Вы находитесь на странице: 1из 55

BUKU

Teknik Budidaya Tanaman Padi Sawah


NOR AZZURA ROKHANI
NIM: A42140277
Gol : A
Dosen Pembimbing :
Ir Muqwin H ,MP
Zayin Sukri,MP
PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI
TANAMAN PANGAN
JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2016

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Padi merupakan komoditas utama
yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan
pokok karbohidrat bagi penduduk. Komoditas
padi memiliki peranan pokok sebagai
pemenuhan kebutuhan pangan utama yang
setiap tahunnya meningkat sebagai akibat
pertambahan jumlah penduduk yang besar,
serta berkembangnya industri pangan dan
pakan. Kebutuhan beras sebagai salah satu
sumber pangan utama penduduk indonesia
terusm meningkat karean selain jumlah
penduduk yang terus bertambah dengan laju
peningkatan 2% per tahun ,juga adanya
perubahan pola konsumsi penduduk non
beras ke beras. (Balitbang Pertanian , 2008 ).

Sehingga peningkatan produksi padi terus


diupayakan untuk mengimbangi kenaikan
konsumsi, Karena pertumbuhan jumlah
penduduk masih tinggi.
Padi merupakan bahan makanan
pokok sehari hari pada kebanyakan penduduk
di negara Indonesia. Padi dikenal sebagai
sumber karbohidrat terutama pada bagian
endosperma, bagian lain daripada padi
umumnya dikenal dengan bahan baku
industri, antara lain : minyak dari bagian kulit
luar beras (katul), sekam sebagai bahan bakar
atau bahan pembuat kertas dan pupuk. Padi
memiliki nilai tersendiri bagi orang yang
biasa makan nasi dan tidak dapat digantikan
oleh bahan makanan yang lain, oleh sebab itu
padi disebut juga makanan energi (AAK,
1990). Terdapat 25 spesies Oryza, yang
dikenal adalah O. sativa dengan dua

subspecies yaitu Indica (padi bulu) yang


ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere).
Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi
kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi
dan padi sawah di dataran rendah yan
memerlukan penggenangan.
Optimasi produktivitas padi di lahan
sawah merupakan salah satu peluang
peningkatan produksi gabah nasional. Hal ini
sangat dimungkinkan bila dikaitkan dengan
hasil padi pada agroekosistem ini masih
beragam antar lokasi dan belum optimal.
Rata-rata hasil produksi padi 4,7ton/Ha,
sedangkan potensinya dapat mencapai 6 7
ton/Ha. Belum optimalnya produktivitas adi
di lahan sawah, antara lain disebabkan oleh;
a) rendahnya efisiensi pemupukan; b) belum
efektifnya pengendalian hama penyakit; c)
penggunaan pupuk benih dan pestisida yang

kurang bermutu dan varietas yang dipilih


kurang adaptif; d) sifat fisik tanah tidak
optimal.
Selama ini produksi padi nasional
masih mengandalkan sawah irigasi, namun ke
depan bila hanya mengandalkan padi sawah
irigasi akan menghadapi banyak kendala. Hal
tersebut disebabkan banyaknya lahan sawah
irigasi subur yang beralih fungsi ke
penggunaan lahan non pertanian, tingginya
biaya pencetakan lahan sawah baru dan
berkurangnya debit air.Dilain pihak lahan
kering tersedia cukup luas dan
pemanfaatannya untuk pertanaman padi gogo
belum optimal, sehingga ke depan produksi
padi gogo juga dapat dijadikan andalan
produksi padi nasional. Salah satu tantangan
dalam pembangunan pertanian adalah adanya
kecenderungan menurunnya produktivitas

lahan. Disisi lain sumberdaya alam terus


menurun sehinga perlu diupayakan untuk
tetap menjaga kelestariannya. Demikian pula
dalam usahatani padi agar usahatani padi
dapat berkelanjutan, maka teknologi yang
diterapkan harus memperhatikan faktor
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial, sehingga agribisnis padi
dapat terlanjutkan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Klasifikasi Padi
Berdasarkan tata nama atau

sistematika tumbuh-tumbuhan menurut


Tjitrosoepomo (1994), tanaman padi (Oryza
sativa L) dimasukkan ke dalam klasifikasi
sebagai berikut.
Kingdom

Plantae

Divisio

Spermatophyta

Sub-divisio

Angiospermae

Kelas

Monokotil

Ordo

Glumiflorae (poales)

Familia

Gramineae (poaceae)

Sub-familia

Oryzoideae

Genus

Oryza

Spesies

Oryza sativa L

Menurut Prihatman (2008), padi dapat


dibedakan menjadi padi sawah dan padi
gogo. Padi sawah biasanya ditanam di daerah
dataran rendah yang memerlukan
penggenangan, sedangkan padi gogo ditanam
di dataran tinggi pada lahan kering. Tidak
terdapat perbedaan morfologis dan biologis
antara padi sawah dan padi gogo, yang
membedakan hanyalah tempat tumbuhnya
(Siregar, 1981).
2.2
2.2.1

