Вы находитесь на странице: 1из 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

anatara lain Riza EL Fahruddin,2012


(Simulasi Aplikasi Elektro Pneumatic
dan PLC sebagai pintu Geser) dan Al
Antoni Ahmad, 2012 (Perancangan
Simulasi sistem Pergerakan dengan
Pengontrolon Pneumatic untuk Mesin
Pengamplas Kayu Otomatis).

Latar Belakang
Perkembangan
teknologi
dan
informasi
saat
ini
semakin
mempermudah kerja manusia, khususnya
di bidang industri
makanan dan
elektronika, obat obatan dan bahan kimia.
Dengan perkembangan teknologi di
indutri tersebut, perusahaan dituntut
untuk bekerja efisien, efektif dan
hygienic. Oleh karena itu pemakaian alat
bantu manusia sangat dibutuhkan untuk
mengganti kerja manusia yang dirasa
memakan cost yang terlalu besar. Contoh
pemakaian
alat
bantu
untuk
menggantikan
manusia
adalah
memindahkan barang dari line satu ke
line yang lain menggunakan lengan
pneumatic. Pemakaian alat ini dapat
menghemat cost untuk membayar
karyawan hanya untuk memindahkan
barang berupa makanan dan barang
elektronika yang membutuhkan ke
hygienisan.

1.2.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian
ini mengenai hal-hal sebagai berikut:

Akan tetapi untuk membuat lengan


pneumatic,
pneumatic
memiliki
keterbatasan kerja yaitu kemampuan
angkat atau dorong pneumatic yang
terbatas dan terlalu banyaknya komponen
yang dibutuhkan untuk aplikasi lengan
pneumatic saja.
Sehingga penggabungan teknologi
pun
diperlukan
untuk
mencapai
kemampuan alat dengan maksimal, salah
satunya yang industri sering pakai adalah
PLC (Programmable Logic Control).
PLC merupakan sistem yang dapat
memanipulasi,
mengekskusi,
dan
memonitor keadaan proses pada laju
cepat. PLC menerima masukan dan
menghasilkan keluaran sinyal sinyal
listrik untuk mengendalikan suatu sistem.
Dengan demikian pneumatic dapat
dikendalikan
menggunakan
PLC.
Penelitian yang sudah pernah dibuat

1.3.

1.

Bagaimana cara kerja dari alat


distributing of object
menggunakan lengan pneumatic?

2.

Bagaimana sistem
Programmable Logic Control
lengan pneumatic tersebut?

3.

Berapa massa, energy potensial


dan tekanan ke bawah benda yang
mampu diangkat oleh lengan
pneumatic?

4.

Bagaimana kebutuhan tekanan


yang diberikan sumber energy
(compressor) dengan benda yang
memiliki massa, energy potensial
dan tekanan ke bawah yang bisa
diangkat lengan pneumatic?

5.

Bagaimana
pengaruh
luas
penampang
benda
terhadap
tekanan ke bawah yang di
hasilkan benda atau object.

Tujuan
Tujuan penelitian ini dibuat adalah:
1.

Mengetahui cara kerja alat


distributing
of
object
menggunakan lengan pneumatic.

2.

Mengetahui
sistem
Programmable Logic Control
lengan pneumatic tersebut.

6.

Menggunakan double acting


cylinder tipe CD85N16-50-B
dan CD85N20-50-B.

3.

Mengetahui massa, energy


potensial dan tekanan ke
bawah benda yang mampu
diangkat
oleh
lengan
pneumatic?.

7.

Menggunakan udara yang


dipakai
sebagai
energy
penggerak silinder.

4.

Mengetahui kebutuhan tekanan


yang diberikan sumber energi
(kompresor) dengan massa,
energy potensial dan tekanan
ke bawah benda yang bisa
diangkat oleh pneumatic.

5.

1.4.

1.5.

Manfaat penelitian
Dalam penelitian ini, memiliki
manfaat untuk perkembangan industri
antara lain:
1.

Dapat mengetahui seberapa


besar masa, tekanan, dan
energy potensial benda yang
dapat diangkat oleh lengan
pneumatic.

2.

Dapat mengetahui cara kerja


alat distributing of object
menggunakan
lengan
pneumatic.

3.

Dapat
mengetahui
kerja
Programmable Logic Control
untuk mengontrol pneumatic
SMC.

