
Obstruksi urin yang berkembang secara perlahan-lahan dapat
mengakibatkan aliran urin tidak deras dan sesudah berkemih masih ada urin
yang menetes, kencing terputus-putus (intermiten), dengan adanya obstruksi
maka pasien mengalami kesulitan untuk memulai berkemih (hesitansi). Gejala
iritasi juga menyertai obstruksi urin. Vesika urinarianya mengalami iritasi dari
urin yang tertahan tertahan didalamnya sehingga pasien merasa bahwa vesika
urinarianya tidak menjadi kosong setelah berkemih yang mengakibatkan
interval disetiap berkemih lebih pendek (nokturia dan frekuensi), dengan
adanya gejala iritasi pasien mengalami perasaan ingin berkemih yang
mendesak/ urgensi dan nyeri saat berkemih /disuria (Sudoyo, 2009).
Tekanan vesika yang lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan
obstruksi, akan terjadi inkontinensia paradoks. Retensi kronik. menyebabkan
refluk vesiko ureter, hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses
kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada waktu miksi penderita
harus mengejan sehingga lama kelamaan menyebabkan hernia atau hemoroid.
Karena selalu terdapat sisa urin, dapat menyebabkan terbentuknya batu
endapan didalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan
5. Pathway
Hormon
Estrogen &
Testosterne
tidak seimbang
Penyempitan
lumen ureter
prostatika
Obstruksi
Retensi Urin
Faktor Usia
Sel Prostat
umur
panjang
Sel stroma
pertumbuhan
berpacu
Prolikerasi
abnormal sel
strem
Prostat
membesar
Resiko
Pendarahan
Iritasi mukosa
kandungan
kencing,
terputusnya
Nyeri akut
Produksi
Stroma
dan epitel
berlebiha
n
TURP
Kurangnya
informasi
terhadap
pembedahan
Pemasangan DC
7
Rangsangan
Gate diameter
kontrole
syaraf
Tempat
masuknya
Resiko
Luka Infeksi
Ansiet
mikroorganisme
Gangguan
eliminasi urine
6. Manifestasi Klinik
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih
maupun keluhan diluar saluran kemih. Menurut Sudoyo (2009) dan tanda dan
gejala dari BPH yaitu : keluhan pada saluran kemih bagian bawah, gejala pada
saluran kemih bagian atas, dan gejala di luar saluran kemih.
a. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Gejala obstruksi meliputi : Retensi urin (urin tertahan dikandung kemih
sehingga urin tidak bisa keluar), hesitansi (sulit memulai miksi), pancaran
miksi lemah, Intermiten (kencing terputus-putus), dan miksi tidak puas
(menetes setelah miksi)
1) Gejala iritasi meliputi : Frekuensi, nokturia, urgensi (perasaan ingin
miksi yang sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi).
2) Gejala pada saluran kemih bagian atas Keluhan akibat hiperplasi
prostat pada sluran kemih bagian atas berupa adanya gejala obstruksi,
a. Laboratorium
1) Sedimen Urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi
saluran kemih.
2) Kultur Urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi atau sekaligus
menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang
diujikan.
b. Pencitraan
1) Foto polos abdomen
2) Mencari kemungkinan adanya batu saluran kemih atau kalkulosa
prostat dan kadang menunjukan bayangan buli-buli yang penuh terisi
urin yang merupakan tanda dari retensi urin.
3) IVP (Intra Vena Pielografi)
Mengetahui kemungkinan kelainan ginjal
atau
ureter
berupa
10
b. Stadium II
Pada stadium II merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan
biasanya dianjurkan reseksi endoskopi melalui uretra (trans uretra)
c. Stadium III
Pada stadium III reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila
diperkirakan prostat sudah cukup besar, sehinga reseksi tidak akan selesai
dalam 1 jam. Sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka. Pembedahan
terbuka dapat dilakukan melalui trans vesika, retropubik dan perineal.
d. Stadium IV
Pada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan penderita dari
retensi urin total dengan memasang kateter atau sistotomi. Setelah itu,
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut amok melengkapi diagnosis, kemudian
terapi definitive dengan TUR atau pembedahan terbuka.
e. Terapi Bedah
Indikasinya adalah bila retensi urin berulang, hematuria, penurunan fungsi
ginjal, infeksi saluran kemih berulang, divertikel batu saluran kemih,
hidroureter, hidronefrosis jenis pembedahan:
1) TURP (Trans Uretral Resection Prostatectomy)
Yaitu pengangkatan sebagian atau keseluruhan kelenjar prostat melalui
sitoskopi atau resektoskop yang dimasukkan malalui uretra.
