Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
STRATIGRAFI
Stratigrafi dalam arti luas adalah ilmu yang mempelajari atau membahas tentang
aturan-aturan, hubungan, dan kejadian (genesa) macam-macam batuan di alam
dalam ruang dan waktu.Sedangkan dalam arti yang sempit merupakan ilmu yang
mempelajari tentang pemerian lapisan-lapisan batuan (Sandi Stratigrafi
Indonesia, 1996).
Penggolongan stratigrafi adalah pengelompokan batuan dengan cara bersistem
menurut berbagai cara, serta mempermudah pemerian, aturan dan hubungan
batuan yang satu dengan yang lain. Kelompok bersistem tersebut dikenal sebagai
satuan stratigrafi. Batas satuan stratigrafi adalah aturan penamaan satuan-satuan
stratigrafi, baik resmi ataupun tidak resmi, sehingga terdapat keseragaman dalam
nama maupun pegertian nama-nama tersebut seperti formasi, zona sistem dan
sebagainya.
III-2
STRATIGRAFI
di
daerah
pemetaan
hanya
Formasi
Kluet
(Puk),
Formasi
III-3
STRATIGRAFI
Kluet(Metamorfosa)(Puk), Formasi Kluet Anggota Batugamping (Pukl), dan
Formasi Kenyaran Vulkanik (Muvk).
Tabel 3.1. Karakteristik batuan Pra Tersier pada daerah pemetaan secara regional
berdasarkan peta geologi lembar Takengonmenurut (Cameron, 1983)
Kelompok
Umur
Formasi
Litologi
Karbon Akhir -
Formasi Kluet,
Batusabak,
Permian Awal
(Puk)
Metabatupasir
Tapanuli
Intrusian
3.1.2.
Permian awal
Granit
(MPibd)
Batuan Tersier
Batuan Tersier merupakan batuan yang terbentuk pada masa Kenozoik, kala
Pliosen (1,8 JTL) sampai dengan kala Paleosen (65 JTL). Batuan Tersier pada peta
geologi lembar Takengon dibagi menjadi tiga supergrup berdasarkan peristiwa
geologi di Sumatera bagian Utara (Keats, 1981).
Tersier I, terbentuk selama Eosen sampai Awal Oligosen, yang terdiri dari
beberapa formasi diantaranya Formasi Simoneu (Tlsm), Formasi Semelit (Tls),
Formasi Meucampli (Tlm), dan Formasi Kieme (Tlk). Disebut juga sebagai
Kelompok
Meureudu.
Peristiwa
geologi
yang
terjadi
ditandai
dengan
pengendapan sedimen di satu cekungan dan juga karena ada pengaruh tektonik
dan pengangkatan.
Tersier II, terbentuk selama Oligosen Akhir sampai Miosen Akhir, disusun oleh
tiga Kelompok yaitu : Pertama, Kelompok Hulu Masen yang terdiri dari Formasi
Tangla (Tlt) dan Formasi Kueh (Tmk), yang mana Kelompok Hulu Masen ini
terdapat pada cekungan Aceh bagian Barat. Kedua, Kelompok Gadis yang terdiri
Laporan Pemetaan Geologi Daerah Tansaran Bidin Kec. Bandar
Kab. Bener Meriah Prov. Aceh
III-4
STRATIGRAFI
dari Formasi Loser (Tll) dan Formasi Meurah Buya (Tmm), yang mana Kelompok
Gadis ini terdapat pada cekungan Sumatera bagian Barat. Ketiga, Kelompok
Jambo Aye, yang terdiri dari Formasi Bruksah (Tob), Formasi Sipopok (Tlsp),
Formasi Rampong (Tlr), Formasi Bampo (Tlb), dan Formasi Peutu (Tmp).
Supergrup ini merupakan hasil pengendapan transgresi dari sedimen di cekungan
Sumatera bagian Utara yang membentuk hubungan selaras dengan batuan
diatasnya.
Tersier III, terbentuk dari Miosen Akhir sampai Pleistosen, yang terdiri dari
Formasi Keutapang (Tuk), Formasi Seureula (Tps), Formasi Julurayeu (QTjr).
Disebut juga sebagai Kelompok Lhokseukon.Supergrup ini merupakan hasil
pengendapan regresi dari sedimen di cekungan Sumatera bagian Utara.
