Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
banyak yang sekarang disebut cover all (wearpack). Kantung itu diisi dengan peluit,
batangan magnesium, 6 lilin besar, korek api, batu api, martil, 2 pisau, alat pengukur,
thermometer, pensil, kompas, buku catatan, kotak P3K, beberapa permen coklat, sebotol
rum dan telepon lapangan yang ia gendong. Sistem penyelamatannya dengan
mengikatkan dirinya kalau naik atau menuruni dengan tali.
Tahun 1889, Martel menginjakkan kakinya pada kedalaman 233 m di sumuran
ranabel, dekat Marseille, Perancis dan selama 45 menit tergantung di kedalaman 90 m. Ia
mengukur ketinggian atap dengan balon dari kertas yang digantungi spon yang dibasahi
alkohol, begitu spon dinyalakan balon akan naik keatas mencapai atap gua. Hingga kini
Edward Alfred Martel disebut bapak Speleologi. Kemudian banyak ahli speleologi
seperti : Pournier, Jannel, Biret, dan banyak lagi. Baru setelah PD I Robert De Jolly
dan Nobert Casteret mampu mengimbangi MARTEL. Robert de Jolly mampu
menciptakan peralatan gua yang terbuat dari alluminium Alloy. Nobert Casteret orang
pertama yang melakukan Cave Diving pada tahun 1922, dengan menyelami gua
Motespan yang di dalam gua itu ditemukan patung patung dan lukisan bison serta
binatang lain dari tanah liat, yang menurut para ahli, itu sebagai acara ritual sebelum
diadakan perburuan binatang, ditandai adanya bekas bakas tombak dan panah. Namun
dalam PD II, gua-gua digunakan sebagai tempat pertahanan, karena pertahanan di gua
akan sulit ditembus walaupun menggunakan bom pada waktu itu.
2. Sejarah Caving dan Speleologi di Indonesia
Caving atau penelusuran gua, telah dikenal cukup lama di Indonesia. Persisnya
kegiatan ini sudah mulai marak tahun 1980-an, ketika Persatuan Speleologi dan Caving
Indonesia (Specavina) dibentuk di Bogor dengan tokoh-tokohnya antara lain dr. Ko King
Tjoen, Norman Edwin (alm), Dr. Budi Hartono, dan Effendi Soleman. Saat Specavina
terbentuk mulailah Caving berkembang pesat dengan peminat yang cukup banyak.
Pada awal perkembangannya caving mengalami perjalanan yang tidak mulus, karena
pada perkembangannya bukan hanya keterampilan fisik saya yang diutamakan, kebutuhan
akan berbagai disiplin ilmu wajid dimiliki cavers dalam mengamati dan mengkaji
gejalanya. Selain itu ketersediaan akan peralatan cving sulit didapat dan harganya yang
tidak terjangkau. Hanya mereka yang memiliki latar belakang keilmuan atau yang
menyukai pengetahuan tentang speleologi yang boleh bergabung. Specavina sebagai
pelopor ketika itu lebih mengutamakan unsur ilmiahnya (speleologi) dibanding
olahraganya (caving).
Salah satu aspek yang harus diketahui penggemar caving adalah pengetahuan dasar
geologi. Terutama bagaimana awal gua itu terbentuk, di daerah mana bisa ditemukan,
sifat batuannya, jenis gua, dan sebagainya. Dengan dasar pengetahuan ini, caver
(penelusur gua) bisa dengan mudah menemukan gua. Sebab, mereka hanya akan
mendatangi wilayah yang banyak terdapat batu gamping. Secara teori demikianlah
adanya. Gua banyak terdapat di kawasan batu gamping (karst). Berbekal pengetahuan itu
pula jika bisa membaca peta geologi, maka di mana saja sebaran daerah karst, di sana
tujuan yang tepat untuk perjalanan melakukan ekspedisi.Aspek lain yang tak kalah
penting adalah biologi gua (biospeleologi). Sehingga caver dapat menemukan spesimen
baru yang bisa menambah khasanah pengetahuan biologi gua di Indonesia.
