Вы находитесь на странице: 1из 92

PERBANDINGAN TINGKAT PENYEMBUHAN LUKA PADA

PENCABUTAN GIGI MOLAR RAHANG BAWAH DENGAN


MENGGUNAKAN TEKNIK HAEMORAGIC SUTURE DAN
SIMPLE INTERRUPTED SUTURE

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi
OLEH :
HADIJATUL AWALIAH RUSLAN
J111 11 009

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

PERBANDINGAN TINGKAT PENYEMBUHAN LUKA PADA


PENCABUTAN GIGI MOLAR RAHANG BAWAH DENGAN
MENGGUNAKAN TEKNIK HAEMORAGIC SUTURE DAN
SIMPLE INTERRUPTED SUTURE

SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin
Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

HADIJATUL AWALIAH RUSLAN


J 111 11 009

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul

: Perbandingan Tingkat Penyembuhan Luka pada Pencabutan Gigi


Molar Rahang Bawah dengan Menggunakan Teknik Haemoragic
Suture atau Simple Interrupted Suture.

Oleh

: HADIJATUL AWALIAH RUSLAN / J 111 11 009

Telah Diperiksa dan Disahkan


Pada Tanggal 6 Juni 2014
Oleh :
Pembimbing

drg.Surijana Mappangara, M.Kes. Sp.Perio


NIP. 19590901 198702 2 001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin

Prof.drg.H. Mansjur Nasir,Ph.D


NIP. 19540625 198403 1 001

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
penulis kesempatan dan kekuatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan.
Dalam skripsi ini, penulis membahas tentang Perbandingan Tingkat
Penyembuhan Luka pada Pencabutan Gigi Molar Rahang Bawah dengan
Menggunakan Teknik Haemoragic Suture atau Simple Interrupted Suture. Proposal
penelitian ini dibuat dengan tujuan agar proposal penelitian dapat menjadi tambahan
ilmu dan wawasan tentang Pencabutan gigi.
Semoga

kehadiran skripsi ini, dapat menjadi referensi yang baik untuk

kelengkapan informasi yang dibutuhkan oleh para pembaca. Penulis juga


mengucapkan terima kasih atas bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai
pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai pada masa penyusunan skripsi ini,
sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1.

drg. Surijana Mappangara,M.Kes.,Sp.Perio selaku pembimbing skripsi, yang


telah menyediakan waktu dan ikut serta menyumbangkan pikiran untuk
penyusunan skripsi ini sehingga dapat selesai tepat waktu. Terima kasih atas
segala bantuannya semoga Allah tetap memberikan rahmay-Nya kepada dokter
dan keluarga.

iv

2.

Prof. drg. H. Mansjur Nasir, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin.

3.

drg. Niniek S. Salurappa dan drg. Ayub Irmadani Anwar selaku penasehat
akademik yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi dan arahan kepada
penulis,sehingga jenjang perkuliahan penulis dapat diselesaikan dengan baik.

4.

Seluruh dosen yang telah membagi ilmu yang dimilikinya kepada penulis
selama jenjang perkuliahan, serta para staf karyawan Fakultas Kedokteran
Gigi, baik staf administrasi, akademik, dan perpustakaan yang juga berperan
penting dalam kelancaran perkuliahan penulis.

5.

Dengan sepenuh cinta, hormat, dan rasa bangga, penulis menghaturkan terima
kasih kepada Ayahanda Drs.Ruslan dan Ibunda Dra.Suriana yang telah
mencurahkan segenap perhatian dan kasih sayangnya, serta doa yang tak hentihentinya terucap untuk keberhasilan penulis. Juga untuk dan adik-adikku (Muh.
Sholeh Ruslan dan Abdul Fatah Ruslan) yang telah membantu dan menjadi
penyemangat bagi penulis.

6.

Sahabat-sahabat terbaikku: Novita Sari Silamba, Risca Lisal, Serlita Wahyu


Utami, Windy, Wetrycia Z, dan Gracia Maeilissa serta teman bimbingan
skripsi: Mutmainnah, terima kasih atas segala bantuan dan doanya selama ini,
tanpa dukungan yang begitu besar dari kalian, penulis tidak mungkin
menyelesaikan penelitian ini.

7.

Teman-teman angkatanku Oklusal 2011 serta teman-teman FKG yang telah


mendukung selama ini, tanpa bantuan dan semangat dari kalian, penulis tidak
mungkin sampai ke tahap ini.

8.

Kakak koas dan semua staf dibagian bedah mulut terima kasih atas
bantuannya saat penulis melakukan penelitian.

9.

Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

dan masih terdapat banyak kekurangan serta kesalahan yang tidak disadari penulis.
Penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca, demi perbaikan penulisan
selanjutnya di masa yang akan datang.

Makassar, 23 Agustus 2014

Penulis

vi

ABSTRAK

Pencabutan gigi adalah pencabutan gigi atau akar gigi yang utuh tanpa
menimbulkan rasa sakit maupun trauma yang sekecil mungkin pada jaringan
penyangganya, sehingga luka bekas pencabutan gigi tidak menimbulkan masalah
setelah dilakukan pencabutan gigi.Pada pencabutan gigi molar atau pencabutan gigi
dengan soket yang luas diperlukan penutupan luka (penjahitan). Teknik penjahitan,
maupun bahan jahit yang digunakan dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka.
Tujuan: untuk melihat perbandingan tingkat penyembuhan luka pada pencabutan
gigi molar rahang bawah dengan menggunakan teknik haemoragic suture atau
simple interrupted suture. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan
observational klinik. Jumlah sample sebanyak 20 orang dengan teknik pengambilan
sampel study case. Alat ukur yang digunakan adalah parameter penyembuhan luka
secara makroskopis (Nagaoka, 2000). Hasil: Berdasarkan hasil uji statistic
didapatkan, pasien dengan parameter penyembuhan 3 sebanyak 85%, dan pasien
dengan parameter penyembuhan 2 sebanyak 15%. Sedangkan dari segi tehnik
penjahitan, presentasi pasien dengan haemoragic suture memiliki parameter
penyembuhan 3 sebanyak 9 orang (90%) dan pasien haemoragic suture memiliki
parameter penyembuhan 2 sebanyak 1 orang (10%) sedangkan pada pasien simple
interrupted suture memiliki parameter penyembuhan 3 sebanyak 8 orang (80,0%)
dan pasien simple interrupted suture memiliki parameter penyembuhan 2 sebanyak 2
orang (20,0%). Kesimpulan: Penutupan luka pada teknik haemoragic suture lebih
cepat dibandingkan dengan menggunakan teknik simple interrupted suture. Dilihat
dari segi jenis kelamin, laki-laki memiliki tingkat penyembuhan luka yang lebih lama
dibanding perempuan. Segi usia, penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada remaja
dibandingkan usia dewasa.

Kata kunci : Pencabutan gigi, Penyembuhan Luka, Haemoragic Suture, Simple


Interrupted Suture

vii

ABSTRACT

Tooth extraction is the extraction of teeth or tooth roots are intact without causing
pain or trauma to the network buffer as small as possible, so that the tooth extraction
wound does not pose a problem after revocation gigi.Pada molar tooth extraction or
tooth extraction socket wound closure required extensive (suturing). Suturing
techniques, and suture materials used can affect the wound healing process. Purpose:
to compare the rate of wound healing in mandibular molar tooth extraction using
techniques haemoragic simple interrupted sutures or suture. Methods: This study is
an observational clinic. Total sample of 20 people with a case study of sampling
techniques. Measuring instruments used are macroscopic parameters of wound
healing (Nagaoka, 2000). Results: Based on the obtained results of statistical tests,
patients with 3 healing parameters as much as 85%, and 2 patients with healing
parameters as much as 15%. In terms of suturing techniques, presentation of patients
with suture haemoragic have 3 healing parameters were 9 people (90%) and patients
haemoragic suture has a healing parameter 2 by 1 person (10%), while in patients
with simple interrupted sutures have healing parameter 3 by 8 people (80.0%) and
patients simple interrupted suture has healing parameter 2 by 2 people (20.0%).
Conclusion: Wound closure on haemoragic suture technique is faster than using a
simple interrupted suture technique. In terms of gender, men have a degree of wound
healing is longer than women. In terms of age, faster wound healing occurs in
teenagers than adults.

Keywords: Tooth Extraction, Wound Healing, Haemoragic Suture, Simple


Interrupted Suture

viii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL . i
LEMBAR PENGESAHAN .. iii
KATA PENGANTAR .. iv
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I PENDAHULUAN....... 1
1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah ... 4


1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Hipotesis .. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Definisi Pencabutan Gigi . 5
2.2 Indikasi dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi.....

