Вы находитесь на странице: 1из 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum, campuran dapat diklasifikasikan menjadi larutan, koloid dan suspensi
(campuran). Hal ini didasarkan pada ukuran partikel-partikel zat terlarut (fase terdispersi)
dalam pelarut (medium pendispersi)nya. Adakalanya suatu campuran mengandung zat
terlarut dan zat koloid atau zat terlarut dan suspensi sekaligus. Air sungai, sebagai contoh,
mengandung pasir dan berbagai partikel kasar yang lain. Jika air sungai disaring, biasanya
masih mengandung pertikel koloid selain zat-zat terlarut. Demikian juga halnya dengan
udara, udara yang bersih merupakan larutan dari berbagai jenis gas. Akan tetapi, pada
umumnya udara mengandung partikel koloid berupa debu, asap, atau kabut.
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan
merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga
merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena
kepentingannya. Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang
merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara
merata/homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/tepung susu
bercampur secara merata dengan air panas. Produk-produk seperti itu adalah sistem koloid.
Dapat dikatakan bahwa sistem koloid memiliki peran penting dan sudah menjadi
bagian dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu, pembelajaran dan pemahaman mengenai
kimia koloid sangat diperlukan.
Selain itu, Karbon merupakan salah satu unsur dari unsur-unsur yang terdapat dalam
golongan IV A dan merupakan salah satu unsur terpenting dalam kehidupan sehari-hari
karena terdapat lebih banyak senyawa yang terbentuk dari unsur karbon. Keistimewaan
karbon yang unik adalah kecenderungannya secara alamiah untuk mengikat dirinya sendiri
dalam rantai-rantai atau cincin-cincin, tidak hanya dengan ikatan tunggal, C - C , tetapi juga
mengandung ikatan ganda C = C, serta rangkap tiga, CC.Akibatnya, jenis senyawa karbon
luar biasa banyaknya. kini diperkirakan terdapat sekitar dua juta jenis senyawa karbon, dan
jumlah itu makin meningkat pemikiran tersebut bahwa penggunaan istilah senyawa karbon
lebih tepat pada senyawa oragnik, tentu semua senyawa karbon menjadi sasaran kajian kimia
karbon.

1 | Page

2.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan kimia koloid dan kimia karbon yang ruang lingkupnya sangat luas,
penulis membatasi permasalahannya, yaitu:
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.2.8
1.2.9
1.2.10
1.2.11
1.2.12
1.2.13

Apakah pengertian koloid?


Apa sajakah penggolongan dari koloid?
Apa saja jenis-jenis koloid?
Apa saja sifat-sifat koloid?
Bagaimana kestabilan koloid?
Bagaimana cara pembuatan koloid?
Apa saja penggunaan koloid dalam kehidupan?
Bagaimana keberadaan unsur karbon di alam?
Apa saja senyawa-senyawa yang berikatan dengan unsur karbon?
Apa saja sifat sifat fisika dan kimia unsur karbon?
Apa yang di maksud dengan alkana?
Apa yang di maksud dengan alkena ?
Apa yang di maksud dengan alkuna?

1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang disampaikan penulis, tujuan dari pembahasan kimia
koloid dan kimia karbon, yaitu:
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
1.3.7
1.3.8
1.3.9
1.3.10
1.3.11
1.3.12
1.3.13

Mendeskripsikan pengertian koloid


Mendeskripsikan penggolongan dari koloid
Mendeskripsikan jenis-jenis koloid
Mendeskripsikan sifat-sifat koloid
Mendeskripsikan kestabilan koloid
Mendeskripsikan cara pembuatan koloid
Mendeskripsikan penggunaan koloid dalam kehidupan
Mengetahui keberadaan unsur karbon di alam.
Mengetahui senyawa-senyawa yang berikatan dengan unsur karbon
Mengetahui sifat fisika dan kimia unsur karbon.
Mengetahui apa yang di maksud dengan alkana
Mengetahui apa yang di maksud dengan alkena
Mengetahui apa yang di maksud dengan alkuna
BAB II
PEMBAHASAN

2.1

KIMIA KOLOID

2.1.1

Pengertian Koloid

2 | Page

Kata koloid berasal dari bahasa Yunani kolla yang berarti lem, karena dahulu koloid
dianggap mirip lem. Klasifikasi koloid yang pertama diajukan oleh Von Weimar dan Ostwald,
istilah sistem terdispersi diperkenalkan, dan ukuran partikel digunakan sebagai faktor utama
dalam klasifikasi dan karakterisasi koloid.
Koloid adalah zat yang terdiri atas medium homogen dan partikel yang terdispersi di
dalamnya. Namun, tidak semua sistem terdispersi merupakan koloid.
Menurut Lumire dan Staudinger, semua koloid dapat digolongkan menjadi koloid
molekuler dan koloid asosiasi (miselar). Partikel koloid molekuler adalah makromolekul
tunggal, dan strukturnya kurang lebih sama dengan struktur molekul kecil, yaitu atom-atom
terikat

oleh

ikatan

kimia

sejati.

Contoh:

tepung,

polyvinyl

chloride (PVC), spherocolloids seperti glikogen, albumin, dan sebagainya.