Fauna gua memiliki keunikan yaitu, semuanya beradaptasi dengan lingkungan gelap
abadi selama ribuan tahun. Mereka berevolusi disesuaikan dengan alamnya yang gelap
gulita. Di sebuah gua di Amerika pernah ditemukan salamander transparan dan tak
bermata (eyeless), bahkan buta (blind). Diduga salamander itu terjebak di dalam gua dan
tak bisa keluar. Untuk bertahan hidup satwa itu mengembangkan indera peraba dan
perasanya sedemikian rupa untuk menggantikan fungsi matanya. Sehingga dengan
adaptasi fisiologi mata satwa itu tertutupi oleh selaput yang menutupi penglihatan. Begitu
pun flora dalam gua yang beradaptasi dengan lingkungan gelap total. Tumbuhan untuk
hidup di permukaan memerlukan sinar matahari. Tumbuhan berdaun belum pernah
dilaporkan ditemukan di dalam gua. Yang lazim dijumpai adalah aneka jamur yang khas.
3. Pengertian Caving dan Speleologi
Pengertian Penelusuran Gua 'Caving' yakni Caving berasal dari kata Cave= Gua.
Sedangkan orang yang menelusuri gua disebut caver. Jadi caving bisa diartikan sebagai
kegiatan penelusuran gua yang mana merupakan salan satu bentuk kegiatan dari
Speleologi. Sedangkan Speleologi secara morfologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu :
Spalion = Gua dan Logos = ilmu. Jadi, secara harfiah Speleologi adalah Ilmu yang
mempelajari tentang gua, tetapi karena perkembangan speleologi itu sendiri, spleologi
juga mempelajari tentang lingkungan disekitar gua. Ada Beberapa Pengertian Penelusuran
Gua "Caving' menurut para ahli Penemu mamupun para Caver, yakni :
1. Menurut IUS (International Union of Speleology) anggota komisi X UNESCO PBB :
Gua
adalah
setiap
ruang
bawah
tanah
yang
dapat
dimasuki
orang.
2. Menurut R.K.T.ko (Speleologiawan) : Setiap ruang bawah tanah baik terang maupun
gelap, luas maupun sempit, yang terbentuk melalui system percelahan, rekahan atau aliran
sungai yang membentuk suatu lintasan aliran sungai dibawah tanah.
4. Etika Penelusuran Gua
Sejak semula harus disadari bahwa seorang penelusur gua dapat merusak gua, karena
membawa kuman, jamur dan virus asing kedalam gua yang lingkungannya masih murni,
tidak tercemar. Berikut merupakan standar etika penelusuran gua dari NSS USA :
Jangan MENGAMBIL sesuatu.Kecuali mengambil POTRET
Jangan MENINGGALKAN sesuatu..Kecuali meninggalkan JEJAK
Jangan MEMBUNUH sesuatu Kecuali membunuh WAKTU
a. Gua adalah bentukan alam yang terbentuk dalam kurun waktu ribuan tahun.
Setiap usaha merusak gua mendatangkan kerugian yang tidak dapat ditebus.
Karenanya jangan merusak gua, mengambil atau memindahkan sesuatu didalam gua
tanpa tujuan jelas yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk tujuan ilmiah sekalipun,
harus diusahakan pengambilan spesimen secara cermat, terbatas dan selektif. Itupun
setelah diyakini, bahwa belum tersedia spesimen yang sama didalam laboratorium
atau museum dan belum diambil spesimen yang sama oleh ahli speleologi lainnya.
b. Menelusuri dan meneliti gua harus dilakukan dengan penuh respek, tanpa
mengganggu, mengusir, merusak atau mengambil isi gua, baik yang berupa benda
mati atau yang hidup.
c. Menelusuri gua harus disertai kesadaran, bahwa kesanggupan dan keterampilan
pribadi tidak perlu perlihatkan. Sebaliknya ketidakmampuan tidak perlu ditutuptutupi oleh karena rasa malu. Bertindaklah sewajar-wajarnya, tanpa membohongi diri
sendiri dan orang lain.
d. Tunjukkan respek terhadap sesama penelusur gua
5. Jenis Jenis Gua Alam
Di bumi terdapat berbagai gua alam, yaitu :
a. Gua Garam (NaCl) : gua dengan materi pembentuk adalah garam.
