Вы находитесь на странице: 1из 25

IDENTIFIKASI

HAZARD ANALYSIS

CRITICAL

CONTROL POINT

(HACCP) PADA

MASAKAN SAYUR
LABU SIAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sanitasi Makanan


Pengampu : dr. Yuni Wijayanti, M.Kes

Oleh:
Nur Laily AfIdah

6450407094

Afrida Riyani

6450407105

Rombel : 01

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang diberi akal dan pikiran untuk menjalani aktivitas
kehidupannya.

Manusia dapat beraktivitas dengan baik jika selalu diberi asupan

makanan yang sehat dan bergizi. Makanan juga dapat mengalami kontaminasi bakteri,
mikroorganisme dan sejenisnya bila tidak memperhatikan sanitasi makanan , sanitasi
pengolahannya, serta higiene pengolah makanan tersebut sehingga masalah keamanan
pangan sangat perlu diperhatikan.
Pada dewasa ini, Banyak muncul industri pangan yang tidak menjamin keamanan
pangan produksinya yang diedarkan di masyarakat. Oleh karena itu, dikembangkan
suatu sistem jaminan keamanan makanan yang disebut dengan Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP) atau suatu sistem yang memiliki landasan ilmiah dan yang
secara sistematis mengidentifikasi potensi-potensi bahaya tertentu serta cara-cara
pengendaliannya untuk menjamin keamanan makanan.
Sebelum menerapkan HACCP untuk setiap sektor rantai pangan, sektor tersebut
harus telah menerapkan Prinsip Umum Higiene Pangan dari Codex, Pedoman Praktis
dari Codex yang sesuai, serta peraturan keamanan pangan terkait, Tanggung jawab
manajemen adalah penting untuk menerapkan sistem HACCP yang efektif. Selama
melaksanakan identifikasi bahaya, penilaian dan pelaksanaan selanjutnya dalam
merancang dan menerapkan sistem HACCP, harus dipertimbangkan dampak dan bahan
baku, bahan tambahan, cara pembuatan pangan yang baik, peran proses pengolahan
dalam mengendalikan bahaya, penggunaan yang mungkin dari produk akhir, katagori
konsumen

yang

berkepentingan

dengankeamanan pangan.

dan

bukti-bukti

epidemis

yang

berkaitan

Maksud dari sistem HACCP adalah untuk memfokuskan pada Titik Kendali Kritis
(CCPs).Perancangan kembali operasi harus dipertimbangkan jika terdapat bahaya yang
harusdikendalikan, tetapi tidak ditemukan TKK (CCPs). HACCP harus diterapkan
terpisah untuk setiap operasi tertentu. TKK vang diidetitifikasi pada setiap contoh yang
diberikan dalam setiap Pedoman praktek Higiene dari Codex mungkin bukan satusatunya yang diidentifikasi untuk suatu penerapan yang spesifik atau mungkin berbeda
jenisnya.
Sayur Labu siam merupakan salah satu dari beragam masakan khas Nusantara yang
sering dikonsumsi oleh masyarakat ang cocok untuk menu makan siang. Hal itu
dikarenakan terbuat dari buah labu siam yang sangat gurih apabila dicampur dengan
santan kelapa sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu makanan yang sangat
istimewa untuk dihidangkan. Tetapi harus disadari pula bahwa sayur labu siam
dimungkinkan pula dapat mempunyai resiko bahaya bagi konsumen baik pada saat
penerimaan, persiapan, pengolahan, serta penyajiannya. Dengan demikian, maka penulis
berusaha untuk mengetahui dan menganalisis bahay serta mengendalikan titik kritis
makanan sayur labu siam tersebut dari penerimaan sampai penyajiaanya.
1.2. Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, Penulis dapat mengambil masalah
bagaimana identifikasi sistem HACCP pada sayur labu siam tersebut.
1.3. Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi HACCP pada makanan sayur labu siam
Tujuan Khusus
1. Untuk Penetapan CCP pada tahap penerimaan
2. Untuk Penetapan CCP pada tahap persiapan
3. Untuk Penetapan CCP pada tahap pengolahan
4. Untuk Penetapan CCP pada tahap penyajian