Thomas Graham (1805-1809) banyak mempelajari tentang kecepatan difusi (gerak)
partikel materi sehingga ia dapat merumuskan hukum tentang difusi. Dari pengamatannya,
ternyata gerakan partikel zat dalam larutan ada yang cepat dan lambat. Umumnya yang
berdifusi cepat adalah zat berupa kristal sehingga disebut kristaloid, contohnya NaCl dalam
air. Akan tetapi, istilah ini tidak populer karena ada zat yang bukan kristal berdifusi cepat,
contohnya HCl dan H2SO4. Yang lambat berdifusi disebabkan oleh partikelnya mempunyai
daya tarik (perekat) satu sama lain, contohnya putih telur dalam air. Zat seperti ini
disebut koloid (bahasa Yunani : cola = perekat).
Kecepatan difusi menurut Graham bergantung pada massa partikel, makin besar
massa makin kecil kecepatannya. Massa ada hubungannya dengan ukuran partikel, yang
massanya besar akan besar pula ukuran partikelnya. Berdasarkan ukuran partikel, campuran
dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu larutan sejati (misalnya larutan gula), koloid
(misalnya larutan susu), dan suspensi kasar (misalnya larutan pasir).
Dalam larutan sejati, seperti larutan gula atau larutan garam,partikel zat terlarut
mengandung ion atau molekul tunggal. Pada sisi lain ada yang disebut dengan suspensi,yang
mana partikelnya mengandung lebih dari satu molekul dan cukup besar untuk dilihat oleh
mata atau dibawah mikroskop .Diantara keduanya akan ditemukan suatu koloid,yang mana
partikelnya mungkin mengandung lebih dari satu molekul tetapi tidak cukup besar untuk
dapat dilihat dengan mikroskop biasa (Laider,1982).
Partikel paritkel yang terletak dalam jarak ukuran koloidal mempunyai luas
permukaan yang sangat besar dibanding dengan luas permukaan partikel partikel yang lebih
besar dengan volume yang sama. (Moechtar,1989) Diameter partikel dalam larutan sejati

3 | Page

lebih kecil dari 1 m. Bila diameter partikel partikel dalam larutan terletak diantara 1- 100
m ,sistem disebut campuran kasar atau dispersi kasar (Sukardjo,1997).
Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat terbagi halus atau terdispersi dalam zat
lain, koloid merupakan suatu sistem dispersi, karena terdiri dari dua fasa, yaitu fasa
terdispersi (fasa yang tersebar halus) dan fasa pendispersi. Fase terdispersi umumnya
memiliki jumlah yang lebih kecil atau mirip dengan zat terlarut dan fasa pendispersi
jumlahnya lebih besar atau mirip pelarut dalam suatu larutan(Yazid,2005). Zat yang
terdispersi tersebut berjarak ukuran antara dimensi partikelpartikel atomik dan molekular
sampai partikelpartikel yang berukuran milimeter, ukurannya dapat diklasifikasikan baik
yang sebagai membentuk dispersi molekular maupun dispersi koloidal. Beberapa suspensi
dan emulsi dapat mengandung suatu jarak ukuran partikel sedemikian sehingga partikel
partikel nya yang kecil masuk dalam jarak koloidal, sedangkan yang besar besar dapat
diklasifikasikan sebagai partikelpartikel kasar (Moechtar,1989).
2.1.2

Penggolongan Koloid
Menurut Bird (1993),cara penggolongan koloid yang lebih umum adalah:

1. Dispersi koloid, sistem ini terjadi secara termodinamik tidak stabil karena nisbah
permukaan volume yang sangat besar.
2. Larutan koloid sejati, yang terjadi dari larutan dengan zat terlarut yang berat
Molekulnya tinggi (makromolekul seperti protein ,karbohidrat, dan sebagainya)
sistem ini secara termodinamik stabil.
3. Koloid asosiasi (Association colloid) (kadang-kadang dinamakan koloid elektrolit
(colloid electrolyte). Sistem ini terdiri dari molekul molekul yang berat molekulnya
rendah yang beragreasi membentuk partikel berukuran koloid.Sistem ini juga stabil
secara termodinamik, contoh dari koloid asosiasi seperti sabun dan detergen, larut
dalam air tetapi tidak membentuk larutan, melainkan koloid. Molekul sabun atau
detergen terdiri atas bagian yang polar (disebut kepala) dan bagian yang non polar
(disebut ekor).
2.1.3

Jenis Koloid
Karena baik solut maupun pelarut mempunyai tiga macam fase; yaitu gas, cair dan

padat maka terdapat 8 macam sistem koloid (sebab campuran gas dengan fasa gas akan
membentuk sistem homogen ) seperti pada tabel berikut :

4 | Page

Fasa

Fasa

Terdispersi
Gas

Pendispersi
Cair

Gas

Padat

Cair

Penyebutan
Gas dalam cair

Nama
Buih

Contoh
Busa sabun

Gas dalam padat Busa padat

Karet busa

Gas

Cair dalam gas

Aerosol cair

Kabut

Cair

Cair

Cair dalam cair

Emulsi

Susu

Cair

Padat

Cair dalm padat

Emulsi padat

Mentega

Padat

Gas

Padat dalam gas

Aerosol pdt

Asap

Padat

Cair

Padat dalam cair Sol

Lart kanji

Padat

padat

Padat dlm padat

Camp logam

Sol padat

( perunggu )
2.1.4

Jenis partikel koloid

1. Koloid Liofil
Koloid liofil adalah koloid yang suka berikatan dengan mediumnya sehingga sulit
dipisahkan atau sangat stabil. Liofil berarti suka cairan (Yunani: lio = cairan, philia = suka).
Contohnya agar-agar, tepung kanji, gelatin dalam air panas , lem karet, protein, sabun,
detergen, dan cat.
2. Koloid Liofob
Koloid liofob adalah koloid yang tidak menyukai mediumnya sehingga cenderung
memisah, dan akibatnya tidak stabil. Liofob berarti takut cairan (Yunani = phobia =
takut/benci). Koloid liofob biasanya terdiri atas zat anorganik semula. Contoh koloid liofob
adalah sol emas.
Macam Koloid Berdasarkan Interaksinya dengan Pelarut ( Air )
1