2.3 Teknik Pencabutan Gigi... 8


2.4 Instruksi Setelah Pencabutan Gigi 10
2.5 Komplikasi Pencabutan Gigi .... 10
2.6 Jenis Alat dan Bahan Jahit.. 12
2.6 Teknik Penjahitan. 18

ix

2.7 Tahap Pembukaan Jahitan..

24

2.8 Penyembuhan Luka.. 25


BAB III KERANGKA KONSEP 29
BAB IV METODE PENELITIAN. 30
4.1 Jenis Penelitian 30
4.2 Rancangan Penelitian 30
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian...... 30
4.4 Variabel Penelitian 30
4.5 Definisi Operasional Variabel... 31
4.6 Subjek Penelitian... 32
4.7 Metode Pengambilan Sampel... 32
4.8 Kriteria Sampel.. 32
4.9 Prosedur Penelitian. 33
4.10 Pengukuran Data. 34
4.11 Analisis Data. 34
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35
BAB VI PENUTUP.. 45
DAFTAR PUSTAKA . xiii
LAMPIRAN xv

DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Data Hasil Penelitian . 35
Tabel 5.2 Distribusi tindakan pencabutan gigi berdasarkan jenis kelamin .........

37

Tabel 5.3 Distribusi jenis jahitan ...... 38


Tabel 5.4 Distribusi lama penyembuhan luka bekas pencabutan gigi 38
Tabel 5.5 Distribusi tindakan pencabutan gigi berdasarkan kategori usia .

39

Tabel 5.6 Distribusi tindakan pencabutan gigi berdasarkan jenis kelamin dengan
lama penyembuhan luka .. 39
Tabel 5.7 Distribusi jenis jahitan dengan lama penyembuhan luka 40
Tabel 5.8 Distribusi pencabutan gigi kategori usia dengan lama penyembuhan
luka 41
Tabel 5.9 Data Hasil Uji Statistik dengan menggunakan uji t-independent.. 42

xi

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pencabutan Gigi .. 5
Gambar 2.2 Teknik Pencabutan Gigi .

Gambar 2.3 Tissue Forcep ... 12


Gambar 2.4 Metzen baum ..

13

Gambar 2.5 Suture Scissors ..

13

Gambar 2.6 Needleholder ..

14

Gambar 2.7 Suture Needles ..

14

Gambar 2.8 Sponge Forceps ..

15

Gambar 2.9 Hemostatic Forceps ujung tak bergigi (pean) dan ujung bergigi.

15

Gambar 2.10 Rectractors, double ended ...

16

Gambar 2.11 Towel Clamps ..

16

Gambar 2.12 Jenis benang jahit non-absorbable .

17

Gambar 2.13 Jenis benang jahit absorbable ....

18

Gambar 2.14 Teknik Simple Interrupted Suture ...

21

Gambar 2.15 Simple Interrupted Suture ..

22

Gambar 2.16 Haemoragic Suture ..

23

Gambar 2.17 Teknik Pembukaan Jahitan .. 24


Gambar 2.18 Jenis Penyembuhan Luka ...

28

xii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu pelayanan kesehatan gigi yang sering dijumpai pada tempat praktek
dokter gigi, klinik swasta, poliklinik, puskesmas maupun rumah sakit adalah
pencabutan gigi. Hal ini disebabkan karena di Indonesia, tingkat pengetahuan dan
kesadaran dari masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan gigi masih rendah.
Penderita umumnya datang ke dokter gigi dengan keluhan berupa rasa sakit yang
sangat mengganggu dan terkadang disertai kerusakan gigi yang parah, sehingga
diperlukan pemeriksaan yang lebih teliti agar tidak mengalami kesulitan dalam
melakukan tindakan perawatan.1
Pencabutan gigi adalah tindakan yang umum dilakukan dalam praktek
kedokteran gigi sehari-hari. Setiap pencabutan harus dilakukan dengan tindakan yang
benar dan sesuai dengan prosedur yang ada. Pencabutan gigi merupakan tindakan
bedah yang meliputi jaringan lunak dan jaringan keras dalam rongga mulut dimana
jalan masuknya dibatasi oleh bibir dan pipi serta dapat halangi oleh gerakan lidah
dan mandibula.2,3
Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan gigi atau akar gigi yang utuh
tanpa menimbulkan rasa sakit dengan trauma yang sekecil mungkin pada jaringan
penyangganya, sehingga luka bekas pencabutan gigi akan sembuh secara normal dan
tidak menimbulkan masalah setelah dilakukan pencabutan gigi.2

xiii

Pencabutan terdiri dari 2 macam tehnik, yaitu Close Methods (Simple


Technique) dan Open Methods. Open Methods adalah suatu tehnik pencabutan gigi
dengan menggunakan prosedur pembedahan (Surgical Extraction) yang biasa disebut
dengan istilah pencabutan trans-alveolar, yang biasanya didahului dengan
pembuatan flap. Sedangkan, Close Methods (Simple Technique) adalah tehnik
pencabutan gigi tanpa pembedahan, hanya menggunakan prosedur pencabutan
dengan menggunakan tang, elevator maupun kombinasi dari keduanya. Pada
pencabutan gigi dengan Close Methods, pencabutan gigi umumnya tidak disertai
dengan penjahitan tetapi, terkadang ada beberapa kasus yang menggunakan
pencabutan disertai dengan penjahitan, contohnya pada multiple extraction.4
Pada pencabutan gigi molar atau pencabutan gigi dengan soket yang luas
diperlukan penutupan luka (penjahitan). Berbagai bahan jahitan yang tersedia yang
mungkin diklasifikasikan pada asalnya (organik dan sintetik) atau menurut daya
tahan mereka dalam jaringan host (absorbable dan nonabsorbable). Hal penting dari
jahitan materi meliputi (1) safety simpul, (2) kapasitas peregangan, (3) reaktivitas
jaringan, dan (4) keselamatan luka. 5
Teknik

penjahitan luka yang digunakan dalam kedokteran gigi terdiri dari

berbagai jenis teknik seperti, simple interrupted sutures, continuous suture,


continuous locking, subcuticular sutures, mattress suture, dan hemoragic suture.
Teknik simple interrupted sutures pada dasarnya adalah teknik penjahitan yang
menyatukan daerah-daerah jaringan luka yang berdekatan. Jarak dari titik tusukan ke
tepi luka harus sama dengan jarak dari jarum titik keluar ke margin luka.

214

Kedalaman tusukan juga harus sama pada kedua tepi luka. Sedangkan hemoragic
suture adalah tehnik penjahitan yang digunakan untuk mendekatkan tepi luka bekas
pencabutan gigi. Baik teknik penjahitan, maupun bahan jahit yang digunakan dapat
mempengaruhi proses penyembuhan luka.6
Proses penyembuhan luka pada umumnya dibagi atas beberapa fase yaitu fase
inflamasi (fase ini terjadi proses pembentukan jaringan fibrin yang menunjang pada
fase proliferasi), fase proliferasi (pada fase ini terjadi penutupan luka dan
pembentukan epitel secara sempurna), dan maturasi (pada fase ini terjadi proses
pembentukan jaringan parut yang akan menutup luka secara sempurna).2 Maka dari
itu timbul keingintahuan peneliti mengenai perbandingan tingkat penyembuhan luka
pada pencabutan gigi molar rahang bawah dengan menggunakan teknik hemoragic
suture dan simple interrupted suture.
Manfaat dari penelitian tersebut adalah pembaca dapat mengetahui perbandingan
tingkat dan perbedaan lama penyembuhan luka pada pencabutan gigi molar rahang
bawah dengan menggunakan teknik hemoragic suture atau simple interrupted suture.
Teknik penjahitan ini menggunakan bahan jahit atau benang jahit non-absorbable
yang umumnya digunakan di klinik atau di RSGMP. Jadi, pembaca dapat melihat
dan mempertimbangkan perawatan tepat untuk pasien yang akan dilakukan tindakan
pencabutan gigi.

15
3

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana perbandingan tingkat penyembuhan luka pada pencabutan gigi molar


rahang bawah dengan menggunakan teknik haemoragic suture atau simple
interrupted suture?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui perbandingan tingkat penyembuhan luka pada pencabutan


gigi molar rahang bawah dengan menggunakan teknik hemoragic suture dan simple
interrupted suture.

1.4 HIPOTESIS

Ada perbandingan tingkat penyembuhan luka pada pencabutan gigi molar rahang
bawah dengan menggunakan teknik hemoragic suture dan simple interrupted suture.

16
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI PENCABUTAN GIGI

Pencabutan gigi (ekstraksi gigi) tindakan bedah yang meliputi jaringan lunak dan
jaringan keras dalam rongga mulut dimana jalan masuknya dibatasi oleh bibir dan
pipi serta dapat halangi oleh gerakan lidah dan mandibula.2
Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan gigi atau akar gigi yang utuh
tanpa menimbulkan rasa sakit dengan trauma yang sekecil mungkin pada jaringan
penyangganya, sehingga luka bekas pencabutan gigi akan sembuh secara normal dan
tidak menimbulkan masalah setelah dilakukan pencabutan gigi.3

Gambar 2.1 Pencabutan gigi


Sumber: http://anarm.net/tak-sakit-cabut-gigi.html
Accessed February 15, 2013

17

2.2 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PENCABUTAN GIGI

2.2.1 Indikasi Pencabutan Gigi.


1.