Syarat tumbuh dan Morfologi Padi


Syarat Tumbuh
Tanaman padi secara umum

membutuhkan suhu minimum 11-25C


untuk perkecambahan, 22-23 C untuk
pembungaan, 20-25C untuk pembentukan
biji, dan suhu yang lebih panas dibutuhkan
untuk semua pertumbuhan karena merupakan
suhu yang sesuai bagi tanaman padi

khususnya di daerah tropika. Suhu udara dan


intensitas cahaya di lingkungan sekitar
tanaman berkorelasi positif dalam proses
fotosintesis, yang merupakan proses
pemasakan oleh tanaman untuk pertumbuhan
tanaman dan produksi buah atau biji (Aak,
1990).
Tanaman padi dapat tumbuh dengan
baik di daerah yang berhawa panas dan
banyak mengandung uap air dengan curah
hujan rata-rata 200 mm bulan-1 atau lebih,
dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan
yang dikehendaki sekitar 1500-2000 mm
tahun-1 dengan ketinggian tempat berkisar
antara 0-1500 m dpl dan tanah yang baik
untuk pertumbuhan tanaman padi adalah
tanah sawah dengan kandungan fraksi pasir,
debu dan lempung dengan perbandingan
tertentu dan diperlukan air dalam jumlah

yang cukup yang ketebalan lapisan atasnya


sekitar 18-22 cm dengan pH 4-7 (Surowinoto,
1982).
2.2.2 Morfologi Padi
Padi termasuk dalam keluarga padipadian atau Poaceae (Graminae). Padi
termasuk terna semusim, berakar serabut,
batang sangat pendek, struktur serupa batang
terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang
saling menopang, daun sempurna dengan
pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna
hijau muda hingga hijau tua, berurat daun
sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek
dan jarang, bunga tersusun majemuk, tipe
malai bercabang, satuan bunga disebut floret,
yang terletak pada satu spikelet yang duduk
pada panikula, buah tipe bulir atau kariopsis
yang tidak dapat dibedakan mana buah dan
bijinya, bentuk hampir bulat

10

hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm,


tertutup oleh palea dan lemma yang dalam
bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur
dominan adalah endospermium yang
dimakan orang (Aak, 1990).
Padi termasuk tanaman semusim atau
tanaman berumur pendek, kurang dari satu
tahun dan hanya sekali berproduksi, setelah
berproduksi akan mati atau dimatikan.
Menurut Aak (1990), tanaman padi dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Bagian Vegetatif
a. Akar, merupakan bagian tanaman yang
berfungsi untuk menyerap air dan zat
makanan dari dalam tanah, kemudian
diangkut ke bagian atas tanaman. Akar
tanaman padi dapat dibedakan menjadi akar
tunggang, akar serabut, akar rambut dan akar
tajuk

11

b. Batang, padi mempunyai batang yang


beruas-ruas. Padi Ciherang mempunyai
batang yang tingginya berkisar antara 107115 cm dan warna batangya hijau.
c. Anakan, tanaman padi akan membentuk
rumpun dengan anakannya, biasanya anakan
akan tumbuh pada dasar batang.
Pembentukan anakan terjadi secara bersusun
yaitu anakan pertama, kedua, ketiga dan
seterusnya.
d. Daun, ciri khas daun padi adalah sisik dan
telinga daun. Daun padi dibagi menjadi
beberapa bagian yakni helaian daun, pelepah
daun, dan lidah daun. Daun berwarna hijau,
muka daun sebelah bawah kasar, posisi daun
tegak dan daun benderanya tegak.
2. Bagian Generatif
a. Malai, merupakan sekumpulan bunga padi
(Spikelet) yang keluar dari buku paling atas.

12

Bulir padi terletak pada cabang pertama dan


kedua. Panjang malai tergantung pada
varietas padi yang ditanam dan cara
menanamnya.
b. Buah padi (Gabah), merupakan ovary yang
sudah masak, bersatu dengan palea. Buah ini
adalah hasil penyerbukan dan pembuahan
yang mempunyai bagian-bagian seperti
embrio (lembaga), endosperm, dan bekatul.
Bentuk gabah padi Ciherang adalah panjang
ramping dan warna gabah kuning bersih.
Gabah yang sudah dibersihkan kulitnya
disebut dengan beras. Beras mengandung
berbagai zat makanan yang penting untuk
tubuh, antara lain : karbohidrat, protein,
lemak, serat kasar, abu, dan vitamin

13

BAB 3
TEKNIS BUDIDAYA
1. Pengolahan tanah
Sebarkan bahan organik dan
benamkan gulma kemudian membajak
menggunakan traktor, hand-tractor, ata
cangkul setelah lahan digenangi. Tanah
diolah pada saat jenuh air dan tidak harus
menunggu air tergenang, menggunakan bajak
singkal ditarik traktor atau ternak, dengan
kedalaman oleh 20 cm atau lebih. Pengolahan
tanah dimaksudkan untuk menyediakan
pertumbuhan yang baik bagi tanaman padi
(berlumpur dan rata) dan untuk mematikan
gulma.
1. Pengolahan tanah sempurna dicirikan
dengan perbandingan lumpur air 1:1.

14

2.

Pegolahan tanah dilakukan dua kali.


Setelah pengolahan I, sawah digenang
selama 7-15 hari. kemudian dilakukan
pembajakan II diikuti penggaruan

untuk meratakan dan pelumpuran.


