Вы находитесь на странице: 1из 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuransi adalah sebuah akad yang mengharuskan perusahaan asuransi
(muammin) untuk memberikan kepada nasabah atau cliennya (muamman)
sejumlah harta sebagai konsekuensi dari pada akad itu, baik itu berupa imbalan,
gaji, atau ganti rugi barang dalam bentuk apapun ketika terjadi bencana maupun
kecelakaan atau terbuktinya sebuah bahaya yang tertera dalam akad (transaksi),
sebagai imbalan uang (premi) yang dibayarkan secara rutin dan berkala maupun
secara kontan dari nasabah tersebut kepada perusahaan asuransi di saat hidupnya.
Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa asuransi merupakan salah
satu cara pembayaran ganti rugi kepada pihak yang mengalami musibah, yang
dananya diambil dari iuran premi dari seluruh peserta asuransi.
Mengingat masalah asuransi ini sudah memasyarakat di Indonesia dan
diperkirakan umat Islam banyak terlibat di dalamnya, maka permasalahan tersebut
perlu juga ditinjau dari sudut pandang agama Islam. Di kalangan umat Islam ada
anggapang bahwa asuransi itu tidak Islami. Orang yang melakukan asuransi sama
halnya dengan orang yang mengingkari rahmat Allah. Melibatkan diri kedalam
asuransi ini merupakan salah satu ikhtiar untuk menghadapi masa depan dan masa
tua. Namun karena masalah asuransi ini tidak dijelaskan dalam nash, maka
masalahnya dipandang sebagai masalah ijtihadi, yaitu masalah yang mungkin
masih diperdebatkan dan tentunya perbedaan pendapat sukar dihindari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan asuransi takaful?
2. Bagaimana pandangan ulama tentang asuransi?
3. Bagaimana prinsip asuransi takaful?
4. Bagaimana ciri-ciri asuransi takaful
5. Apa saja jenis-jenis asuransi takaful?
6. Apa manfaat dari asuransi takaful?
7. Bagaimana mekanisme pengelolaan dana dalam asuransi takaful?
8. Bagaimana perbandingan antara asuransi takaful dengan asuransi konvensional

BAB II
PEMBAHASAN

A. Mukadimah
Menurut etimologi bahasa Arab istilah takaful berasal dari akar kata
kafala. Dalam ilmu tashrif atau sharaf, takaful ini termasuk dalam barisan
bina mutaaadi, yaitu tafaaala yang berarti saling menanggung.
Menurut Praja dalam buku Muhammad (2002: 101), takaful adalah
saling menanggung resiko di antara sesama atas dasar saling tolong dalam
kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan dana ibadah (tabarru)
yang ditunjukkan untuk menaggung resiko tersebut.
Unsur-unsur penting demi terlaksananya takaful, yaitu ada dua atau
beberapa pihak yang bertakaful dan pengelola takaful. Asuransi takaful
2

operasionalnya berdasarkan syariah Islam maka dalam lembaga ini dibentuk


Dewan Syariah. Program perlindungan terhadap syariah dikenal dengan
Asuransi Takaful yang bertumpu pada konsep wa taawanu alal birri wa
taqwa (tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa) dan at-tamin (rasa
aman) yang menjadikan semua peserta asuransi saling menjamin dan
menanggung resiko satu sama lain.
B. Pandangan Ulama Tentang Asuransi
Ditinjau dari sudut pandang agama Islam, ada anggapan bahwa
asuransi itu tidak Islami karena orang yang melakukan asuransi sama halnya
dengan orang yang mengingkari rahmat Allah. Ditinjau dari Fiqih Islam
pandangan para ulama tentang asuransi adalah sebagai berikut:
1. Asuransi Itu Haram dalam Segala Macam Bentuknya, termasuk
Asuransi Jiwa
Alasan-alasan yang mereka kemukakan ialah :
a. Asuransi sama dengan judi
b. Asuransi mengandung unsur-unsur tidak pasti
c. Asuransi mengandung unsur riba atau renten
d. Asuransi mengandung unsur pemerasan karena pemegang polis
e. Premi-premi yang sudah dibayar akan diputar dalam praktek-praktek
riba
f. Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang tidak tunai
g. Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis, dan sama halnya
dengan mendahului takdir Allah
2. Asuransi Konvensional Diperbolehkan
Beberapa alasan tentang asuransi konvensional diperbolehkan, yaitu :
a. Tidak ada nash (Al-Quran dan Sunnah) yang melarang asuransi
b. Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak
c. Saling menguntungkan kedua belah pihak
d. Asuransi dapat menanggulangi kepentingan umum
e. Asuransi termasuk akad mudharabah (bagi hasil)
f. Asuransi termasuk koperasi (Syirkah Taawuniyah)
g. Asuransi dianalogikan (qiyas) dengan sistem pensiun seperti taspen
3. Asuransi yang Bersifat Sosial Diperbolehkan dan yang Bersifat
Komersial Diharamkan
Pendapat ketiga ini dianut oleh Muhammad Abdu Zahrah (guru
besar hukum Islam pada Universitas Kairo). Alasan golongan yang
mengatakan asuransi syubhat adalah karena tidak ada dalil yang tegas
haram atau tidak haramnya asuransi itu.
3