2) Prostatektomi Suprapubis
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi yang dibuat pada
kandung kemih.
3) Prostatektomi retropubis
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi pada abdomen
bagian bawah melalui fosa prostat anterior tanpa memasuki kandung
kemih.
4) Prostatektomi Peritoneal
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat radikal melalui sebuah insisi
diantara skrotum dan rektum.
5) Prostatektomi retropubis radikal
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat termasuk kapsula, vesikula
seminalis dan jaringan yang berdekatan melalui sebuah insisi pada
11
12
13
14
dengan
obstruksi
mekanik
pembesaran
prostat,
dekompensasi
otot destruktor
ketidakmampu
an
kandung
kemih untuk
berkontraksi
dengan
adekuat.
8. DS:
- Disuria
10.
DO :
- Distensi bladder
ada
11.
18.
2.
4.
Tujuan dan
Kriteria Hasil
12. NOC:
Urinary elimination
Urinary Contiunence
13. Setelah
dilakukan
tindakan
keperawata
n selama
. retensi
urin
14. pasien
teratasi
dengan
kriteria
hasil:
Kandung kemih kosong
secarapenuh
Tidak ada residu urine
>100-200 cc
Intake cairan dalam
rentang normal
Bebas dari ISK
Tidak
ada
spasme
bladder
Balance
cairan
seimbang
5.
Rencana keperawatan
Intervensi
6.
Rasional
15.
NIC :
1.Indikator keseimbangan cairan dan kebutuhan
16. Urinary Retention Care
penggantian pada irigasi kandung kemih,
1. Monitor intake dan output
awasi pentingnya perkiraan kehilangan darah
2. Monitor
penggunaan
obat
dan secara akurat mengkaji haluaran urine.
antikolinergik
2.Diberikan untuk melawan infeksi. Mugkin
3. Monitor derajat distensi bladder
digunakan secara profilaksis. Efek samping
4. Instruksikan pada pasien dan
demam.
keluarga untuk mencatat output 3.Membantu dan evakuasi duktus kelenjar untuk
urine.
menghilangkan
kongesti/inflamasi.
5. Kateterisaai jika perlu
Kontraindikasi bila infeksi terjadi.
6. Monitor tanda dan gejala ISK 4.Retensi urin meningkatkan tekanan dalam
(panas, hematuria, perubahan bau
saluran perkemihan atas, yang dapat
dan konsistensi urine)
mempengaruhi fungsi ginjal.
17.
5.Menghilangkan/mencegah retensi urin dan
mengesampingkan adanya struktur uretral.
6.Meningkatkan output urine sehingga resiko
terjadi ISK dikurangi dan mempertahankan
fungsi ginjal. Dapat mengenali infeksi saluran
kemih secara dini dan melakukan pengobatan
secepatnya.
15
19.
20.
21.
22.
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan iritasi mukosa, distensi kandung kemih.
23.
Diagnosa
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
24.
Rencana keperawatan
26.
Tujuan dan
27.
Intervensi
28.
Rasional
Kriteria Hasil
32. NOC :
35. NIC :
37.
Pain Level, 1.Lakukan pengkajian nyeri secara 1.Untuk menentukan suatu pengkajian dasar
komprehensif
termasuk
lokasi,
rencana perawatan.
pain
karakteristik,
durasi,
frekuensi, 2.Untuk
meningkatkan
rasa
kendalinya,
control,
kualitas
dan
faktor
presipitasi
mengurangi
isolasi,
dan
menumbuhkan
rasa
comfort
2.Observasi
reaksi
nonverbal
dari
percaya.
level
ketidaknyamanan
3.Untuk memfasilitasi pengkajian yang akurat
33. Setelah
tentang tingkat nyeri pasien.