3. Pupuk organik jerami atau pupuk
kandang sebanyak 1-2 ton/ha
diberikan saat pengolahan tanah
kedua.
4. Untuk mempermudah pengaturan air
dibuat caren tengah dan caren
keliling. Caren adalah saluran air
untuk pengairan tanaman.
2. Pemilihan Varietas
Badan Litbang Pertanian telah
merakit sejumlah varietas unggul baru (VUB)
padi sawah, masing-masing memiliki
keunggulan tersendiri. Varietas padi yang
digunakan adalah varietas unggul yang telah
dilepas, yang mempunyai ciri-ciri sebagai

15

berikut :
1. Dapat menyesuaikan diri/beradaptasi
terhadap iklim dan jenis tanah
setempat.
2. Citarasanya disenangi dan memiliki
harga yang tinggi di pasar lokal
3. Daya hasil tinggi
4. Toleran terhadap hama dan penyakit
5. Tahan rebah .
Dalam pemilihan varietas perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Pergiliran varietas pada pola tanam
padi-padipalawija untuk mencegah
ledakan hama dan penyakit.
2. Pada musim hujan (MH) dipilih
varietas tahan wereng dan tahan
penyakit.
3. Pada musim kemarau (MK) dipilih
varietas yang relatif toleran kering
dan kurang disukai hama penggerek

16

Varietas lokal dan varietas unggul


mempunyai kelebihan dan kekurangan
sebagai berikut

17

3. Seleksi Dan Persiapan Benih


Masukkan benih ke dalam ember
berisi air garam 3% atau larutan ZA dengan
perbandingan 1 kg Z dilarutkan dengan 3 liter
air atau larutan air dan debu. Benih yang akan
ditanam adalah yang tenggelam dalam larutan
tersebut.

18

1. Tempatkan benih terpilih ke dalam


kantong kain strimin (longgar),
kemudian rendam dalam air hangat.
2. Tiriskan, air dari kantong kain
keluarkan dan letakkan di tempat
3.

hangat.
Perlakuan benih (seed treatment) bila
diperlukan.Untuk daerah yang sering
terserang hama penggerek batang,
perlakuan benih denganpestisida
fipronil (regent) 50 ST yang juga
dapat membantu mengendalikan hama

keong mas.
4. Persemaian
a. Pesemaian Basah
Dalam membuat tanah sawah basah
persemaian seharusnya benar-benar subur.
Rumput dan jerami yang masih harus
dibersihkan terlebih dahulu. Kemudian sawah
dibanjiri, tujuannya adalah agar tanah

19

menjadi lembut, rumput akan tumbuh


menjadi mati, dan berbagai serangga yang
dapat merusak bibit mati pula. Selain itu, jika
tanah cukup lembut dan dibajak berkali kali
hingga halus. Pada saat itu juga juga
membuat dan memperbaiki tanggul dan
pematang sawah. Sebagai tindakan dasar
persemaian luas harus dibuat sekitar 1/20 dari
areal padi yang akan ditanam. Jadi, ketika
padi yang akan ditanam daerah 1 ha, area
pembibitan yang harus dilakukan adalah 1/20
x 10 000 m = 500 m. Benih yang
dibutuhkan adalah sekitar 75 gram biji per 1
m, atau sebanyak kurang lebih 40 kg.
b. Pesemaian Kering
Prinsip pembuatan pesemaian kering
sama dengan pesemaian basah. Rumputrumput dan sisa-sisa jerami yang ada harus
dibersihkan terlebih dahulu. Tanah dibolak-

20

balik dengan bajak dan digaru, atau bisa dan


halus. juga memakai cangkul yang terpenting
tanah menjadi gembur. Setelah tanah menjadi
halus, diratakan dan dibuat bedenganbedengan. Adapun ukuran bedengan sebagai
berikut : Tinggi 20 cm, lebar 120 cm,
panjang 500-600 cm.Antara bedengan yang
satu dengan yang lain diberi jarak 30 cm
sebagai selokan yang dapat digunakan untuk
memudahkan : Penaburan biji, pengairan,
pemupukan, penyemprotan hama,
penyiangan, dan pencabutan bibit.
c. Cara Persemaian
1. Luas persemaian adalah 4 % dari luas
pertanaman (250 m2 per/ha lahan).
2. Olah tanah dan membenam gulma.
3. Bajak menggunakan traktor, handtractor, atau cangkul hingga tanah
melumpur dengan baik.

21

4. Taburkan benih yang sudah direndam


dan dikering anginkan secara merata
di bedeng persemaian.
5. Lahan persemaian dipupuk dengan
urea sebanyak 10 % dari total urea
yang digunakan (20-40 g urea/m2 ).
6. Lahan persemaian perlu diberi
kompos yang dicampur dengan sekam
dan atau serbuk gergaji kayu (abu)
dengan takaran 2-4 kg/m2 untuk
memudahkan pencabutan bibit,
terutama untuk bibit muda.
7. Benih yang diperlukan untuk bibit
muda 8-10kg/ha, sedangkan pada
pertanaman biasa 25-30 kg/ha.
5. Transplanting
1. Setelah berdaun dua, kira-kira 10-15
hari di pesemaian (bibit muda), bibit
siap dipindah.