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mengendalikan (kata kerja)
Melakukan tindakan yang diperlukan untuk menjamindan memelihara pemenuhan
kriteria yang ditetapkan dalam perencanaan HACCP
Pengendalian (kata benda)
Keadaan dimana prosedur-prosedur yang benar dilaksnakan dan kriteria dipenuhi.
Pengukuran Pengendalian (PP) (Control Measure)
Setiap tindakan dan kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencegah atau
meniadakan bahaya keamanan pangan atau menguranginya sampai pada tingkat
yangdapat diterima.
Tindakan Perbaikan (Corrective Action-CA)
Setiap tindakan yang harus diambil apabila hasil pemantauan pada titik kendali kritis
menunjukkan kehilangan kendali.
Titik Kendali Kritis (TKK) (Critical Control Point-CCP)
Suatu langkah dimana pengendalian dapat dilakukan dan mutlak diterapkan untuk
mencegah atau meniadakan bahaya keamanan pangan, atau menguranginya sampai
pada tingkat yang dapat diterima.
Batas Kritis (BK) (Critical Limit-CL)
Suatu kriteria yang memisahkan antara kondisi yang dapat diterima dan yang tidak
dapat diterima.
Penyimpangan (Deviation)
Kegagalan untuk memenuhi batas kritis

Diagram alir (Flow Diagram)


Suatu gambaran yang sistematis dari urutan tahapan atau pelaksanaan pekerjaan
yang dipergunakan dalam produksi atau dalam menghasilkan pangan tertentu.
Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP)
Suatu sistem yang mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengendalikan bahaya
yang nyata bagi keamanan pangan.
Rencana HACCP (HACCP Plan)
Dokumen yang dibuat sesuai dengan prinsip-prinsip HACCP untuk menjamin
pengendalian bahaya yang nyata bagi keamanan pangan pada bagian rantai pangan
yang sedang dipertimbangkan.
Bahaya (Hazard)
Unsur biologi, kimia, fisika atau kondisi dari pangan, yang berpotensi menyebabkan
dampak buruk pada kesehatan.
Analisa bahaya (Hazard Analysis)
Proses pengumpulan dan penilaian informasi mengenai bahaya dan keadaan sampai
dapat terjadinya bahaya, untuk menentukan yang mana berdampak nyata terhadap
keamanan pangan, dan harus ditangani dalam rencana HACCP.
Memantau (Monitor)
Tindakan melakukan serentetan pengamatan atau pengukuran terencana mengenai
parameter pengendali untuk menilai apakah Titik Kendali Kritis (CCP) dalam
kendali.
Langkah (Step)
Suatu titik, prosedur, operasi atau tahap dalam rantai pangan yang meliputi bahan
baku dari produksi primer hingga konsumsi akhir.
Validasi (validation)
Memperoleh bukti bahwa unsur-unsur dan rencana HACCP adalah efektif.
Verifikasi (verification)

Penerapan metoda, prosedur,

pengujian dan cara penilaian lainnya disamping

pemantauan untuk menentukan kesesuaian dengan rencana HACCP.

2.2 Prinsip HACCP


Sistem HACCP terdiri dari tujuh prinsip sebagai berikut :
Prinsip 1

Melaksanakan analisa bahaya.

Prinsip 2

Menentukan Titik Kendali Kritis (CCPs).

Prinsip 3

Menetapkan batas kritis.

Prinsip 4

Menetapkan sistem untuk memantau pengendalian TKK (CCP).

Prinsip 5 : Menetapkan tindakan perbaikan untuk dilakukan jika hasil pematauan


menunjukkan bahwa suatu titik kendali kritis tertentu tidak dalam
kendali.
Prinsip 6 : Menetapkan prosedur verifikasi untuk memastikan bahwa sistem HACCP
bekerja secara efektif.
Prinsip 7

Menetapkan dokumentasi mengenai semua prosedur dan catatan yang


sesuai dengan prinsip-prinsip sistem HACCP dan penerapannya.