4.

Dapat mengetahui hubungan


antara tekanan dari compressor
dan massa, tekanan ke bawah
dan energy potensial benda
yang bisa diangkat oleh lengan
pneumatic.

5.

Dapat mengetahui pengaruh


luas penampang benda tehadap
tekanan ke bawah benda
tersebut.

Mengetahui pengaruh luas


penampang benda terhadap
tekanan ke bawah yang di
hasilkan benda atau object.

Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian
ini adalah:
1.

Menggunakan
SMC.

Pneumatic

2.

Menggunakan
jenis
Omron tipe CP1E N20.

3.

Menggunakan
kompresor
single silinder dengan tekanan
maksimal 8 bar.

4.

Menggunakan variasi tekanan


pengujian pada 2 dan 3bar.

5.

Menggunakan 6 jenis ukuran


benda dan massa yang
berbeda.

PLC

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.

Teknik Otomasi
Otomatisasi adalah suatu pengubahan
input menjadi output yang lebih baik.
Proses pengubahan input menjadi
output ini menggunakan teknik
kontrol, sehingga untuk mendapatkan
sistem kontrol yang otomatis maka
digunakan sistem kontrol yang
otomatis juga (Deutche Institut fr
Normung (DIN), 1922: 6).

Input (Push button & Volt)

Proses
control Plc

Output (Actuator)

Limit switch

Gambar 2.1 : Diagram Blok Control

2.2.

Dasar dasar Pneumatic


1. Pengertian pneumatic
Pneumatic berasal dari kata
Yunani, pneumatikos atau pneu yang
berarti udara dan matics yang berarti
gerakan otamasi. Jadi pneumatic bisa
diartikan salah satu otomasi yang
menggunakan
udara
bertekanan
sebagai energi. Pada abad ke-17
ilmuan Otto von Guericke berhasil
menemukan pompa tekanan udara
pertama kalinya, saat ini sering
disebut
kompresor
(http://inventors.about.com/od/pstarti
nventions/a/pneumatic).
Kompresor
merupakan
mesin/alat untuk menaikkan tekanan
udara dengan cara memampatkan gas
atau udara. Kompresor biasanya
bekerja dengan menghisap udara
atmosfir
(udara
bebas)
lalu
memampatkannya. Kompressor dan
pneumatic adalah satu kesatuan alat
yang tidak bisa di lepaskan, karena
sumber energy penggerak pneumatic

adalah udara.
Sedangkan
udara,
yaitu
campuran gas yang terdiri dari
Nitrogen 78%, oksigen 21% dan
sisanya adalah campuran karbon
dioksida, argon, hydrogen, neon,
helium, krypton dan xenon. Udara ini
di mampatkan oleh compressor hingga
tekanan mencapai 8 10 bar.
Dan jika berbicara tentang udara
atau fluida maka kita tidak akan lepas
dari prinsip hukum bernaulli tentang
aliran
udara.
Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah
di dalam mekanika fluida yang
menyatakan bahwa pada suatu aliran
fluida, peningkatan pada kecepatan
fluida akan menimbulkan penurunan
tekanan pada aliran tersebut.
Prinsip
ini
sebenarnya
merupakan
penyederhanaan
dari
Persamaan
Bernoulli
yang
menyatakan bahwa jumlah energi
pada suatu titik di dalam suatu aliran
tertutup sama besarnya dengan jumlah
energi di titik lain pada jalur aliran
yang sama. Prinsip ini diambil dari
nama ilmuwan Belanda/ Swiss yang
bernama Daniel Bernoulli.
Dalam bentuknya yang sudah
disederhanakan, secara umum terdapat
dua bentuk persamaan Bernoulli; yang
pertama berlaku untuk aliran taktermampatkan (incompressible flow),
dan yang lain adalah untuk fluida
termampatkan.
2. Prinsip Dasar pneumatic
Teori Dasar
1. Satuan Turunan :
Tabel 2.1 : Satuan Turunan di Pneumatic
Besaran Simbol
Satuan
Gaya
F
Newton (N)
Luas
A
Meter persegi
(m)
Volume
V
Meter kubik (m)
Volume
Q
(m/s)
aliran
Tekanan
P
Pascal (Pa)