dilakukan 3.Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
4.Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali
tinfakan
tentang
teknik
non
perhatian,
dan
dapat
meningkatkan
keperawata 4.Ajarkan
farmakologi:
napas
dala,
relaksasi,
kemampuan
koping.
n selama
distraksi, kompres hangat/ dingin
5.Obat yang diberikan sesuai indikasi dapat
. Pasien
5.Berikan
analgetik
untuk
mengurangi
menyakinkan untuk pengurangan nyeri yang
tidak
nyeri.
adekuat.
mengalami
6.Tingkatkan istirahat
6.Meningkatkan relaksasi otot, penurunan edema,
nyeri,
7.Berikan
informasi
tentang
nyeri
seperti
dan dapat meningkatkan upaya berkemih.
dengan
penyebab
nyeri,
berapa
lama
nyeri
7.Memungkinkan
pasien untuk menerima
kriteria
akan
berkurang
dan
antisipasi
kenyataan
dan
menguatkan
kepercayaan pada
hasil:
ketidaknyamanan
dari
prosedur
pemberi
perawatan
dan
pemberian
informasi.
Mampu mengontrol nyeri
36.
38.
(tahu penyebab nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri
16
berulang-ulang)
Respon autonom (seperti
diaphoresis,
perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafas
panjang/berkeluh
kesah)
Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
39.
c. Kekurangan volume
berkurang
dengan
menggunakan manajemen
nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala,
intensitas,
frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman
setelah
nyeri
berkuranganda
vital
dalam rentang normal
Tidak
mengalami
gangguan tidur
34.
cairan berhubungan dengan pasca obstruksi diuresia dan drainase cepat kandung kemih yang terlalu distensi secara
kronis.
40.
Diagnosa
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
41.
Rencana keperawatan
43.
Tujuan dan
44.
Intervensi
45.
Rasional
Kriteria Hasil
46.
Kekurangan volume
50. NOC:
53.
NIC :
66.
cairan berhubungan dengan Fluid balance
1.Pertahankan catatan intake dan output 1.Membandingkan keluaran aktual dan yang
pasca obstruksi diuresia dan Hydration
yang akurat
diantisipasi membanu dalam evaluasi adanya
drainase cepat kandung kemih Nutritional Status : 2.Monitor status hidrasi (kelembaban
kerusakan ginjal
yang terlalu distensi secara
membran mukosa, nadi adekuat, 2.Indikator
hidrasi/volume
sirkulasi
dan
Food and Fluid Intake
kronis.
tekanan
darah
ortostatik),
jika
kebutuhan
intervensi
51. Setelah
47. DS :
diperlukan
3.Pembesaran prostat (obstruksi) secara nyata
dilakukan
-Haus
3.Monitor
hasil
lab
yang
sesuai
dengan
menyebabkan dilatasi saluran perkemihan atas
tindakan
48. DO:
retensi
cairan
(BUN
,
Hmt
,
(ureter dan ginjal ), berpotensi merusak fungsi
keperawata
-Penurunan turgor kulit/lidah
osmolalitas
urin,
albumin,
total
ginjal dan menimbulkan uremia.
n
-Membran mukosa/kulit kering
protein )
4.Memampukan
deteksi
dini/intervensi
selama..
-Peningkatan denyut nadi,
4.Monitor vital sign setiap 15menit 1
hipovolemik sistemik.
defisit
17
d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, kateter, trauma jaringan, insisi bedah
18
68.
Diagnosa
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
74.
Risiko
infeksi
berhubungan dengan prosedur
invasif,
kateter,
trauma
jaringan, insisi bedah
75. Faktor-faktor
risiko :
Prosedur Infasif
Kerusakan
jaringan
dan
peningkatan
paparan
lingkungan
Malnutrisi
Peningkatan
paparan
lingkungan patogen
Imonusupresi
Tidak adekuat pertahanan
sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia,
penekanan
respon inflamasi)
Penyakit kronik
Imunosupresi
Malnutrisi
Pertahan primer tidak adekuat
(kerusakan kulit, trauma
jaringan,
gangguan
peristaltik)
69.
Rencana keperawatan
71.
Tujuan dan
72.
Intervensi
73.
Rasional
Kriteria Hasil
76. NOC :
79. NIC :
81.