2.3 Karakteristik Bahaya


Pada bagian pertama dokumen ini menetapkan prinsip-prinsip sistem analisis bahaya
dan pengendalian kritis (HACCP) yang diadopsi oleh CAC. Bagian kedua menetapkan
pedoman umum untuk menerapkan sistem tersebut.
Urutan analisis bahaya ada 6 karakter yaitu :
KELOMPOK
BAHAYA
BAHAYA A

KARAKTERISTIK
Kelompok khusus yang terdiri dari produk non-steril yang
ditujukan untuk konsumen beresiko tinggi seperti bayi, orang

BAHAYA B

BAHAYA C

BAHAYA D

BAHAYA E

sakit, orang tua, dan lain-lain.


Produk yang mengandung bahaya/ingredienyang sensitif
terhadap bahaya biologis, kimia, atau fisik
Didalam prosesnya tidak terdapat tahap yang dapat membunuh
mikroorganisme berbahaya atau mencegah/menghilangkan
bahaya fisik atau kimia
Produk yang kemungkinan mengalami pencemaran kembali
setelah pengolahan sebelum pengemasan
Kemungkinan terjadi kontaminasi kembali atau penanganan
yang salah selama distribusi, penjualan atau
penanganan/penyimpananoleh konsumen sehingga produk
menjadi berbahaya bila dionsumsi
Tidak ada proses pemanasan setelah pengemasan atau waktu di
persiapkan di rumah yang dapat memusnahkan/menghilangkan

BAHAYA F

bahaya biologis atau tidak ada cara lagi bagi konsumenuntuk


mendeteksi, menghilangkan atau menghancurkan bahaya kimia
atau fisika

Tahap yang kedua menetapkan pedoman resiko terhadap makan, bahan mentah, dan
ingredient berdasarkan karakteristik bahaya, yaitu :
KARAKTERISTIK
BAHAYA
0
(+)
(++)
(+++)
(++++)
(+++++)
A+ ( Kategori khusus)
tanpa/dengan bahaya B s/d
F

KATEGORI
RESIKO
0
I
II
III
IV
V
VI

KETERANGAN
Tidak mengandung bahaya A s/d F
Satu bahaya B s/d F
Dua bahaya B s/d F
Tiga bahaya B s/d F
Empat bahaya B s/d F
Lima bahaya B s/d F
Kategori resio paling tinggi (semua
produk yang mempunyai bahaya A)

BAB III
METODOLOGI
3.1 Pedoman Penerapan Sistem HACCP
Sebelum mengembangkan suatu pendekatan HACCP ada satu aturan dasar yang
harus diamati yakni ketika menerapkan HACCP dalam suatu industri pangan, langkah
pertama yang harus dilakukan adalah meninjau program yang sudah ada untuk mencek
ulang apakah seluruh persyaratan telah dipenuhi dan jika perlu pengendalian dan
dokumentasi (misalnya deskripsi program, orang-orang yang berwenang dan catatan
pengawasan) tersedia. Dan yang kedua yakni Persyaratan-persyaratan

yang

harus

dipenuhi sebelum melaksanakan HACCP serta hasil-hasil yang diharapkan dari


terpenuhinya persyaratan-persyaratan tersebut terdapat dalam the Annexe of Directives
93/43/EEC.
Maksud dari sistem HACCP adalah untuk memfokuskan pada Titik Kendali Kritis
(CCPs). Perancangan kembali operasi harus dipertimbangkan jika terdapat bahaya yang
harus dikendalikan, tetapi tidak ditemukan TKK (CCPs). HACCP harus diterapkan
terpisah untuk setiap operasi tertentu. TKK vang diidetitifikasi pada setiap contoh yang
diberikan dalam setiap Pedoman praktek Higiene dari Codex mungkin bukan satusatunya yang diidentifikasi untuk suatu penerapan yang spesifik atau mungkin berbeda
jenisnya.
Penerapan HACCP harus ditinjau kembali dan dibuat perubahan yang diperlukan
jika dilakukan modifikasi dalam produk, proses atau tahapannya. Penerapan HACCP
perlu dilaksanakan secara fleksibel, dimana perubahan yang tepat disesuaikan dengan
memperhitungkan sifat dan ukuran dari operasi.
Tahapan-tahapan umum dan atau prosedur yang mengendalikan kondisi operasi
dalam suatu perusahaan terdaftar yang memungkinkan untuk mengelola kondisi
lingkungan agar mendukung untuk memproduksi makanan yang aman, seperti:
Perancangan tempat dan peralatan, Higiene perseorangan dan perilakunya, pembersihan