A
b
s
o
l
u
t
e
P
r
e
s
s
u
r
e
(
B
a
r
)

G
a
u
g
e
P
r
e
s
s
u
r
e
(
B
a
r
)

Gambar 2.3 : Konsep Tekanan


(Sumber : 2012.SMC International modul)
Keterangan : P = Tekanan (Pascal)
F = Gaya (Newton)
A = Luas Penampang (m)
Hukum Boyle Mariottes
P1 x V1 = P2 x V2 = konstan
(Sumber : 2012.SMC international modul)
Semakin udara di mampatkan menjadi
volume yang lebih kecil, maka tekanan udara
tersebut menjadi semakin tinggi. Misal :
untuk mendapat tekanan sebesar 8 bar, maka
volume udara yang harus dimampatkan
adalah 8 x volume ruang.

Gambar 2.2 : Daerah Tekanan


(Sumber : 2012.SMC international modul)
Tekanan ukur/gauge pressure
adalah tekanan yang digunakan dalam
system pneumatic, misal 6 bar, 7 bar
dst. Tekanan vakum dengan angka -1
bar, -0.8 bar dst.
2. Persamaan Dasar
P = F/A

Gambar 2.4 : Seketsa hukum Boyle


Mariottes Law
(Sumber : 2012.SMC International modul)

pneumatic dapat diberi beban lebih


tanpa merusak.

3. Karakteristik Udara Mampat


Dalam jangka waktu yang relatif
singkat, penggunaan sistem kontrol
pneumatic sudah sedemikian luasnya.
Salah satu alasannya adalah bahwa udara
mudah diperoleh dan murah.
Karakteristik-karakteristik
udara
mampat berkaitan dengan penerapan
pada sistem kontrol pneumatic :
1. Jumlah : udara tersedia di mana saja
dan dalam jumlah yang tak
terhingga.
2. Pengangkutan : udara mampat dapat
diangkut dengan mudah melalui
saluran pipa pipa atau selang. Di sini
tidak dibutuhkan saluran balik,
karena udara bekas dapat langsung
dibuang di udara bebas.
3. Penyimpanan : kompresor tidak
harus selalu beroperasi. Udara
mampat dapat disimpan di dalam
tangki.
4. Suhu : udara mampat tahan terhadap
perubahan suhu. Hal ini menjadikan
jaminan kerja yang lebih besar dari
sistem kontrol pneumatic.
5. Tahan ledakan : udara mampat tidak
menyebabkan bahaya ledakan atau
kebakaran.
6. Kebersihan : udara mampat bersih.
Bila terdapat kebocoran saluran atau
komponen, maka tidak akan
menyebabkan polusi.
7. Konstruksi: konstruksinya sederhana
sehingga komponen komponennya
murah.
8. Kecepatan : udara mampat dapat
mencapai kecepatan aliran yang
tinggi (kecepatan operasi silinder
pneumatic adalah 1 2 m/s)
9. Pengaturan : kecepatan dan gaya
dari udara mampat serta peralatan
pneumatic dapat diatur secara tak
terbatas.
10. Tahan beban lebih : peralatan
pneumatic
dan
perlengkapan
operasinya dapat dibebani lebih
hingga berhenti. Suatu jaringan

4. Prinsip kerja sistem Pneumatic

Yang dimaksud dengan prinsip


kerja sistem pneumatic di sini adalah cara
kerja system pneumatic dan konstruksi
rangkaian
komponen-komponen
pneumatic yang lengkap. Secara umum
komponen-komponen pneumatic dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu :
unit tenaga (sumber tenaga), unit
pengatur (element input, element proses,
element control akhir) dan unit
penggerak (actuator).

Gambar 2.5: Diagram alir Prinsip kerja


pneumatic
(Sumber : 2012.SMC international modul)

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian skripsi ini akan dilakukan di
laboratorium Pneumatic dan Hidrolik Politeknik
Sugar Group Companies dan di Lab Universitas
Muhamadiya Metro. Sedangkan waktu penelitian
dilakukan pada rentang waktu pada bulan
oktober hingga bulan april 2015.
38

1. Rel Pneumatic Horizontal sumbu


X
2. Silinder lengan pneumatic
Horizontal sumbu Z
3. Silinder lengan pneumatic
Vertikal sumbu Y
4. Vacuum Ejector dan Pad