Gigi karies dengan patologis pulpa, baik akut maupun kronis, yang tidak
mungkin dilakukan terapi endodontik.

2.

Gigi dengan karies besar, baik dengan maupun tanpa penyakit


periodontal, yang restorasinya akan menyebabkan kesulitan keuangan
bagi pasien dan keluarga.

3.

Gigi non-vital atau nekrosis

4.

Gigi dengan penyakit periodontal yang terlalu parah dan sulit untuk
dilakukan perawatan merupakan indikasi ekstraksi. Pertimbangan ini
juga meliputi keinginan pasien untuk kooperatif dalam rencana
perawatan total dan untuk menjaga oral hygiene sehingga perawatan
yang dilakukan berhasil.

5.

Gigi yang impaksi

6.

Gigi malposisi dan over erupsi yang menganggu oklusi gigi

7.

Gigi impaksi yang menyebabkan facial pain dan gangguan TMJ


(Temporomandibular Joint).

8.

Untuk perawatan ortodonsi

9.

Gigi tertentu sebelum dilakukan terapi radiasi

10. Gigi yang mengalami persistensi


11. Supernumerary teeth
12. Gigi yang diduga sebagai fokal infeksi

18
6

13. Gigi yang terlibat kista dan tumor


14. Tipe atau desain protesa yang membutuhkan pencabutan gigi
15. Gigi fraktur
16. Gigi dengan akar yang fraktur.7

2.2.2

Kontraindikasi Pencabutan Gigi.

Faktor sistemik
Absolut kontraindikasi :
1.

Diabetes tidak terkontrol

2.

Leukimia

3.

Gagal ginjal

4.

Gagal jantung

5.

Sirosis hati

Relatif kontraindikasi :
1.

Pasien Diabetes

2.

Pasien Hipertensi

3.

Pasien dengan penyakit jantung

4.

Pasien terapi steroid

5.

Pasien hamil

6.

Pasien yang demam tanpa alasan yang jelas

7.

Pasien nephritic yang dapat menyebabkan nephritis akut

8.

Pasien anemia.7

719

2.3

TEKNIK PENCABUTAN GIGI

Teknik ekstraksi gigi ada 2 macam yaitu


1.

Closed atau intralveolar yaitu tehnik pencabutan gigi tanpa pembedahan. Tehnik
pencabutan gigi ini dilakukan dengan prosedur pencabutan gigi pada umumnya
yang menggunakan alat seperti, forceps atau tang.

2.

Open atau transalveolar yaitu

suatu tehnik pencabutan gigi dengan

menggunakan prosedur bedah (surgical extraction) yang biasa disebut dengan


istilah pencabutan trans-alveolar, yang didahului dengan pembuatan flap
mukoperiosteal.4

Gambar 2.2 Teknik pencabutan gigi


Sumber: http://www.kesehatangigiku.com/gigi-sakit-danbengkak-jangan-dicabut/. Accessed February 15, 2013

20
8

Teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik pencabutan gigi close
method. Penatalaksanaan teknik close method adalah sebagai berikut:

1.

Pertama, kita melonggarkan jaringan sekitar gigi dengan menggunakan


periosteal elevator. Dengan melakukan hal ini, forceps dan elevator dapat
diposisikan lebih apikal.

2.

Luksasi gigi dengan elevator. Elevator digunakan untuk melapaskan


perlekatan gigi dengan jaringan lunak. Elevator diaplikasikan untuk
memperbesar soket alveolar dan merusak ligament periodontal sehingga
dapat membantu luksasi gigi dari soket.

3.

Adaptasi forceps. Pemilihan forceps haruslah sesuai ukuran dan lokasi gigi
(maksila atau mandibula). Bagian beaks forceps diaplikasikan ke akar gigi.
Beak lingual diposisikan lebih dulu kemudian diikuti beak bukal. Beak
sebaiknya dipegang pada bagian ujung untuk meningkatkan control. Beak
diposisikan sesuai aksis gigi.

4.

Luksasi gigi molar mandibula yaitu dengan tarikan ke bukal , tarikan ke


lingual dan pengangkatan di arah bukal.

5.

Setelah gigi diluksasi, berikan tekanan yang cukup dan angkat gigi dari
soket. Setelah itu, soket bekas pencabutan di message dengan tangan oleh
operator.

6.

Setelah gigi di ekstraksi, dilakukan penjahitan pada soket bekas pencabutan


gigi jika luka bekas soket terlalu besar atau untuk mempercepat
penyembuhan luka.7

21
9

2.4 INSTRUKSI SETELAH PENCABUTAN GIGI

1. Pasien harus diinstruksikan agar tidak kumur-kumur terlalu kuat,


melakukan olahraga berat dan makan/minum yang sangat panas
sepanjang hari setelah pencabutan, untuk mengurangi resiko pendarahan
setelah pencabutan.
2. Pasien diminta untuk membersihkan luka bekas pencabutan dengan
berkumur cairan saline hangat sebelum tidur pada hari pencabutan selama
2 atau 3 hari setelah pencabutan.
3. Pasien diberitahu mengenai efek anastesi lokal pada bibir, lidah atau pipi
mungkin akan tetap bertahan selama 2-3 hari dan selama periode tersebut
jaringan lunak dapat rusak karena tergigit.
4. Pasien harus diingatkan akan bahaya ini dan diusahakan untuk kembali
lagi bila terjadi suatu komplikasi selama periode penyembuhan.7

2.5 KOMPLIKASI PENCABUTAN GIGI

1. Komplikasi intraoperatif berupa

Pendarahan

Fraktur

pada ujung akar dan fragmen, gigi sebelahnya dan

antagonis, prosesus alveolaris, mandibula, dan tuberositas


maksila.

Pergeseran seperti pergeseran ke fossa infratemporalis, dan


pergeseran ke dalam mandibula

22
10

Cedera jaringan lunak seperti lecet dan luka bakar, dan


empisema subkutan

Cedera saraf seperti neurapraksia, aksonotmesis dan neurotmesis

Dislokasi dari gigi sebelahnya dan sendi temporomandibula.

Oroantral fistula

2. Komplikasi pasca-bedah (pencabutan gigi) berupa

Pendarahan

Rasa sakit

Edema

Alergi obat

3. Komplikasi beberapa saat setelah operasi

Alveolitis

Edema disertai infeksi

Trismus yang persisten

Sinkop

Terhentinya respirasi

Terhentinya jantung

Terbentuknya hematoma7,8

23
11

2.6

JENIS ALAT DAN BAHAN JAHIT

Alat yang umumnya digunakan dalam penjahitan antara lain :

a.

Tissue forceps (pinset) terdiri dari dua bentuk yaitu tissue forceps bergigi
ujungnya (surgical forceps) dan tanpa gigi di ujungnya yaitu atraumatic tissue
forceps dan dressing forceps.

Gambar 2.3 Tissue Forcep


Sumber: https://www.google.co.id/ Accessed March 03,
2013

24
12

b.

Dissecting scissors (Metzen baum)

Gambar 2.4 Metzen baum


Sumber: https://www.google.co.id/ Accessed March 03,
2013

c.

Suture scissors

Gambar 2.5 Suture Scissors


Sumber: https://www.google.co.id/ Accessed March 03,
2013

25
13

d.

Needleholders

Gambar 2.6 Needleholders


Sumber: https://www.google.co.id/ Accessed March 03,
2013

e.

Suture needles (jarum) dari bentuk 2/3 circle, Vi circle , bentuk segitiga dan
bentuk bulat

Gambar 2.7 Suture Needle


Sumber: https://www.google.co.id/ Accessed March 03,
2013

26
14

f.

Sponge forceps (Cotton-swab forceps)

Gambar 2.8 Sponge Forceps


Sumber: https://www.google.co.id/ Accessed March 03,
2013

g.

Hemostatic forceps ujung tak bergigi (Pean) dan ujung bergigi (Kocher)

Gambar 2.9 Hemostatic forceps ujung tak bergigi ( Pean) dan


ujung bergigi (Kocher). Sumber: https://www.google.co.id/
Accessed March 03, 2013

27
15

h.

Retractors, double ended

Gambar 2.10 Rectractors,double ended


Sumber: https://www.google.co.id/ Accessed March 03,
2013

i.

Towel clamps

Gambar 2.11 Towel clamps


Sumber: https://www.google.co.id/ Accessed March 03,
2013

28
16

Klasifikasi bahan jahit adalah


a)

Menurut asalnya terbagi atas 2 yaitu


1) Organik
2) Sintetik 5

b) Menurut daya tahannya dalam jaringan host


1) Absorbable
2) Nonabsorbable5
Fitur penting dari jahitan materi meliputi
a)

Safety simpul

b) Kapasitas peregangan
c)

Reaktivitas jaringan, dan

d) Keselamatan luka.5

Gambar 2.12 Jenis benang jahit non-absobable


Sumber: Resoba Oral Suture Material.
http://drevensek.si/assets/docs/kolagenski-cepi-in-sivalnimaterial-resorba-sutures.pdf. Accessed December 19, 2013

17
29

Gambar 2.13 Jenis benang jahit absobable


Sumber: Resoba Oral Suture Material.
http://drevensek.si/assets/docs/kolagenski-cepi-in-sivalnimaterial-resorba-sutures.pdf. Accessed December 19, 2013

2.7

TEKNIK PENJAHITAN

Teknik penjahitan terdiri dari :


1.