/disinfeksi, pengendalian hama, penyimpanan dan transportasi, pencatatan catatan


kesehatan dan keselamatan.
3.2 Tahap-tahap Penerapan HACCP
3.2.1 Pembentukan tim HACCP
Operasi pangan harus menjamin bahwa pengetahuan dan keahlian spesifik
produk tertentu tersedia untuk pengembangan rencana HACCP yang efektif. Secara
optimal, hal tersebut dapat dicapai dengan pembentukan sebuah tim dari berbagai
disiplin ilmu. Apabila beberapa keahlian tidak tersedia, diperlukan konsultan dari
pihak luar. Adapun lingkup dari program HACCP harus diidentifikasi. Lingkup
tersebut harus menggambarkan segmen-segmen mana saja dari rantai pangan
tersebut yang terlibat dan penjenjangan secara umum bahaya-bahaya yang
dimaksudkan (yaitu meliputi semua jenjang bahaya atau hanya jenjang tertentu).
3.2.2 Deskripsi produk
Penjelasan lengkap dari produk harus dibuat termasuk informasi mengenai
komposisi, struktur fisika/kimia (termasuk Aw, pH, d1l.), perlakuan-perlakuan
mikrosidal/statis

(seperti

perlakuan

pemanasan,

pembekuan,

penggaraman,

pengasapan, dll.), pengemasan, kondisi penyimpanan dan daya tahan serta metoda
pendistribusiannya.
3.2.3 Identifikasi rencana penggunaan
Rencana penggunaan harus didasarkan pada kegunaan-kegunaan yang
diharapkan dari produk oleh pengguna produk atau konsumen. Dalam hal-hal
tertentu, kelompok- kelompok populasi yang rentan, seperti yang menerima pangan
dari institusi, mungkin perlu dipertimbangkan.

3.2.4 Penyusunan bagan alir


Bagan alir harus disusun oleh tim HACCP. Dalam diagram alir harus memuat
segala tahapan dalam operasional produksi. Bila HACCP diterapkan pada suatu
operasi tertentu, maka harus dipertimbangkan tahapan sebelum dan sesudah operasi
tersebut.
3.2.5 Konfirmasi Bagan Alir di Lapangan
Tim HACCP, sebagai penyusun bagan alir harus mengkonfirmasikan operasional
produksi dengan semua tahapan dan jam operasi serta bilamana perlu mengadakan
perubahan bagan alir.
3.2.6

Pencatatan semua bahaya potensial yang berkaitan dengan setiap tahapan,


pengadaan suatu analisa bahaya dan menyarankan berbagai pengukuran
untuk mengendalikan bahaya-bahaya yang teridentifikasi
Tim HACCP harus membuat daftar bahaya yang mungkin terdapat pada tiap

tahapan dari produksi utama, pengolahan, manufaktur, dan distribusi hingga sampai
pada titik konsumen saat konsumsi. Tim HACCP harus mengadakan analisis bahaya
untuk mengidentifikasi program HACCP dimana bahaya yang terdapat secara alami,
karena sifatnya mutlak harus ditiadakan atau dikurangi hingga batas-batas yang
dapat diterima,

sehingga produksi pangan tersebut dinyatakan aman. Dalam

mengadakan analisis bahaya, apabila mungkin seyogyanya dicakup hal-hal sebagai


berikut :

kemungkinan timbulnya bahaya dan pengaruh yang merugikan terbadap


kesehatan;

evaluasi secara kualitatif dan/atau kuantitatif dari keberadaan bahaya;

perkembangbiakan dan daya tahan hidup mikroorganisme-mikroorganisme


tertentu;

produksi terus menerus toksin-toksin pangan, unsur-unsur fisika dan kimia;

kondisi-kondisi yang memacu keadaan di atas.