b. Gua es
: gua ysng terdiri dari es, terbentuk karena adanya sebagian es
yang mencair
c. Gua Lava
d. Gua karst/kapur
CO2
H2CO3
Air
karbon dioksida
H2CO3 + CaCO3
Batu gamping
asam karbonat
Ca(HCO3)2
Kalsium bikarbonat
Ca2+ + 2HCO32
Fisis :
Pelapukan, peretakan, patahan, gravitasi transfer, peruntuhan, erosi
a. Porositas
Porositas menunjukkan ruangan yang terisi oleh udara atau
air dalam batuan atau sedimen, diungkapkan dalam persen dari
jumlah total material. Untuk kepentingan hidrologi yang perlu
diperhatikan ialah ruangan-ruangan yang saling berhubungan,
karena pori-pori yang terisolasi tidak berperan dalam
perpindahan air. Porositas primer dalam batuan karbonat ialah
ruangan-ruangan terbuka dalam batuan tersebut, yang sudah
timbul sejak deposisi, diagenesis dan litifikasi. Porositas
sekunder ialah jumlah ruangan terbuka dalam batuan yang
ditimbulkan oleh proses pasca litifikasi seperti fruktuasi (joint,
flauts, parting) atau akibat terjadinya pelarutan (solution
cavities).
Gambar : Porositas
b. Permeabilitas
Permeabilitas merupakan efisiensi batuan untuk menyalurkan air. Permeabilitas
primer adalah kemampuan batuan untuk menyalurkan air melalui pori-pori atau ruangan
intergranuler yang sudah ada sejak pembentukannya dan saling berhubungan.
Permeabilitas sekunder bila penyaluran air itu melewati ruangan-ruangan yang timbul
kemudian, seperti joint, bedding, fault, misalnya akibat gerakan tektonik. Suatu kawasan
karst, permeabilitas dan porositas ini sangat variabel, karena tidak terlepas dari
keanekaragaman struktur dan diagenesis batu gamping. Pada bagian batu gamping yang
telah mengalami karstifikasi, biasanya permeabilitas dan porositas primernya rendah,
tetapi permeabilitas dan porositas sekundernya tinggi. Pada batu gamping tidak
mengalami karstifikasi, permeabilitas dan porositas tinggi dan tidak dijumpai
permeabilitas sekunder.
Pada batu gamping terdapat aliran difusi (diffuse flow). Pada batuan karbonat yang
telah mengalami karstifikasi, yang menonjol ialah terbentuknya saluran-saluran terpilih
(prefered channels) yang meluruskan air ke arah local base level atau zona phreatik.
Permeabilitas umumnya dinyatakan dengan jarak yang ditempuh air dalam suatu
permeabilitas tertentu dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan.
c. Sistem Patahan
Pada batuan yang tidak mengalami permeabilitas intergranuler primer, joint adalah
penting untuk memulai perkolasi air ke bawah (Stringfield dkk., 1979). Sedangkan
bedding planes bagi penyaluran air bawah tanah (Palmer, 1977) tetapi pergerakannya
tetap dipengaruhi oleh adanya patahan-patahan. Joint adalah patahan yang paling sering
dijumpai di akifer karbonat. Orientasinya adalah hampir tegak lurus dengan bedding
plannes. Bahkan Grice (1968) menemukan joint yang sejajar letaknya dengan bedding
plannes di Canada (Manatoba, Grand Rapides. Joint secara primer mempengaruhi arah
aliran sebelum terjadi ruangan terlarut (solution cavities) dalam akifer karbonat. Joint
yang tidak vertikal akan mempengaruhi gerakan air literal dan melebar melalui proses
korosi (pelarutan batu gamping secara kimiawi). Distribusi dari joint dan bedding plannes
ini dari satu bagian karst dan bagian karst lainnya dapat berbeda. Menurut Kasting (1977)
hal ini mempunyai pengaruh positif terhadap air tanah (bila melancarkan aliran dalam
akifer, antara lain dengan menghubungkan beberapa aliran akifer yang tadinya terisolasi),
bisa pula negatif bila aliran air terhambat karenanya.