22

2. Cabut bibit secara


diagonal/miring,usahakan akar tidak
putus.
3. Angkat bibit dengan tanah dari
pembibitan, segera ditanam.
4. Tanam dalam kondisi air macakmacak.
5. Tanam teratur, satu (1-2) bibit per
lubangtanam
6. Penanaman Bibit Muda
Tanam Satu Bibit Muda per Rumpun :
1. Penanaman bibit muda (umur 10-15
hari setelah sebar) memungkinkan
bagi tanaman untuk tumbuh lebih baik
denganjumlah anakan cenderung lebih
banyak.
2. Perakaran bibit berumur < 15 hari
lebih cepat beradaptasi dan lebih
cepat pulih dari stress akibat
dipindahkan dari persemaian ke lahan
pertanaman.
23

3.

Jarak tanam disesuaikan dengan


varietas dan kesuburan tanah (25 x 25

cm atau 20 x 20 cm.
4. Pada daerah tertentu,
penanamandengan sistem legowo
dapat dianjurkan dengan pola
berselang seling antara dua atau lebih
(biasanya empat) baris tanaman padi
dan satu baris kosong.
5. Bibit tanaman 1 batang / rumpun
(maksimum 3 batang / rumpun) agar
dapat tumbuh dan berkembang lebih
baik, perakaran lebih intensif, anakan
lebih banyak.
6. Bibit muda memiliki kemampuan
beradaptasi yang lebih baik
dibandingkan dengan bibit tua (> 20
hari).
7. Sistem Tanam Jajar Legowo

24

Dalam sistem tanam jajar legowo


terdapat dua atau lebih (biasanya empat) baris
tanaman padi dan diselingi oleh satu baris
yang dikosongkan.
1. Satu unit legowo terdiri dari dua atau
lebih baris tanaman dan satu beris
2.

yang kosong.
Bila terdapat dua baris tanam per unit
legowo disebut legowo 2 : 1, kalau
tiga baris disebut legowo 3 : 1, kalau
empat baris disebut legowo 4 : 1, dan
seterusnya.

Keuntungan sistem tanam jajar legowo :


1. Semua barisan rumpun tanaman
berada pada bagian pinggir yang
biasanya memberi hasil lebih tinggi
(efek tanaman pinggir)
2. Pengendalian hama, penyakit dan
gulma lebih mudah

25

3. Menyediakan ruang kosong untuk


pengaturan air, saluran pengumpul
keong mas dan untuk mina padi
4. Penggunaan pupuk lebih berdaya
guna.
8. Penanaman Padi
a. Pemilihan Bibit
Pekerjaan penanaman didahului
dengan pekerjaan pencabutan bibit di
pesemaian. Bibit yang akan dicabut adalah
bibit yang sudah berumur 25-40 hari
(tergantung jenisnya), berdaun 5-7 helai.
Sebelum pesemaian 2 atau 3 hari tanah
digenangi air agar tanah menjadi lunak dan
memudahkan pencabutan.
Caranya, 5 sampai 10 batang bibit kita
pegang menjadi satu kemudian ditarik ke
arah badan kita, usahakan batangnya jangan
sampai putus. Ciri-ciri bibit yang baik antara
lain :

26

Umurnya tidak lebih dari 40 hari


Tingginya kurang lebih dari 40 hari
Tingginya kurang lebih 25 cm
Berdaun 5-7 helai
Batangnya besar dan kuat
Bebas dari hama dan penyakit
Bibit yang telah dicabut lalu diikat
dalam satu ikatan besar untuk memudahkan
pengangkutan. Bibit yang sudah dicabut
harus segera ditanam, jangan sampai
bermalam. Penanaman padi yang baik harus
menggunakan larikan ke kanan dank e kiri
dengan jarak 20 x 20 cm, hal ini untuk
memudahkan pemeliharaan, baik penyiangan
atau pemupukan dan memungkinkan setiap
tanaman memperoleh sinar matahari yang
cukup dan zat-zat makanan secara merata.
Dengan berjalan mundur tangan kiri
memegang bibit, tangan kanan menanam, tiap

27

lubang 2 atau 3 batang bibit, dalamnya kirakira3 atau 4 cm. usahakan penanaman tegak
lurus jangan sampai miring.
Usahakan penanaman bibit tidak
terlalu dalam ataupun terlalu dangkal. Bibit
yang ditanam terlalu dalam akan
menghambat pertumbuhan akar dan
anakannya sedikit. Bibit yang ditanam terlalu
dangkal akan menyebabkan mudah rubuh
atau hanyut oleh aliran air. Dengan demikian
jelas bahwa penanaman bibit yang terlalu
dalam maupun terlalu dangkal akan
berpengaruh pada hasil produksi.
Pemeliharaan Padi
a. Pengairan
1. Saat tanam kondisi air macak-macak,
dan ini dipertahankan selama 7 (4)
hari.
2. Selanjutnya beri air selelah tanah
belah kecil-kecil, 0,5 cm.
28

3. Setelah anakan maksimum genangi


lahan 5-10 cm.
4. Jangan sampai tanaman kekurangan
air pada stadia ini.
5. Waktu pengendalian gulma keringkan
lahan.
6. Saat berbunga, padi sensitif terhadap
kekurangan air.
7. Genangi lahan 5-10 cm s/d 10 hari
sebelum panen.
b. Penyulaman
Setelah penanaman, Apabila tanaman
padi ada yang mati harus segera diganti
(disulam). Tanaman sulam itu dapat
menyamai yang lain, apabila penggantian
bibit baru jangan sampai lewat 10 hari
sesudah tanam.
Pengendalian gulma
1. Resiko pengeringan lahan rumput
akan subur.