Koloid Hidrofil ; yaitu koloid yang dapat campur dengan air , dapat diencerkan dan
lebih stabil . Contohnya klid dari senyawa-senyawa organik, misalnya kanji (amilum),
agar-agar, dsb

Koloid Hidrofob ; kebalikan dari koloid hidrofil, yaitu tidak campur dengan air,
sehingga tidak dapat diencerkan dan kurang stabil. Contoh : Kebanyakan koloid dari
senyawa anorganik, misalnya sol belerang ( S ) , Fe(OH)3 , dsb

2.1.5

Sifat - Sifat Koloid

1. Sifat Fisika
5 | Page

Sifat fisika koloid berbeda-beda tergantung jenis koloidnya. Pada koloid hidrofob
sifat-sifat seperti rapatan, tegangan permukaan dan viskositasnya hampir sama dengan
medium pendispersinya. Pada koloid hidrofil karena terjadi hidrasi, sifat-sifat fisikanya
sangat berbeda dengan mediumnya. Viskositasnya lebih besar dan tegangan permukaannya
lebih kecil.
2.Sifat Koligatif
Suatu koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligaif. Sifat ini hanya
bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat-sifat koligatif koloid
umumnya lebih rendah daripada lautan sejati dengan jumlah partikel yang sama (Yazid,
2005). Ini disebabkan karena butir-butir koloid terdiri atas beribu-ribu molekul,sedangkan
pengaruh terhadap sifat koligatif hanya ditentukan oleh jumlah molekul (Sukardjo, 1997)
3.Sifat Optis
Walaupun secara definisi partikel koloid terlalu kecil untuk dapat dilihat oleh
mikroskop biasa mereka dapat dideteksi secara optikal. Ketika cahaya dilewatkan melalui
medium yang mengandung partikel yang tidak lebih besar daripada 10-9 m, berkas cahaya
tersebut tidak dapat dideteksi dan medium tersebut disebut optically clear. Ketika partikel
koloid hadir, bagaimanapun, sebagian cahaya akan dihamburkan, dan sebagian lagi akan
diteruskan dalam intensitas yang rendah. Penghamburan ini dikenal dengan nama efek
Tyndall (Laider, 1982).
Efek Tyndall dapat digunakan untuk mengamati partikel-partikel koloid dengan
menggunakan mikroskop. Karena intensitas hamburan cahaya bergantung pada ukuran
partikel, maka efek Tyndall juga dapat digunakan untuk memperkirakan berat molekul
koloid.

Partikel-partikel

koloid

yang

mempunyai

ukuran

kecil,

cendrung

untuk

menghamburkan cahaya dengan panjang gelombang pendek. Sebaliknya partikel-partikel


koloid yang mempunyai ukuran besar cendrung untuk menghamburkan cahaya dengan
panjang gelombang yang lebih panjang (Bird, 1993).

6 | Page

V m=

m
nd

4 3 m
r =
3
nd

, Jika partikel berbentuk bola maka:

dimana r

3m
4 nd

3 3m
atau r= 4 nd

Keterangan: Vm= Volume partikel


m = massa partikel
d = rapat partikel atau massa jenis
n = mol
4.Sifat kinetik
a. Gerak Brown
Partikel koloid bila diamati dibawah mikroskop ultra akan nampak sebagai bitikbintik bercahaya yang selalu bergerak secara acak dengan jalan berliku-liku. Gerakan acak
partikel koloid dalam suatu medium pendispersinya disebut gerak Brown. Terjadinya gerakan
ini disebabkan oleh banyaknya tabrakan molekulmolekul medium pendispersi tidak sama
(tidak setimbang) (Yazid, 2005).

7 | Page

b. Pengendapan (sedimentasi)
Partikel-partikel koloid mempunyai kecendrungan untuk mengendap karena pengaruh
gravitasi bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap mediumnya. Jika
rapat massa partikel lebih besar dari medium pendispersinya, maka partikel tersebut akan
mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan mengapung.
Koagulasi endapan koloid dapat dipercepat oleh suhu tinggi dan pengadukan serta
dengan penambahan elektrolit tertentu. Dengan suhu tinggi berarti akan menurunkan
viskositas dan menaikkan selisih rapatan. Namun faktor-faktor ini pengaruhnya relatif kecil
terhadap kecepatan pengendapan (Yazid, 2005).
2

dx 2 r ( 21 ) g
=
dt
9

c. Difusi
Partikel zat terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke daerah
yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerak Brown, sehingga dapat
dianggap molekul-molekul atau partikel-partikel koloid mendifusi karena adanya gerak
Brown. Kecendrungan dari zat untuk berdifusi dinyatakan dengan koefisien difusi. Menurut
Graham, butir-butir koloid berdifusi sangat lambat karena ukuran partikelnya relatif besar
(Yazid, 2005).
dc
d2
=D 2
dt
dx

d. Tekanan osmosis
=CRT

( M1 + B C+ B C +)

8 | Page

5.Sifat Listrik
Permukaan partikel koloid mempunyai muatan listrik karena terjadinya ionisasi atau
penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel koloid dapat bergerak dalam medan
listrik. (Yazid, 2005). Bila partikel koloid yang bermuatan ditempatkan pada medan listrik,
maka partikel tadi akan bergerak ke arah salah satu elektroda bergantung pada muatannya.
Proses ini dikenal dengan nama elektroforesis. Laju gerakan partikel (cm/det) dalam medan
listrik dengan gradien potensial (volt/cm) dikenal sebagai mobilitas partikel tersebut (Bird,
1993).
2.1.6