Dari uraian diatas dapat dipahami, bahwa masalah asuransi yang


berkembang dalam masyarakat pada saat ini, masih mengundang keraguraguan, sehingga sukar untuk menentukan mana yang paling dekat kepada
ketentuan hukum yang benar.
C. Prinsip Asuransi Takaful
Suatu asuransi diperbolehkan secara syari jika tidak menyimpang dari
prinsip-prinsip dan aturan-aturan dalam syariat Islam. Prinsip-prinsip tersebut
diantaranya:
1. Prinsip saling bertanggung jawab. Rizki Allah yang berupa harta benda
hendaklah disyukuri, jangan hanya dinikmati sendiri, tetapi digunakan
juga untuk memenuhi kepentingan masyarakat, meringankan beban
penderitaan dan meningkatkan taraf hidup mereka.
2. Prinsip saling bekerja sama atau saling bantu membantu. Allah
memerintahkan agar dalam kehidupan bermasyarakat ditegakkan nilai
tolong-menolong dalam kebijakan dan taqwa.
3. Prinsip saling melindungi penderitaan satu sama lain. Islam
mengajarkan bahwa keselamatan dan keamanan merupakan tuntutan alami
dalam hidup manusia, seperti halnya mencari rizki adalah merupakan
tuntutan alami dalam hidup manusia.
Berdasarkan muamalah asuransi secara Islam harus memenuhi
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Asuransi Islam harus dibangun atas dasar taawun (kerja sama), tolong
menolong, saling menjamin, tidak berorientasi bisnis atau keuntungan
materi semata.
2. Asuransi Islam tidak bersifat muawadhoh, tetapi tabaru atau mudharabah
3. Tabaru (sumbangan) sama dengan hibah (pemberian), oleh karena itu
haram hukumnya ditarik kembali
4. Setiap angogota menyetor uang menurut jumlah yang telah ditentukan,
harus disertai dengan niat membantu demi menegakkan prinsip ukhuwah.
5. Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya dengan
tujuan supaya ia mendapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu
musibah.
6. Apabila uang itu akan dikembangkan, maka harus dijalankan menurut
syari.
4

D. Ciri-ciri Asuransi Takaful


Ciri-ciri asuransi takaful, diantaranya:
a. Akad asuransi Islam adalah bersifat tabarru, sumbangan yang diberikan
tidak boleh ditarik kembali
b. Akad asuransi ini bukan akad mulzim (perjanjian yang wajib
dilaksanakan) bagi kedua belah pihak.
c. Dalam asuransi Islam tidak ada pihak yang lebih kuat karena semua
keputusan dan aturan-aturan diambil menurut izin jamaah seperti dalam
asuransi takaful
d. Akad asuransi Islam bersih dari gharar dan riba.
e. Asuransi Islam bernuansa kekeluargaan yang kental
E. Jenis-jenis Asuransi Takaful
1. Takaful Keluarga
a. Unsur tabungan: takaful dana haji, dana investasi, pendidikan
b. Tanpa unsur tabungan: takaful kecelakaan diri, wisata & perjalanan,
khairat keluarga
2. Takaful Umum:
takaful kebakaran, kendaraan bermotor, risiko pembangunan, dsb
F. Manfaat Asuransi Takaful
Beberapa manfaat yang dapat dipetik dalam menggunakan asuransi
Islam, yaitu :
1. Tumbuhnya rasa persaudaan dan rasa sepenanggungan diantara anggota
2. Implementasi dari anjuran Rasulullah SAW agar umat Islam saling tolongmenolong
3. Jauh dari bentuk-bentuk muamalat yang dilarang syariah Islam
4. Secara umum dapat memberikan perlindungan-perlindungan dari resiko
kerugian yang diderita satu pihak
5. Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan
pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang
memakan banyak tenaga, waktu, dan biaya
6. Pemerataan biaya, yaitu cukup dengan mengeluarkan biaya yang
jumlahnya tertentu