29

2. Keluarkan air sebelum pengendalian


gulma.
3. Lakukan lebih awal, dengan tangan
atau alat mekanik.
4. Ulangi 2 s/d 3 kali sampai daun-daun
menutup.
5. Dapat juga digunakan herbisida sesuai
anjuran
6. Penyiangan secara manual dengan
tangan saat tanaman berumur 25 HST
dan diikuti dengan landak sebanyak 3
kali saat tanaman berumur 25, 35 dan
45 HST..
7. Herbisida pratumbuh dapat digunakan
untuk mengendalikan gulma,
diaplikasikan pada saat tanaman
berumur 5 hst.
8. Untuk herbisida pasca tumbuh dapat
diaplikasikan pada saat tanaman
berumur 14 dan 21 hst, dan jika
diikuti oleh satu kali penyiangan

30

mekanis pada saat tanaman beumur


35 hst sangat efektif mengendalikan
gulma.
c. Penyiangan Dengan
Gosrok/Landak
Penyiangan dapat dilakukan dengan
mencabut gulma (rumput/tumbuhan
pengganggu) dengan tangan, menggunakan
alat gosrok atau landak, atau menggunakan
herbisida. Penyiangan gulma diperlukan
untuk :
1. Mengurangi persaingan antara gulma
dengan tanaman dalam hal kebutuhan
hara, sinar matahari, dan tempat.
2. Untuk memutus perputaran hidup
3.

gulma.
Mencegah terbentuknya tempat
berkembang bagi serangga hama,
penyakit, dan tikus.

31

4.

Mencegah tersumbatnya saluran dan

aliran air irigasi.


5. Beberapa jenis gulma akarnya dapat
mengeluarkan racun bagi akar
tanaman padi.
6. Keuntungan peyiangan dengan alat
-

gosrok atau landak :


Ramah lingkungan (tidak

menggunakan bahan kimia)


Lebih ekonomis, hemat tenaga kerja
dibandingkan dengan penyiangan

biasa dengan tangan.


Meningkatkan udara di dalam tanah
dan merangsang pertumbuhan akar

padi lebih baik


Apabila dilakukan bersamaan atau
segera setelah pemupukan akan
membenamkan pupuk ke dalam tanah,
sehingga pemberian pupuk lebih
efisien

32

Cara penyiangan dengan alat gosrok atau


landak :
- Dilakukan saat tanaman berumur 1015 hst (hari setelah tanam)
- Dianjurkan dilakukan dua kali,
dimulai pada saat tanaman berumur 1015 hast. Diulangi secara berkala 10-25
hari kemudian.
- Gulma yang terlalu dekat dengan
tanaman dicabut dengan tangan
- Dilakukan dua arah yaitu diantara dan
di dalam barisan tanaman
d. Pemupukan
Untuk tanah normal pemerintah
memberikan rekomendasi pupuk untuk
tanaman padi sebagai berikut, Urea sebesar
200 kg - 250 kg, SP36 100 kg - 150 kg dan
KCl 75 kg - 100 kg. Jika menggunakan NPK
dosisnya adalah 100 kg urea dan 300 kg

33

NPK. Itu hanya dosis anjuran, untuk


menentukan dosis secara tepat maka anda
harus melakukan uji coba pada tanah milik
anda sendiri baik itu antar musim maupun
antar lokasi.
1.

Urea, SP36 dan KCl (200-250

Kg : 100-150 Kg : 75-100 Kg /ha). Satu


hari sebelum tanam lakukan
penyebaran pupuk SP36 100%. Setelah
umur 7 hst lakukan penyebaran Urea
30% dengan KCl 50%. Ketika umur 20
hst lakukan penyebaran urea 40 % dan
setelah berumur 30 hst lakukan
penyebaran urea 30% dan KCl 50%.
Jika anda menggunakan Urea, SP36
dan KCl namun anda mempunyai
BWD. Aplikasi pertama dan kedua
sama seperti diatas (Sebelum tanam
aplikasi SP36 100%, 7 hst aplikasi urea

34

30% ditambah KCl 50%), tetapi setiap


seminggu sekali lakukan tes warna
daun dengan BWN. Jika hasil
pengetesan tersebut dirasa butuh
penambahan urea baru lakukan
penambahan sedikit saja sekitar 10%.
Pengetesan dilakukan sampai tanaman
padi berumur 40 hst. Pada umur 30 hst
KCL yang tersisa 50% diberikan
semuanya.
2.