Kestabilan Koloid
Ada dua gaya pada sistem koloid yang menentukan kestabilkan koloid tersebut.Gaya

yang pertama adalah gaya tarik-menarik yang dikenaldengan nama gaya London-van der
waals. Gaya ini cenderung menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk
agregat dan kemudian mengendap. Gaya yang kedua adalah gaya tolak menolak yang
disebabkan oleh pertumpang tindihan lapisan ganda elektrik yang bermuatan sama.Gaya ini
menstabilkan dispersi koloid.
Sebenarnya ada gaya ketiga yang mempengaruhi kestabilan koloid.Gaya ini kadang
kadang dapat menyebabkan terjadinya agregasi dan terkadan juga dapat meningkatkan
kestabilan koloid.Gaya tersebut adalah gaya tarik menarik antara partikel koloid dengan
medium pendispersinya.Biasanya gaya tarik ini cenderung untuk menstabilkan partikel koloid
dan dalam beberapa hal memegang peranan penting dalam menentukan kestabilan sistem
koloid secara keseluruhan.(Bird,1993).
2.1.7

Cara Pembuatan Koloid


Ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi.

Oleh karena itu, sistem koloid dapat dibuat dengan pengelompokkan (agregasi) partikel
larutan sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar kemudian didispersikan ke dalam
medium pendispersi. Cara yang pertama disebut cara kondensasi, sedangkan yang kedua
disebut cara dispersi.
1.Cara Kondensasi
Dengan cara kondensasi partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi
partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks,
hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut.
9 | Page

1. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh:
Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang dioksida
(SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam SO2.
2H2S (g) + SO2 (aq) 2H2O (l) + 3S (koloidal)
Pembuatan sol emas dari reaksi antara larutan HAuCl 4 dengan larutan K2CO3 dan HCHO
(formaldehida).
2HAuCl4 (aq) +

6K2CO3 (aq) +

3HCHO (aq) 2Au (koloidal) +

5CO2 (g) +

8KCl(aq) +

3HCOOK (aq) + KHCO3 (aq) + 2H2O (l)


2. Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Contoh:
Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. Apabila ke dalam air mendidih ditambahkan
larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3.
FeCl3 (aq) + 3H2O (l) Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl (aq)
3. Dekomposisi Rangkap
Contoh:
Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan H2S.
2H3AsO3 (aq) + 3H2S (aq) As2S3 (koloid) + 6H2O (l)
Sol AgCl dapat dibuat dengan mencampurkan larutan perak nitrat encer dengan larutan
HCl encer
AgNO3 (aq) + HCl (aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
4. Penggantian Pelarut
Contoh:
Larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu koloid berupa
gel.
2.Cara Dispersi
1. Cara Mekanik
Butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling koloid sampai diperoleh
tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.
Contoh:
10 | P a g e

Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan suatu
zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.
2. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan
dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah).Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir
kasar menjadi butir-butir koloid. Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses
pemecahan protein (polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim pepsin.
Contoh:
Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin. Endapan NiS
dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
3.Cara Busur Bredig
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan
dijadikan koloid digunakan sebagai elektroda yang dicelupkan dalam medium dispersi,
kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan
terlempar ke dalam air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi sehingga membentuk
partikel koloid. Jadi, cara busur ini merupakan gabungan cara kondensasi dan cara dispersi.
2.1.8

Penggunaan Koloid dalam Kehidupan


Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam

kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat
digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan
bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
Berikut adalah aplikasi koloid :
Jenis industry

Contoh aplikasi

Industri makanan

Keju, mentega, susu, saus salad

Industri kosmetika dan perawatan tubuh

Krim, pasta gigi, sabun

Industri cat

Cat

Industri kebutuhan rumah tangga

Sabun, deterjen

Industri pertanian

Peptisida dan insektisida

Industri farmasi

Minyak ikan, pensilin untuk suntikan

Berikut adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid :


1.

Pemutihan Gula

11 | P a g e

Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air,
kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid
akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat
warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2.

Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka,

maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion
Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral
sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
3.

Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah

liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk
menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid
tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al 2SO4)3.Ion
Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid
Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O

Al(OH)3 +

3H+

Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah
liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap
bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.

2.2

KIMIA KARBON

2.2.1

Pengertian Karbon (c)


Karbon adalah salah satu unsur yang terdapat dialam dengan symbol system periodik

adalah C. Nama karbon berasal dari bahasa latin carbo yang berarti coal atau
charcoal. Istilah coal menyatakan sediment berwarna hitam atau coklat kehitaman yang
12 | P a g e

bersifat mudah terbakar dan terutama memiliki komposisi utama belerang, hydrogen, oksigen
dan nitrogen. Karbon merupakan unsur ke-19 yang paling banyak di kerak bumi yaitu dengan
persentase dengan berat 0.027%, dan menjadi banyak unsur ke-4 terdapat jagat raya setelah
hydrogen, helium, dan oksigen. Di temukan baik di air, darat, dan atmosfer bumi, dan di
dalam tubuh makhluk hidup.
Karbon membentuk senyawa hampir semua unsur terutama unsur organik yang
banyak menyusun dan menjadi bagian dari makhluk hidup. Keistimewaan unsur karbon di
bandingkan dengan unsur IV A yang lain, unsur karbon secara alamiah mengikat dirinya
sendiri dalam rantai, baik dengan ikatan tunggal C-C, ikatan rangkap dua C=C, maupun
ikatan rangkap tiga CC. Hal ini terjadi karena unsur karbon mempunyai energi ikatan C-C
yang kuat yaitu sebesar 356 kj/ mol.
2.2.2

