Вы находитесь на странице: 1из 5

Prof. Dr. M. Sardjito, M.D., M.P.H.

Pantaskah Jadi Pahlawan?

Disusun Oleh:
Arif Putra Wicaksana
15102241048
Tulisan ini merupakan karya saya sendiri, bukan jiplakan atau
dibuatkan orang lain.

Pendidikan Luar Sekolah


Universitas Negeri Yogyakarta
2016

Biografi Prof. Dr. M. Sardjito.


Lahir di Desa Purwodadi, Kawedanan Magetan, Karesidenan
Madiun, Jawa Timur pada tanggal 13 Agustus 1889 meninggal 5
Mei 1970 pada umur 80 tahun. Prof. Dr. M. Sardjito putra pertama
dari lima bersaudara, ayah beliau Pak Sajit yang berprofesi sebagai
guru.
Pada usia 6 tahun beliau memulai pendidikannya di Sekolah
Rakyat (setara Sekolah Dasar) dan selesai pada tahun 1901. Beliau
melanjutkan pendidikannya di Sekolah Belanda, Lumajang hingga
tahun 1907. Kemudian melanjutkan di Stovia (School tot Opleiding
voor Indische Artsen), Jakarta. Saat ia mengeyam pendidikan di
Stovia, seniornya Wahidin Sudirohusodo, Soetomo, dll sedang dalam
Sumber:
persiapan mendirikan Budi Utomo. Beliau pun ikut aktif dalam
http://3.bp.blogspot.com
kegiatan
anggota Budi Utomo. Beliau lulus dari Stovia pada tahun 1915 dengan predikat
cumlaude atau lulusan terbaik dari Stovia.
Setelah lulus ia bekerja sebagai dokter di Rumah Sakit Jakarta, namun beliau bekerja di
rumah sakit tersebut hanya satu tahun. Kemudian pindah ke Institut Pasteur Jakarta (sekarang
Gedung Eyckman) hingga tahun 1920. Pada tahun 19181919 beliau mengikuti tim penelitian
khusus influenza di Institut Pasteur. Setelah mendapatkan gelar doctor, pada tahun 1923 beliau
melanjutkan pendidikannya di John Hopkins University, Amerika Serikat untuk sekolah hygiene
dan mendapatkan gelar Master of Public Health (MPH) pada tahun 1924.
Meski Prof. Dr. M. Sardjito giat menambah riwayat pendidikannya, beliau tetap aktif
sebagai anggota Budi Utomo. Bahkan pada tahun 1925 beliau menjadi Ketua Budi Utomo
Cabang Jakarta. Pada tahun 1926 1930, Sardjito menjadi anggota
pemerintahan kotapraja dan wakil wethouder Jakarta. Pada tahun 19311932, Sardjito memperoleh kesempatan tugas belajar tentang laboratorium
di Reich-Gesundheitant, Berlin, Jerman. Dan tentunya masih banyak lagi
pretasi yang beliau torehkan, hingga yang banyak dikenal ialah sebagai
rektor pertama UGM (UNGM pada waktu itu), sebutannya saat itu adalah
Presiden Universiteit. Serta yang terakhir namanya diabadikan sebagai salah
satu Rumah Sakit besar di Yogyakarta yaitu RSUP Sardjito.

Peran Prof. Dr. M. Sardjito dalam dunia pendidikan.


Sebelumnya, kenapa saya memilih Prof. Dr. M. Sadjito sebagai tokoh
pendidikan? Walaupun sebenarnya peran beliau di dunia pendidikan tidak
terlalu banyak dibanding tokoh-tokoh lainnya, seperti Ki Hajar Dewantoro
ataupun HOS Tjokroaminoto. Saya lebih tertarik Prof. Dr. M. Sardjito karena
beliau tidak hanya berperan dalam dunia pendidikan saja, namun beliau juga
berjasa dalam dunia kedokteran.
Salah satu yang dapat diteladani dari beliau yaitu semangatnya dalam
mencari ilmu. Pendidikan dan kedokteran yang selalu beliau cari. Seakanakan beliau tak pernah merasa puas dengan ilmu yang telah ia peroleh.
Bahkan beliau juga aktif dalam berorganisasi, yaitu Budi Utomo. Beliau juga
rela mencari pendidikan di luar negeri seperti Amerika Serikat, Jerman,