Pada daerah pemetaan batuan berumur Tersier yang dijumpai yaitu Formasi Peutu
Anggota Batugamping (Tmpe) dan Formasi Peutu Satuan Bidin (Tmpe).
Tabel 3.2. Karakteristik batuan Tersier pada daerah pemetaan secara regional berdasarkan peta
geologi lembar Takengonmenurut (Cameron, 1983).
Kelompok
Formasi
Formasi Peutu
Anggota batugamping
Jambo Aye
(Tmpl)
Formasi Peutu
Anggota Biden
(Tmpe)
Umur
Miosen Awal
Miosen Akhir
Miosen Awal
Miosen Akhir
Litologi
Batugamping
Metabatupasir,
Konglomerat, dan
Batupasir
III-5
STRATIGRAFI
Batuan Kuarter merupakan batuan yang terbentuk pada masa Kenozoikum, Kala
Plistosen (1,8 juta tahun lalu) sampai dengan Kala Holosen (1000 tahun lalu).
Batuan Kuarter pada Peta Geologi Lembar Sidikalang terdiri dari Unit Tuan
(QTvtu), Unit Enang Enong (Qvee), Unit Pepanji (Qvp), Unit Salah Nama (Qvns),
Unit lampahan (Qvl), Unit Telong (Qvtg), Unit Leuping (QTvl), Unit Samalanga
(Qvs), Unit Meuntoi (Qvm), Unit Meukeub (Qvmk), Unit Peut Sageu (Qvps) dan
Alluvium (Qhv).
Batuan berumur Kuarter yang ditemukan pada daerah pemetaan ada satu Unit
yaitu Unit Pepanji (Qvp)
Tabel 3.3. Karakteristik batuan Tersier pada daerah pemetaan secara regional berdasarkan peta
geologi lembar Takengon menurut (Cameron, 1983).
Formasi
Umur
Pepanji (Qvp)
Pleistosen
Litologi
Tufa
III-6
STRATIGRAFI
3.2.1. Satuan Batusabak
Penentuan dalam penamaan satuan batusabak ini berdasarkan struktur
(Slate).Satuan batusabak dilapangan memperlihatkan warna abuabu kehitaman.
Batuan pada daerah pemetaan masih dalam kondisi segardengan ukuran butir
0,09 0,2mm dan bersifat kompak.Komposisi mineralnya terdiri dari mineral
lempung, kwarsa dan opak.
Berdasarkan hasil analisa petrografi pada Post-17 yang terfoliasi dan sudah
termetamorfosa berwarna colourless kecoklatan, struktur foliasi (slate), tekstur
lepidoblastik dengan bentuk mineral hypidioblastik (subhedral), dengan ukuran
butir 0,009 0,025mm, komposisi mineral lempung 62%, kwarsa 30%, biotit 5%
dan opak 3%.Berdasarkan hasil analisa pada sayatan ini, maka batuan ini di
namakan batusabak.
III-7
STRATIGRAFI
0,4 mm
Foto 3.2. Sayatan Batusabak pada Post-17
III-8
STRATIGRAFI
Berdasarkan dari hasil petrografi pada sayatan Post-30 berwarna colourless
kecoklatan dan sedikit bintik hitamberukuran halus sayatan ini memiliki struktur
non-foliasi
(granulose)
dengan
tekstur
heteroblastik
(lepidoblastik
dan
III-9
STRATIGRAFI
0,4 mm
Foto 3.8. Sayatan Satuan Metabatupasir Post-30
penentuan umur satuan batuan metabatupasir pada Post-30 ini dilakukan secara
tidak langsung karena tidak terdapat fosil. Jadi, penentuan umur satuan
metabatupasir ini berdasarkan kesebandingan ciri litologi yang sama dengan
regional yang memperlihatkan kesamaan dari ciri-ciri fisik batuan dan tempat
keterdapatan singkapan batuan dengan regional Lembar Takengon sehingga
satuan metabatupasir ini termasuk kedalam Formasi Kluet (Puk). Berdasarkan
data regional Peta Geologi lembar Takengon, Formasi Kluet (Puk) ini memiliki
umur Karbon Akhir - Permian Awal, (data regional menurut Cameron et all
1983). Oleh karena itu, satuan metabatupasir ini termasuk kedalam Formasi Kluet
(Puk) dengan umur Karbon Akhir-Permian Awal.