7. Ornamen Gua
a. Column
Ornamen ini merupakan hasil dari stalaktit dan stalagmit yang
bersatu menjadi satu ornamen karena proses tetesan air yang kaya
akan mineral kapur.
b. Gours
Terbentuk dari kumpulan mineral kalsit yang terkandung dalam
aliran air yang mengalir mengikuti kemiringan lereng. Aliran ini
mengandung CO2
pemuaian.
c. Pearl (Mutiara)
Kumpulan batu kalsit yang berkembang di dasar kolam gua tepat di
bawah tetesan air, sehingga berbentuk persis seperti tetesan air.
Gambar : Pearl
d. Rimestone
Berbentuk
pengendapan
seperti
air,
bendungan yang
zat
CO2
yang
terbentuk ketika
terkandung
terjadi
menghilang
dan
Gambar : Flowstone
kalsit (calsite) yang terdeposisi (diendapkan) pada dinding lorong
gua.
f. Soda straw
Gambar : Bacon
h. Pop Corn
Gambar : Gourdam
j.
Cauliflower
Gambar : Cauliflower
k. Gourden
Gambar : Gourden
l.
Stalaktit
Gambar : Stalaktit
m. Stalagmit
8. Biospeleologi
Bios yang berarti hidup, kehidupan, speleo adalah gua, dan logos yang berart ilmu.
Biospeleologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan beserta kondisi
lingkungan hidup organisme di dalam gua.
Gua dibagi kedalam 4 zona gua :
1. Zona terang, merupakan enrance guatermasuk dalam bagian ceruk.
2. Zona senja, zona peralihan antara terang dan gelap gua.
3. Zona gelap dengan fluktuasi suhu, masih dipengaruhi ilkim luar gua.
4. Zona gelap tanpa fluktuasi suhu, tidak dipengaruhi iklim luar gua.
terestrial di dalam gua, yang pada umumnya masih mempunyai ciri bukan organisme gua,
seperti masih adanya mata dan pigmen. Sebaliknya, beberapa di antaranya menyesuaikan
diri dengan mengalami modifikasi organ-organ tertentu. Dari 27 jenis Collembola yang
diperoleh dari gua dari Simbu, Lae, Telefomin, Irlandia 10 Jenis di antaranya masih
menunjukkan bentuk morfologi fauna serasah atau lantai hutan (Deharveng 1981).
Bournes (1980, dalam Deharveng 1981) meneliti dengan cermat asal muasal fauna gua.
Diperoleh catatan adanya laba-laba, Diptera, Lepidoptera, Isopoda, dan Myriapoda.
Binatang akuatik yang dapat ditemukan di gua misalnya udang, kepiting, Coleoptera
(Disticidae), larva Diptera, dan Heteroptera.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah adanya kelelawar di dalam gua dalam
jumlah banyak. Kelelawar ini menghasilkan timbunan kotoran (guano) yang tidak sedikit.
Guano dapat menjadi sumber pakan bagi beberapa kelompok artropoda. Timbunan guano
yang cukup tebal, adanya beberapa artropoda yang memanfaatkan guano atau jamur yang
tumbuh di atasnya sebagai sumber pakannya, menyebabkan terbentuknya ekosistem
guano yang dihuni oleh janis-jenis fauna guano.
c. Troglobion dan Troglomor
Troglobion adalah hewan yang seluruh hidupnya ada di dalam gua. Pada umumnya
kelompok troglobion ini memiliki morfologi khas. Pada daerah dataran rendah tidak
ditemukan bentuk troglomorf yang khas (Deharveng 1981), beberapa masih dilengkapi
dengan mata dan pigmen. Berbeda dengan yang ditemukan di dataran tinggi tampak
adanya bentuk-bentuk troglomorfi yang khas. Bentuk troglomorfi itu antara lain tidak
bermata, tubuh pipih, dan tidak berpigmen, misalnya terlihat pada jenis-jenis yang tercatat
dari gua Simbu dan Telfomin. Contoh jenis yang dilaporkan dari gua dengan ketinggian
1500m yaitu Isopoda (Styloniscidae dan Philosciidae), Coleoptera, Collembola
(Neanuridae). Troglobion akuatik misalnya cacing pipih, Polychaeta, lintah, Gastropoda,
Crustacea, Cbleoptera (Dysticidae). Namun demikian terdapat variasi cukup tinggi dari
kelompok troglobion ini. Variasi terjadi karena adanya evolusi adaptasi (Deharveng
1981). Fauna gua memiliki keanekaragaman cukup tinggi. Tercatat ada 10 kelas hewan
Invertebrata yang dapat ditemukan di dalam gua. Namun, masing-masing gua
menunjukkan komposisi jenis penghuninya yang berbeda untuk gua satu dengan lainnya..