Balanda. Tak seperti pepatah kacang lupa pada kulitnya, meski beliau pergi
jauh untuk menempa ilmu, beliau tetap kembali ke asalnya yaitu Indonesia.
Bahkan seolah-olah beliau mencari ilmu bukan untuk dirinya sendiri namun
untuk apa yang ada di Indonesia. Terlihat dalam ia menempuh pendidikan di
Fakultas Kedokteran Universitas Amsterdam dan Universitas Leiden untuk
belajar lebih intensif mengenai penyakit tropis, dimana Indonesia adalah
negara dengan iklim tropis.
Selain itu, beliau juga ikut ambil bagian dalam berdirinya Universitas
Negeri Gajah Mada (sekarang dikenal dengan UGM). Dalam proses yang
tidak singkat hingga berdirinya kampus UGM kemudian beliau diberi
mandate untuk menjadi rektor UGM yang pertama atau pada saat itu
bernama Presiden Universiteit Negeri Gajah Mada pada tahun 1949 dan
berjalan lancer hingga 12 tahun 9 bulan beliau menjabat. Tentunya itu bukan
waktu yang sebentar untuk memimpin kampus yang telah mencetak
puluhan bahkan ratusan mahasiswa hingga menjadi sebuah universitas
favorit di Indonesia. Jadi jelas perannya dalam dunia pendidikan. Hingga saat
ini siapa yang masih meragukan lulusan UGM. Beliau salah satu pendiri
universitas dimana para mertua mencari calon menantu idaman.

Sumber : http://hoteldekatkampus.com

Selain itu, Prof. Dr. M. Sardjito juga menjadi peletak dasar pendidikan
pancasila di Indonesia. Patut diingat, beliau juga merupakan peletak dasar
pendidikan pancasila di Indonesia. Tutur pengamat sejarah UGM, Prof.
Sutaryo dalam pengusulan Prof. Dr. M. Sardjito sebagai pahlawan nasional.
Karir Prof. Dr. M. Sardjito di dunia pendidikan tak berhenti di UGM saja.
Setelah UGM beliau juga menjabat sebagai rektor UII menggantikan Kasmat
Bahuwinangun pada tahun 1963. Saat Prof. Dr. M. Sardjito menjadi rektor, UII
membuka cabang daerah diantaranya Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi,
Fakultas Tarbiyah di Gorontalo, Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi di
cabang Cirebon, Fakultas Hukum dan Fakultas Syariah di Madiun, Fakultas
Syariah di Bangil, dan Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi di Klaten.
Sardjito adalah orang yang penuh dedikasi, mengingat Sardjito
menjabat sebagai rektor UII saat usianya sudah menginjak 75 tahun.
Hebatnya, ia memegang amanah itu selama tujuh tahun (19631970). Ujar
Rektor Universita Islam Indonesia (UII), Sunadi Hamid.
Meski saat itu UII belum mempunyai Fakultas Kedokteran, tetapi Prof.
Dr. M. Sardjito mempunyai tanggung jawab dan kepedulian yang tinggi untuk

meratakan pendidikan. Selama menjabat di UII beliau dapat menjalin


kerjasama dengan tempat yang beliau pimpin dulu, yaitu UGM.

Posisi Prof. Dr. M. Sardjito terhadap tokoh yang lain.