Hubungan stratigrafi satuan metabatupasir ini dengan satuan batusabak
dibawahnya yaitu selaras karena memiliki umur yang sama dengan satuan
metabatupasir yaitu Karbon Akhir - Permian Awal.
Batuan ini tersingkap di bagian tengah daerah pemetaan dengan luas penyebaran
sekitar 15 % dari daerah pemetaan membentuk 2 satuan geomrfik yaitu satuan
struktur sesar dan satuan kaki gunungapi.
III-10
STRATIGRAFI
Penentuan dalam penamaan satuan granit ini berdasarkan tekstur, dan komposisi
mineral pada batuan. Satuan Granit dilapangan memperlihatkan warna putih
keabuan, derajat kristalisasi holokristalin. Batuan granit pada daerah pemetaan
lapukdengan ukuran butir 1 2 mm. Komposisi mineralnya terdiri dari kwarsa,
plagioklas, orthoklas, muskovit dan opak.
Berdasarkan
dari
petrografi
sayatan
batuan
pada
Post-23
berwarna
III-11
STRATIGRAFI
0,4 mm
Foto 3.6. Sayatan Satuan Granit pada Post-23
Penentuan umur satuan batuan dilakukan secara tidak langsung. Jadi penentuan
umur batuan dilakukan berdasarkan pada kesebandingan ciri litologi yang
memperlihatkan kesamaan dari ciri-ciri fisik batuan dan tempat keterdapatan
singkapan batuan dengan lembar Takengon, dimana menurut Cameron et al, 1983
satuan granit termasuk kedalam Satuan Granit Biden(MPibd). Berdasarkan hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa satuan granit muskovit yang termasuk kedalam
satuan granit biden(MPibd) memiliki umur Permian Awal (data regional menurut
Cameron et all 1983).
III-12
STRATIGRAFI
Hubungan stratigrafi satuan granit ini menerobos batuan yang telah terbentuk
sebelumnya yaitu satuan sabak dan metabatupasir pada Formasi Kluet (Puk) pada
daerah pemetaan. Satuan granit ini juga selaras dengan satuan sabak dan
metabatupasir. Karena satuan granit ini memiliki umur Permian Awal sedangkan
satuan batugamping memiliki umur Karbon Akhir - Permian Awal.
Satuan ini ditemukan di sisi barat laut daerah pemetaan dengan luas penyebaran
sekitar 15% dari keseluruhan daerah pemetaan dan membentuk satuan kubah
(dome).
III-13
STRATIGRAFI
0,4 mm
Foto 3.4.Sayatan Satuan Batugamping Post-10
III-14
STRATIGRAFI
disimpulkan bahwa satuan batugamping yang termasuk kedalam Formasi Peutu
Anggota Batugamping (Tmpl) memiliki umur Miosen Awal Miosen Akhir (data
regional menurut Cameron et all 1983).
Penentuan lingkungan pengendapan satuan batugamping didasarkan atas analisa
foraminifera benthos. Fosil foraminifera benthos yang ditemukan pada sampel
batugamping adalah : Bigenerina, Dentalina, Gumbelina, Alveolinella dan
Lingulina. Berdasarkan atas kandungan fosil tersebut maka lingkungan
pengendapan Batugamping adalah neritik luar (Tipsword, 1966).
Hubungan stratigrafi satuan batugamping ini dengan satuan metabatupasir
dibawahnya yaitu tidak selaras, karena satuan ini berumur Miosen Awal - Miosen
Tengah dan metabatupasir berumur Karbon Akhir - Permian Awal. Jadi antara
umur satuan batugamping dengan satuan metabatupasir terdapat umur yang hilang
(Hyatus).
Satuan ini ditemukan di sisi selatan daerah pemetaan dengan luas penyebaran
sekitar 5% dari keseluruhan daerah pemetaandan membentuk satuan struktur
sesar.
III-15
STRATIGRAFI
Komposisi mineral pada batuan ini adalah kuarsa, ortoklas, muskovit dan mineral
lempung.
Berdasarkan dari hasil petrografi pada sayatan Post-6 berwarna colourless dengan
sedikit sebaran berwarna coklat yang memanjang dan sedikit bintik hitam yang
memperlihatkan struktur foliasi dan non-foliasi dengan tekstur heteroblastik
(lepidoblastik dan granuloblastik) hubungan antar butir pada sayatan ini
hypidioblastik xenblastik dengan ukuran butir 0,2-1,4 mm. Komposisi mineral
sayatan batuan ini disusun oleh mineral kuarsa 25%, biotit 15%, muskovit 16%,
mineral lempung 19%, litik 17% dan opak 8%. Berdasarkan analisa petrografi
tersebut dan kenampakan jenis batuan asalnya maka nama batuan ini adalah
metabatupasir.