Immune Status
1.Pertahankan teknik aseptif
1.Mencegah pemasukan bakteri dan infeksi lanjut.
Knowledge : Infection 2.Gunakan baju, sarung tangan sebagai 2.Mencegah introduksi organisme penyebab
alat pelindung
infeksi.
control
3.Ganti
letak
IV
perifer
dan
dressing
3.Cairan
garam faal/dekstrosa, elektrolit, dan
Risk control
sesuai
dengan
petunjuk
umum
NaHCO3
mungkin diinfuskan dalam sisi vena
77. Setelah
4.Gunakan
kateter
intermiten
untuk
hemofolter
CAV bila kecepatan ultrafiltrasi
dilakukan
menurunkan
infeksi
kandung
tinggi digunakan untuk membuang cairan
tindakan
kencing
ekstraseluler dan cairan toksik.
keperawata
5.Tingkatkan
intake
nutrisi
4.Menurunkan
resiko infeksi asenden.
n
6.Berikan
terapi
5.Meningkatkan
penyembuhan dan mencegah
selama
antibiotik:................................
komplikasi,
menurunkan
resiko perdarahan
pasien
7.Dorong
masukan
cairan
pasca
operasi.
tidak
6.Pengobatan cepat infeksi dapat mengamankan
mengalami 8.Dorong istirahat
9.Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
jalan masuk, mencegah sepsis.
infeksi
gejala
infeksi
7.Peningkatan
aliran cairan mempertahankan
dengan
80.
perfusi
ginjal
dan membersihkan ginjal dan
kriteria
kandung
kemih
dari pertumbuhan bakteri.
hasil:
8.Meningkatkan
relaksasi
otot, penurunan edema,
Klien bebas dari tanda
dan dapat meningkatkan upaya berkemih.
dan gejala infeksi
9.Membantu
pasien dan keluarga memahami
Menunjukkan
tujuan
dari
apa yang dilakukan dan
kemampuan
untuk
mengurangi
masalah
karena ketidaktahuan.
mencegah
timbulnya
Namun
kelebihan
informasi
tidak membantu
infeksi
dan
dapat
meningkatkan
ansietas.
Jumlah leukosit dalam
batas normal
Menunjukkan perilaku
hidup sehat
Status
imun,
gastrointestinal,
genitourinaria
dalam
19
batas normal
78.
82.
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap
informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
83.
Diagnosa
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
89. Kurang
pengetahuan
tentang
kondisi,
prognosis dan
kebutuhan
terapi
berhubungan
dengan kurang
terpajan atau
salah
interpretasi
terhadap
informasi,
keterbatasan
kognitif,
kurang
akurat/lengkap
nya informasi
yang ada.
90. DS:
Pasien tidak mengetahui
84.
86.
Tujuan
dan Kriteria
Hasil
93. NOC :
94.
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
diharapkan klien dapat :
95. Mengide
ntifikasi
kebutuha
n
terhadap
informasi
tambahan
mengenai
perilaku
promosi
kesehatan
atau
program
terapi
(mis,
informasi
mengenai
diet)
87.
97.
1.
2.
3.
4.
5.
Rencana keperawatan
Intervensi
96. NIC :
Edukasi kesehatan :
Kaji ulang proses penyakit dan
harapan masa dating
Kaji ulang program diet, sesuai
dengan indikasi
Diskusikan tentang:
a. Pemberian diet rendah purin,
(membatasi daging berlemak,
kalkun, tumbuhan polong,
gandum, alkohol)
b. Pemberian diet rendah Ca
(membatasi susu, keju, sayur
hijau, yogurt.)
c. Pemberian diet rendah oksalat
(membatasi konsumsi coklat,
minuman kafein, bit, bayam).
Diskusikan program obat-obatan,
hindari obat yang dijual bebas dan
baca labelnya.
Tunjukan perawatan yang tepat
terhadap insisi/kateter bila ada.
20
88.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Rasional
98.
Memberikan pengetahuan dasar, membuat
pilihan berdasarkan informasi
Pemahaman diet, memberikan kesempatan
untuk memilih sesuai dengan Informasi,
mencegah kekambuhan.