7. Sebagai tabungan karena jumlah yang dibayar pada pihak asuransi akan
dikembalikan saat terjadi peristiwa atau berhentinya akad
8. Menutup loss of corning power seseorang atau badan usaha pada saat ia
tidak dapat berfungsi atau bekerja
G. Mekanisme Pengelolaan Dana Asuransi Takaful
1. Premi dengan Unsur Tabungan
Iuran premi dipecah menjadi dua bagian, yaitu:
1) Rekening peserta
(+) Keuntungan milik peserta dari bagi hasil
Dibayarkan bila pertanggungan berakhir, peserta mengundurkan diri, atau
perserta meninggal dunia dalam masa perjanjian
2) Rekening peserta khusus
Besarnya tergantung tingkat usia dan jangka waktu pertanggungan
(+)Menghibahkan 5-30% dari iuran premi
Dibayarkan bila peserta meninggal dunia dalam masa perjanjian, atau
pertanggungan berakhir dalam hal terdapat net surplus
2. Premi Tanpa Unsur Tabungan
Setiap premi takaful akan dimasukkan ke dalam Rekening Khusus
Contoh perhitungan & aplikasinya:
Usia peserta takaful keluarga

= 25 tahun

Jangka waktu pertaggungan (klaim)= 10 tahun


Premi per tahun

= Rp 1.000.000

Rekening peserta (98%)

= (98% X Rp 1.000.000)= Rp 980.000

Rekening khusus peserta (2%)

= (2% X Rp 1.000.000)= Rp 20.000

Rasio bagi hasil (keuntungan)

= 70% peserta : 30 % perusahaan

1) Apabila peserta meninggal dunia pada tahun ke 5 masa angsuran, maka:

Jumlah rekening peserta Rp 980.000 X 5

= Rp 4.900.000

Keuntungan dari bagi hasil selama 5 tahun

= Rp

Sisa premi yang belum dibayar Rp 1.000.000 X 5

= Rp 5.000.000

Jumlah santunan yang diterima ahli warisnya

400.000

= Rp 10.300.000

H. Perbandingan antara Asuransi Takaful dengan Asuransi Konvensional


a. Persamaan antara Asuransi Konvensional dan Asuransi Islam
Jika diamati dengan seksama, ditemukan titik-titik kesamaan antara
asuransi konvensional dan asuransi Islam, diantaranya yaitu :
1) Akad kedua asuransi ini berdasarkan keridhoan dari masing-masing
pihak
2) Keduanya memberikan jaminan keamanan bagi para anggota
3) Kedua asuransi ini memiliki akad yang bersifat mustamir (terus)
4) Kedua-duanya berjalan sesuai dengan kesepakatan masing-masing
pihak
b. Perbedaan antara Asuransi Konvensional dan Asuransi Islam

Perbandingan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa asuransi


konvensional tidak memenuhi standar syari yang bisa dijadikan objek
muamalah yang sah bagi kaum muslimin. Oleh karena itu, hendaklah
kaum muslimin menjauhi diri dari bermuamalah yang menggunakan
model-model asuransi yang menyimpang tersebut.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
Muhammad. 2002. Kebijakan Moneter dan Fisikal dalam Ekonomi Islam. Edisi
Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Rivai, V dkk. 2011. Islamic Transaction Law and Business. Terjemahan Dewi
Ispurwanti. Jakarta: Bumi Aksara.

Вам также может понравиться