Tim HACCP harus mempertimbangkan tindakan pengendalian, jika ada yang


dapat dilakukan untuk setiap bahaya. Lebih jauh tindakan pengendalian disyaratkan
untuk mengendalikan bahaya-bahaya tertentu dan lebih, jauh satu bahaya
dikendalikan oleh tindakan pengawasan yang tertentu.
3.2.7 Penentuan TKK (CCP)
Untuk mengendalikan bahaya yang sama mungkin terdapat lebih dari satu TKK
pada saat pengendalian dilakukan. Penentuan dari TKK pada sistem HACCP dapat
dibantu dengan menggunakan Pohon keputusan seperti pada Diagram 2, yang
menyatakan pendekatan pemikiran yang logis (masuk akal). Penerapan dari pohon
keputusan

harus

fleksibel,

tergantung

apakah

operasi

tersebut

produksi,

penyembelihan, pengolahan, penyimpanan, distribusi atau lainnya. Pohon keputusan


ini mungkin tidak dapat diterapkan pada setiap TKK. Contoh-contoh pohon
keputusan mungkin tidak dapat diterapkan pada setiap situasi. Pendekatanpendekatan lain dapat digunakan. Dianjurkan untuk mengadakan pelatihan dalam
penggunaan pohon keputusan. Jika suatu bahaya telah teridentifikasi pada suatu
tahap dimana pengendalian penting untuk keamanan, dan tanpa tindakan
pengendalian pada tahap tersebut, atau langkah lainnya, maka produk atau proses
harus dimodifikasi pada tahap tersebut, atau pada tahap sebelum atau sesudahnya
untuk memasukkan suatu tindakan pengendalian.
3.2.8 Penentuan batas-batas kritis (critical limits) pada tiap TKK (CCP)
Batas-batas limit harus ditetapkan secara spesifik dan divalidasi apabila mungkin
untuk setiap TKK. Dalam beberapa kasus lebih dari satu batas kritis akan diuraikan
pada suatu tahap khusus. Kriteria yang sering digunakan mencakup pengukuranpengukuran terhadap suhu, waktu, tingkat kelembaban, pH, Aw, keberadaan
chlorine, dan parameter-parameter sensori seperti kenampakan visual dan tekstur.
Batas kritis harus ditentukan untuk setiap PTK. Dalam beberapa kasus batas kritis
kriteria pengukurannya antara lain suhu, waktu, tingkat kelernbaban, pH, Aw dan

ketersediaan chlorine dan parameter yang berhubungan dengan panca indra


(penampakan dan tekstur).
3.2.9 Penyusunan sistem permantuan untuk setiap TKK (CCP)
Pemantauan merupakan pengukuran atau pengamatan terjadwal dari TKK yang
dibandingkan terhadap batas kritisnya. Prosedur pemantauan harus dapat
menemukan kehilangan kendali pada TKK. Selanjutnya pemantauan seyogianya
secara ideal memberi informasi yang tepat waktu untuk mengadakan penyesuaian
untuk memastikan pengendalian proses untuk mencegah pelanggaran dari batas
kritis. Dimana mungkin, penyesuaian proses harus dilaksanakan pada saat hasil
pemantauan menunjukkan kecenderungan kearah kehilangan kendali pada suatu
TKK. Penyesuaian seyogianya dilaksanakan sebelum terjadi penyimpangan. Data
yang diperoleh dari pemantauan harus dinilai oleh orang yang diberi tugas,
berpengetahuan dan berwewenang untuk melaksanakan tindakan perbaikan yang
diperlukan. Apabila pemantauan tidak berkesinambungan, maka jumlah atau
frekuensi pemantauan harus cukup untuk menjamin agar TKK terkendali. Sebagian
besar prosedur pemantauan untuk TKK perlu dilaksanakan secara cepat, karena
berhubungan dengan proses yang berjalan dan tidak tersedia waktu lama untuk
melaksanakan pengujian analitis. Pengukuran fisik dan kimia seringkali lebih
disukai daripada pengujian mikrobiologi, karena dapat dilaksanakan dengan cepat
dan sering menunjukkan pengendalian mikrobiologi dari produk. Semua catatan dan
dokumen yang terkait dengan kegiatan pemantauan TKK harus ditanda tangani oleh
orang yang melakukan pengamatan dan oleh petugas yang, bertanggung jawab
melakukan peninjauan kembali dalarn perusahaan tersebut.
3.2.10 Penetapan tindakan perbaikan
Tindakan perbaikan yang spesifik harus dikembangkan untuk setiap TKK dalam
sistem HACCP agar dapat menangani penyimpangan yang terjadi. Tindakantindakan harus memastikan bahwa CCP telah berada dibawah kendali. Tindakan-

tindakan harus mencakup disposisi

yang tepat dan produk yang terpengaruh.