3.2 Cara Kerja Alat/ Prosedur Penelitian


3.2.1 Membuat Alat
1. Sketsa gambar alat
A

B
C

D
E

50%
2

2
4

S
5

2. Perakitan/ Assembly Alat


1. Pasang
kompresor
pada
tempatnya dan hubungkan ke
sumber listrik.
2. Pastikan flexible tube terpasang
dari kompresor ke filter regulator.
3. Pasang
flexible
tube
dari
regulator filter ke terminal
distribusi non return valve.
4. Distribusikan flexible tube ke
komponen pneumatic ( 5/2 valve,
limit switch ) yang membutuhkan
suplay udara.
5. Pasang komponen sesuai gambar
rancangan alat.
6. Hubungkan PLC denga perangkat
computer dan valve 5/2.
7. Hubungkan PLC dengan sumber
energy listrik.
8. Jalankan program PLC yang telah
terhubung dengan pneumatic.

3
1

50%

2
1

+24V

STOP

9 10 11 12

R3

R2
START

R3

R4

R1R11
R2
B

13 14 15 16 17

R4

R5

7 8

R5

18 19 20

R6

R2

R3

24

21 22 23

R6

25

R7
R7

R8

27

R8

28

29

R9

R10

30

31 32

R10 R1

R9
D

26

R11

R11

R7
33
R4

R8

R7
R6

34

R5
R11

R11

R8

R11

R10

R9

R11
R6

R1

R2

R3

R4

R5

R7

R8

R9

R10

R11

0V

3
32

6
20

9
21

8 12
13

5 15 2 18
17
23

14 19 17 22
24
26
25
27

25 28
29

24 30
31

8 4
11
14
17
27
29

Gambar 3.27 :Rancangan rangkaian


Elektro Pneumatice

Gambar 3.28 : Gambar tampak atas

3.2.2 Pembuatan rangkaian PLC


a. Menginstal CX-program
b. Membuat rangkaian logika ladder PLC
pada CX - program

Gambar 3.29 : Gambar tampak depan

3.2.3
a.
Gambar 3.30: Gambar tampak samping

b.
c.
d.
e.

Gambar 3.31: Gambar tampak atas kanan


Keterangan gambar :

38

Proses pengambilan data


Adapun proses pengambilan data adalah
sebagai berikut:
Menghidupkan kompresor dan sistem
kelistrikan pneumatic.
Menentukan tekanan yang hendak
dipakai, misal 3 bar, 4 bar dst.
Mengukur berat benda (PCB) yang
hendak dipindahkan.
Menghubungkan sistem PLC dengan
pneumatic.
Mengambil data kemampuan alat vakum
sampai berapa besar massa yang mampu
dibawa.

f. Mengganti benda atau object yang


hendak diangkat, serta mengatur ulang
tekanan pneumatic yang hendak dipakai.
g. Menjalankan system pneumatic dan
mengambil data massa benda dan
tekanan yang dibutuhkan.
h. Setelah selesai mengambil data, off-kan
PLC, compressor dan sumber energi
listrik.
i. Diagram Alir Penelitian

4.1.2 Tabel Hasil Penelitian PCB untuk Luas


2370.8 mm

4.1.3 Tabel Hasil Penelitian Kuningan untuk


Luas 1283.7mm

4.1.4 Tabel Hasil Penelitian Baja

Gambar 3.32: Flow Chart

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisa Hasil Penelitian


4.2.1 Analisa hasil penelitian vacum pad pada
tekanan 2 bar
Pada hasil penelitian di atas, Tekanan
udara yang sampai ke vacum pad saat tekanan
dari kompressor 2 bar adalah 0,8 bar = 80000
N/m dan tekanan 1 atm = 1,033 kg/cm =
103300 N/m, diameter pad 12,87 mm maka :

4.1 Hasil Penelitian


Setelah melakukan pengujian alat
distributing of object menggunakan lengan
pneumatic, di dapatkan hasil sebagai berikut:
4.1.1 Tabel Hasil Penelitian PCB untuk Luas
10138 mm

P2
Gambar 4.1 vacum pad pada air
supplay 2 bar
a) Tekanan vacum pad
P1= Patm P(input)
38

