Вы находитесь на странице: 1из 5

Peristiwa Pemberontakan Andi Azis di

Makassar, Latar Belakang, Tujuan,


Dampak
12:47 PM
Peristiwa Pemberontakan Andi Azis di Makassar, Latar Belakang, Tujuan, Dampak - Tokoh
utama pada Pemberontakan kali ini adalah Andi Abdoel Azis. Andi Abdoel Azis atau dikenal
dengan sebutan Andi Azis lahir pada tangal 19 September 1924 di Simpangbinal, Kabupaten
Barru, Sulawesi Selatan. Pada tahun 1930-an Andi Azis dibawa ke Belanda oleh seorang
pensiunan Asisten Residen bangsa Belanda, dan pada tahun 1935 Andi memasuki Leger
School dan lulus dari sekolah tersebut tahun 1938.
Setelah Andi Azis keluar dari sekolah yang didudukinya, ia meneruskan perjalanannya ke
Lyceum sampai tahun 1944. Di dalam hatinya, Andi sebenarnya ingin memasuki sekolah
kemiliteran di Belanda untuk menjadi seorang prajurit. Akan tetapi niatnya untuk masuk ke
dalam sekolah militer tidak terlaksana karena pecahnya Perang Dunia ke II. Karena niat
bulatnya untuk masuk kemiliteran, akhirnya Andi Azis masuk ke Koninklijk Leger dan ia
ditugaskan untuk masuk ke dalam tim pasukan bawah tanah untuk melawan Tentara
Penduduk Jerman (Nazi).

Andi Aziz. [1]


Dari pasukan bawah tanah kemudian ia dipindahkan ke garis belakang pertahanan Jerman,
untuk melumpuhkan pertahanan Jerman dari dalam. Karena semakin sempitnya kedudukan
Sekutu di Eropa, maka secara diam-diam Azis bersama para kelompoknya menyeberang ke
daratan Inggris di mana daerah tersebut adalah sebuah daerah yang paling aman dari serangan
tentara Jerman, meskipun pada tahun 1944 daerah tersebut sering di bom oleh pasukan udara
tentara Jerman.
Di daratan Inggris, Andi Azis mengikuti latihan pasukan komando yang bertempat di sebuah
kamp sekitar 70 kilometer di luar London. Setelah sekian lama berlatih di kamp tersebut,
akhirnya Andi Azis lulus dari latihan komando tersebut dengan pujian sebagai seorang
Prajurit Komando. Seterusnya pada tahun 1945 (tahun di mana Negara Indonesia Merdeka),
Andi Azis mengikuti pendidikan Sekolah calon Bintara di Negara Inggris dan akhirnya ia
menjadi Sersan Kadet. Pada Bulan Agustus 1945 Andi Azis ditempatkan di dalam sebuah
komando Perang Sekutu di India, berpindah-pindah ke Colombo, dan tempat singgah
terakhirnya di Calcutta. Sama seperti Halim Perdana Kusuma, Andi Azis juga seorang Warga
Negara Indonesia yang turut serta dalam Perang Dunia ke II di front Barat Eropa.
Setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu, akhirnya Andi Azis diperbolehkan
untuk memilih tugas dan mempertimbangkan apakah ia akan masuk ke dalam satuan sekutu