Simple interrupted sutures

2.

Continuous suture

3.

Continuous locking

4.

Subcuticular sutures

5.

Mattress suture

6.

Haemoragic suture.9

2.6.1 Simple Interrupted Suture

Simple interrupted suture merupakan teknik penjahitan yang sering digunakan.


Simple interrupted suture disebut juga teknik jahitan terputus. Jahitan ini adalah
jenis jahitan yang paling sering digunakan, karena sederhana dan dapat digunakan
dalam semua prosedur bedah mulut.9,10

30
18

Prosedur penjahitan simple interrupted suture :


1. Pegang bagian tepi luka dengan pinset chirurgis.

2. Masukkan ujung jarum dari tepi luka sekitar 1 cm Masukkan ujung jarum dari
dalam ujung luka dan keluarkan kurang lebih 1 cm dari tempat insisi dari tempat
luka/insisi

31
19

3. Tarik benang jangan ada yang tertekuk

4. Buat simpul dengan melilitkan benang pada needle holder sebanyak 2 kali.

5. Kencangkan simpul dan lakukan minimal 3x dengan simpul 2:1 (2 arah yang
sama dan 1 arah yang berbeda), agar jahitan pada luka tidak mudah lepas.

20
32

6. Potong bagian benang yang tersisa, ratakan luka jangan sampai terjadi tumpang
tindih kulit.9, 12

Gambar 2.14 Teknik Simple Interrupted Suture


Sumber: http://dc300.4shared.com/doc/WcDM1nr/preview.html.
Accessed December 17, 2013

Keuntungan teknik simple interrupted suture


1.

Jahitan yang dihasilkan kuat

2.

Dapat digunakan di daerah stress

21
33

3.

Bila benang putus, hanya satu tempat yang terbuka

4.

Bila terjadi infeksi luka cukup dibuka jahitan ditempat terjadinya infeksi.9
Kekurangan simple interrupted suture adalah memerlukan waktu pengerjaan

yang lebih lama.9

Gambar 2.15 Simple Interrupted Suture


Sumber: http://jtriley.blogspot.com/2011_02_01_archive.html.
Accessed December 17, 2013

2.6.2 Haemoragic suture

Haemoragic suture juga disebut dengan Figure-eight suture atau Periodontal


sling suture. Periodontal sling suture adalah teknik jahitan yang digunakan untuk
penutupan socket serta untuk adaptasi papilla gingiva sekitar gigi. Prosedur
penjahitan periodontal sling adalah
1.

Jahitan dimulai dengan memasukkan jarum (needle) di papilla distobukal luka.

2.

Needle di arahkan ke lingual melewati atas soket bekas pencabutan gigi, yaitu
melewati papilla mesiolingual.

3.

Setelah itu, masukkan needle melalui mesiobukal.

4.

Kemudian needle diteruskan ke papilla distoligual.

5.

Jahitan disimpul untuk mencegah benang terlepas.9

22
34

Gambar 2.16 Haemorhagic Suture


Sumber: Koerner, Karl R.Teksbook of Manual of Minor Oral
Surgery for The General Dentist. USA: Blackwell
Munksgaard.2006,pp.44-5

35
23

2.8

TAHAP PEMBUKAAN JAHITAN

Jahitan umumnya dibuka 7 hari setelah penjahitan dilakukan. Benang jahit


akan menjadi longgar dan dipenuhi oleh sisa makanan. Benang harus dibuka dengan
memegang ikatan benang dan potong benang jahit tepat dibawah simpul. Kemudian
benang jahit ditarik keluar. Jika benang dipotong jauh dari tempat masuknya benang
ke dalam jaringan maka, benang yang terkontaminasi sisa makanan dan bakteri akan
tertarik masuk ke dalam luka bekas pencabutan dan akan menginfeksi jaringan yang
sedang dalam proses penyembuhan.

Gambar 2.17 Teknik pembukaan jahitan


Sumber: Howe, Geoffrey L.Pencabutan gigi geligi.
Jakarta:EGC.1999,p.64

Jahitan yang dibuat untuk menghentikan pendarahan dapat dibuka dalam


jangka waktu 48 jam setelah operasi, sedangkan jahitan yang digunakan untuk
memperbaiki hubungan oroantral sebaiknya tetap ada sedikitnya selama 10 hari
kecuali terjadi infeksi.11

36
24

2.9

PENYEMBUHAN LUKA

Berdasarkan klasifikasinya, penyembuhan luka dapat dibedakan menjadi


penyembuhan primer dan penyembuhan sekunder. Penyembuhan primer terjadi pada
luka yang bersih, tidak terinfeksi, dan luka yang diusahakan segera melekat dengan
jahitan. Sedangkan penyembuhan sekunder terjadi apabila tidak ada pertolongan dari
luar, penyembuhan berjalan secara alami dimana luka akan terisi jaringan granulasi
dan ditutupi epitel.4,6
Proses penyembuhan luka pada jaringan lunak dapat dibagi dalam tiga fase,
yaitu:
1) Fase inflamasi / fase reaktif
Fase ini berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari ke-lima. Dalam
fase ini terjadi akumulasi sel-sel radang pada daerah yang terluka yang disebabkan
oleh respon vaskuler dan seluler. Pada fase vaskuler, pembuluh darah yang robek
akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan mencoba menghentikannya melalui
vaso-konstriksi, pengerutan ujung pembuluh darah yang putus, dan reaksi
homeostasis. Pada fase ini terjadi aktivitas seluler yaitu dengan pergerakan leukosit
menembus dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya
kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna
bakteri dan debris pada luka. Beberapa jam setelah luka, terjadi invasi sel inflamasi
pada jaringan luka. Sel polimorfonuklear (PMN) bermigrasi menuju daerah luka dan
setelah 24-48 jam terjadi transisi sel PMN menjadi sel mononuklear atau makrofag
yang merupakan sel paling dominan pada fase ini selama lima hari dengan jumlah

37
25

paling tinggi pada hari ke-dua sampai hari ke-tiga. Pada fase ini, luka hanya dibentuk
oleh jalinan fibrin yang sangat lemah. Setelah proses inflamasi selesai, maka akan
dimulai fase proliferasi pada proses penyembuhan luka.4,6
2) Fase proliferasi
Fase proliferasi ini disebut juga fase fibroplasia, karena yang menonjol adalah
proses proliferasi fibroblas. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai
kira-kira akhir minggu ke-tiga yang ditandai dengan deposisi matriks ekstraselular,
angiogenesis, dan repitelisasi. Fibroblas memproduksi matriks ekstraselular, kolagen
primer, dan fibronektin untuk migrasi dan proliferasi sel. Fibroblas berasal dari sel
mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asam
amino-glisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar serat kolagen yang akan
mempertautkan tepi luka. Proses angiogenesis juga terjadi pada fase ini yang
ditandai dengan terbentuknya formasi pembuluh darah baru dan dimulainya
pertumbuhan saraf pada ujung luka. Pada keadaan ini, keratinosit berproliferasi dan
bermigrasi dari tepi luka untuk melakukan epitelisasi menutup permukaan luka,
menyediakan barier pertahanan alami terhadap kontaminan dan infeksi dari luar.
Epitel tepi luka yang terdiri atas sel basal, terlepas dari dasarnya dan berpindah
mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk
dari proses mitosis.
Proses ini baru terhenti ketika sel epitel saling menyentuh dan menutup seluruh
permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka dan dengan pembentukan
jaringan granulasi, maka proses fibroplasia akan berhenti dan dimulailah proses
pematangan dalam fase remodeling. 4,6

38
26

3) Fase remodeling / fase pematangan


Fase ini merupakan fase terakhir dari proses penyembuhan luka pada jaringan
lunak dan kadang-kadang disebut fase pematangan luka. Pada fase ini terjadi
perubahan bentuk, kepadatan, dan kekuatan luka. Selama proses ini, dihasilkan
jaringan parut yang pucat, tipis, lemas, dan mudah digerakkan dari dasarnya. Terlihat
pengerutan maksimal dari luka, terjadi peningkatan kekuatan luka, dan berkurangnya
jumlah makrofag dan fibroblas yang berakibat terhadap penurunan jumlah kolagen.
Secara mikroskopis terjadi perubahan dalam susunan serat kolagen menjadi lebih
terorganisasi. Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir
apabila semua tanda radang sudah hilang. Tubuh berusaha menormalkan kembali
semua yang abnormal karena adanya proses penyembuhan. 4,6

39
27

Gambar 2.18 Jenis Penyembuhan Luka


Sumber: http://creasoft.wordpress.com/2008/04/23/konseppenyembuhan-luka/. Accessed November 29, 2013.