Diskusikan tentang:
1) Menurunkan pemasukan oral terhadap
prekursor asam urat
2) Menurunkan resikopem bentukan batu
kalsium.
3) Menurunkan pembentukan batu oksalat.
Obat yang diberikan untuk mengasamkan
urin, atau mengalkalikan, menghindari
produk kontraindikasi.
Meningkatkan kemampuan perawatan diri
dan kemandirian
Dengan peningkatan kemungkinan
berulangnya batu, intervensi segera dapat
mencegah komplikasi serius.
Menurunkan rasa cemas pasien
Membantu dalam merencanakan perubahan
21
100.
101.
102.
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
104.
Nama Klien
: Tn H
105.
Umur
: 77 Tahun
106.
Jenis Kelamin
: Laki-laki
107.
Pendidikan
: SD
108.
Pekerjaan
: Swasta
109.
Status Perkawinan
: Duda
110.
Agama
: Islam
111.
Suku/Bangsa
: Melayu/Indonesia
112.
Alamat
: Jln. Penjajap Barat, RT 002/004
Pemangkat
113.
Diagnosa Medis
: Benigna Prostat Hiperplasia
114.
Tanggal Masuk RS : 24 Juli 2016
115.
Tanggal Pengkajian : 25 Juli 2016
116.
Penanggung Jawab
117.
Nama
: Ny. F
118.
Alamat
: Pemangkat
119.
Hubungan dgn Klien: Anak
120.
Pekerjaan
: Rumah Tangga
121.
B. Riwayat Kesehatan Klien
1. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
122. Tidak bisa buang air kecil, kandung kemih terasa penuuh, dan
terasa nyeri saat buat air kecil.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
- Pasien mengatakan terasa nyeri saat buang air kecil
123. P : Nyeri saat buang air kecil
124. Q : Seperti di iris-iris
125. R : vesika urinaria
126. S : Skala nyeri 6
127. T : Intermitten
- Pasien mengatakan merasa tidak puas setelah buang air kecil
- Pasien mengatakan sering terbangun pada malam hari karena nyeri
yang timbul
- Pasien mengatakan terdapat darah pada selang kencing yang terpasang
- Pasien mengatakan tidur hanya 4-5 jam perhari
- Pasien mengatakan cemas dalam menghadapi operasi
128.
21
Keterangan:
139.
: laki-laki normal
140.
: laki-laki meninggal
141.
: klien
142.
: perempuan
143.
: perempuan meninggal
144.
: tinggal serumah
22
150.
RS
195.
Kemampuan Perawatan
Diri
160.
Makan / Minum
165.
Mandi
166.
167.
170.
Toileting
171.
172.
175.
Berpakaian
176.
177.
178.
180.
Tidur
185.
Mobilitas ditempat
181.
182.
183.
Berpindah
186.
187.
190.
Ambulasi / ROM
191.
192.
168.
173.
188.
179.
184.
189.
193.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Lemah
196.
Kesadaran
: ComposMentis ( E4 M6 V5 ) = GCS
= 15
197.
TTV
: TD : 140/90 mmHg
198.
N : 80 x/m
199.
R : 22 x/m
200.
S : 36,3
23
169.
174.
2. Kepala
159.
4
164.
194.
201.
Inspeksi
: bentuk kepala simetris, terdapat uban, tidak
ada lesi
202.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
3. Mata
203.
Inspeksi
: konjungtiva merah muda, sklera non
ikterik, tidak strabismus, terdapat lingkaran hitam pada palpebra
4. Telinga
204.
Inspeksi
: telinga simetris, pendengaran baik, tidak
ada lesi
205.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5. Hidung
206.
Inspeksi
: bentuk simetris, tidak ada sekret, tidak ada
polip.
6. Mulut
207.
Inspeksi
: mulut simetris, gigi tampak kuning, bibir
pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah tidak ada lesi dan
bersih, tidak ada sariawan
7. Leher
208.
Inspeksi
: tidak ada pembesaran kelenjar limfa
209.
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar limfa dan tiroid,
arteri karotis teraba
8. Thorax (paru-paru)
210.
Inspeksi
: Gerakan dada simetris, tidak terdapa
pembesaran
211.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
212.
Perkusi : sonor
213.