III-16
STRATIGRAFI
0,4 mm
Foto 3.10. Sayatan Satuan Metabatupasir Post-6
Penentuan umur satuan batuan ini tidak berdasarkan kesebandingan ciri fisik
batuan tetapi berdasarkan analisa fosil yang terdapat pada satuan metabatupasir
yaitu fosil yang terdapat pada batuan ini memiliki nama yaitu Globigerinaides
Imaturus, grobolotalia Obesa, Globogerina Cipoensis, Catapsydrax dissimillis,
dan Globigerina Siakensis. Berdasarkan hasil dari analisa fosil satuan
metabatupasir tersebut termasuk ke dalam Formasi Peutu Anggota Biden,
memiliki umur Miosen Awal Miosen Akhir (N7 N15).
Hubungan stratigrafi satuan metabatupasir ini dengan satuan batugamping
dibawahnya yaitu selaras, karena satuan ini berumur Miosen Awal - Miosen Akhir
dan batugamping berumur Miosen Awal Miosen Tengah.
III-17
STRATIGRAFI
Batuan ini tersingkap di sisi Tenggara daerah pemetaan dengan luas penyebaran
sekitar 4 % dari daerah pemetaan membentuk 2 satuan geomrfik yaitu satuan
struktur sesar dan satuan struktur sesar
III-18
STRATIGRAFI
Penentuan umur satuan batuan konglomerat ini dilakukan secara tidak langsung
walaupun terdapat fosil di batuan ini, disebabkan karena fosil yang terdapat pada
batuan ini hanya sebagai fragmen dan tidak bisa digunakan sebagai penentuan
umur pada batuan. Jadi, penentuan umur satuan konglomerat ini berdasarkan
kesebandingan ciri litologi yang sama dengan regional yang memperlihatkan
kesamaan dari ciri-ciri fisik batuan dan tempat keterdapatan singkapan batuan
dengan regional Lembar Takengon sehingga satuan konglomerat ini termasuk
kedalam Formasi Peutu Satuan Biden (Tmpe). Berdasarkan data regional Peta
Geologi lembar Takengon, Formasi Peutu Satuan Biden (Tmpe) ini memiliki umur
III-19
STRATIGRAFI
Oligosen Akhir-Miosen Akhir, (data regional menurut Cameron et all 1983). Oleh
karena itu, satuan konglomerat ini termasuk kedalam Formasi Peutu Satuan Biden
(Tmpe) dengan umur Miosen Awal - Miosen Akhir.
Hubungan stratigrafi satuan konglomerat ini dengan satuan metabatupasir
dibawahnya yaitu selaras karena memiliki umur yang sama dengan satuan
konglomerat yaitu Miosen Awal - Miosen Akhir.
Batuan ini tersingkap di bagian Tenggara daerah pemetaan dengan luas
penyebaran sekitar 5% dari daerah pemetaan membentuk 2 satuan geomrfik
yaitu satuan struktur sesar dan satuan lembah monoklin.
sesar.Luas
penyebaran
10%
dari
keseluruhan
luas
daerah
III-20
STRATIGRAFI
Berdasarkan dari hasil petrografi pada sayatan Post-4 berwarna colourless hijau
kecoklatan dengan bintik coklat dan hitam dengan ukuran butir very fine sandcoars sand (0,02-0,5), dimana ukuran very fine sand sebanyak 27%, fine sand
sebanyak 25% dan coarse sand 18%. Memiliki bentuk butir sub angular-sub
rounded, sortasi terpilah baik dengan kemas floating (point contact), porositas
baik. Komposisi mineral sayatan batuan ini disusun oleh mineral kuarsa 34%,
ortoklas 30%, mineral lempung 16%, biotit 12%, dan opak 8%. Berdasarkan
analisa petrografi tersebut dan kenampakan jenis batuan asalnya maka nama
batuan ini adalah Arcosic wacke (William et al, 1954).