40
28

BAB III
KERANGKA KONSEP

Indikasi dan Kontraindikasi

Teknik Pencabutan Gigi

Komplikasi Pencabutan Gigi

PENCABUTAN GIGI

Penjahitan dengan benang jahit


non-absorbable

Penjahitan dengan Teknik


Haemoragic Suture

Penjahitan dengan Teknik Simple


Interrupted Suture

Usia dan jenis kelamin

Lama Penyembuhan Luka


Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti

41

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional klinik.


4.2 RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode study kasus.


4.3 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Tempat Penelitian
Rencana penelitian ini dilakukan pada RSGM Kandea.
Waktu Penelitian
Rencana waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2014.
4.4 VARIABEL PENELITIAN

Variabel menurut Fungsinya;


Variabel sebab :

perawatan bekas pencabutan gigi molar rahang bawah dengan


menggunakan teknik haemoragic suture atau simple interrupted
suture soket.

Variabel akibat :

lama penyembuhan luka pencabutan gigi molar rahang bawah.

42

Variabel menurut Skala Pengukurannya;


Kategorial
1

Nominal : jenis kelamin dan usia, teknik hemoragic dan teknik simple
interrupted suture

Ordinal : kriteria penyembuhan luka

4.5 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Pencabutan gigi : proses pengangkatan/ pencabutan gigi maupun akar gigi


yang sudah rusak parah, dan tidak dapat dipertahankan lagi.

Penjahitan luka : perawatan yang diberikan setelah pencabutan gigi atau


pembukaan flap pasca operasi yang bertujuan untuk mencegah pendarahan
dan mempercepat penyembuhan luka.

Penyembuhan luka bekas pencabutan gigi : proses dimana luka bekas


pencabutan gigi tampak mengering, tidak ada rasa sakit, pendarahan,
pembengkakan dan abses pada soket bekas pencabutan gigi.

Haemoragic suture : teknik penjahitan yang dimulai dari menusukkan


needle pada papilla distobukal, setelah itu needle melewati papilla
mesiolingual lalu ke mesiobukal, kemudian diteruskan ke papilla
distoligual dan jahitan disimpul.

Simple interrupted suture : teknik penjahitan dengan menusukkan needle


sejauh 2-3mm dari tepi luka, yang menyatukan tepi luka yang satu dengan
lainnya dan diakhiri dengan simpul sebanyak 2 kali maupun 3 kali dengan
arah yang berlawanan pada pelilitan simpulnya.

43
31

4.6 SUBJEK PENELITIAN

Subjek pada penelitian ini adalah pasien yang datang dengan kasus Pencabutan
gigi di RSGM Kandea. Sampel penelitian yang digunakan adalah pasien dengan
kasus pencabutan gigi molar rahang bawah pada sisi kiri dan sisi kanan. Jumlah
sampel keseluruhan adalah 20 orang.
4.7 METODE PENGAMBILAN SAMPEL

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan


metode case control.
4.8 KRITERIA SAMPEL

Kriteria Inklusi

Usia 20-40 tahun

Tidak menderita penyakit sistemik

Tidak menderita gangguan saraf

Kriteria Eksklusi

Pasien berusia di bawah 20 tahun, dan di atas 40 tahun

Menderita penyakit sistemik

44
32

4.9 PROSEDUR PENELITIAN

a.

Pengambilan data atau identitas pasien yang datang ke RSGM Kandea


dengan kasus pencabutan gigi molar rahang bawah pada sisi kiri dan sisi
kanan.

b.

Lakukan pencabutan gigi pada pasien.

c.

Luka bekas pencabutan di jahit menggunakan benang jahit non-absorbable


dengan teknik haemoragic suture atau teknik simple interrupted suture.

d.

Pada hari ke-tiga, ke-tujuh, dan ke-empatbelas, pasien diminta untuk


datang kontrol.

e.

Pengambilan data. Pada tahap ini operator melihat tampakan klinis dan
membuat dokumentasi berupa foto tampakan klinis pada setiap pasien
yang datang kontrol,

untuk

melihat dan

membandingkan

lama

penyembuhan luka pada masing-masing tehnik.

45
33

4.10 PENGUKURAN DATA


Pengukuran data penyembuhan luka yang digunakan adalah 13,14
PARAMETER

SKOR

Waktu penyembuhan luka


- Di bawah 7 hari

- Antara 7- 14 hari

- Di atas 14 hari

Infeksi lokal
- Infeksi lokal disertai dengan pus

- Infeksi lokal tanpa pus

- Tidak ada tanda infeksi lokal

Reaksi alergi
- Reaksi alergi lokal berupa warna bintik merah sekitar luka

- Tidak ada reaksi alergi

4.11 ANALISIS DATA


Jenis data

: Data sekunder

Pengelolahan Data : Diolah dengan menggunakan SPSS versi 16.0


Analisis data

: Uji t-Independen

46
34

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang dilaksanakan di RSGMP Kandea FKG Unhas Makassar pada


bulan Mei Agustus tahun 2014 didapatkan sebanyak 20 orang sampel didapatkan
hasil sebagai berikut.

Tabel 5.1 Data Hasil Penelitian


NO

NAMA PASIEN

USIA

JENIS
GIGI

JENIS
JAHITAN

LAMA
PENYEMBUHAN

SKOR

INDARTI

36 THN

36

HAEMORAGIC
SUTURE

5 HARI

ANDI MAKMUR

38 THN

37

SIMPLE
INTERRUPTED
SUTURE

7 HARI

DINA

25 THN

36

HAEMORAGIC
SUTURE

5 HARI

SIA

40 THN

46

SIMPLE
INTERRUPTED
SUTURE

6 HARI

RUSLIDIN

40 THN

46

HAEMORAGIC
SUTURE

7 HARI

NUR

20 THN

36

HAEMORAGIC
SUTURE

4 HARI

DEWI

25 THN

46

HAEMORAGIC
SUTURE

5 HARI

ZIHAB

22 THN

46

HAEMORAGIC
SUTURE

5 HARI

ZAINUDDIN

22 THN

47

HAEMORAGIC
SUTURE

5 HARI

10

NURHAYATI

39 THN

46

HAEMORAGIC
SUTURE

6 HARI

11

YUSMIATI

23 THN

37

HAEMORAGIC
SUTURE

5 HARI

12

FIAN

22 THN

36

HAEMORAGIC
SUTURE

4 HARI

47
35

13

YHANA

24 THN

47

SIMPLE
INTERRUPTED
SUTURE

6 HARI

14

DILLA

22 THN

46

SIMPLE
INTERRUPTED
SUTURE

5 HARI

15

RAHMAN

34 THN

36

SIMPLE
INTERRUPTED
SUTURE

6 HARI

16

SURYADI

36 THN

36

SIMPLE
INTERRUPTED
SUTURE

6 HARI

17

SUCI

32 THN

36

SIMPLE
INTERRUPTED
SUTURE

5 HARI

18

YUSRAN

39 THN

46

SIMPLE
INTERRUPTED
SUTURE

7 HARI

19

RESKY NGANRO

21 THN

46

SIMPLE
INTERRUPTED
SUTURE

5 HARI

20

IKA

23 THN

46

SIMPLE
INTERRUPTED
SUTURE

5 HARI

48
36

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan data mengenai jumlah


pasien yag telah dilakukan tindakan anastesi sebanyak 20 orang. Dan dari
data tersebut peneliti membagi atas 3 hal yaitu berdasarkan usia,jenis
kelamin,jenis jahitan yang digunakan dan lama penyembuhan luka, kemudian
hasil yang didapatkan diuraikan dalam tabel distribusi.
Tabel 5.2 Distribusi tindakan pencabutan gigi berdasarkan jenis kelamin

Sex
Cumulative
Frequency
Laki-laki
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

45.0

45.0

45.0

Perempuan

11

55.0

55.0

100.0

Total

20

100.0

100.0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa jumlah tindakan


pencabutan gigi pada pasien laki-laki sebanyak 9 orang (45%) dan pasien
perempuan sebanyak 11 orang (55%).

49
37

Tabel 5.3 Distribusi jenis jahitan


Jenis Jahitan
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

haemoragic suture

10

50.0

50.0

50.0

simple interrupted suture

10

50.0

50.0

100.0

Total

20

100.0

100.0

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat presentasi pasien dijahit dengan


teknik haemoragic suture sebanyak 10 orang (50%) dan pasien yang dijahit
dengan teknik simple interrupted suture sebanyak 10 orang (50%).

Tabel 5.4 Distribusi Lama penyembuhan luka bekas pencabutan gigi

Lama Penyembuhan
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

15.0

15.0

15.0

17

85.0

85.0

100.0

Total

20

100.0

100.0

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat presentasi dengan mendapat


parameter penyembuhan 3 sebanyak 17 orang (85%) dan mendapat parameter
penyembuhan 2 sebanyak 3 orang (15%).

50
38

Tabel 5.5 Distribusi tindakan pencabutan gigi berdasarkan kategori usia


Kat_Usia
Cumulative
Frequency
Valid

Remaja
Dewasa Awal
Total

Percent

Valid Percent

Percent

11

55.0

55.0

55.0

45.0

45.0

100.0

20

100.0

100.0

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa distribusi pencabutan gigi


pada pasien remaja sebanyak 11 orang (55%) dan pada pasien dewasa
sebanyak 9 orang (45%).