Auskultasi
: vesikuler
9. Jantung
214.
Inspeksi
: ictus kordis tidak terlihat
215.
Palpasi : ictus kordis teraba, tidak ada nyeri tekan
216.
Perkusi
: dulness
217.
Auskultasi
: S1 (lup) dan S2 (dup) reguler
10. Abdomen
218.
Inspeksi
: perut simetris, tidak ada lesi,
219.
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada vesika urinaria
220.
Perkusi
: redup
221.
Auskultasi
: bising usus 8 x/menit
11. Genetalia
222.
Tidak terkaji (klien menolak dikaji), terpasang kateter urine
600 cc/hari, terdapat darah pada kateter urine yang terpasang.
12. Integumen
223.
Inspeksi
: warna kulit sawo matang, tidak ada oedem
224.
Palpasi : turgor kulit menurun, CRT <2 detik
225.
226.
24
227.
228.
13. Ekstermitas
229.
kanan
kiri
230.
231.
232.
E. Data Psikologis
1. Status Emosi
233.
Pasien dapat mengendalikan emosi dengan baik
2. Konsep Diri
234.
Konsep diri menurun, karena sakit
3. Gaya Bahasa
235.
Pasien menggunakan bahasa verbal tetapi tidak mampu
berbicara secara normal
4. Pola Interaksi
236.
Interaksi pasien dengan keluarga baik
5. Pola Koping
237.
Pasien dapat menerima keadaan yang dialami
238.
F. Data Penunjang
1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
24 Juli 2016
239.
241.
Ha
242.
Satuan
243.
Nilai
245.
91
246.
Mg/dl
247.
70-140
(dew
asa)
249.
36
250.
Mg/dl
252.
Kreatin
in
253.
1,
254.
Mg/dl
251.
15-45
(dew
asa)
255.
0,7-1,2
(laki
25
256.
Asam
Ura
t
257.
4,
258.
Mg/dl
laki)
259.
3,4-7,0
(laki
laki)
260.
2. Hasil Pemeriksaan Hematologi
261.
Pem
e
r
i
k
s
a
a
n
265.
Hb
269.
Leu
k
o
s
i
t
273.
Eritr
o
s
i
t
277.
Tro
m
b
o
24 Juli 2016
262.
Hasil
263.
Satuan
264.
Nilai
266.
12,6
270.
1460
0
267.
Mg/dl
271.
Mg/dl
268.
12,5-18
272.
40001100
0
274.
4,2
275.
Mg/dl
276.
4,5-6,5
278.
2850
0
0
279.
Mg/dl
280.
150000450
000
26
s
i
t
281.
Hem
a
t
o
k
r
i
t
285.
Golo
n
g
a
n
D
a
r
a
h
282.
36
283.
Mg/dl
284.
47 -7
286.
BRH
+
287.
Mg/dl
288.
289.
3. Hasil Pemeriksaan Radiologi/CT Scan
19 Juli 2016
Cystitis
Prostat membesar
Tidak terdapat Hidronefritis
27
295.
296.
4. Hasil Pemeriksaan Sekresi-Eksresi
297. Pemeriksaan
298.
300. Warna
301.
303. Kekeruhan
304.
306. Keasaman
307.
309. Protein
310.
312. glukosa
313.
315. Leukosit
316.
318. Eritrosit
319.
321. Epitel
322.
324. Silinder
325.
327. *granula kasar
328.
330. *granula halus
331.
333. *hialin
334.
336. Bakteri
337.
339. Jamur
340.
342. Kristal
343.
345. Bilirubin
346.
348. Urobilinogen
349.
351. Keton
352.
354. nitrit
355.
357.
358.
5. Hasil Pemeriksaan Hematologi
27 Juli 2016
Hasil
Merah
Keruh
6.0 mg/dl
30 mg/dl
Negatif
30-50 /LPB
40-50/LPB
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
CA oxalat (+)
negatif
negatif
negatif
negatif
359.
Pe
meriksaan
362.
Clo
tting time
365.
Ble
eding time
368.
HB
SAg
299.
302.
305.
308.
311.
314.
317.
320.
323.
326.
329.
332.
335.
338.
341.
344.
347.
350.
353.
356.
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
<1
<1
<5
26 Juli 2016
360.