P1= 103300 N/m - 80000 N/m


P1 vacum = 23300 N/m
b) Gaya angkat vacum pad
P = F/A
F=PxA
F = 23300 N/m x A
F = 23300 N/m x (1/4 x 3,14 x d)
F = 23300 N/m x (1/4 x 3,14 x 0,012 m)
F = 23300 N/m (0,00011304 m)
F = 2,634N
c) Kemampuan usaha dan energi
potensial vacum pad
W = EP
F x h = EP
F (hmax-hmin) = EP
EP = 2,634 Nx (hmax-hmin)
EP = (2,634 Nx 0,87m) - (2,634 Nx 0,79m)
EP = 0, 21158 Nm
4.2.2 Analisa hasil penelitian vacum pad pada
tekanan 3 bar
Untuk Tekanan sumber 3 bar di dapat P
input sampai ke vacum pad 1,8 bar atau 180000
N/m, maka P vacum = 180000 - 103300 N/m

b. Untuk tekanan dari kompressor 3 bar


syarat nya adalah P2 < P1vacum =
76700 N/m dan EP benda < EP =
0,6936 Nm.
4.2.3 Analisa Hasil Penelitian PCB dengan
Luas = 10138mm
Dari hasil percobaan satu, di dapat
bahwa dengan tekanan 2 bar, lengan pneumatic
sudah dapat mengangkat benda dengan massa 92
gram dan dengan luas penampang 10138 mm.
a) Tekanan ke bawah pada PCB dengan
Luas = 10138mm
P = F/A
F=mxa
m = 0,092 kg
F = 0,092 kg x 9,8 m/s
F = 0,9 N
A = 0,01 m
P2 = 0,9 N/0,01 m
P2 = 90 N/m
b) Energi Potensial PCB dengan Luas =
10138mm
Tinggi vacum pad dari lantai 0,87 m,
tinggi permukaan meja ke lantai
0,79m. Dan lengan silinder Y max
0,82 m, Maka Energi Potensial
Percobaan tabel pertama yang
P1
memiliki massa terbesar adalah
EP = mg (h max h min)
h max = 0,87m 0,0069m = 0,8631m
h min = 0,82 m - 0,0069 = 0,8131m
EP = (0,9 N x 0,8631 m) - (0,9 N x 0,8131 m)
EP = 0,045 Nm
4.2.4 Analisa Hasil Penelitian PCB dengan
Luas = 2370.8mm
Dari hasil percobaan dua, di dapat bahwa
dengan tekanan 2 bar, lengan pneumatic sudah
dapat mengangkat benda dengan massa 100
gram dan dengan luas penampang 2370.8 mm.
a) Tekanan ke bawah pada PCB dengan
Luas = 2370.8 mm
P = F/A
F=mxa
m = 0,1 kg
F = 0,1 kg x 9,8 m/s
F = 0, 98 N
A = 0,002370 m
P2 = 0,98 N/0,002370 m
P2 = 413,5 N/m

P2
Gambar 4.2 vacum pad pada air supplay
3 bar
a) Tekanan vacum pad dan Gaya Angkat
vacum pad
P1 vacum = 76700 N/m
F = 76700 N/mx (1/4 x 3,14 x d)
F =76700 N/m x (1/4 x 3,14 x 0,012
m)
F = 76700 N/m (0,00011304 m)
F = 8,67 N
b) Kemampuan usaha dan energi
potensial vacum pad
F x h = EP
F (hmax hmin) = EP
EP = 8,67 Nx (hmax hmin)
EP=(8,67Nx 0,87m)-(8,67Nx 0,79m)
EP = 0,6936 Nm
Jadi hasil perhitungan vacum pad pada
penelitian ini, benda bisa terangkat jika :
a. P2< P1 = 23300 N/m dan EP
benda < EP = 0,21158 Nm untuk
tekanan dari kompressor 2 bar.
38

a) Energi Potensial PCB dengan Luas =


2370.8 mm
Tinggi vacum pad dari lantai 0,87 m,
tinggi permukaan meja ke lantai 0,79
m. Dan lengan silinder Y max ke
bawah 0,82 m dari lantai, Maka
Energi Potensial Percobaan tabel
kedua yang memiliki masa terbesar
adalah
EP = mg (h max h min)
h max = 0,87m 0,01704 = 0,85296 m
h min = 0,82 m - 0,01704 = 0,80296 m
EP = (0,98 N x 0,85296) - (0,98 N x 0,80296)
EP = 0,049 Nm