Senyawa Karbon

1. Karbon dioksida
Karbon dioksida di temukan di atmosfir lapisan bumi dan terlarut dalam air. Karbon
juga merupakan bahan batu besar dalam bentuk karbonat unsur kalsium, magnesium dan besi.
Batubara, minyak ,dan gas bumi adalah hidrokabon. Karbon sangat unik karena dapat
membentuk banyak senyawa dengan hidrogen, oksigen, nitrogen, dan unsur-unsur lainya.
Nama lain dari gas asam karbonat, karbonat anhidrida, es kering (bentuk padat), dan zat asam
arang. Massa molar 44,0095(14) g/mol, penampilan gas tidak berwarna. Densitas 1600 g/L
(padat) 1,98 (gas),titik didih leleh -57 oC (216K) dibawah tekanan, titik didih -78 oC (195 K)
menyublin, kelarutan dalam air 1,45 Momen dipole nol.
Karbon dioksida di ntyatakan dalam bentuk rumus kimia CO2 atau zat asam arang
adalah sejenis senyawa yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara konvalen
dengan sebuah atom karbon. Berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standard
dan hadir di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi kira-kira
387 ppm berdasarkan volume (V) walaupun jumlah ini bisa bervariasi tergantung pada lokasi
dan waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang penting karena bisa menyerap
gelombang inframerah dengan kuat.
Karbon dioksida juga di hasilkan oleh semua hewan, tumbuhan-tumbuhan, fungsi dan
mikroorganisme pada proses reperasi dan di gunakan oleh tumbuhan sebagai proses
fotosintesis. Oleh karena itu, karbon dioksida merupakn kompenen yang sangat penting
dalam siklus karbon. Karbon diokasida juga hasailkan dari hasil samping pembakaran bahan

13 | P a g e

bakar fosil.Karbon dioksida anorganik di keluarkan dari gunung merapi dan proses
geothermal lainya seperti pada mata air panas.
Karbon dioksida tidak mempuyai bentuk cair pada tekanan di bawah 5,1 atm namun
langsung mnjadi padat pada temperatur di bawah -78 oC. Dalam bentuk padat karbon dioksida
pada umumnya disebut sebagai es kering (CO2) adalah oksida asam. Larutan CO2 mengubah
warna litmus dari biru menjadi merah muda. Karbon dioksida mempuyai struktur molekul
linier dan bersifat non polar. Gas ini larut dalam air, terdapat di udara dan sangat penting bagi
tumbuhan sebagai bahan fotosintesi serta merupakan komponen nafas yang di keluarkan oleh
manusia atau hewan. CO2 dapat di buat dengan membakar karbon senyawa hidrokarbon, atau
gas CO dengan oksigen yang cukup sebagai berikut:
C+ CO CO2
CH4+2O2CO2+H2O
2CO+O22CO2
Di laboratorium CO2 dapat di buat dengan mereaksikan garam karbonat dengan asam
seperti: CaCO3 +2HClCaCl2 +H2O+CO2. Gas CO2 tidak beracun, tetapi konsentrasi yang
terlallu tinggi dalam udara adalah tidak sehat, karena merendahkan konsentrasi CO2 dan
menimulkan efek fisikologis yang membahayakan. Jumlah CO2 yang sangat besar sekali di
hasilkan oleh aktifitas manusia, meningkatkan gas CO2 di khawatirkan atmosfer menjadi
panas, sehingga akan muncul perubahan suhu yang serius yang sering juga di sebut efek
rumah kaca.
2. Karbon Monoksida
Karbon monoksida dapat di buat secara komersil dengan hydrogen melalui
pembentukan uap kembali atau pembakaran sebagai hidrokarbon dengan reaksi
CO2+H2CO2+H2, gas ini tidak berwarna dan mempunyai titidk didih -190. Dapat di
gunakan sebagai bahan industry melalui reaksi 2CO(g) + O 2(g) 2CO2(g). Gas CO juga
terdapat terjadi sebagai sampingan pembakaran organic dalam ruang kurang oksigen. C8H18
+ 6O2 (g)8CO + 4H2O. Secara besaran-besaran dapat dibuat dengan reaksi C(S) + H 2O
CO +H2. Gas CO sangat berbahaya bagi manusia maupun hewan karena CO berikatan kuat
dengan hemoglobin darah. Homoglobin berfungsi sebagai mengedarkan oksigen dari paruparu ke seluruh tubuh. Secara komersial, karbon monoksida mempunyai beberapa kegunaan.
Campuran gas yang mengandung karbon monoksida, telah lama di gunakan sebagai bahan
bakar.

14 | P a g e

3. Karbonat dan Bikarbonat.


Sebagai senyawaan karbon anorganik yang paling melimpah, karbonat dan bikarbonat
adalaha zat yang berguna serta terkenal. Kebanyakan karbonat hanya sedikit larut dalam air,
misalnya kalsium karbonat, CaCO3, barium karbonat, BaCO3, magnesium karbonat, MgCO3,
dan timbal karbonat, PbCO3. Banyak bikarbonat hanya stabil dalam larutan air. Contohnya
kalsium bikarbonat Ca(HCO3)2, dan magnesium bikarbonat Mg(HCO3)2. Karbon dan
bikarbonat bereaksi dengan kebanyakan asam, menghasilkan CO 2. Reaksi ini sangat cepat
dan gas itu dengan mudah terlepas. Misalnya, barium karbonat bereaksi dengan asam
bromide.
BaCO3 + 2HBr

BaBr2 + H2O + CO2

Bikarbonat adalah zat atmosfer, yaitu ia dapat bereaksi baik dengan asam maupun
basah. Bikarbonat tidak stabil bila dipanaskan, ia terurai membentuk karbonat. Kalium
bikarbonat bubuk digunakan dalam alat pemadam kebakaran karena ia mudah terurai dengan
menghasilkan karbon dioksida. 2KHCO3 K2CO3 + H2O + CO2.