Urea dan NPK Ponska (100

Kg : 300 Kg / ha). Umur 7 hst berikan


urea 30% dan NPK Ponska 50%, pada
umur 20 hst berikan urea 40% dan
setelah umur 30 hst berikan urea 30%
dan NPK Ponska 50%. Jika menggukan
BWD aplikasi 7 hst berikan Ponska saja
50% tanpa urea, setelah satu minggu
lakukan test dengan BWD jika hasil tes

35

dirasa perlu penambahan urea lakukan


penambahan 10% saja. Demikian
seterusnya lakukan pengetesan setiap
seminggu sekali dengan BWD. Ketikan
umur 30 hst berikan Ponska yang 50%.
3.

Urea dan NPK Pelangi (100

Kg : 300 Kg / ha). Berikan NPK


pelangi 100% di saat padi berumur 1
hst. Setelah satu minggu berikan urea
30%. Ketika umur 20 hst berikan urea
40% dan ketika padi berumur 30 hst
berikan urea yang 30%. Jika anda
menggunakan BWD berikan NPK
Pelangi 100% ketika padi berumur 1
hst, setelah 7 hst lakukan test dengan
BWD dan jika hasil test BWD dirasa
perlu dilakukan penambahan lakukan
penambahan urea 10% saja. Demikian
seterusnya lakukan pemberian urea

36

setelah melakukan test dengan BWD


setiap 1 minggu sekali.
e. Pengendalian Hama Dan Penyakit
Hama di Persemaian Basah (untuk padi
sawah)
Hama putih (Nymphula depunctalis)
Gejala : menyerang daun bibit, kerusakan
berupa titik-titik yang memanjang sejajar
tulang daun, ulat menggulung daun padi.
Pengendalian

Pengaturan air yang baik, penggunaan

bibit sehat, melepaskan musuh alami,


menggugurkan tabung daun;

Penyemprotan insektisida Kiltop 50

EC atau Tomafur 3G.


Padi trip (Trips oryzae)

Gejala : daun menggulung dan

berwarna kuning sampai kemerahan,

37

pertumbuhan bibit terhambat, pada tanaman


dewasa gabah tidak berisi.

Pengendalian : insektisida Mipein 50

WP atau Dharmacin 50 WP.


Ulat tentara (Pseudaletia unipuncta,
berwarna abu-abu; Spodoptera litura,
berwarna coklat hitam; S. exempta, bergaris
kuning)
Gejala : ulat memakan helai daun, tanaman
hanya tinggal tulang-tulang daun.
Pengendalian: cara mekanis dan insektisida
Sevin, Diazenon, Sumithion dan Agrocide.
Hama di Sawah
Wereng
Wereng penyerang batang padi :
wereng padi coklat (Nilaparvata lugens),
wereng padi berpunggung putih (Sogatella
furcifera). Merusak dengan cara mengisap
cairan batang padi. Saat ini hama wereng

38

paling ditakuti oleh petani di Indonesia.


Wereng ini dapat menularkan virus.
Gejala : tanaman padi menjadi kuning dan
mengering, sekelompok tnaman seperti
terbakar, tanaman yang tidak mengering
menjadi kerdil.
Pengendalian
1.

Bertanam padi serempak,


menggunakan varitas tahan wereng
seperti IR 36, IR 48, IR 64, Cimanuk,
Progo dsb, membersihkan lingkungan,
melepas musuh alami seperti laba-

laba, kepinding dan kumbang lebah.


2. Penyemportan insektisida Applaud 10
WP, Applaud 400 FW atau Applaud
100 EC.
Walang sangit (Leptocoriza acuta)
Menyerang buah padi yang masak susu.

39

Gejala : dan menyebabkan buah hampa atau


berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna
coklat dan tidak enak; pada daun terdapat
bercak bekas isapan dan buah padi berbintikbintik hitam.
Pengendalian
1. Bertanam serempak, peningkatan
kebersihan, mengumpulkan dan
memunahkan telur, melepas musuh
alami seperti jangkrik;
2. Menyemprotkan insektisida Bassa 50
EC, Dharmabas 500 EC, Dharmacin
50 WP, Kiltop 50 EC.
Kepik hijau (Nezara viridula)
Menyerang batang dan buah padi.
Gejala : pada batang tanaman terdapat bekas
tusukan, buah padi yang diserang memiliki
noda bekas isapan dan pertumbuhan tanaman
terganggu.

40

Pengendalian : mengumpulkan dan


memusnahkan telurtelurnya, penyemprotan
insektisida Curacron 250 ULV, Dimilin 25
WP, Larvin 75 WP.
Hama tikus (Rattus argentiventer)
Tanaman padi akan mengalami
kerusakan parah apabila terserang oleh hama
tikus dan menyebabkan penurunan produksi
padi yang cukup besar. Menyerang batang
muda (1-2 bulan) dan buah.
Gejala : adanya tanaman padi yang roboh
pada petak sawah dan pada serangan hebat
ditengah petak tidak ada tanaman.
Pengendalian: pergiliran tanaman, sanitasi,
gropyokan, melepas musuh alami seperti ular
dan burung hantu, penggunaan pestisida
dengan tepat, intensif dan teratur,
memberikan umpan beracun seperti seng

41

fosfat yang dicampur dengan jagung atau


beras.
Burung
Burung (manyar Palceus manyar,
gelatik Padda aryzyvora, pipit Lonchura
lencogastroides, peking L. puntulata, bondol
hitam L. ferraginosa dan bondol putih L.
ferramaya).