Perbedaan komposisi jenis penghuni gua ini disebabkan oleh faktor mikroklimat masingmasing gua.
9. Peralatan dan Perlengkapan Penelusuran Gua
Kegiatan penelusuran gua didukung oleh penguasaan teknik dan peralatan yang
memadai. Kriteria pemilihan perlengkapan dan peralatan :
Standard keamanan (safety)
- UIAA (Union International des Associations dAlpinisme)
- CE (Conformite aux Exigences)
- EN (European Norm)
- CEN ( Comite Europeen de Normalisation)
Kekuatan dan daya tahan
Alat harus tahan terhadap situasi dan kondisi gua yang rentanterhadap abrasi /
gesekan, air, lumpur, batuan kapur. Peralatan gua vertkal direkomendasikan yang
telah melewati individually tested yang ditandai dengan beban maksimal MAX
dan beban aktif USE
Fungsionalitas
Pemilihan peralatan perlu diperhatikan fungsi alat, hal ini berkaitan dan penggunaan
yang efektif dan efisien. Selain dari fungsi dasar, perlu di pahami fungsi fungsi
tambahan pada alat. Penggunaan alat akurat, tepat guna dan sesuai dengan kebutuhan
(simplicity). Faktor yang perlu diperhatikan adalahberat, yang hal ini berpengaruh
terhadap daya tahan/stamina dari penelusur gua.
Uraian standard peralatan penelusuran gua :
Cover All
Fungsi
: Pakaian pelindung
Bahan
: PVC, Nylon fabric
Keterangan
Sepatu
Fungsi
Jenis
Keterangan
Helm
Fungsi
Jenis
Keterangan
Pencahayaan
: Bahan cover all mampu melindungi dari gesekan, basah dan dingin, disesuaikan
dengan tipe gua.
Fungsi
Jenis
: Memberikan penerangan
: Electrical lamp dan carbide model
Tali
Fungsi
Jenis
Keterangan
Peralatan Rigging
Fungsi
: Untuk membuat anchor / tambatan
Jenis
dan flat)
Carabiner
Fungsi
Jenis
SRT set
b. Maillon Rapide 8 mm
Fungsi : sebagai penghubung harness dan alat ascending dan descending
Jenis
d. Carabiner
Fungsi
Jenis
1)
2)
3)
:
O carabiner screw gate
O carabiner non screwgate / C.friksi
D screwgate
e.
Fungsi
Descender
: Alat turun
Jenis
Fungsi
Ascender
: Alat naik
Jenis
f.
: Webbing soft
h. Foot Loop
Fungsi : Sepagai pijakan kaki
Jenis
Peralatan transport :
badan
Fungsi
Jenis
Peralatan rescue :
a. Pulley (single & tandem)
b. Houling set terdiri dari :
carabiner screwgate
d. Survival blanket
terkadang
membutuhkan
tenaga
menelusurinya.
3) Down Climbing
5)
Posisi
b.
extra
saat
menggantung
pada
anchor
Maillon Rapide.
a) Pegang perlahan descender dengan tangan kiri
b) Buat kuncian half lock menggunakan tangan kanan
c) Lengkapi kuncian half lock, dengan full lock
4) Melintasi Rebelay / Intermediate
Melintasi rebelays membutuhkan beberapa teknik :
a) Turun perlahan dan hentikan rappel ketika berada di posisi sejajar dengan rebelay,
sedikit sisa tali harus tersedia di bawah descender.
b) Kaitkan cowstail pendek pada karabiner dengan pintu menghadap ke kamu, dengan
menggunakan simple descender, satu tangan masih memegang tali selama operasi ini.