2.2.3 Sifat-Sifat Karbon


Unsur karbon terdapat dalam tiga bentuk yaitu bentuk amorf, grafit, dan intan
a. Amorf
Unsur karbon dalam bentuk amorf, selain terdapat di alam, seperti arang, kokas, batu
bara, dan karbon hitam memiliki sifat yang rapuh. Karbon amorf ini, antara lain
digunakan sebagai bahan bakar (batu bara), zat warna hitam, tinta cetak, dan sebagai
produksi pada proses peleburan logam. Karbon amorf yang diaktifkan (karbon aktif)
digunakan sebagai adsorben (penjerap) yang dapat menyerap bau-bauan, gas beracun,
mikroorganisme, dan kotoran dalam larutan. Secara alami amrof di hasilkan dari
perubahan serbuk gergaji, lignit batu bara, gambut, kayu, batok kelapa, dan bijian-bijian.
b. Grafit
Grafit adalah zat bukan logam yang mampu mengantarkan panas dengan baik. Bentuk
kristal mikro grafit banyak kita kenal sebagai arang, jelaga, atau jelaga minyak. Sifat
fisika grafit di tentukan oleh sifat dan luasnya permukaan, bentuk grafit yang halus akan
mempunyai permukaan yang relatif lebih luas, dengan sedikit gaya tarik akan mudah
meyerap gas dan zat terlarut. Grafit terdapat dalam bentuk padatan yang memiliki ukuran
kristal dan tingkat kemurnian yang berbeda-beda.
c. Intan
15 | P a g e

Bentuk unsur karbon yang ketiga adalah intan. Intan secara alami diperoleh dari karbon
yang dikenal tekanan dan suhu tinggi dalam perut bumi. Intan juga dapat di buat dari
grafit yang diaolah pada suhu 3.000 K dan tekanan lebih dari 1,25 x 10 7 Pa. Proses ini
menggunakan katalis logam transisi, seperti kromium (Cr), besi (Fe), dan platina.
2.2.4

Alkana (CnH2n+2)
Alkana merupakan senyawa hidrokarbon alifatik jenuh, yaitu hidrokarbon dengan

rantai terbuka dan semua ikatan karbonnya merupakan ikatan tunggal. Alkana juga di sebut
parafin yang berarti alifatis kecil (sukar beraksi). Senyawa alkana mempunyai rumus sebaga
berikut: CnH2n + 2.
Dari rumus umum di atas jika diketahui jumlah atom karbon maka jumlah H dapat
ditentukan demikian pula sebaliknya. Nama-nama beberapa alkana tidak bercabang yang
sering disebut sebagai deret homolog dapat dilihat pada tabel berikut:
Nama
Metana
Etana
Propane
Butane
Pentane
Heksana
Heptana
Oktana
Nonana
Dekana
Undekana
Dodekana
Tridekana
Tetradekana
Pentadekana

Rumus molekul
CH4
C2H6
C3H8
C4H8
C5H12
C6H14
C7H16
C8H18
C9H20
C10H22
C11H24
C12H26
C13H26
C14H30
C15H32

Nama
heksadekana
heptadekana
oktadekana
nonadekana
eikosana
heneikosana
dokosana
trikosa
tetrakosana
pentakosana
keksakosana
heptakosana
oktaoksana
nonakosana
trikontana

Rumus molekul
C16H34
C17H36
C18H38
C19H40
C20H42
C21H44
C22H46
C23H48
C24H50
C25H52
C26H54
C27H56
C28H58
C29H60
C30H62

1. Tata nama Alkana


1.1 Penaman alkana mengikuti system IUPAC, yaitu sistim tata nama yang berdasarkan
pada gagasan bahwa struktur sebuah nyawa organic dapat digunakan untuk menurunkan
namanya dan sebaliknya, bahwa suatu struktur yang unik dapat di gambar untuk tiap nama.
Dasar sistem IUPAC yaitu alkana rantai lurus.

Nama alkana di dasarkan pada rantai C terpanjang sebagai rantai utama.


Atom C ujung di beri nomor 1 adalah yang dekat dengan rantai simpang atau
simpangnya lebih panjang.

16 | P a g e

Sebut nomor yang menunjukan letak rantai cabang, lalu nama rantai cabang, menurut

urutan abjad, lalu di ikuti dengan nama ratai lurusnya, contoh: 3 metil heksana.
Nomor cabang di hitung dari ujung rantai utama yang terdekat.
1.2 Trivial (Nama umum)
Dalam system tata nama umum, nama alkana di tentukan oleh jumlah atom karbon
tampa memperhatikan susunan atom-atom tersebut.
a. Alkana yang tak bercabang mempuyai atom C>3 di beri awalan normal (n-).
b. Alkana yang bercabang mempunyi gugus CH(CH3)2 di beri awalan iso.
c. Alkana bercabang yang mempunyai gugus CH(CH3)3 di beri awalan neo.
2. Sifat-sisfat Alkana
2.1 Sifat fisika
a. Hidrokarbon jenuh ( tidak ada ikatan atom C rangakap sehinnga jumlah atom H nya
maksimal).
b. Sukar beraksi
c. Bentuk Alkana dengan rantai C1-C4 pada suhu kamar adalah gas ,C4-C17 pada suhu
adalah cair dan > C18 pada suhu kamar adalah padat
d. Titik didih makin tinggi bila unsur C nya bertambah, dan jumlah atom C sama maka
bercabang mempunyai titik didih yang lebih rendah.
e. Sifat kelarutan mudah larut dalam pelarut non polar.
f. M assa jenisnya naik seiring dengan penambahan jumlah unsur C.
g. Merupakan sumber utama gas alam dan petroleum (minyak bumi).

