Вы находитесь на странице: 1из 2

1.

Adaptasi Gelap Dan Terang


Ketika seseorang berada di tempat terang dalam waktu yang lama, maka
fotokimiawi yang ada di sel batang maupun sel kerucutnya akan berkurang akibat
diubah menjadi retinal dan opsin, dan retinal sendiri akan diubah menjadi vitamin A.
Hal ini menyebabkan penurunan sensitifitas mata di tempat yang terang, atau disebut
adaptasi terang (Guyton, 2006).
Sebaliknya, ketika seseorang berada di tempat gelap dalam waktu yang lama,
maka retinal dan opsin yang ada akan diubah lagi menjadi pigmen peka cahaya, dan
vitamin A yang tersimpan diubah menjadi retinal untuk makin meningkatkan jumlah
pigmen tersebut. Batas akhirnya ditentukan oleh jumlah opsin yang ada di dalam sel
batang dan kerucut untuk bergabung dengan retinal. Proses ini akan kembali
meningkatkan sensitivitas mata akan cahaya, bahkan hingga 60.000 kali lipat, dalam
kurun waktu tertentu (Guyton, 2006).
Untuk sensitivitas mata di tempat gelap, awalnya dapat diperankan oleh sel
kerucut. Namun karena sifat alamiahnya yang lebih peka pada cahaya terang, maka
lambat laun sensitivitasnya akan melemah dan menjadi tidak berespon terhadap
jumlah cahaya yang sedikit. Saat itulah sel batang akan mengambil peranan, untuk
jangka waktu yang lebih lama, dari hitungan menit hingga berjam-jam, seperti yang
digambarkan pada kurva di bawah ini (Guyton, 2006).
Selain peranan konsentrasi rodopsin tersebut, mekanisme lainnya untuk kondisi
terang dan gelap adalah dengan perubahan pada ukuran pupil serta adaptasi saraf.
Perubahan ukuran pupil dapat memberi pengaruh hingga 30 kali lipat dalam
sepersekian detik karena akan berefek pada jumlah cahaya yang diterima mata.
Sedangkan untuk adaptasi saraf, diperankan oleh jalinan-jalinan sel yang berperan
dalam jaras penglihatan, yang menurunkan besar rangsangan visual dari sel-sel yang
berada di lapisan retina.Meski pengaruhnya kecil, namun mekanisme ini berjalan
lebih cepat, yaitu dalam sepersekian detik (Guyton, 2006).
Trikromasi merupakan kebutaan warna yang paling sering dijumpai dan
terjadi jika terjadi perubahan sensitivitas spectrum pada salah satu pigmen warna
di sel konus.Trikromasi hanya berupa gangguan saja (impairment), tidak sampai
ke tahap hilangnya pigmen warna (loss) seperti yang terjadi pada dikromasi.
Kelainan trikromasi antara lain sebagai berikut (Tovee, 2008):
a. Protanomali, kelainan ini disebabkan gangguan sensitivitas spectrum reseptor
retina untuk warna merah.

b. Deuteranomali, kelainan ini disebabkan gangguan sensitivitas spectrum


reseptor retina untuk warna hijau.
c. Tritanomali, kelainan ini disebabkan gangguan sensitivitas spectrum reseptor
retina untuk warna biru.
Dapus
Tovee M.J. 2008.An Introduction to the Visual System. Cambridge:
Cambridge University Press.
Gayton, AC, Hall JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Вам также может понравиться