Вы находитесь на странице: 1из 2

Efusi pleura ( Kuliah e learning : dr.

Erwin Santosa SpA )


Adalah pengumpulan cairan didalam ruang antara pleura paritalis dan visceralis
Seperti diketahui sel-sel pleura berperan sebagai pelumas diantara kedua permukaan
pleura sehingga mengurangi gesekan antara paru dan dinding dada .
Pada keadaan fisiologis , cairan dihasilkan oleh pleura parietalis dan diabsorbsi oleh
pleura visceralis , sehingga hanya sedikit cairan yang tertinggal didalam ruang pleura .
Jika terjadi infeksi organisme maka akan dapat menyebabkan kerusakan membrane
kapiler dan terjadilah efusi eksudatif
Jika terjadi peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan onkotik akan terjadi efusi
transudatif ( misal pada gagal jantung , DHF )
Adapun jenis-jenis pemeriksaan cairan pleura untuk membedakan apakah transudat atau
eksudat ( lihat table 57.4 )
Efusi akibat pneumonia / bronkopneumonia terjadi dalam tiga stadium yaitu : stadium
eksudatif , stadium fibrinolitik dan stadium organisasi ( Empiema = nanah ) dengan
karakteristik cairan pleura ( lihat tabel 57.1 )
Organisme yang sering menyebabkan efusi pleura bervariasi terutama kuman gram
positif : Staphylococcus , Pneumococcus, Streptococcus ( lihat table 57.2 dan 57.3 )
Pemeriksaan klinis sangat bervariasi tergantung pada ukuran dan penyebab efusi .
Pada efusi kecil dapat asimtomatik , dapat disertai nyeri dada dan demam . Jika efusi
banyak maka pasien dapat mengalami pernafasan cepat dan dalam sampai dengan
cyanosis Bentuk torak asimetrik , bagian yang sakit tampak lebih menonjol , ketinggalan
gerak dan pada perkusi dijumpai pekak pada sisi yang terkena , sedang pada auskultasi
suara vesikuler menurun . Pemeriksaan darah tepi menunjukkan leukositosis dan
pergeseran kekiri
Pada pemeriksaan rontgen foto dada (A-P) dengan posisi pasien berbaring akan terlihat
samar , sedang foto dada posisi tegak akan terlihat batas cairan serta sudut kostofrenikus
tumpul . Dengan posisi lateral dekubitus akan lebih jelas dimana cairan yang hanya
jumlahnya sedikit akan dapat lebih terlihat .
Untuk diagnosis penyebab efusi dapat mengambil sampel cairan pleura melalui tindakan
torakosintesis ( pungsi pleura )
Selain untuk diagnostic tindakan torakosisntesis juga dilakukan untuk mengurangi
tekanan akibat penumpukan cairan nanah yang dapat menganggu pernafasan . Apabila
nanah ternyata dibentuk lagi ( biasanya disertai kenaikan suhu dan gejala klinis lainnya )
maka dilakukan tindakan water sealed drainage = WSD yaitu suatu tindakan
contiuous suction untuk mengeluarkan nanah tersebut . Pengobatan dengan antibiotika
diberikan sesuai dengan jenis bakteri penyebab infeksi dengan melalui pemeriksaan
sediaan langsung dari sediaan nanah secara mikroskopis atau melalui pembiakan kuman
disertai dengan uji resistensi , biasanya polifragmasi misal kombinasi anatara penisilin
dan kloramfenikol atau antara ampisilin dan kloksasilin ( lihat table 57.5 )
Mortalitas tinggi penyakit ini terutama pada bayi dan anak kecil dimana daya tahan
natural umumnya masih rendah
Salah satu etiologi yang perlu difikirkan bila menjumpai kasus efusi pleura di Indonesia
adalah disebabkan karena bakteri tuberkulosis . Bisa ditemui dalam 2 bentuk , pertama
bentuk cairan serosa ( paling banyak dijumpai ) dan empyema TB ( merupakan gagalnya
efusi pleura TB primer yang gagal mengalami resolusi dan berlanjut ke proses supuratif
kronik ) Warna cairan biasanya kuning atau kuning kehijauan kadang-kadang bercampur

sedikit darah , berat jenis dan protein biasanya meningkat , kadar glukosa normal /
menurun jumlah lekosit meningkat terutama limfosit , apusan basil tbc di cairan pleura
biasanya negatif ( karena mekanisme disebabkan hanya oleh reaksi hipersensivitas tipe
lambat antigen kuman TB dalam rongga pleura ) , biakan TB dari cairan pleura positif
pada sekitar 42% kasus sedang biopsi pleura positif terdapat tuberkel atau kuman tbc (
54% ).
Gejala seperti demam , batuk non produktif , nyeri dada tanpa peningkatan lekosit darah
tepi , penurunan BB dan malaise . Biasanya unilateral ( 95%) agak lebih sering disisi
kanan , jumlah cairan sedikit sampai banyak . Radiologis bisa disertai kelainan parenkim
paru ( TB paru primer = PKTB ) .
Pengobatan sama dengan terapi TB paru , bila respon terapi baik , suhu turun dalam 2
minggu terapi , serta cairan pleura diserap hingga 6 minggu . Steroid dapat
memperpendek fase demam dan mempercepat penyerapan cairan serta mencegah
perlekatan .
Disarikan dari Buku Pedoman Klinis Pediatri editor M. William Schwartz . terbitan EGC
, Buku Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak IDAI , Buku kuliah kesehatan anak FK UI
.

Вам также может понравиться