2.2 Sifat Kimia


a. Alkana tidak reaktif cukup stabil apbila di bandingkan dengan senyawa organik
lainya. Oleh karena kurang reaktif, alkana disebut paraffin (berasal dari bahasa latin:
parun affins, yang artinya afinatas yang kecil sekali).
b. Alkanan dapat di bakar sempurna menghasilkan CO2 dan H2O.
c. Oksidasi dapat teroksidasi membentuk karbon dioksida dan air di sertai pembebasan
energi.
d. Halogenasi, alkana dapat beraksi dengan halogen di bawah pengaruh panas
membentuk alkil halide dengan hasil samping hydrogen klorida.
e. Nitrasi, alkana dapat beraksi dengan asam nitrat pada suhu 150-475 0C membentuk
nitroalkana dengan hasil samping uap air.

17 | P a g e

f. Sulfonasi, alkana dapat beraksi dengan asam sulfat berasap (oleum) menghasilkan
asam alkana sulfonat dan air.
2.2.5

Alkena
Alkena dan sikloalkena merupakan hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan

rangkap dua karbon-karbon. Senyawa ini ikatan tidak jenuh karena tidak mempunyai jumlah
maksimun atom yang sebetulnya dapat di sampaikan oleh setiap karbon. Alkena sering
disebut olefiant gas (gas yang membentuk minyak, suatu istilah nama lama untuk etilena
(CH2= CH2). Rumus umum alkena adalah CnH2n.
1.Tata nama Alkena
Dalam sisten IUPAC, alkena berantai lurus di beri nama menurut alkana induknya sebagai
berikut:
1. Sebagai senyawa induk di ambil rantai lurus atom karbon terpanjang yang
menagandung ikatan rangkap.
2. Akhiran ana dari nama hidrokarbon alkana di gantikan dengan akhiran ena.
3. Posisi ikatan rangkap di tentukan oleh nomor rendah dari atom karbon, di mana ikatan
itu terletak.
4. Jika suatu isomer geometric akan di tandai, nama itu di mulai dengan cis atau trans.

Menurut Justiana (2009), langkah-langkah penamaan senyawa alkena rantai lurus sebagai
berikut:
a. Hitung jumlah atom C-nya, kemudian tukiskan nama awal berdasarkan jumlah atom
C dan akhri dengan akhiran ena.
b. Jika jumlah atom C senyawa lebih dari 3, maka bernomor setiap atom C sehinnga
nomor terkecil terletak atom C terikat.
Sementara itu, jika senyawanya merupakan alkena rantai bercabang maka sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

Tentukan rantai induk dan rantai cabangnya.


Hitung jumlah atom C pada rantai induk dan rantai cabang.
Tuliskan nama rantai induk berdasarkan jumlah atom C-nya.
Tuliskan nama rantai cabang berdasarkan jumlah atom C dan strukturnya.
Tuliskan nomor cabang, di ikuti tanda (-) gabungkan nama rantai induk dan rantai
cabang.

Beberapa senyawa alkena mempunyai ikatan rangkap 2 lebih dari 1. Senyawa alkena tersebut
mempunyai yang mengandung kata diena atau triena.
18 | P a g e

CH2=CHCH=CH3

CH2=CHCH2=CH2

1,3 pentadiena

1,4-pentadiena

CH2=CHCH=CHCH=CH2

CH3-CH2-CH=CH-CH=CH2-CH2-CH3

1,3,5-heksatriena

3,5-oktadiena

2. Sifat Alkena
Menurut Justiana (2009) sifat fisika di tunjukan pada table beriukt:
Senywa Alkena

Sifat Fisika
Titik Didih
Wujud
-103
gas
-48
gas
-6
gas
30
cair
64
cair
93
cair

Rumus Molekul

Mr

Etena
Propena
1-Butena
1-Pentena
1-Heksana
1-Heptena

C2H4
C3H6
C4H8
C5H10
C6H12
C7H14

28
42
56
70
84
98
11

1-Oktena

C8H16

2
12

122

cair

1-Nonena

C9H18

6
14

146

cair

1-Dekana

C10H20

171

cair

Berdasarkan tabel diatas maka sifat-sifat alkena sebagai berikut:


1. Titik didih alkena sama dengan alkana, maka bertambah jumlah atom C, harga Mr
makin besar maka titik didihnya semakin tinggi.
2. Alkena mudah larut dalam pelarut organik tetapi sukar larut dalam air.
3. Alkena dapat beraksi adisi denagn H2 dan halogen.
2.2.6

Alkuna
Alkuna merupakan suatu golongan hidrokarbon alifatik yang mempunyai gugus

fungsi berupa ikatan rangkap tiga karbon. Salah satunya adalah etuna yang di sebut juga
asetilena (CH=CH). Ikatan pada alkuna disebut ikatan tidak jenuh. Ketidak jenuhan ikatan
rangkap tiga karbon-karbon lebih besar dari ikatan rangkap dua pada alkena, oleh kaeran itu
kemampuanya beraksi juga lebih besar.
1.Struktur Alkuna