Penyimpangan dan prosedur disposisi produk harus didokumentasikan dalam catatan


HACCP.
3.2.11 Penetapan dokumentasi dan pencatatan
Pencatatan dan pembuktian yang efisien serta akurat adalah penting dalam
penerapan sistem HACCP. Prosedur harus didokumentasikan. Dokumentasi dan
pencatatan harus cukup memadai sesuai sifat dan besarnya operasi.
Contoh dokumentasi :
Analisa Bahaya
Penentuan TKK
Penentuan Batas Kritis
Contoh pencatatan :
Kegiatan pemantuan Titik Kendali Kritis/TKK (CCP)
Penyimpangan dan Tindakan perbaikan yang terkait
Perubahan pada sistem HACCP
Contoh lembaran kerja HACCP
3.2.12 Penetapan prosedur verifikasi
Penetapan prosedur verifikasi. Metoda audit dan verifikasi, prosedur dan
pengujian, termasuk pengambilan contoh secara acak dan analisa, dapat
dipergunakan untuk menentukan apakah sistem HACCP bekerja secara benar.
Frekuensi verifikasi harus cukup untuk mengkonfirmasikan bahwa sistem HACCP
bekerja secara efektif. Contoh kegiatan verifikasi mencakup :
Peninjauan kembali sistem HACCP dan catatannya
Peninjauan kembali penyimpangan dan disposisi produk
Mengkonfirmasi apakah TKK dalam kendali
Apabila memungkinkan, kegiatan validasi harus mencakup tindakan untuk
mengkonfirmasi kemanjuran semua elemen-elemen rencana HACCP.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tim HACCP Pada Warung Makan Podo Moro dengan produk Sayur Labu
Siam
Tim penyusun HACCP disini terdiri dari 2 anggota yaitu :
Nurlaily A.
Afrida Riyani
4.2 Deskripsi Produk Pangan
4.2.1

Bahan Isi

: Udang, Labu Siam

4.2.2

Bahan kuah

: Kelapa, Air

4.2.3

Bumbu kuah

: Bawang merah, Bawang Putih, Kemiri, Cabe Merah,


Kencur, Daun Jeruk layu, Gula jawa, Garam

4.3 Resep Standar


Bahan Isi
Bahan Bumbu

Bahan Kuah

: Udang segar kupas

200 g

Labu Siam Kupas

300 g

: Bawang Merah

6 butir

Bawang Putih

3 siung

Kemiri

5 butir

Cabe Merah

5 buah

Kencur

2 buah

Daun jeruk Layu

secukupnya

Gula Jawa

1 sdt

Garam

2 sdt

: Santan dari 1 butir kelapa parut


Air matang

750 ml
secukupnya

4.4 Konsumen Produk


.4.1

Dikonsumsi oleh segala umur

4.4.2

Cara penyajian dituang langsung dalam mangkuk atau menggunakan piring yang
telah dicampur nasi

4.4.3

Cara penjualan yaitu dengan dimakan sebagai lauk nasi di warung atau dibawa
pulang ke rumah oleh konsumen