H
asil
363.
4
menit
366.
3
menit
369.
N
on
reaktif
371.
G. Pengobatan
1. Cefoperazone 2 x 1 gram (intravena)
2. Ranitidin 2 x 50 mg (intravena)
3. Dexketoprofen trometamol 2 x 25 mg (intravena)
28
Nilai Normal
Kuning
Jernih
4,8-8,0
Negatif
Negatif
<10/LPB
<0-1/LPB
<15/LPK
361.
lai
364.
5
367.
5
370.
Ni
32-
29
373.
374.
No.
378.
1
397.
2
375.
ANALISA DATA
DATA
376.
ETIOLOGI
379. DS:
383. Postat membesar
- Pasien mengatakan terasa
384.
385.
nyeri saat BAK
386.
Obstruksi
saluran
- Pasien mengatakan tidak
kemih
puas setelah BAK
387.
- Pasien mengatakan terdapat
388.
darah pada selang kencing
389. retensi urine
yang digunakan
390.
380.
DO:
391.
- Terpasang kateter urine
392. gangguan
- Total urine di urine bag eliminasi urine
sebanyak 600 cc/hari
393.
- Warna urine kemerahan, bau
394.
khas
urine,
terdapat
hematuria
- Hasil
rontgen
terdapat
pembesaran prostat
- Hasil rontgen prostat terukur
32,35 cc
381.
382.
398. DS :
416. Iritasi mukosa
- Pasien mengatakan terasa
kandung kemih
nyeri saat BAK
417.
399.
P : nyeri saat BAK
418.
400.
Q : seperti diiris419. terputusnya
iris
jaringan
401.
R : vesika urinaria
420.
402.
S:6
421.
403.
T : Intermitten
422. rangsangan saraf
404.
DO :
diameter kecil
423.
- Ps
tampak
meringis
424.
kesakitan
425. gate kontrol
405. TTV :
terbuka
406.
TD : 140/90
426.
mmHg
427.
407.
N : 80 x/m
428. nyeri akut
408.
R :
22 x/m
30
377.
MASALAH
395. gangguan
eliminasi urine
396.
429.
Nyeri Akut
409.
36,3
410.
411.
412.
413.
414.
415.
430.
3
431. DS :
- Pasien mengatakan sering
terbangun pada malam hari
karena nyeri saat BAK
- Pasien mengatakan tidur
hanya 4-5 jam/hari
432.
433. DO :
- Pasien tampak lemah
- Terdapat lingkaran hitam
pada palpebra
434.
435.
436.
448.
449.
DS : pasien
4.
mengatakan cemas
dalam menghadapi
operasi
450.
DO :
- Pasien tampak cemas
- Pasien tampak bingung
- Pasien tampak gelisah
459.
460.
461.
31
437. Penyempitan
lumer ureter prostatika
438.
439.
440. Obstruksi
441.
442.
443. Nyeri akut
444.
445.
446. Gangguan pola
tidur
451.
Ti
ndakan
pembedah
an
452.
453.
454.
Ku
rang
pengetahu
an
455.
456.
457.
ansietas
447.
Gangguan pola
tidur
458.
An
sietas
462.
464.
No
473.
1
481.
2
465.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
463.
Diagnosa Keperawatan
474. Gangguan
eliminasi
urine
berhubungan dengan sumbatan saluran
pengeluaran pada kandung kemih ditandai
dengan :
475. DS:
- Pasien mengatakan terasa nyeri saat
BAK
- Pasien mengatakan tidak puas setelah
BAK
- Pasien mengatakan terdapat darah
pada selang kencing yang digunakan
476.
DO:
- Terpasang kateter urine
- Total urine di urine bag sebanyak 600
cc/hari
- Warna urine kemerahan, bau khas
urine, terdapat hematuria
- Hasil rontgen terdapat pembesaran
prostat
- Hasil rontgen prostat terukur 32,35
cc
477.
482.
Nyeri akut
berhubungan dengan
spasme kandung kemih
ditandai dengan :
483. DS :
- Pasien mengatakan terasa nyeri saat
BAK
484.
P : nyeri saat BAK
485.
Q : seperti diiris-iris
486.
R : vesika urinaria
487.