III-21
STRATIGRAFI
III-22
STRATIGRAFI
III-23
STRATIGRAFI
Penentuan umur satuan batuan metabatupasir ini dilakukan secara tidak langsung
karena tidak terdapat fosil. Jadi, penentuan umur satuan batupasir ini berdasarkan
kesebandingan ciri litologi yang sama dengan regional yang memperlihatkan
kesamaan dari ciri-ciri fisik batuan dan tempat keterdapatan singkapan batuan
dengan dengan regional Lembar Takengon sehingga satuan metabatupasir ini
termasuk kedalam Formasi Peutu Satuan Biden (Tmpe). Berdasarkan data regional
Peta Geologi lembar Takengon, Formasi Peutu Satuan Biden (Tmpe) ini memiliki
umur Miosen Awal - Miosen Akhir, (data regional menurut Cameron et all 1983).
III-24
STRATIGRAFI
Oleh karena itu,satuan batupasir ini termasuk kedalam Formasi Peutu Satuan
Biden (Tmpe) dengan umur Miosen Awal - Miosen Akhir.
Hubungan stratigrafi satuan batupasirini dengan satuan konglomerat dibawahnya
yaitu selaras karena memiliki umur yang sama dengan satuan. Karena satuan
batupasir ini memiliki umur Miosen Awal - Miosen Akhir sedangkan satuan
konglomerat memiliki umur Misen Awal - Miosen Akhir.
Batuan ini tersingkap di sisi Tenggara daerah pemetaan dengan luas penyebaran
sekitar 10 % dari daerah pemetaan ini membentuk 2 satuan morfologi yaitu dan
satuan struktur sesar dan satuan lembah monoklin.
III-25
STRATIGRAFI
Tingkat keasaman kompossisi magma suatu batuan vulkanik dapat terlefleksi dari
kehadiran mineral kuarsa dan jenis plagioklas dalam suatu batuan.Kehadiran
mineral kuarsa pada satuan batuan ini lumayan tinggi dan plagioklas pada satuan
ini berjenis oligoklas hal ini menunjukkan bahwa batuan ini berasal dari magma
yang asam. Hasil analisa rasio perbandingan antara kalium feldspar dengan total
feldspar pada satuan ini menunjukkan bahwa satuan batuan ini berasal dari
magma yang berjenis dasitik sehingga selain tufa kristal vitrik satuan ini bisa juga
bernama tufa dasitik, data ini didapatkan dari hasil perhitungan kalium feldspar
Laporan Pemetaan Geologi Daerah Tansaran Bidin Kec. Bandar
Kab. Bener Meriah Prov. Aceh
III-26
STRATIGRAFI
sebanyak 7% dan total feldspar 27% lalu didapatkan perbandingan kalium
feldspar lebih besar dari 1/8 total felsfar dan lebih kecil 1/3 total feldspar,
kehadiran mineral gelas sebagai fragmen pada batuan ini membuktikan bahwa
batuan vulkanik ini berasal dari hasil erupsian yang bersifat eksplosif.
Penentuan umur satuan batuan tufa kristal vitrik ini dilakukan secara tidak
langsung karena tidak terdapat fosil. Jadi, penentuan umur satuan tufa kristal
vitrik ini berdasarkan kesebandingan ciri litologi yang sama dengan regional yang
memperlihatkan kesamaan dari ciri-ciri fisik batuan dan tempat keterdapatan
singkapan batuan dengan regional Lembar Takengon sehingga satuan tufa kristal
vitrik ini termasuk kedalam Satuan Pepanji (Qvp). Berdasarkan data regional Peta
Geologi lembar Takengon, Satuan Pepanji (Qvp) ini memiliki umur Pleistosen,
(data regional menurut Cameron et all 1983).Oleh karena itu, satuan tufa kristal
vitrikini termasuk kedalam Satuan Pepanji (Qvp) dengan umur Pleistosen.
Hubungan stratigrafi satuan tufa kristal vitrik ini dengan satuan batupasir
dibawahnya yaitu tidak selaras, karena satuan ini berumur Pleistosen dan
batupasir berumur Miosen Awal - Miosen Akhir. Jadi antara umur satuan tufa
kristal vitrik dengan satuan batupasir terdapat umur yang hilang (Hyatus).
Batuan ini tersingkap di bagian Barat hingga Timur Laut dari daerah pemetaan
dengan luas penyebaran sekitar 40 % dari keseluruhan daerah pemetaan dan
membentuk satuan kaki gunungapi.