Tabel 5.6 Distribusi tindakan pencabutan gigi berdasarkan jenis


kelamin dengan lama penyembuhan luka

jenis kelamin * Lama Penyembuhan Crosstabulation


Lama Penyembuhan
2
jenis kelamin

laki-laki

Count
% within jenis kelamin

Perempuan

Count
% within jenis kelamin

Total

Count
% within jenis kelamin

Total

33.3%

66.7%

100.0%

11

11

.0%

100.0%

100.0%

17

20

15.0%

85.0%

100.0%

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa presentasi pasien laki-laki


yang mendapat parameter penyembuhan 3 sebanyak 6 orang (66.7%) dan

51
39

pasien mendapat parameter penyembuhan 2 sebanyak 3 orang (33.3%)


sedangkan pada pasien perempuan yang mendapat parameter penyembuhan 3
sebanyak 11 orang (100% ) dan tidak ada pasien perempuan yang mendapat
parameter penyembuhan 2.

Tabel 5.7 Distribusi Jenis jahitan dengan Lama penyembuhan luka

Jenis Jahitan * Lama Penyembuhan Crosstabulation


Lama Penyembuhan
2
Jenis Jahitan

haemoragic suture

Count
% within Jenis Jahitan

simple interrupted
suture
Total

Count
% within Jenis Jahitan
Count
% within Jenis Jahitan

Total

10

10.0%

90.0%

100.0%

10

20.0%

80.0%

100.0%

17

20

15.0%

85.0%

100.0%

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa presentasi pasien dengan


haemoragic suture memiliki parameter penyembuhan 3 sebanyak 9 orang
(90%) dan pasien haemoragic suture memiliki parameter penyembuhan 2
sebanyak 1 orang (10%) sedangkan pada pasien simple interrupted suture
memiliki parameter penyembuhan 3 sebanyak 8 orang (80,0%) dan pasien
simple interrupted suture memiliki parameter penyembuhan 2 sebanyak 2
orang (20,0%).

52
40

Tabel 5.8 Distribusi pencabutan gigi berdasarkan kategori usia dengan


lama penyembuhan luka

Kategori usia * Lama Penyembuhan Crosstabulation


Lama Penyembuhan
2
Kategori usia

Remaja

Count
% within Kategori usia

Dewasa

Count
% within Kategori usia

Total

Count
% within Kategori usia

Total

10

11

9.1%

90.9%

100.0%

22.2%

77.8%

100.0%

17

20

15.0%

85.0%

100.0%

Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa presentasi pasien remaja


dengan haemoragic suture memiliki parameter penyembuhan 3 sebanyak 10
orang (90.9%) dan pasien remaja yang memiliki parameter penyembuhan 2
sebanyak 1 orang (9.1%) sedangkan pada pasien dewasa dengan simple
interrupted suture memiliki parameter penyembuhan 3 sebanyak 7 orang
(77.8%) dan pasien dewasa memiliki parameter penyembuhan 2 sebanyak 2
orang (22.2%).

53
41

Tabel 5.9 Data hasil uji statistik dengan menggunakan uji t-independent

Statistics

Lama
Jenis Jahitan

Valid

Penyembuhan

20

20

Mean

1.5000

2.8500

Median

1.5000

3.0000

Std. Deviation

.51299

.36635

Minimum

1.00

2.00

Maximum

2.00

3.00

Missing

Group Statistics

Lama Penyembuhan

Jenis Jahitan

Mean

haemoragic suture

10

2.9000

.31623

.10000

10

2.8000

.42164

.13333

simple interrupted
suture

Std. Deviation Std. Error Mean

54
42

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval

F
Lama

Sig.

df

Sig. (2-

Mean

Std. Error

tailed)

Difference

Difference

of the Difference
Lower

Upper

Equal

Penyembuhan variances

1.531

.232 .600

18

.556

0.10000

0.16667

-0.25015

0.45015

.600 16.691

.557

0.10000

0.16667

-0.25213

0.45213

assumed
Equal
variances
not
assumed

Dari hasil uji statistik menggunakan uji t-independent diperoleh hasil nilai P
(0,232) > 0,05 -> Ho diterima, artinya bahwa ada perbedaan tingkat penyembuhan
luka pada pencabutan gigi molar rahang bawah dengan menggunakan teknik
hemoragic suture dan simple interrupted suture.
Dari penelitian diatas dapat disimpulkan penutupan luka pada teknik
haemoragic suture lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan teknik simple
interrupted suture. Hal ini di perkuat oleh jurnal Modi M (2009) yang menyatakan
bahwa Periodontal sling suture (hemoragic suture) adalah teknik jahitan yang baik
digunakan untuk penutupan socket serta untuk adaptasi papilla gingiva sekitar gigi.

55
43

Dilihat dari segi jenis kelamin, laki-laki memiliki tingkat penyembuhan luka
yang lebih lama dibanding perempuan. Hal ini di sebabkan karena berdasarkan jurnal
Javed F dkk (2011) kebiasaan menghisap daerah sekitar luka, kurang memperhatikan
kebersihan luka dan mulut dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka.
Sedangkan dari segi usia, penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada remaja
dibandingkan usia dewasa. Hal ini sesuai dengan teori yang dipaparkan Stanley dkk
(2006) yang menyatakan bahwa selama proses penuaan, sistem imun juga akan
mengalami kemunduran dalam pertahanan terhadap organisme asing yang masuk ke
dalam tubuh sehingga pada lamsia akan sangat mudah mengalami infeksi dan
kanker. Perubahan sistem imun ini diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid
sehingga tidak adanya keseimbangan dalam sel T untuk memproduksi antibodi dan
kekebalan tubuh menurun.
Pada umumnya proses penyembuhan luka bergantung dari operator dan
pasiennya sendiri, dimana sebagai operator harus memperhatikan dari segi asepsis
dan teknik penjahitan yang baik dan benar. Sedangkan dari segi pasien, keaadan
pasien seperti sistem imun pasien, kebiasaan buruk pasien seperti kebiasaan
merokok, menghisap bagian luka, dll dapat mempengaruhi dan memperlambat proses
penyembuhan luka.

56
44

BAB VI
PENUTUP

6.1 KESIMPULAN

a. Penutupan

luka

pada

teknik

haemoragic

suture

lebih

cepat

dibandingkan dengan menggunakan teknik simple interrupted suture.


b. Dilihat dari segi jenis kelamin, laki-laki memiliki tingkat penyembuhan
luka yang lebih lama dibanding perempuan.
c. Segi usia, penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada remaja
dibandingkan usia dewasa.
d. Pada umumnya proses penyembuhan luka bergantung dari operator dan
pasiennya sendiri, dimana sebagai operator harus memperhatikan dari
segi asepsis dan teknik penjahitan yang baik dan benar. Sedangkan dari
segi pasien, keaadan pasien seperti sistem imun pasien, kebiasaan buruk
pasien seperti kebiasaan merokok, menghisap bagian luka,dll dapat
mempengaruhi dan memperlambat proses penyembuhan luka.
6.2 SARAN
Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan agar :
a. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan menggunakan
sampel dengan 1 pasien yang memiliki 2 kasus pencabutan, untuk
lebih menguatkan hasil penelitian ini.

57
45

b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengukur lama penyembuhan


luka bekas pencabutan dari segi mikroskopis.
c. Untuk mencegah kesalahan dalam penjahitan luka, perlu diperhatikan
dari segi operator yang harus terampil dan asepsis, serta alat yang
steriil akan mencegah kompilkasi-kompikasi pasca penjahitan luka.

58
46

DAFTAR PUSTAKA

1. Permatasari N, Andari WK, Rr Merina DEN. Efek pemberian jus buah


belimbing manis (Averrhoa carambola L.) terhadap peningkatan jumlah sel
makrofag pada soket gigi tikus (Rattus novergicus) Strain Wistar pasca
pencabutan;
2:[internet].
Available
from
http://old.fk.ub.ac.id/
artikel/id/filedownload/gigi/MAJALAH%20yudistiaara.pdf.
Accessed
November 26, 2013.
2. Ayu KA, Soelistiono, Prihartiningsih. Pengaruh ekstrak batang salvadora
persica terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus -haemolyticus hasil
isolasi paska pencabutan gigi molar ketiga mandibula ; kajian in vitro. 2008:
1:
[internet].
Available
from
http://idaayu.files.Wordpress.com/
2008/01/paper01.pdf. Accessed November 26, 2013.
3. Permatasari N, Prasetyaningrum N, Genna Y. Efek gingseng asia (Panax
gingseng) pada jumlah sel epitel mukosa soket pasca pencabutan gigi pada
Rattus
novergicus;
2:[internet].
Available
from
http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/gigi/MAJALAHRR%20MERIN
A%20DIAH%20ERI%20NURMASARI.pdf. Accessed November 26, 2013.
4. Bakar A. Kedokteran Gigi Klinis. Yogjakarta : Quantum. 2012,p.117
5. Javed F, Al-Askar M, Almas K, Georgios ER, Al-Hezaimi K. Tissue reaction
to various suture materials used in oral surgical interventions. ISRN Dentistry;
2012: 1: [internet]. Available from http://www.researchgate.net/publication/
225074792_Tissue_reactions_to_various_suture_materials_used_in_oral_sur
gical_interventions/file/79e414fc73c6478620.pdf. Accessed November 28,
2013.
6. Sugiaman VK. Peningkatan penyembuhan luka di mukosa oral melalui
pemberian Aloe Vera (Linn.) secara topikal. JMK; 2011: 11 (1); p 72-3:
[internet]. Available from http://majour.maranatha.edu/index. php/jurnalkedokteran/article/download /907/pdf. Accessed December 14, 2013.
7. Balaji SM. Textbook of Oral and Maxilofacial Surgery. New Delhi: Elsevier.
2007,pp.104-12
8. Pedersen GW. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC. 1996; pp.83100
9. Modi M. Critical Evaluation of Suture Materials and Suturing Techniques in
Implant Dentistry. IJCID; 2009; p 34-8 [internet]. Available from
http://www.jaypeejournals.com/eJournals/ShowText.aspx?
xiii