Teruskan turun hingga beban berpindah ke short cowstail, setelah itu pindahkan
descender lalu pasang pada tali.
c) Teruskan turun hingga beban berpindah ke short cowstail, setelah itu pindahkan
descender lalu pasang pada tali
d) selanjutnya yang berada di bawah rebelay, usahakan sedekat mungkin dengan
rebelays
e) Melepas cowstail, Lepas cowstail dengan berdiri di atas. dinding atau di
loop yang dibuat oleh tali atas. Jangan lupa untuk melepas tali dari
karabiner friksi
f) Teriakkan sinyal Rope Free sehingga orang di atas bisa melanjutkan
turun. Jangan pernah melepaskan pandangan dari descender, ini akan
membantu memposisikan dan membebani dengan benar sebelum mulai
turun
descender
membebaninya.
terpasang
dengan
benar
pada
karabinernya
sebelum
6) Melintasi Deviasi
a) Berhenti rappel ketika sejajar deviasi, kunci descender jika perlu.
b) Jika dinding samping bisa dijangkau dengan kaki, dorong tubuh untuk membuat
deviasi menjadi sedikit kendor.
c) Saat melakukan ini, lepas karabiner deviasi dengan tangan yang bebas dan taruh di
atas descender.
d) Buka kunci descender dan mulai turun.
7) Membawa Tackle Bag
Ketika
berada
di
tali,tackle
bag
caving
diletakkan
bag
ada
kemungkinan
untuk
sementara
waktu
jika
ada
adalah dengan
dengan berat kabel baja yang sekitar 12,5 Kg per 100 meter. Disinilah letak revolusi pada
perbedaa n keduanya.
b) Teknik
- Buka penutup chest ascender dengan gerakan memutar pada handlenya, masukkan
-
tali di dalamnya.
Gunakan gerakan yang sama pada ascender atas, letakkan sejajar dengan
mukaPilih sebuah single footloop , taruh satu kaki pada footloop untuk membantu
mendorong tubuh ke atas. Untuk mengatur panjang footloop, berdiri tegak sambil
memegang footloop yang dibuat tegang dengan kaki menginjak tanah dan didalam
footloop. Harness dada (chest harness) harus dikenvangkan dan Croll diposisikan
di tali. Pada posisi ini, bagian bawah dari upper ascender harus 2 3 cm di atas
chest ascender.
c) Teknik memanjat terbagi dalam 2 (dua) fase :
- Dorong upper ascender setinggi mungkin. Bersamaan, ngkat kaki, tekuk lutut
hingga tumit berada di bawah selangkangan. Taruh satu kaki pada footloop diatas
yang satunya akan membantu mendorong kaki bawah ke belakang, menambah
-
sekitae2-3 cm di bawah
simpul
-
anchor
Mulai memanjat dengan berdiri pada footloop dan tarik tali di bawah croll
Setelah 1 2 langkah naik, cowstail pendek akan mengendur, dan lepas cowstail
pendek
11) Melewati
Simpul
Bawa
upper
croll
setinggi
mungkin.Pasang
atas simpul
1) Lepas cowstail pendek
2) Lanjutkan naik.
11. Pemetaan Gua
a. Manfaat pemetaan gua
1) Bukti otentik bagi penelusuran gua, sebagai tim/penelusur pertama yang menelusuri
gua tersebut.
2) Membantu para ahli dalam mempelajari Biospeleologu, Hidrologi, ataupun ilmu yang
terkait dalam speleologi.
3) Untuk mencari korelasi sistem perguaan dengan gua-gua di sekitarnya.
4) Kepentingan HANKAMNAS
5) Memudahkan dalam perencanaan pengembangan gua sebagai objek wisata
6) Sebagai data/rekaman keadaan gua pada saat itu
b. Jenis Jenis Peta Gua :
1) Plan View/ Plan Section Peta gua yang digambarkan dalam bentuk tampak dari
atas.
2) Extended Section Peta gua digambarkan dalam bentuk tampak samping, bentuk
memanjang tanpa proyeksi.