baja pertama bisa di pindahkan dengan lengan


pneumatic sedangkan silinder ke dua dan ke tiga
tidak bisa, hal ini dipengaruhi energi potensial
dan tekanan kepusat bumi dari object tersebut.
Hal ini bisa di lihat dari perhitungan berikut:
a. Tekanan ke bawah pada silinder baja 1
dengan Luas = 2550 mm :
P = F/A
F=mxa
m = 1600 gram
F = 1,6 kg x 9,8 m/s
F = 15,68 N
A = 0,00255 m
P2 = 15,68 N/0,00255 m
P2 = 6149.02 N/m
b. Energi Potensial silinder baja 1 dengan
Luas = 2550 mm :
EP = mg (h max h min)
EP = 0 Nm
c. Tekanan ke bawah pada silinder baja 2
dengan Luas =10000 mm :
P = F/A
F=mxa
m = 1300 gram
F = 1,3 kg x 9,8 m/s
F = 12,74 N
A = 0,01 m
P2 = 12,74 N/0,01 m
P2 = 1274 N/m
d. Energi Potensial silinder baja 2 dengan
Luas =10000 mm :
EP = mg (h max h min)
h2 = 0,87 0,017 = 0,853
EP = (12,74 N x 0,853) (12,74
N x 0,79)
EP = 0,8026 Nm
e. Tekanan ke bawah pada silinder baja 3
dengan luas =12440 mm:
P = F/A
F=mxa
m = 1550 gram
F = 1,5 kg x 9,8 m/s
F = 14,7 N
A = 0,01244 m
P2 = 14,7 N/0,01244 m
P2 = 1181,67 N/m
f. Energi Potensial silinder baja 3 dengan
Luas =12440 mm:
EP = mg (h max h min)
h2 = 0,87 0,017 = 0,853 m

4.2.5 Analisa Hasil Penelitian Kuningan


dengan Luas = 1283.7mm
Dari hasil percobaan tiga, di dapat bahwa
dengan tekanan 2 bar, lengan pneumatic sudah
dapat mengangkat benda dengan massa 400
gram dan 800 gram dengan luas penampang
1283,7 mm.
a) Tekanan ke bawah pada PCB dengan
Luas = 1283,7 mm
P = F/A
F=mxa
m = 0,4 kg
F = 0,4 kg x 9,8 m/s
F = 3,92 N
A = 0,001283 m
P2 = 3,92 N/0,0012383 m
P2 = 3055 N/m
Dan dengan massa = 800 gram maka P2 = 8
N/0,0012383 m
P2 = 6460 N/m
b) Dan Energi Potensial obeject
kuningan dengan m = 800 gram,
tinggi 7 cm.
EP = mg(h max h min)
h2 = 0,87 0,07 = 0,8 m
EP = (8 N x 0,8 m) (8N x 0,79 m)
EP = 0,08 Nm
4.2.6 Analisa Hasil Penelitian Silinder baja
Dari percobaan ke empat di dapat bahwa
ketinggian, massa, luas penampang object
mempengaruhi daya angkat lengan pneumatic ini
terlihat di percobaan ini antara silinder baja yang
ketinggiannya dan massa yang besar dengan baja
ketinggian lebih rendah dan massa yang lebih
kecil dibandingkan silinder pertama. Silinder
38

EP = ( 14,7 N x 0,853) (14,7 N x 0,79)


EP = 0,9261 Nm
Selain itu dari hasil penelitian,
menunjukan semakin kecil luas penampang dan
dengan besar massa yang sama menghasilkan
tekanan yang lebih besar di bandingkan dengan
luas penampang yang lebih besar pada
percobaan satu. Hal ini dapat di buktikan dengan
melihat percobaan satu, dua dan tiga kita buat
massa yang sama yaitu 92 gram. Luas
penampang sesuai dengan masing masing benda.
Pada PCB dengan Luas = 2370.8 mm di
dapat tekanan sebesar :
P2 = 0,9 N / 0,002370 m
P2 = 379,7 N/m.
Sedangkan silinder Kuningan Luas =
1283,7 mm di dapat tekanan sebesar:
P2 = 0,9 N / 0,001283 m
P2 = 701,5 N/m.
Untuk hasil penelitian baja didapat :
a.
Silinder Baja1 dengan Luas =
0,00255 m
P2 = 0,9 N /0,00255 m
P2 = 352,9 N/m