4.4.4

Disajikan sebagai lauk nasi

4.4.5

Mudah rusak dalam sehari

4.6 Pemeriksaan Bagan Alir dengan Proses Pembuatan


4.6 1 Tahap Pengadaan
4.6.2

Tahap Persiapan

4.6.3

Tahap Pengolahan

4.6.4

Tahap Pemasaran

4.7 Identifikasi Bahaya dan Cara Pencegahannya


Bahaya mentah/Bahaya biologi/Jenis bahaya
ingriedent/

fisik/ kimia

bahan tambahan
udang
B, K, F

Labu siam

Cara pencegahan

K, B

Tercemar bahan kimia seperti Penyimpanan pada suhu


formalin/pengawet

dingin, sebelum dicuci

Terdapat bakteri,debu,kulit

udang dipilah dan dipilih

udang
Mikroorganisme, pestisida

dulu, dicuci bersih


Mencuci dengan air yang
mengalir, dimasak

kelapa

F, B

Terbentuknya jamur pada

sampai matang
Pemilihan yang tepat,

permukaan kelapa bila

pencucian yang bersih

setelah dikupas tidak


langsung digunakan
Gula jawa

Pecahan batok kelapa


Tercemarnya bahan fisik

Pemilihan dan

seperti batu, pasir, atau bahan pengolahan yang tepat


garam
Asam jawa

F
B, F

lainnya
Garam sudah kadaluarsa

Pemilahan garam yang

Terdapatnya jamur pada

baik dan benar


Asam Dicek sebelum

penyimpanan yang terlalu

dibeli, disimpan pda

lama

suhu yang sesuai

Kulit asam

Tercemarnya bahan fisik


seperti batu, pasir, atau bahan
Daun jeruk purut B

lain
Terdapatnya cabuk

Penyucian dengan air

Bawang merah

Cepat menbusuk, Pestisida

yang mengalir
Pemilahan bahan yang

B, K

baik dan benar, dicuci


Bawang putih

B, K

Cepat membusuk apabila

bersih
Penyimpanan pada suhu

penyimpanan di suhu lembab, yang sesuai


Pestisida

Pemilahan bahan yang


benar dan baik, dicuci

Kemiri

Terdapatnya jamur

bersih
Pemilahan bahan yang

Cabai

B ,K

Cepat membusuk jika

baik dan benar,


Penyimpanan pada suhu

diletakkan di tempat lembab, yang sesuai. Pemilahan


kencur

Pestisida
yang baik dan benar.
Tercemar bahan fisik seperti Penyucian dengan air

F, B

tanah dan bahan lain

yang mengalir

Jamur
4.8 Analisa Resiko Bahaya
Produk : Sayur labu siam
bahan
ingiedent/
tambahan
udang
labu siam
kelapa
gula merah
garam
asam jawa

mentah/

kelompok bahaya

Kategori

bahan

resiko
A

0
0
0
0
0
+

+
+
+
+
+
+

+
+

+
+
+
0
0
s0

0
0
0
0

0
0
0
00

+
+
0
0
0
00

0
0

IV
IV
II
I
I
VI

daun jeruk purut


bawang merah
bawang putih
cabai
kemiri
kencur

s0

00

s0

00

s0

00

s0

00

s0

00

s0

00

Kategori Resiko 0

: 1 bahan

Kategori resiko I

: 7 bahan

Kategori Resiko II

:1 bahan

Kategori Resiko III

: 0 bahan

Kategori Resiko IV

: 2 bahan

Kategori Resiko VI

: 2 bahan

0
0

0
I
0
0

VI

0
I
0
I
0

Dengan menganalisa tabel diatas sebagian besar bahan untuk membuat sayur
labu siam mempunyai tingkat resiko

yang merupakan titik kritis yang perlu

mendapatkan pengawasan agar tidak terjadi hazard sehingga sayur labu siam yang
dihasilkan aman untuk dikonsumsi
4.8 Penetapan CCP Pada Proses
1. Penetapan CCP
Jika tidak terkendali, apakah mungkin terjadi resiko bahaya bagi kesehatan
Ya

CCP

Bahan mentah (produksi dan pemeliharaan, lokasi/ kondisi/ lingkungan, praktek kerja,
prosedu/tahapan proses).
Yang dapat dikendalikan untuk mengurangi bahaya (CCP2)
2. Penetapan CCP terhadap bahan mentah
P1. Apakah bahan mentah mungkin mengandung bahan berbahaya
Ya
P2. Apakah penanganan pengolahan (termasuk cara mengkonsumsi) dapat
menghilangkan atau mengurangi bahaya?
Tidak

Bukan CCP

3. Penetapan CCP untuk formulasi komposisi


Apakah formulasi /komposisi adonan campurannya penting untuk
mencegah terjadinya bahaya?
Tidak

bukan CCP

4. Penetapan CCP untuk setiap proses


a.