Menyerang padi menjelang panen,

tangkai buah patah, biji berserakan.

Pengendalian: mengusir dengan

bunyi-bunyian atau orang-orangan.


Pengendalian Penyakit
Bercak daun coklat
Penyebab

: jamur (Helmintosporium

oryzae).
Gejala

: menyerang pelepah, malai,

buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru


berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat

42

tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering,


biji kecambah busuk dan kecambah mati.
Pengendalian :
1. Merendam benih di dalam air panas,
pemupukan berimbang, menanam
padi tahan penyakit ini, menaburkan
serbuk air raksa dan bubuk kapur
(2:15);
2. Dengan insektisida Rabcide 50 WP.
Blast
Penyebab

: jamur Pyricularia oryzae.

Gejala

: menyerang daun, buku pada

malai dan ujung tangkai malai. Serangan


menyebabakn daun, gelang buku, tangkai
malai dan cabang di dekat pangkal malai
membusuk. Proses pemasakan makanan
terhambat dan butiran padi menjadi hampa.
Pengendalian:

43

1.

Membakar sisa jerami, menggenangi


sawah, menanam varitas unggul
Sentani, Cimandirim IR 48, IR 36,
pemberian pupuk N di saaat
pertengahan fase vegetatif dan fase

pembentukan bulir;
2. Menyemprotkan insektisida Fujiwan
400 EC, Fongorene 50 WP, Kasumin
20 AS atau Rabcide 50 WP.
Penyakit garis coklat daun (Narrow brown
leaf spot,)
Penyebab

: jamur Cercospora oryzae.

Gejala

: menyerang daun dan

pelepah. Tampak gari-garis atau bercakbercak sempit


memanjang berwarna coklat
sepanjang 2-10 mm. Proses
pembungaan dan pengisian
biji terhambat.

44

Pengendalian:
-

Menanam padi tahan penyakit ini


seperti Citarum, mencelupkan benih

ke dalam larutan merkuri;


Menyemprotkan fungisida Benlate T
20/20 WP atau Delsene MX 200.

Busuk pelepah daun


Penyebab: jamur Rhizoctonia sp.
Gejala: menyerang daun dan pelepah daun,
gejala terlihat pada tanaman yang telah
membentuk anakan dan menyebabkan jumlah
dan mutu gabah menurun. Penyakit ini tidak
terlalu merugikan secara ekonomi.
Pengendalian:
1. Menanam padi tahan penyakit ini;
2. Menyemprotkan fungisida pada saat
pembentukan anakan seperti
Monceren 25 WP dan Validacin 3 AS.
Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium moniliforme.
45

Gejala: menyerang malai dan biji muda,


malai dan biji menjadi kecoklatan hingga
coklat ulat, daun terkulai, akar membusuk,
tanaman padi. Kerusakan yang diderita tidak
terlalu parah.
Pengendalian: merenggangkan jarak tanam,
mencelupkan benih pada larutan merkuri.
9. Panen Dan Pasca Panen
a. Perkiraan Produksi
Dengan penanaman dan pemeliharaan
yang intensif, diharapkan produksi mencapai
7 ton/ha. Saat ini hasil yang didapat hanya 45 ton/ha.
b. Panen
Panen dan pasca panen perlu
ditangani secara tepat karena :
1.

Kehilangan hasil dan


penurunan mutu selama
proses panen dan pasca

46

panen masih tinggi (sekitar


2.

20 %).
Penanganan panen dan
pasca panen yang kurang
baik menyebabkan kualitas

3.

benih rendah.
Panen padi dengan sistem
kelompok dapat menekan
kehilangan hasil dari 19 %
menjadi 4 %. Pemanenan
padi dengan sistem
kelompok beranggota 30
permanen memerlukan
pembagian tugas yang jelas
dan proporsional : 22 orang
memotong padi, 5 orang
mengumpulkan potongan
padi, dan 3 orang merontok
padi dan mengemas gabah
dalam karung. Jika
47

menggunakan power
tresher, usahakan putaran
drum/silinder perontok
stabil pada 600-800 rpm
agar dapat menahan
kerusakan gabah dan
menghindari tercampurnya
gabah dengan kotoran
c. Ciri Panen
Perhatikan umur tanaman ; antara
varietas yang satu dengan lainnya
kemungkinan berbeda. Hitung sejak padi
mulai berbunga, biasanya panen jatuh pada
30 35 hari setelah padi berbung. Jika 95 %
malai menguning, segera panen
1. Panen & perontokan :
1. Gunakan alat sabit bergerigi atau
mesin panen.
2. Panen sebaiknya dilakukan
dengan cara potong tengah atau
48

potong atas bila gabah akan


dirontok dengan power tresher.
Bila gabah akan dirontok dengan
pedal tresher, panen dapat
dilakukan dengan cara potong
bawah.
3. Hasil panen dimasukkan ke
dalam karung atau kalau
ditumpuk perlu diberi alas untuk
mencegah gabah tercecer.
4. Perontokan harus segera
dilakukan, dihindari penumpukan
padi sawah sampai beberapa hari,
untuk menjaga kualitas, menekan
kehilangan hasil dan kerusakan
gabah.
d. Perontokan
Perontokan bertujuan melepas butir
gabah dari malainya yang dapat dilakukan
secara manual maupun mengunakan alat dan