Gambar 4.3 Grafik perbandingan


penampang dan tekanan benda ke bawah
1
Silinder Baja1
0.8
luas 0.00255
0.6
m
Energi
Potensial
0.4
PCB Luas 0.01
Benda
0.2
m
0
Tekanan 2 bar
Silinder baja 2
luas 0.01 m
Tekanan Supplay

b. Silinder baja 2 dengan Luas = 0,01


m
P2 = 0,9 N/0,01 m
P2 = 90 N/m
c. Silinder baja 3 dengan Luas =
0,01244 m:
P2 = 0,9 N/0,01244 m
P2 = 72,34 N/m
Kita bisa melihat tekanan pada percobaan
tiga jauh lebih besar, dibandingkan pada
percobaan pertama, kedua dan ke empat.

Silinder Baja 3
luas 0.01244 m
Tekanan ke bawah
Silinder Baja 2
luas 0.01m
PCB dengan
luas 0,0023 m

PCB dengan
luas 0,01 m
Silinder Baja 1
luas 0.00255 m
Silinder
Kuningan luas
0.0012837 m

Tekanan Supplay

38

luas

PCB luas
0.0023 m
Silinder
kuningan luas
0.001283 m
Silinder baja3
luas 0.01244
m

Gambar 4.4 Grafik perbandingan Energi


Potensial Pada Object lengan Pneumatic
4.3 Pembahasan
Kita bisa lihat di gambar 4.3 menunjukan
luas penampang sangat mempengaruhi tekanan
yang di hasilkan, dengan massa yang sama. Serta
tekanan yang di pakai untuk mengangkat benda
sama saja pengaruhnya baik di 2 bar ataupun di 3
bar. Hal ini terjadi karena tekanan ke bawah
masih dibawah tekanan vacuum, sehingga
tekanan ke bawah masih memenuhi kemampuan
vacum pad untuk mengangkat benda.
Perbandingan silinder baja 3, PCB luas 0,1 m,
silinder baja 2,silinder baja1, PCB 0,002370 m,
serta kuningan 0,001283 m dengan massa yang
sama menghasilkan tekanan ke bawah sebesar
72,34 : 90 N/m : 90 N/m : 352,9 : 379,7 N/m :
701,5 N/m . Hal ini membuktikan luas
penampang mempengaruhi tekanan ke bawah
suatu benda.
Akan tetapi hal yang membuat vacum
dan lengan pneumatic tidak bisa mengangkat
adalah energy potensial. Hal ini dapat kita lihat
dari gambar 4.4 grafik perbandingan Energi
Potensial Pada Object lengan Pneumatic, kita
bisa lihat bahwa silinder baja 2 dan 3 yang
memiliki energy potensial terbesar, dan hal ini
terbukti bahwa silinder baja 2 dan 3 yang gagal
sempurna di angkat oleh lengan pneumatic.
Karena benda dari percoban satu masih
memenuhi kemampuan angkat vacum pad yaitu
tekanan kebawah atau P2 < Pvacum = 23300
N/m, akan tetapi pada percobaan ke empat
objek baja 2 dan tiga tidak memenuhi syarat ke
dua yaitu EP benda < EP = 0,21158 Nm,
sehingga silinder baja 2 dan 3 jatuh atau tidak
terangkat sempurna. Sama halnya denga sumber
compressor 3 bar, karena silinder baja 2, 3

melebihi syarat yang di tentukan yaiu EP benda


lebih besar dari pada EP angkat, maka lengan
pneumatic menurunkan lengannya agar EP kecil,
dan lengan pneumatic pun tidak bisa
mengangkat.
BAB V
PENUTUP

perhitungan
hasil
rangkaian
penelitian ini yaitu tekanan
kebawah < Pvacum = 23300 N/m,
akan tetapi pada percobaan ke
empat objek baja 2 dan 3 tidak
memenuhi hasil ketentuan dari
penelitian ini yaitu EP benda > EP
= 0,21158 Nm, sehingga silinder
baja 2 dan 3 jatuh atau tidak
terangkat sempurna. Untuk tekanan
3 bar dari kompresor, silinder baja 2
dan 3 tidak terangkat juga karena
Energi potensial lengan pneumatic
untuk mengangkat lebih kecil di
bandingkan energy potensial ke
bawah benda.
5. Dengan massa yang sama dan luas
penampang berbeda, menghasilkan
tekanan ke bawah yang berbeda
juga, semakin kecil luas penampang
benda, semakin besar tekanan ke
bawah benda tersebut.