19 | P a g e

Alkuna mempunyai rumus umum CnH2n-2. Alkuna yang paling sederhana adalah etuna
(C2H2). Dan mempunyai rumus struktur H- C=C H.
Menurut Parlan dan Wahjudin,2005, alkuna di bedakan menjadi tiga jenis berdasarkan posisi
ikatan rangkap tiganya yaitu:
1. Alkuna terminal, jika ikatan rangkap tiga terletak di ujung rantai.
2. Alkuna internal, jika ikatan rangkap tiga terletak di tengah rantai.
2. Tata nama Alkuna
1. Sistem IUPAC
Pemberian nama alkuna dengan system IUPAC dengan menggantikan akhiran ana
pada nama alkane terkait dengan akhiran una. Untuk molekul alkuan yang rantainya
panjang, rantai karbon terpanjang yang mengandung ikatan ganda tiga mempunyai nomor
rendah. Posisi ikatan ganda tiga di tunjukan dengan nomor dari atom karbon yang berikatan
ganda tiga yang lebih rendah.
2. Nama Umum
Nama umum di gunakan untuk alkuna-alkuna sederhana.Dalam pemberian nama umum,
alkuna di anggap sebagai turunan asetelina (C2H2) yang satu atau dua atom hidrogenya di
gantikan oleh gugus alikil.
3.Sifat- sifat Alkuna
Secara umum sifat sifat fisika alkuna sifat- sifat fisika alkane dan alkana, diantara lain:
1. Alkuna suka rendah pada temperatur kamar berwujud gas, sedangkan yang
mengandung lima atau lebih atom karbon berwujud cair.
2. Berat jenisnya lebih kecil dari air.
3. Merupakan senyawa non polar tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut- pelarut
organik non polar, seperti eter, benzene, dan karbon tetraklorida.
4. Semakin banyak jumlah atom dan percabangan atom semakin tinggi titik didihnya .
4.Reaksi- Reaksi Alkuna
1. Reaksi Adisi
a. Adisi Halogen, bromine dan klorin dapat mengadisi pada alkuna seperti halnya
pada alkena.
b. Adisi Hidrogen, dengan pengaruh katalis logam logam transisi (Pt, Pd, dan Ni)
hydrogen dapat mengadisi pada alkuna dan menghasilkan senyawa alkana.
c. Adisi Air (Hidrasi), hidrasi alkuna biasanya di lakukan dengan menggunakan
katalis merkuri sulfat. Reaksi ini biasanya mengikuti kaidah Markovnikov, tetapi
yang di peroleh bukan alcohol, melainkan suatu keton.
20 | P a g e

2. Reaksi Oksidasi
a. Oksidasi oleh KMnO4, Apabila alkuna di reaksikan dengan larutan kalium
permanganate pada kondisi yang agak netral, terjadi reaksi oksidasi dan di
hasilkan senyawa -diketon.
b. Oksidasi oleh Ozon. Ozona lisis terhadap alkuna yang di ikuti dengan hidrolisis
mengakibatkan terjadinya pemaksa pisahan seperti yang terjadi pada alkena.
Reaksi ini dapat digunakan identifikasi posisi ikatan ganda tiga pada suatu alkuna,
melalui identifikasi hasil- hasil reaksinya.
c. Reaksi pembenbtuka Asetilida
Reaksi pembentukan asetil tidak hanya terjadi pada alkuna terminal. Alkuna
terminal dapat beraksi dengan basa kuat seperti NaNH2, pereaksi grinard, atau
pereaksi organotilium, dan menghasilkan ion asetelida.

5. Pembuatan Alkuna
Pembuatan alkuna dapat di tempuh dengan dua azas yaitu:
1. Pembentuka rantai yang mengandung ikatan ganda tiga karbon- karbon secara
sederhana, hal ini dapat di katakan pembuatan alkuna dengan mengubah bukan alkuna
menjadi alkuena.
2. Perpanjangan rantai karbon yang telah memiliki ikatan ganda tiga secara sederhana,
hal ini dapat di katakan pembuatan alkuna, dengan mengubah alkuna menjadi alkuna
lain

21 | P a g e

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada penulisan di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil sebagai
berikut.

Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat terbagi halus atau terdispersi dalam zat
lain, koloid merupakan suatu sistem dispersi, karena terdiri dari dua fasa, yaitu fasa
terdispersi (fasa yang tersebar halus) dan fasa pendispersi. Campuran yang terletak

antara medium dispersi disebut koloid.


Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium
pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat, cair, dan

gas.
Sifat koloid : Sifat Fisika, sifat koligatif, sifat optis, dan sifat kinetic
Alkana merupakan senyawa hidrokarbon jenuh hidrokarbon alifatik jenuh.
Hidrokarbon adalah senyawa organik yang molekulnya tersusun dari unsure karbon
dan hydrogen. Alifatik artinya ujung rantai tidak saling bertemu sedangkan jenuh
artinya semua ikatan karbon- karbon adalah ikatan tunggal.

22 | P a g e

Alkena dan sikloalkena merupakan hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih
rangkap dua karbon-karbon. Senyawa itu tidak di katakan tidak jenuh karena tidak
mempunyai jumlah maksimun jumlah atom yang sebetulnya dapat di tamping oleh

setiap karbon.
Alkuna merupakan suatu golongan hidrokarbon alifatik yang mempunyai gugus
fungsi berupa ikatan rangkap tiga karbon- karbon. Seperti halnya ikatan rangkap pada
alkena, ikatan rangkap tiga pada alukna juga di sebut ikatan tidak jenuh.

3.2 Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas maka dapat beberapa saran untuk
memperbaiki makalah selanjutnya dan pengembangan pendidikan serta dapat
meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas.
1. Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membntu pembaca dalam
memahami kimia organic (alkana, alkena, dan alkuna).
2. Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membntu pembaca dalam
memahami serta mengetahui kimia koloid dalam kehiudpan sehari-hari.

23 | P a g e

Вам также может понравиться