49

mesin. Perontokan secara manual dilakukan


degan cara
menginjak sambil melintir padi dengan kaki.
Cara ini kurang efisien karena membutuhkan
waktu lama dan gabah yang tertinggal pada
malai masih banyak sehingga akan
memperbesar tingkat kehilangan hasil.
Penggunaan alat perontok (pedal thresher
maupun power thresher) sudah banyak
digunakan petani untuk merontokkan padi
yang dipanen dengan sistem potong atas atau
potong tengah. Penggunaan mesin perontok
akan mempercepat proses perontokan dan
dengan cara ini tingkat kehilangan hasil pada
saat panen dapat ditekan.
e. Pengeringan
Pengeringan gabah bertujuan untuk
menurunkan kadar air dalam gabah melalui
proses penguapan air gabah dengan cara

50

melewatkan udara panas dan kering ke dalam


tumpukan gabah. Dapat pula pengeringan
dilakukan dengan cara penjemuran
menggunakan sinar matahari. Pengeringan
juga dapat dilakukan dengan mesin pengering
buatan (artficial dryer) Pegeringan yang
sering dilakukan oleh petani umumnya
dengan sinar matahari dan hanya sebagian
kecil petani yang melakukan pengeringan
dengan mesin pengering. Penjemuran Gabah
dengan menggunakan sinar matahari
sebaiknya :
Alas penjemuran
Penyiapan alas penjemuran sebaiknya
: 1) terpal atau plastik dan 2) lantai jemur
berupa beton atau lantai semen. Lantai jemur
harus bersih dari kotoran jerami dan gabah
varietas lain serta benda asng seperti
tanah,pasir, kerikil dan logam.

51

Penghamparan Gabah
Setelah embun pagi hilang dan lntai
jemur sudah kering, maka gabah segera
dihampar
dan diratakan. Ketebalan penjemuran antara 5
7 cm agar laju pengeringan gabah tidak
terlalu cepat. Agar dihindari tebal penjemuran
terlalu tipis karena menghasilkan panas yang
tinggi sehingga gabah sangat cepat kering,
mengakibatkan keretakan pada beras yang
nantinya menjadi pecah saat digiling.
Pembalikan gabah
Selama penjemuran gabah perlu di
bulak balik setiap satu dua jam sekali.
Pembalikan gabah perlu dilakukan agar kadar
air gabah seragam. Alat pembalikan gabah
sangat sederhana yang dibuat dari kayu
dengan bentu seperti garu.
Pengemasan

52

Penjemuran dihentikan setelah kadar


air gabah mencapai sekitar 14%, Gabah
kering kemudian dikemas dengan karung
plastik dan diangkut kegudang atau pabrik
penggilingan padi. Gabah kering seelah
dikemas perlu diistirahatkan lebih dulu satu
sampai dua malam.
f.

Penyimpanan dan Penggilingan


Pada masa penyimpanan gabah faktor

lingkungan yang paling berpengaruh adalah


suhu, kelembaban udara. Sedangkan faktor
biologis yang berpengaruh yaitu hama
gudang dan mikro organisme perusak biji.
Hama gudang atau serangga mengakibatkan
susut bobot dan mutu.
Petani umumnya menyimpan gabah
pada kadar air sekitar 16% dan kadar kotoran
seitar 6%. Hal ini masih cukup baik kalau
waktu simpannya hanya untuk 1 tahun di

53

dalam lumbung. Gabah yang disimpan cukup


lama akan mengalami perubahan kadar air ini
di sebabkan oleh tingkat kelembaban ruang
penyimpanan. Gabah yang sudah di simpan
dalam penyimpanan jika akan di giling
dikeringkan terlebih dahulu sampai kadar air
mencapai 12 14% kemudian gabah yang
baru dikeringkan tersebut di angin-anginkan
terlebih dahulu untuk menghindari butir
pecah.
Penggilingan merupakan proses untuk
mengubah gabah menjadi beras. Proses
penggilingan gabah meliputi pengupasan
sekam, pemisahan gabah, penyosohan,
penyimpanan. Teknologi penggilingan sangat
menentukan kuantitas dan kualitas beras yang
dihasilkan.

54

Daftar Pustaka
Aak. 1990. Budidaya Tanaman Padi.
Kanisius: Yogyakarta Julistia
Bobihoe.2007.Inovasi Teknologi
Untuk Meningkatkan Produktivitas
Tanaman Padi. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jambi Badan
Penelitian Dan Pengembangan
Pertanian Departemen Pertanian.
Prihatman Kemal. 2008. Tentang Budidaya
Pertanian Padi (Oryza sativa L.)
Jakarta(1)1-16
Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di
Indonesia. Sastra Hudaya. Bogor
Tjitrosoepomo, Gembong. 1994.
Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta.
Fakultas Pertanian.UGM Press:
Yogyakarta

55

Вам также может понравиться