Tahap penerimaan

P1. Apakah tahap ini khusus ditujukan untuk menghilangkan / mengurangi


bahaya sampai batas aman?
Ya

bukan CCP

P2. Apakah kontaminasi bahaya dapat meningkat sampai melebihi batas?


Ya
b.

CCP

Tahap persiapan

P1. Apakah tahap ini khusus ditujukan untuk menghilangkan/ mengurangi


bahaya sampai batas aman?
Ya

CCP

P2. Apakah kontaminasi bahaya dapat meningkat sampai melebihi batas?


Tidak

Bukan CCP

P3. Apakah tahap proses selanjutnya dapat menghilangkan atau mengurangi


bahaya sampai batas aman?
Ya
c.

Bukan CCP

Tahap pengolahan

P1. Apakah tahap ini khusus ditujukan untuk menghilangkan / mengurangi


bahaya sampai batas aman?
Ya
d.

CCP

Tahap pemasaran

P1. Apakah tahap ini khusus ditujukan untuk menghilangkan / mengurangi


bahaya sampai batas aman?
Tidak
P2. Apakah kontaminasi bahaya dapat meningkat melebihi batas?
Ya

CCP

4.10 Penetapan Batas Kritis CCP dan Toleransi CCP


CCP

parameter kritis

proses penerimaan
proses persiapan
proses pengolahan
proses penyajian

kondisi fisik
hygiene alat, tempat dan air
suhu pemasakan dan pematangan
hygiene dan sanitasi penjamah dan alat alat serta lama
dan cara penympanan dan penjamahan

4.11 Penetapan Sistem Pemantauan CCP


Kegiatan Pemantauan berupa:

Memeriksa apakah prosedur pengolahan pada CCP dapat dikendalikan

Pengujian atau pengamatan terjadwal terhadap efektivitas proses pengolahan


untuk mengendalikan CCP dan batas kritis

Pengamatan atau pengukuran batas kritis untuk menghasilkan data yang


diteliti ditujukan untuk menjamin bahwa batas kritis yang ditetapkan dapat
menjamin keamanan produk

Cara pemantauan:
a.

Pengamatan

b. Pengukuran/analisa terhadap proses pengolahan (waktu, suhu, kematangan serta


sanitasi terhadap bahan mentah produk dan penjamah)

DAFTAR PUSTAKA
http://images.google.co.id/imgres?
imgurl=http://www.caliso9000.com/art/haccp_hazard.jpg&imgrefurl=http://www.caliso
9000.com/haccp.html&usg=__0SERYM3guhjIxEy7y1VZgav5vk=&h=485&w=658&sz=90&hl=id&start=11&um=1&t
bnid=tOh89oJevk_1DM:&tbnh=102&tbnw=138&prev=/images%3Fq%3Dhaccp%26hl
%3Did%26client%3Dfirefox-a%26channel%3Ds%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official
%26sa%3DX%26um%3D1
http://staff.unud.ac.id/~nengah_sujaya/wp-content/uploads/2009/08/bab5efbc89e38080haccp-sistem.doc
http://www.ebookpangan.com/E-BOOK%20GRATIS/Ebook%20Pangan/sni%20014852-1998%20%20HACCP.pdf

http://library.enaca.org/AquacultureAsia/Articles/April-June-2004/9haccp-siri.pdf
http://download.journals.elsevierhealth.com/pdfs/journals/00028223/PIIS0002822302000068.pdf

1. Bawang merah, bawang putih, dan kencur dikupas kemudian dicuci bersih
Sedangkan cabe, kemiri langsung dicuci bersih
2. bumbu dihaluskan
3. udang dikupas(dipilah) dan dicuci bersih
4. labu siam dikupas, dicuci kemudian dipotong dadu
5. daun jeruk dicuci
6. kelapa dicuci kemudian diparut dan diperas dijadikan santan
7. tuangkan minyak pada penggorengan, kemudian masukkan bumbu yang sudah
dihaluskan
8. udang dimasukkan, ditumis hingga harum dan udang berwarna agak orange
9. masukkan labu siam
10. lalu masukkan santan
11. tambahkan gula merah, air asam, garam

12. didihkan
13. sayur labu siam siap untuk disajikan

Вам также может понравиться