Posisi Prof. Dr. M. Sardjito dengan tokoh-tokoh pendidikan lainnya jelas
berbeda. Memang setiap tokoh selalu punya keistimewaan atau sisi yang
ditonjolkan berbeda dengan tokoh lainnya. Seperti ciri khas atau
karakteristik. Lalu, apa yang menjadi keistimewaan Prof. Dr. M. Sardjito
sehingga membedakannya dengan tokoh pendidikan lainnya?
Sardjito layaknya pahlawan yang terlupakan, ujar Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutan
pembukaan seminar Pengusulan Prof. Dr. Sardjito sebagai Pahlawan
Nasional di Ruang Utama RS Dr Sardjito, Rabu (11/4).
Dari kutipan tersebut, Gubernur DIY pun sependapat bahwa Prof. Dr. M.
Sardjito bukanlah tokoh biasa yang hanya berperan dalam dunia pendidikan
di Indonesia. Bahkan Sri Sultan mengiyakan bahwa Prof. Dr. M. Sardjito
pantas untuk menjadi pahlawan nasional. Kenapa begitu? Karna Prof. Dr. M.
Sardjito cukup besar pengaruhnya dalam proses kemerdekaan. Bukan saja
dalam dunia pendidikan yang telah mendirikan universitas untuk pemuda
yang berpendidikan lebih tinggi sehingga dijuluki dengan faunding father
UGM.
Alasan Sardjito bersikukuh mewujudkan universitas agar bangsa
Indonesia dapat membentuk manusia susila, yang cakap dan mempunuai
keinsyafaan untuk kesejahteraan bangsa dan dunia. Ujar Sultan.
Luar biasa! Betapa mulia tujuan berdirinya UGM. Jadi, selaku Gubernur
maupun pribadi saya mendukung usulan gelar pahlawan ini, jelas Sultan.
Namun, beliau juga berjasa dalam dunia medis. Mungkin ini yang lebih
menonjol dari beliau.
"Beliau mengupayakan ketersediaan obat-obatan dan vitamin bagi
prajurit. Karirnya sebagai ketua PMI (Palang Merah Indonesia) hingga
penemuan 'biskuit Sardjito' yang menjadi makanan praktis, membuktikan
dedikasi dan semangat memberinya sebagai seorang dokter," tutur Sultan.

Pengaruh/dampak Prof. Dr. M Sardjito dalam sejarah.


Prof. Dr. M. Sardjito jelas memiliki pengaruh atau dampak yang cukup
besar dalam perkembangan dunia pendidikan serta dunia kedokteran di
Indonesia. Semua terbukti dalam institute-institut yang beliau dirikan dan ia
kelola. Bahkan sekarang menjadi institut yang tersohor, terutama di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Salah satunya yang terkenal adalah Universitas Gajah Mada. Dijuluki
faunding father, sebagai pendiri dan rektor pertama Universitas Negeri Gajah
Mada (UGM). UGM sendiri sebagai salah satu universitas terkemuka di
Indonesia. Sudah banyak lulusan UGM yang telah sukses, bahkan tak sedikit
yang menjadi tokoh-tokoh besar. Salah satunya yang sekarang menjadi

orang nomer satu se-Indonesia, yaitu Joko Widodo yang menjabat sebagai
Presiden Republik Indonesia ke-7. Selain Bapak Jokowi, ada Sri Sultan
Hamengkubuwono X yang menjadi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.
Bahkan mentri pendidikan sekarang, Bapak Anies Baswedan juga lulusan
UGM. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa UGM merupakan salah satu kampus
terbaik, dimana pelopor, pendiri, pengurus pertama universitas tersebut
adalah Prof. Dr. M. Sardjito.

http://krjogja.com

Tak berhenti di bidang pendidikan saja, Prof. Dr. M. Sardjito juga


berpengaruh dalam kemajuan bidang kedokteran di Indonesia. Dibuktikan
dengan nama beliau diabadikan pada salah satu rumah sakit di Yogyakarta,
yaitu RS Sardjito. Jasanya dalam dunia kedokteran juga pernah menjabat
sebagai ketua Palang Merah Indonesia (PMI). Beliau juga pernah
menciptakan biskuit sardjito yang merupakan makanan praktis. Dimana
karyanya sangat membantu dalam perang melawan penjajah, beliau selalu
berusaha untuk menyediakan obat-obatan.
Gubernur DIY-pun mengusulkannya sebagai pahlawan nasional. Maka
tidak diragukan lagi pengaruhnya terhadap dunia pendidikan dan kedokteran
di Indonesia.

Daftar Pustaka
http://pena-banuhermawan.blogspot.co.id/ minggu, 8-05-2016 10:13
http://www.catatansibay.web.id/ minggu, 8-05-2016 11.32
http://www.solopos.com/ minggu, 08-05-2016 11:46
http://www.ugm.ac.id/ minggu, 08-05-2016 12:22

Вам также может понравиться