3) Projected Section Digambar dalam bentuk tampak samping & diproyeksikan
dengan plan section.
4) Cross Section Peta gua yang digambar dalam bentuk tampak depan. Cross Section
berupa sayatan.
5) Peta Gua 3 Dimensi (3D) Perspektif Gambaran peta secara visual mendekati
dengan kenyataan sesunguhnya.
c. Peralatan yang digunakan
1) Kompas, untuk mengukur derajat perbedaan antar lorong terhadap arah sumbu utara
magnetis
2) Pita ukur, untuk grade 5 dan atasnya, pita ukur yang digunakan adalah yang terbuat
dari bahan fiber, panjang maksimum 30m, ketelitian yang didapat hingga satuan cm.
3) Klinometer, untuk mengukur sudut kemiringan terhadap bidang datar dengan satuan
derajat
4) Topofil, prinsipnya mempunyai fungsi sama dengan pita ukur
5) Catatan kerja/worksheet, untuk mencatat data yang diambil selama pemetaan,
diusahakan yang terbuat dari bahan tahan air
6) ATK, digunakan untuk mencatat, diusahakan yang dapat mencatat di worksheet yang
tahan air.
d. Standar Grade (tingkatan) dan Klasifikasi Peta Gua
Peta gua yang dibuat memiliki tingkatan sesuai derajat ketelitian saat survey
dilaksanakan, ketelitian tersebut dibagi berdasarkan grade dan kelas. Grade adalah
pengelompokan berkaitan dengan alat yang digunakan, sementara Class adalah
pengelompokan peta berdasarkan proses pembuatan/pencatatan datanya. Oleh British
Cave Research Association (BCRA) dibagi menjadi 6 tingkatan ditambah satu tingkatan
khusus pada grade dan ada 4 untuk tingkatan Class.
Grade :
1) Grade 1
: gambar/sket kasar tanpa skala yang benar dan dibuat di luar gua
dengan dasar ingatan dari si pembuat peta terhadap lorong-lorong yang digambar.
2) Grade 2
:gambar/sket kasar tnapa skala yang benar, dibuat di dalam gua tanpa
: sket yang di gambar di dalam gua dengan bantuan kompas, tali ukur
yang ditandai tiap meternya, memiliki ketelitian pengukuran satan 25cm per 5m,
dilakukan jika waktu terbatas, penggunaan klinometer sangat dianjurkan.
4) Grade 4
kain.
5) Grade 5
Class :
1) Class A
2) Class B
3) Class C
4) Class D
b) Leapfrog Method : pembaca alat dan pencatat data pada stasiun kedua, target pada
stasiun pertama. Setelah pembacaan dan pencatatan selesai, target pindah ke stasiun
ketiga. Setelahselesai pembaca dan pencatat pindah ke stasiun keempat. Setelah
selesai target 1 pindah ke stasiun lima, pembacaan dilakukan, begitu seterusnya.
Arah survey
a) Top to bottom : pengukuran dimulai dari mulut gua (entrance) sampai ujung
lorong/dasar gua atau sampai akhir.
b) Bottom to top : pengukuran dimulai dari ujung lorong/dasar gua sampai entrance, atau
kebalikan dari sistem pertama.
Metode Pengukuran Chamber
5
Gambar : Polygon Tertutup
6
Pertimbangan arah
Perubahan ekstrim bentuk lorong
2)
Idealnya, tim pemetaan gua terdiri dari 5 orang, dengan pembagian tugas sebagai berikut :
-
Orang kesatu : sebagai pembaca alat (membawa klinometer, kompas, dan meteran)
Orang kedua : sebagai pencatat data pengukuran
Orang ketiga : sebagai deskriptor/menggambar bentuk lorong
Orang keempat: sebagai target pengukuran, membawa ujung meteran. Tinggi bada
orang pertama dan orang keempat ini diusahakan sama, dengan tujuan untuk
Geomorfologi
Speleothem (ornament) tanpa uraian
Speleothem rusak
Stalaktite
Stalagmite
Column / Pilar
Gordyn
Helectute
Moon Milk
Gourdam
Calcite floor
Scalop
Pothole
Alur Plafon