ID=536&Type=FREE&TYP=TOP&IN=_eJournals/images/JPLOGO.gif&II
D=52&isPDF=YES. Accessed December 14, 2013.
10. Fragiskos D. Fragiskos, Oral Surgery.: Berlin Heidelberg:Springer Verlag.
2007,pp.39-41
11. Howe, GL. Pencabutan gigi geligi. Jakarta:EGC.1999,pp.63-4
12. Ners. Simple interrupted suturing. 2010. [internet]. Available from
http://perawatpintar.web.id/2010/08/simple-interrupted-suturing-jahitansimpel/ Accessed March 01, 2014
13. Manjas M, Henky J, Agus S. Pengunaan krim Amnion pada penyembuhan
luka sayatan pada tikus Wistar. Maj Kedok Indon; 2010: 60 (6); p 270
14. Nagoyaka T, Kaburagi Y, Hamaguchi Y, Hasegawa M, Tahekara A, Douglas
AS, [et.al]. Delayed Wound Healing in the Absence of Intercellular Adhesion
Molecule-1 or L-Selectin Expression. AJP; 2000: 157(1); p 238-43

xiv

lx

xvlxi

Gambar Proses Penjahitan

lxii

Gambar Proses Penjahitan

lxiii

Gambar Pasien dengan penjahitan Hemoragic Suture

Penjahitan dengan
menggunakan
teknik hemoragic
suture

Foto hari ke 3
setelah jahitan di
lepas

Foto ke 5 setelah
pencabutan gigi. Luka
telah tertutup sempurna
tanpa ada infeksi
jaringan.

lxiv

Gambar Pasien dengan penjahitan Hemoragic Suture

lxv

Gambar Pasien Dengan Jahitan Simple Interrupted Suture

Penjahitan dengan
menggunakan
teknik Simple
interrupted suture

Foto hari ke 3
setelah jahitan di
lepas

lxvi

Gambar Pasien Dengan Jahitan Simple Interrupted Suture

lxvii

Frequencies

Notes
Output Created

21-Aug-2014 17:05:50

Comments
Input

Data

F:\FK\Data.sav

Active Dataset

DataSet1

Filter

<none>

Weight

<none>

Split File

<none>

N of Rows in Working Data File


Missing Value Handling

20

Definition of Missing

User-defined missing values are treated as


missing.

Cases Used

Statistics are based on all cases with valid data.

Syntax

FREQUENCIES VARIABLES=JJ LP
/STATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM
MEAN MEDIAN
/ORDER=ANALYSIS.

Resources

Processor Time

00:00:00.000

Elapsed Time

00:00:00.000

Statistics
Jenis Jahitan
N

Valid

Lama Penyembuhan
20

20

Mean

1.5000

2.8500

Median

1.5000

3.0000

Std. Deviation

.51299

.36635

Minimum

1.00

2.00

Maximum

2.00

3.00

Missing

lxix

Frequency Table
Jenis Jahitan

Frequency

Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

haemoragic suture

10

50.0

50.0

50.0

simple interrupted suture

10

50.0

50.0

100.0

Total

20

100.0

100.0

Lama Penyembuhan

Frequency

Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

15.0

15.0

15.0

17

85.0

85.0

100.0

Total

20

100.0

100.0

lxx

T-Test
Notes

Output Created

21-Aug-2014 17:06:24

Comments
Input

Data

F:\FK\Data.sav

Active Dataset

DataSet1

Filter

<none>

Weight

<none>

Split File

<none>

N of Rows in Working Data File


Missing Value Handling

Definition of Missing

20
User defined missing values are treated as
missing.

Cases Used

Statistics for each analysis are based on the


cases with no missing or out-of-range data for
any variable in the analysis.

Syntax

T-TEST GROUPS=JJ(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=LP
/CRITERIA=CI(.9500).

Resources

Processor Time

00:00:00.016

lxxi

Notes

Output Created

21-Aug-2014 17:06:24

Comments
Input

Data

F:\FK\Data.sav

Active Dataset

DataSet1

Filter

<none>

Weight

<none>

Split File

<none>

N of Rows in Working Data File


Missing Value Handling

Definition of Missing

20
User defined missing values are treated as
missing.

Cases Used

Statistics for each analysis are based on the


cases with no missing or out-of-range data for
any variable in the analysis.

Syntax

T-TEST GROUPS=JJ(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=LP
/CRITERIA=CI(.9500).

Resources

Processor Time

00:00:00.016

Elapsed Time

00:00:00.015

lxxii

[DataSet1] F:\FK\Data.sav

Group Statistics

Jenis Jahitan

Lama Penyembuhan

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

haemoragic suture

10

2.9000

.31623

.10000

simple interrupted suture

10

2.8000

.42164

.13333

lxxiii

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of


Variances

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the


Difference

Sig.

df

Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Error

Difference

Difference

Lower

Upper

Lama Penyembuhan Equal variances


1.531

.232

.600

18

.556

.10000

.16667

-.25015

.45015

.600

16.691

.557

.10000

.16667

-.25213

.45213

assumed

Equal variances not


assumed

DATASET NAME DataSet0 WINDOW=FRONT.

CROSSTABS
/TABLES=Sex BY LP
/FORMAT=AVALUE TABLES
/CELLS=COUNT ROW

lxxiv

/COUNT ROUND CELL

/METHOD=MC CIN(99) SAMPLES(10000).

Crosstabs

Notes

Output Created

22-Aug-2014 16:57:57

Comments
Input

Data

D:\FK\Data_1.sav

Active Dataset

DataSet1

Filter

<none>

Weight

<none>

Split File

<none>

N of Rows in Working Data File

20

lxxv

Missing Value Handling

Definition of Missing

User-defined missing values are treated as


missing.

Cases Used

Statistics for each table are based on all the


cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.

Syntax

CROSSTABS
/TABLES=Sex BY LP
/FORMAT=AVALUE TABLES
/CELLS=COUNT ROW
/COUNT ROUND CELL
/METHOD=MC CIN(99)
SAMPLES(10000).

Resources

Processor Time

00:00:00.032

Elapsed Time

00:00:00.010

Dimensions Requested

lxxvi

Cells Available

174762

Time for Exact Statistics

00:00:00.000

[DataSet1] D:\FK\Data_1.sav

Case Processing Summary

Cases
Valid
N

jenis kelamin * Lama


Penyembuhan

Missing
Percent

20

100.0%

Total

Percent

.0%

Percent

20

100.0%

lxxvii

jenis kelamin * Lama Penyembuhan Crosstabulation

Lama Penyembuhan

jenis kelamin

laki-laki

Count

% within jenis kelamin

perempuan

Count

% within jenis kelamin


Total

Count
% within jenis kelamin

Total

33.3%

66.7%

100.0%

11

11

.0%

100.0%

100.0%

17

20

15.0%

85.0%

100.0%

CROSSTABS
/TABLES=JJ BY LP
/FORMAT=AVALUE TABLES
/CELLS=COUNT ROW

lxxviii

/COUNT ROUND CELL

/METHOD=MC CIN(99) SAMPLES(10000).

Crosstabs

Notes

Output Created

22-Aug-2014 16:59:18

Comments
Input

Data

D:\FK\Data_1.sav

Active Dataset

DataSet1

Filter

<none>

Weight

<none>

Split File

<none>

N of Rows in Working Data File

20

lxxix

Missing Value Handling

Definition of Missing

User-defined missing values are treated as


missing.

Cases Used

Statistics for each table are based on all the


cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.

Syntax

CROSSTABS
/TABLES=JJ BY LP
/FORMAT=AVALUE TABLES
/CELLS=COUNT ROW
/COUNT ROUND CELL
/METHOD=MC CIN(99)
SAMPLES(10000).