S:6
488.
T : Intermitten
489.
DO :
- Ps tampak meringis kesakitan
490. TTV :
32
496. 2507-2016
497.
467. P
araf
480.
498.
491.
492.
499.
3
508.
4.
TD : 140/90 mmHg
N : 80 x/m
493.
R : 22 x/m
494.
S : 36,3
495.
500.
Gangguan pola tidur
berhubungan dengan sering
terbangun dimalam hari
akibat nyeri dengan :
501. DS :
- Pasien mengatakan sering terbangun
pada malam hari karena nyeri saat
BAK
- Pasien mengatakan tidur hanya 4-5
jam/hari
502.
503. DO :
- Pasien tampak lemah
- Terdapat lingkaran hitam pada
palpebra
504.
509.
Ansietas
berhubungan dengan
kurang informasi tentang
prosedur pembedahan
ditandai dengan :
510.
DS : pasien
mengatakan cemas dalam
menghadapi operasi
511.
DO :
- Pasien tampak cemas
- Pasien tampak bingung
- Pasien tampak gelisah
512.
33
505. 2507-2016
506. 2707-2016
507.
513. 2507-2016
514. 2607-2016
515.
1. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
1.
2.
Diagnosa keperawatan
NOC
Gangguan
eliminasi
urine
berhubungan dengan sumbatan
saluran
pengeluaran
pada
kandung kemih
NIC
34
Rasionalisasi
atau berkurang :
- Pasien melaporkan nyeri
hilang atau berkurang
- Pasien tampak rileks
- Pasien dapat mengontrol
nyeri
4. Memfokuskan kembali
perhatian
5. Pengetahuan pasien
dengan penyebab nyeri
menurunkan kecemasan.
35
4.
36
insomnia
No
1.
2.
Tgl
Catatan Keperawatan
25/07/2016 1. Mengkaji karakteristik urine dan berkemih
R/ : - Pasien mengatakan terasa nyeri saat
BAK
- Pasien mengatakan merasa tidak puas
setelah BAK
- Pasien mengatakan terdapat darah pada
selang kencing yang digunakan
- Terpasang kateter urine
- Total urine di urine bag 600cc/hari
- Warna urine kemerahan, bau khas urine,
terdapat darah pada urine
- Pasien mengatakan terasa nyeri saat BAK
2. Anjurkan pasien utuk meningkatkan cairan
peroral 3-4 liter perhari
R/ : Pasien bersedia
3. Melakukan pemasangan kateter urine
R/ : Pasien kooperatif
25/07/2016 1. Mengkaji skala, lokasi dan karakteristik
nyeri
R/: Pasien mengatakan terasa nyeri saat
Paraf
BAK
P : Nyeri saat BAK
Q : seperti di iris-iris
R : Vesika urinaria
S:6
T : kadang-kadang
2. Mengobservasi tanda-tanda vital
TTV :
TD : 140/90 mmHg
N : 78 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 37 C
3. Mengajarkan tekhnik relaksasi napas dalam
R/ : pasien mengikuti melakukan tekhnik
relaksasi napas dalam
3.
R : Vesika urinaria
S:6
T : Kadang-kadang
O : - terdapat nyeri tekan pada vesika urinaria
TTD :
TD : 140/90 mmHg
N : 78 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 37 C
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
38
1.
39
2.
3.
R/ : Ps tampak tenang
P : intervensi dilanjutkan 1,2,3
4.
1.
41
2.
42
R/ : Ps tampak tenang
P : intervensi dihentikan
43
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Purnomo. (2000). Dasar-Dasar Urologi, Perpustakaan Nasional RI,
Katalog Dalam Terbitan (KTD): Jakarta.
Hardjowidjoto, S. (2000). Benigna Prostat Hiperplasi. Airlangga University
Press: Surabaya
Long, Barbara C. (2006). Perawatan Medikal Bedah. Volume 1. (terjemahan).
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran: Bandung.
Schwartz, dkk, (2000). Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Editor : G. Tom
Shires dkk, EGC: Jakarta.
Sjamsuhidayat, (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.Jakarta: EGC
Soeparman. (2000). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. FKUI: Jakarta
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8 Vol 2. Jakarta : EGC.
44