Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LATAR
BELAKANG
PERMASALAHAN
Ikterus adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena
peningkatan bilirubin. Biasanya mulai tampak pada kadar bilirubin serum > 5
mg/dL. Ikterus biasanya fisiologis, namun pada sebagian kasus dapat
menyebabkan masalah; yang paling ditakuti adalah ensefalopati bilirubin.
Mengingat belum adanya definisi yang universal, maka diperlukan
kesepakatan definisi, pendekatan diagnosis, serta tata laksana yang tepat.
Berbagai teknik diagnostik telah digunakan untuk menilai ikterus pada bayi
baru lahir. Pengukuran bilirubin serum dianggap sebagai metode paling
tepercaya, tetapi memiliki keterbatasan karena bersifat invasif dan juga
keterbatasan dalam hal peralatan dan biaya. Pemeriksaan langsung secara
visual tidak dapat dipercaya sepenuhnya dan dapat menyebabkan kesalahan
diagnosis. Metode pemeriksaan non-invasif lain seperti transcutaneus
bilirubinometry
(TcB)
merupakan
alternatif
pemeriksaan
(skrining)
pengukuran
bilirubin
serum.
Sampai saat ini belum ada keseragaman tata laksana ikterus neonatorum di
Indonesia. Kadar serum bilirubin untuk memulai masing-masing jenis terapi
(terapi sinar, transfusi tukar, obat-obatan) masih menjadi pertanyaan. Di satu
sisi kelambatan terapi dapat berakibat buruk di masa datang, di lain sisi
terapi yang berlebihan berarti menyia-nyiakan sumber daya yang tidak perlu.
3.
Tujuan
Untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan keterampilan penulis dalam
memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan BBLR dan Ikterus serta
menerapkannya
dalam
bentuk
manajemen
asuhan
kebidanan.
TINJAUAN
TEORITIS
Pengertian
Ikterus Neonaturum adalah keadaan ikterus yang terjadi pada bayi baru
lahir. Ikterus juga disebut Hiperbilirubinemia. Yang dimaksud ikterus pada BBL
(bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin didalam jaringan
ekstravaskuler sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya
berwarna
kuning.(Ngastiyah,1997:
197)
Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan
dan lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir
merupakan suatu gejala fisiologis atau dapat merupakan hal patologis.
(Saifuddin,
2002:
381)
Ikterus atau warna kuning pada bayi baru lahir dalam batas normal pada
hari ke2-3 dan menghilang pada hari ke-10. ikterus disebbkan hemolisis
darah janin dan selanjutnya diganti menjadi darah dewasa. (Manuaba, 1998:
325)
Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain akibat
penimbunan bilirubin dalam tubuh (Ilmu Kesehatan Anak Jilid I)
Ikterus (Jaundice) adalah perubahan warna kulit menjadi kuning akibat
pewarnaan jaringan oleh bilirubin (Hellen Farrer, Perawatan Maternitas)
Ikterus adalah perubahan warna kulit atau sclera mata ( normal berwarna
putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah.
Ikterus pada bayi yang baru lahir dapat merupakan suatu hal yang fisiologis (
normal), terdapat pada 25-50% bayi yang lahir cukup bulan. Tapi juga bisa
merupakan hal yang patologis ( tidak normal) misalnya berlawanannya
Rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis ( infeksi berat), penyumbatan saluran
empedu
dll.
Ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang
terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Disebut dengan
hiperbilirubinemia apabila didapatkan kadar bilirubin dan darah > 5mg%
(85mol/L). (Pelatihan PONED Komponen Neonatal 28-30 Oktober 2004)
Etiologi
1.
dan
Faktor
Risiko
Etiologi
Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir,
karena:2
- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan
berumur
lebih
pendek.
- Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil
transferase, UDPG/T dan ligand dalam protein belum adekuat) penurunan
ambilan
bilirubin
oleh
hepatosit
dan
konjugasi.
- Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim b
glukuronidase
di
usus
dan
belum
ada
nutrien.
Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat
disebabkan
oleh
faktor/keadaan:2
- Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi
G6PD,
sferositosis
herediter
dan
pengaruh
obat.
- Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra
uterin.
Polisitemia
- Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir
Ibu
diabetes
Asidosis
Hipoksia/asfiksia
- Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi
enterohepatik
2.
Faktor
Risiko
Faktor
risiko
untuk
timbulnya
ikterus
neonatorum:
Faktor
Maternal
- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)
Komplikasi
kehamilan
(DM,
inkompatibilitas
ABO
dan
Rh)
Penggunaan
infus
oksitosin
dalam
larutan
hipotonik.
ASI
Faktor
Perinatal
Trauma
lahir
(sefalhematom,
ekimosis)
Infeksi
(bakteri,
virus,
protozoa)
Faktor
Neonatus
Prematuritas
Faktor
genetik
Polisitemia
Obat
(streptomisin,
kloramfenikol,
benzyl-alkohol,
sulfisoxazol)
Rendahnya
asupan
ASI
Hipoglikemia
Hipoalbuminemia
Klasifikasi
Sebagai neonatus , terutama bayi prematur, menunjukkan gejala ikterus
pada hari pertama. Ikterus ini biasanya timbul pada hari ke dua, kemudian
menghilang pada hari ke sepuluh, atau pada akhir minggu ke dua. Bayi
dengan
gejala
ikterus
ini
tidak
sakit
dan
tidak
memerlukan
pengobatan,kecuali dalam pengertian mencegah terjadinya penumpukan
bilirubin tidak langsung yang berlebihan Ikterus dengan kemungkinan besar
Ikterus
yang
timbul
dalam
24
jam
pertama
Bilirubin
serum
meningkat
lebih
dari
5
mg
%
per
hari
Bilirubin
melebihi
10mg%
pada
bayi
cukup
bulan
Bilirubin
melebihi
15mg%
pada
bayi
prenatur
Ikterus
yang
menetap
sesudah
minggu
pertama
Ikterus dengan bilirubin langsung melebihi 1mg%pada setiap waktu.