Resources

Processor Time

00:00:00.000

Elapsed Time

00:00:00.010

Dimensions Requested

lxxx

Cells Available

174762

Time for Exact Statistics

00:00:00.000

[DataSet1] D:\FK\Data_1.sav

Case Processing Summary

Cases
Valid
N

Jenis Jahitan * Lama


Penyembuhan

Missing
Percent

20

100.0%

Total

Percent

.0%

Percent

20

100.0%

lxxxi

Jenis Jahitan * Lama Penyembuhan Crosstabulation

Lama Penyembuhan

Jenis Jahitan

haemoragic suture

Count

% within Jenis Jahitan

simple interrupted suture

Count

% within Jenis Jahitan


Total

Count
% within Jenis Jahitan

Total

10

10.0%

90.0%

100.0%

10

20.0%

80.0%

100.0%

17

20

15.0%

85.0%

100.0%

SAVE OUTFILE='D:\FK\Data_1.sav' /COMPRESSED.


CROSSTABS
/TABLES=Kat.Usia BY LP
/FORMAT=AVALUE TABLES

lxxxii

/CELLS=COUNT ROW
/COUNT ROUND CELL

/METHOD=MC CIN(99) SAMPLES(10000).

Crosstabs

Notes

Output Created

22-Aug-2014 17:07:16

Comments
Input

Data

D:\FK\Data_1.sav

Active Dataset

DataSet1

Filter

<none>

Weight

<none>

Split File

<none>

lxxxiii

N of Rows in Working Data File


Missing Value Handling

Definition of Missing

20
User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used

Statistics for each table are based on all the


cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.

Syntax

CROSSTABS
/TABLES=Kat.Usia BY LP
/FORMAT=AVALUE TABLES
/CELLS=COUNT ROW
/COUNT ROUND CELL
/METHOD=MC CIN(99)
SAMPLES(10000).

Resources

Processor Time

00:00:00.031

Elapsed Time

00:00:00.016

lxxxiv

Dimensions Requested

Cells Available

174762

Time for Exact Statistics

00:00:00.000

[DataSet1] D:\FK\Data_1.sav

Case Processing Summary

Cases
Valid
N

Kategori usia * Lama


Penyembuhan

Missing
Percent

20

100.0%

Total

Percent

.0%

Percent

20

100.0%

lxxxv

Kategori usia * Lama Penyembuhan Crosstabulation

Lama Penyembuhan

Kategori usia

Remaja

Count

% within Kategori usia

dewasa

Count

% within Kategori usia


Total

Count
% within Kategori usia

Total

10

11

9.1%

90.9%

100.0%

22.2%

77.8%

100.0%

17

20

15.0%

85.0%

100.0%

T-TEST GROUPS=JJ(1 2)
/MISSING=ANALYSIS

lxxxvi

/VARIABLES=LP

/CRITERIA=CI(.9500).

T-Test

Notes

Output Created

22-Aug-2014 17:18:03

Comments
Input

Data

D:\FK\Data_1.sav

Active Dataset

DataSet1

Filter

<none>

Weight

<none>

Split File

<none>

N of Rows in Working Data File

20

lxxxvii

Missing Value Handling

Definition of Missing

User defined missing values are treated as


missing.

Cases Used

Statistics for each analysis are based on the


cases with no missing or out-of-range data
for any variable in the analysis.

Syntax

T-TEST GROUPS=JJ(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=LP
/CRITERIA=CI(.9500).

Resources

Processor Time

00:00:00.000

Elapsed Time

00:00:00.005

[DataSet1] D:\FK\Data_1.sav

lxxxviii

Group Statistics

Jenis Jahitan

Lama Penyembuhan

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

haemoragic suture

10

2.9000

0.31623

0.10000

simple interrupted suture

10

2.8000

0.42164

0.13333

lxxxix

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances

t-test for Equality of Means


95% Confidence Interval of the
Difference

Lama

Equal variances

Penyembuhan

assumed

Equal variances
not assumed

1.531

Sig.

.232

df

Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Error

Difference

Difference

Lower

Upper

.600

18

.556

0.10000

0.16667

-0.25015

0.45015

.600

16.691

.557

0.10000

0.16667

-0.25213

0.45213

T-TEST GROUPS=LP(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=Sex

/CRITERIA=CI(.9500).

xc

T-Test

Notes

Output Created

22-Aug-2014 17:19:08

Comments
Input

Data

D:\FK\Data_1.sav

Active Dataset

DataSet1

Filter

<none>

Weight

<none>

Split File

<none>

N of Rows in Working Data File


Missing Value Handling

Definition of Missing

20
User defined missing values are treated as
missing.

xci

Cases Used

Statistics for each analysis are based on the


cases with no missing or out-of-range data
for any variable in the analysis.

Syntax

T-TEST GROUPS=LP(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=Sex
/CRITERIA=CI(.9500).

Resources

Processor Time

00:00:00.000

Elapsed Time

00:00:00.005

[DataSet1] D:\FK\Data_1.sav

xcii

Вам также может понравиться

  • Biomol Kesehatan PDF
    Biomol Kesehatan PDF
    Документ10 страниц
    Biomol Kesehatan PDF
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • Zat Kimia Yang Terkandung Serta Efek Yang Ditimbulkan
    Zat Kimia Yang Terkandung Serta Efek Yang Ditimbulkan
    Документ5 страниц
    Zat Kimia Yang Terkandung Serta Efek Yang Ditimbulkan
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • Tugas Jodi Yomaann
    Tugas Jodi Yomaann
    Документ14 страниц
    Tugas Jodi Yomaann
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • Diagnosa Klinik
    Diagnosa Klinik
    Документ1 страница
    Diagnosa Klinik
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • METANAL
    METANAL
    Документ8 страниц
    METANAL
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • Pengemasan Telur
    Pengemasan Telur
    Документ9 страниц
    Pengemasan Telur
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • Dengan Berjuang Untuk Membendung Pecahnya Mematikan Ebola Di Afrika Barat
    Dengan Berjuang Untuk Membendung Pecahnya Mematikan Ebola Di Afrika Barat
    Документ2 страницы
    Dengan Berjuang Untuk Membendung Pecahnya Mematikan Ebola Di Afrika Barat
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • Foto Dokumentasi
    Foto Dokumentasi
    Документ4 страницы
    Foto Dokumentasi
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • Paramitha Afi S, Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru
    Paramitha Afi S, Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru
    Документ3 страницы
    Paramitha Afi S, Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • Flow Chart Prose Shampo
    Flow Chart Prose Shampo
    Документ1 страница
    Flow Chart Prose Shampo
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • Anemia
    Anemia
    Документ4 страницы
    Anemia
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • Digital Radiologi
    Digital Radiologi
    Документ3 страницы
    Digital Radiologi
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • Tabung Lab Vacutainer
    Tabung Lab Vacutainer
    Документ5 страниц
    Tabung Lab Vacutainer
    Feri Agung Nugroho
    Оценок пока нет
  • Post Operasi
    Post Operasi
    Документ1 страница
    Post Operasi
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • Teknik Jahit Epigastrium
    Teknik Jahit Epigastrium
    Документ3 страницы
    Teknik Jahit Epigastrium
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • Konsep Inti
    Konsep Inti
    Документ2 страницы
    Konsep Inti
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • Harvest Moon Back To Nature
    Harvest Moon Back To Nature
    Документ36 страниц
    Harvest Moon Back To Nature
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • Struktur Dan Fungsi Mitokondria
    Struktur Dan Fungsi Mitokondria
    Документ9 страниц
    Struktur Dan Fungsi Mitokondria
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • Translate Lion Radiografi
    Translate Lion Radiografi
    Документ3 страницы
    Translate Lion Radiografi
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • Te
    Te
    Документ1 страница
    Te
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • Digital Radiologi
    Digital Radiologi
    Документ3 страницы
    Digital Radiologi
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • Translate Lion Radiografi
    Translate Lion Radiografi
    Документ3 страницы
    Translate Lion Radiografi
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • Jurnal Gen
    Jurnal Gen
    Документ9 страниц
    Jurnal Gen
    Yohaz Pecinta Gugug
    Оценок пока нет
  • Struktur Dan Fungsi Mitokondria
    Struktur Dan Fungsi Mitokondria
    Документ9 страниц
    Struktur Dan Fungsi Mitokondria
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • KASTRASI Kucing
    KASTRASI Kucing
    Документ10 страниц
    KASTRASI Kucing
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • Kualitas Telur
    Kualitas Telur
    Документ7 страниц
    Kualitas Telur
    Dian Agustiar
    Оценок пока нет
  • TM Handling
    TM Handling
    Документ7 страниц
    TM Handling
    Ahmad Ikhwani
    Оценок пока нет
  • Zat Kimia Yang Terkandung Serta Efek Yang Ditimbulkan
    Zat Kimia Yang Terkandung Serta Efek Yang Ditimbulkan
    Документ5 страниц
    Zat Kimia Yang Terkandung Serta Efek Yang Ditimbulkan
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет
  • Studi Kasus CKD
    Studi Kasus CKD
    Документ2 страницы
    Studi Kasus CKD
    Brian Permadi Widagdo P.
    Оценок пока нет