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan perancangan,
pembuatan dan pengujian lengan
pneumatic menggunakan PLC sebagai
controlnya, maka penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Cara kerja alat distributing of object
menggunakan lengan pneumatic yaitu
memindahkan benda dari satu sisi ke
sisi lain, dengan tiga sumbu silinder
sebagai lengan dan menggunakan
prinsip venturi sebagai dasar untuk
membuat
vacuum
pad
bekerja
menghisap benda atau obyek.
2. Sistem
Programmable
Logic

Control lengan pneumatic di pakai


sebagai control lengan pneumatic
tersebut, serta sebagai input sinyal
sensor limit switch dan output
berupa tegangan 24 volt DC
sebagai keluaran, yang penulis
hubungkan dengan relay.
3. Lengan
pneumatic
mampu
membawa benda dengan massa
1600 gram dengan Energi potensial
0, tekanan terbesar ke bawah
sebesar 701,5 N/m di hasilkan oleh
benda
kuningan
dengan
perhitungan massa yang sama
kesemua benda, Energi Potensial
terbesar dihasilkan oleh silinder
baja 3 yaitu 0,9261 Nm.
4. Kebutuhan tekanan yang diberikan
sumber energi (kompresor) dengan
massa maksimal yang di uji coba
1600 gram untuk diangkat oleh
lengan pneumatic sebesar 2 bar.
Dan benda dari percoban satu, dua,
tiga
masih
memenuhi
hasil

.
5.2 Saran
Setelah melakukan perancangan,
perangkaian,
pemrograman
dan
pengujian alat distributing of object
menggunakan lengan pneumatic dan PLC
CP1E N 20 penulis memberi saran:
1. Memperkuat sambungan antara
silinder sumbu Z dengan sumbu Y,
dikarenakan bantalan sumbu Z dan
sumbu Y dari SMC modul hanya
dibaut dengan ukuran diameter 2
mm, sehingga tidak kuat jika
digunakan beban diatas 5 kg.
2. Memperkuat penempatan vacum
pad pada silinder Y, di karenakan
tidak ada penghubung dari modul
SMC antara vacuum pad dengan
silinder sumbu Y, sehingga pemakai
harus membuat sendiri.
3. Hasil ketentuan benda terangkat
dan tidak terangkat, masih hanya
berlaku pada penelitian ini saja,
peneliti belum bisa memastikan
38

untuk rangkaian lain, di karenakan


keterbatasan alat dan waktu.

Riza EL Fahruddin.2012.Simulasi Aplikasi


Elektro Pneumatic dan PLC sebagai
pintu Geser.

DAFTAR PUSTAKA

SMC international modul. 2012. Pneumatic.


SMC Internasional Training.

Agfianto Eko Putra.2004. Sistem Kontrol


Proses
dan
PLC.
Kelasmikrokontrol.com.

Sugihartono.1985. Dasar Kontrol


Pneumatik.Tarsito Bandung.
Tony R.Kuphaldt.2013. Lesson In Industrial
Instrumentation.

Al
Antoni
Ahmad.2012.Perancangan
Simulasi
sistem
Pergerakan
dengan
Pengontrolon Pneumatic untuk
Mesin
Pengamplas Kayu Otomatis.

Victor L.Streeter dan E.Benjamin Wylie. Alih


bahasa
Arko
rijono,M.S.E.1999.
Mekanika Fluida. Erlangga.

Douglas
M.
Considine.
(1993).
Process/Industrial
Instruments
&
Controls Handbook. McGraw-Hill,
International Editions, Singapore.
Festo

Wirawan sumbono. 2008. Teknik Produksi


Mesin Industri jilid 3. Departemen
Pendidikan Nasional.

international
modul.2011/2012.
Learning system. Festo.

Genick Bar-Meir,Ph.D.2004. Fundamentals


of Compressible Fluid Mechanics.

38

Вам также может понравиться