Ikterus yang mempunyai hubungan dengan penyakit hemoglobin,
infeksi,atau suatu keadaan patologik lain yang telah diketahui.
Ikterus
Neonatorum
dibagi
menjadi:
a.
Ikterus
Patologik
Ikterus di katakan patologik jikalau pigmennya, konsentrasinya dalam serum,
waktu timbulnya, dan waktu menghilangnya berbeda dari kriteria yang telah
disebut pada Ikterus fisiologik. Walaupun kadar bilirubin masih dalam batasbatas fisiologik, tetapi klinis mulai terdapat tanda-tanda Kern Ikterus, maka
keadaan
ini
disebut
Ikterus
patologik.
Ikterus patologik dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu :
Meningkatnya produksi bilirubin, sehingga melampaui batas kemampuan
hepar
untuk
dikeluarkan.
Faktor-faktor yang menghalangi itu mengadakan obstruksi pengeluaran
bilirubin.
Faktor yang mengurangi atau menghalangi kemampuan hepar untuk
mengadakan
konjugasi
bilirubin.
b.
Ikterus
Hemolitik
Ikterus Hemolitik pada umumnya merupakan suatu golongan penyakit yang
disebut Erythroblastosis foetalis atau Morbus Haemolitik Neonatorum
( Hemolytic disease of the new born ). Penyakit hemolitik ini biasanya
disebabkan oleh Inkompatibilitas golongan darah itu dan bayi.
1)
Inkompatibilitas
Rhesus
Penyakit ini sangat jarang terdapat di Indonesia. Penyakit ini terutama
terdapat di negeri barat karena 15 % Penduduknya mempunyai golongan
darah Rhesus negatif. Di Indonesia, dimana penduduknya hampir 100%
Rhesus positif, terutama terdapat dikota besar, tempat adanya pencampuran
penduduk dengan orang barat. Walaupun demikian, kadang-kadang
dilakukan tranfusi tukar darh pada bayi dengan ikterus karena antagonismus
Rhesus, dimana tidak didapatkan campuran darah denagan orang asing pada
susunan
keluarga
orang
tuanya.
Bayi Rhesus positif dari Rhesus negatif tidak selamanya menunjukkan gejala
klinik pada waktu lahir, tetapi dapat terlihat ikterus pada hari pertama
kemudian makin lama makin berat ikterusnya, aisertai dengan anemia yang
makin lama makin berat pula. Bila mana sebelum kelahiran terdapat
hemolisis yang berat maka bayi dapat lahir dengan oedema umum disertai
ikterus
dan
pembesaran
hepar
dan
lien
(
hydropsfoetalis
).
laksana
Awal
Ikterus
Neonatorum
(WHO)
Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada
tabel
1.
Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut: berat lahir <>15 mg/dL
menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan
spektrum
absorpsi
bilirubin.
Faktor lain adalah usia bayi, umur gestasi, berat badan dan etiologi ikterus.
Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling
tidak efektif untuk bayi matur yang sangat kecil (gangguan pertumbuhan
yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit. Selain itu, makin tinggi
kadar
bilirubin
pada
saat
memulai
fototerapi,
makin
efektif.
Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak
adekuat, sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara
terbalik dengan kuadrat jarak), lampu fluoresens yang terlalu panas
menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu
yang tidak tepat. Idealnya, semua ruang perawatan perinatologi memiliki
peralatan
untuk
melakukan
terapi
sinar
intensif.
TRANFUSI
TUKAR
Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang
dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama
yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita
tertukar
(Friel,
1982).
Darah
Donor
Untuk
Tranfusi
Tukar
1.
Darah
yang
digunakan
golongan
O.
2. Gunakan darah baru (usia <> 4,5 mg/dL dan kadar Hb <> 6 mg/dL/12jam
walaupun
sedang
mendapatkan
terapi
sinar
c. Selama terapi sinar bilirubin meningkat > 6 mg/dL/12jam dan kadar Hb 11
13
gr/dL
d. Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol
secara
adekuat
dengan
terapi
sinar
Transfusi
tukar
harus
Emboli
(emboli,
- Hiperkalemia, hipernatremia,
Gangguan
pembekuan
Perforasi
dihentikan
apabila
terjadi:
bekuan
darah),
trombosis
hipokalsemia, asidosis, hipoglikemia
karena
pemakaian
heparin
pembuluh
darah
Komplikasi
tranfusi
tukar
Vaskular:
emboli
udara
atau
trombus,
trombosis
Kelainan
jantung:
aritmia,
overload,
henti
jantung
Gangguan
elektrolit:
hipo/hiperkalsemia,
hipernatremia,
asidosis
Koagulasi:
trombositopenia,
heparinisasi
berlebih
- Infeksi: bakteremia, hepatitis virus, sitomegalik, enterokolitis nekrotikan
Lain-lain:
hipotermia,
hipoglikemia
Perawatan
pasca
tranfusi
Lanjutkan
dengan
terapi
- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi
2. DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/146254837/askep-IKTERUS-NEONATORUM
https://www.scribd.com/doc/146254837/askep-IKTERUS-NEONATORUM
https://www.scribd.com/doc/210456756/Askep-Anak-Dengan-IkterusNeonatorum
tukar
sinar