Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. Pengertian
Menurut Soeparman & Sarwono (1990) bronkiektasis merupakan kelainan
morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap
disebabkan kerusakan komponen elastis dan muscular dinding bronkus.
http://www.4shared.com/office/YxDt2mth/askep_bronkiektasis.html
Menurut Passiyan Rahmatullah (2006) bronkiektasis adalah penyakit yang
ditandai dengan dilatasi (ektasis) bronkus lokal patologis dan kronik disebabakan
elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Umumnya pada bronkus kecil.
http://herrynurse.blogspot.com/2010/03/askep-bronkiektasis.html
Menurut Hudak & Gallo (1997) bronkiektasis berarti suatu dilatasi yang tak
dapat pulih lagi dari bronchial yang disebabkan oleh episode pnemonitis berulang
dan memanjang, aspirasi benda asing, atau massa (misalnya Neoplasma) yang
menghambat lumen bronchial dengan obstruksi. http://wiwik-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/02/asuhan-keperawatan-bronkiektasis.html
Bronkiektasis (Bronchiectasis) adalah suatu perusakan dan pelebaran
(dilatasi) abnormal dari saluran pernafasan yang besar. http://esmetyulia.googlecode.com/files/Askep%20Bronkiektasis.doc
Bronkiektasis adalah gangguan bawaan atau yang diperoleh dari bronki besar
paru-paru, ditandai dengan permanen, dilatasi abnormal dan kerusakan dinding
bronkus. http:// Asuhan Keperawatan Bronkiektasis_Artikel Keperawatan-Asuhan
Keperawatan.html
B. Etiologi
1. Kelainan Kongenital
Dalam hal ini brokiektasis terjadi sejak individu masih dalam kandungan.
Faktor genetic atau factor pertumbuhan dan perkembangan fetus memegang
peran penting. Brokietasis yang timbul congenital ini mempunyai ciri sebagai
berikut :
a. Bronkiektasis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau
kedua paru.
b. Bronkiektasis kongenital sering menyertai penyakit-penyakit kongenital
lain, misalnya : mucoviscidosis, sindrom kartagener, hipo atau agama
globulinemia.
2. Kelainan Didapat
Bronkiektasis sering merupakan kelainan didapat dan kebanyakan
merupakan akibat proses berikut:
a. Infeksi
Bronkiektasis sering terjadi sesudah seorang anak menderita
pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama. Pneumonia ini
umumnya merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang diderita
semasa anak, tuberculosis paru, dan sebagainya.
b. Obstruksi bronkus
Obstruksi bronkus yang dimaksud disini dapat disebabkan oleh
berbagai macam sebab: korpus alienum, karsinoma bronkus atau tekanan
dari luar lainnya terhadap bronkus.
C. Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala pada penyakit bronkiektasis, yaitu:
1. Batuk yang menahun dengan sputum yang banyak terutama pada pagi hari,
setelah tiduran dan berbaring.
2. Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2 minggu atau tidak ada
gejala sama sekali(Bronkiektasis ringan).
3. Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak kurang lebih
300 cc, disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan,
200-
anemia, nyeri pleura, dan lemah badan kadang-kadang sesak nafas dan
sianosis, sputum sering mengandung bercak darah, dan batuk darah.
4. Ditemukan jari-jari tabuh pada 30-50 % kasus.
D. Patofisiologi
Menurut Brunner & Suddarth (2002) patofisiologi dari bronkiektasis dimulai
dari infeksi merusak dinding bronkial, menyebabkan kehilangan struktur
pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya dapat menyumbat
bronki. Dinding bronkial menjadi teregang secara permanen akibat batuk hebat,
infeksi melebar sampai ke peribronkial, sehingga dalam kasus bronkiektasis selular,
setiap tuba yang berdilatasi sebenarnya adalah abses paru, yang eksudatnya
mengalir bebas melalui bronkus. Brokiektasis biasanya setempat, menyerang lobus
segmen paru. Lobus yang paling bawah sering terkena.
Retensi sekresi dan obstruksi yang diakibatkan, pada akhirnya menyebabkan
alveoli disebelah distal obstruksi mengalami kolaps (atelektasis). Jaringan parut
atau fibrosis akibat reaksi inflamasi menggantikan jaringan paru yang berfungsi.
Pada waktunya pasien mengalami insufisiensi pernapasan dengan penurunan
kapasitas vital, penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio volume residual
terhadap kapasitas paru total. Terjadi kerusakan campuran gas yang di inspirasi
(ketidakseimbangan ventilasi-perfusi) dan hipoksimia. http://wiwik-asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/02/asuhan-keperawatan-bronkiektasis.html
E. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah memperbaiki drainage sekret dan mengobati
infeksi.
Penatalaksanaan meliputi :
10
G. Pengobatan
Adapun pengobatan pada penyakit bronkiektasis, yaitu:
1. Antibiotik: Obat ini diberikan untuk membantu mencegah atau mengobati
infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Seperti Ampisillin, Kotrimoksasol, atau
amoksisilin selama 5- 7 hari pemberian.
2. Obat Anti-inflamasi: Ini juga dikenal sebagai non-steroid anti-inflammatory
drugs atau NSAIDs. Mereka mungkin membantu mengurangi rasa sakit dan
peradangan (pembengkakan). Obat ini dapat menyebabkan perdarahan
lambung atau masalah ginjal pada orang-orang tertentu.
3. Ekspektoran: Obat-obatan ini akan membantu agar dahak (lendir dari paruparu) menjadi lebih tipis. Ketika dahak meniipis, mungkin lebih mudah untuk
batuk dan meludah keluar. Hal ini dapat membantu agar dapat bernapas lebih
mudah.
4. Imunoglobulin: obat ini dapat diberikan untuk membantu sistem kekebalan
tubuh untuk melawan infeksi.
5. Steroid: Obat steroid dapat membantu untuk membuka saluran udara sehingga
dapat bernapas lebih mudah.
6. Bedah: Hal ini dilakukan untuk menghilangkan bagian yang rusak dari paruparu. Pembedahan biasanya hanya dilakukan jika pengobatan dengan obatobatan telah gagal.
H. Komplikasi
11
12
13
untuk bernafas. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
Dorong untuk pengeluaran sputum/penghisapan bila ada indikasi.
Awasi tingkat kesadaran/status mental.
Awasi tanda vital dan status jantung.
Berikan oksigen tambahan dan pertahankan ventilasi mekanik dan Bantu
intubasi.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah, produksi sputum, dispneu.
Rencana tindakan :
a) Pantau masukan dan keluaran tiap 8 jam, jumlah makanan yang
dikonsumsi serta timbang berta badan tiap minggu.
b) Ciptakan suasana yang menyenangkan ,lingkungan yang bebas dari bau
selama waktu makan.
c) Rujuk pasien ke ahli diet untuk memantau merencanakan makanan yang
akan dikonsumsi.
d) Dorong klien untuk minum minimal 3 liter cairan perhari, jika tidak
mendapat infus.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis,
malnutrisi.
Rencana intervensi :
a) Pantau suhu pasien tiap 4 jam, hasil kultur sputum dan hasil pemeriksaan
leokusit serta warna dan konsistensi sputum.
b) Lakukan pemeriksaan sputum untuk pemeriksaan kultur.
c) Berikan nutrisi yang adekuat.
d) Berikan antibiotik sesuai anjuran dan evaluasi keefektifannya.
5. Ansietas berhubungan dengan takut kesulitan bernafas selama fase
eksaserbasi, kurang pengetahuan tentang pengobatan yang akan dilaksanakan.
Intervensi Keperawatan :
14
15