yang akan bertugas di Jepang atau memilih untuk masuk ke dalam kelompok yang akan
ditugaskan di gugus selatan Negara Indonesia. Setelah di pikir-pikir bahwa sudah 11 tahun ia
tidak jumpa dengan orang tuanya di Sulawesi Selatan, akhirnya dengan tegas ia memutuskan
untuk ikut satuan yang akan bertugas di gugus selatan Indonesia, dengan harapan ia bisa
bersatu kembali bersama orang tuanya di Makassar.
Pada tanggal 19 Januari 1946 kelompoknya mendarat di daratan pulau Jawa (Jakarta), waktu
itu Andi Azis menjabat sebagai komandan regu, dan kemudian di tugaskan di Cilinding. Pada
tahun 1947-an ia mendapatkan kesempatan libur/cuti panjang ke Makassar dan mengakhiri
dinas militer. Setelah Andi Azis tahu bahwa dia mendapatkan cuti panjang, maka ia segera
kembali lagi ke Jakarta dan mengikuti pendidikan kepolisian di Menteng Pulo. Pada
pertengahan tahun 1947, ia dipanggil lagi untuk masuk ke dalam satuan KNIL dan diberi
jabatan/pangkat Letnan Dua.
Selanjutnya Andi Azis diangkat sebagai Ajudan Senior Sukowati (Presiden NIT), dan setelah
hampir satu setengah tahun ia menjabat sebagai Ajudan, kemudian ia ditugaskan menjadi
seorang instruktur pasukan SSOP di Bandung-Cimahi pada tahun 1948. Setelah itu, ia dikirim
lagi ke Makasar dan diangkat sebagai Komandan kompi dengan pangkat Letnan Satu dan 125
anak buahnya (KNIL) yang sudah berpengalaman dan kemudian masuk ke TNI (Tentara
Nasional Indonesia). Di dalam barisan TNI (APRIS) kemudian Andi Azis dinaikkan
pangkatnya menjadi seorang kapten dan tetap memegang kendali kompi yang dipimpinnya.
Kompi tersebut tidak banyak mengalami perubahan anggotanya.
Anggota kompi yang dipimpinya itu bukanlah anggota sembarangan, mereka memiliki
kemampuan tempur di atas standar pasukan regular TNI dan Belanda. Pada saat itu di daerah
Bandung-Cimahi terdapat banyak prajurit Belanda yang sedang dilatih untuk persiapan agresi
militer Belanda II. Di tempat tersebut ada dua macam pasukan khusus Belanda yang sedang
dilatih. Di antara pasukan khusus itu adalah pasukan komando (Baret Hijau) dan pasukan
penerjun (Baret Merah). Sesuai dengan pengalamannya di front Eropa, kemungkinana Andi
Azis melatih para pasukan Komando tersebut dengan kemampuan yang di milikinya.
1. Lata Belakang Pemberontakan Andi Azis
Pemberontakan di bawah naungan Andi Azis ini terjadi di Makassar yang diawali dengan
adanya konflik di Sulawesi Selatan pada bulan April 1950. Kekacauan yang berlangsung di
Makassar ini terjadi karena adanya demonstrasi dari kelompok masyarakat yang anti federal,
mereka mendesak NIT supaya segera menggabungkan diri dengan RI. Sementara itu di sisi
lain terjadi sebuah konflik dari kelompok yang mendukung terbentuknya Negara Federal.
Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya kegaduhan dan ketegangan di masyarakat.
Untuk menjaga keamanan di lingkungan masyarakat, maka pada tanggal 5 April 1950
pemerintah mengutus pasukan TNI sebanyak satu Batalion dari Jawa untuk mengamankan
daerah tersebut. Namun kedatangan TNI ke daerah tersebut dinilai mengancam kedudukan
kelompok masyaraat pro-federal. Selanjutnya para kelompok masyarakat pro-federal ini
bergabung dan membentuk sebuah pasukan Pasukan Bebas di bawah komando kapten Andi
Azis. Ia menganggap bahwa masalah keamanan di Sulawesi Selatan menjadi tanggung
jawabnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa lata belakang pemberontakan Andi Azis adalah :

1. Menuntut bahwa keamanan di Negara Indonesia Timur hanya merupakan tanggung


jawab pasukan bekas KNIL saja.
2. Menentang campur tangan pasukan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia
Serikat) terhadap konflik di Sulawesi Selatan.
3. Mempertahankan berdirinya Negara Indonesia Timur.
2. Dampak Pemberontakan Andi Aziz
Pada tanggal 5 April 1950, anggota pasukan Andi Azis menyerang markas Tentara Nesional
Indonesia (TNI) yang bertempat di Makassar, dan mereka pun berhasil menguasainya.
Bahkan, Letkol Mokoginta berhasil ditawan oleh pasukan Andi Azis. Akhirnya, Ir.P.D Diapri
(Perdana Mentri NIT) mengundurkan diri karena tidak setuju dengan apa yang sudah
dilakukan oleh Andi Azis dan ia digantikan oleh Ir. Putuhena yang pro-RI. Pada tanggal 21
April 1950, Sukawati yang menjabat sebagai Wali Negara NIT mengumumkan bahwa NIT
bersedia untuk bergabung dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
3. Upaya Penumpasan Pemberontakan Andi Aziz
Untuk menanggulangi pemberontakan yang di lakukan oleh Andi Azis, pada tanggal 8 April
1950 pemerintah memberikan perintah kepada Andi Azis bahwa setiap 4 x 24 Jam ia harus
melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang sudah ia
lakukan. Untuk pasukan yang terlibat dalam pemberontakan tersebut diperintahkan untuk
menyerahkan diri dan melepaskan semua tawanan. Pada waktu yang sama, dikirim pasukan
yang dipimpin oleh A.E. Kawilarang untuk melakukan operasi militer di Sulawesi Selatan.
Tanggal 15 April 1950, Andi Azis pergi ke Jakarta setelah didesak oleh Sukawati, Presiden
dari Negara NIT. Namun karena keterlambatannya untuk melapor, Andi Azis akhirnya
ditangkap dan diadili untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, sedangkan untuk
pasukan TNI yang dipimpin oleh Mayor H. V Worang terus melanjutkan pendaratan di
Sulawesi Selatan. Pada tanggal 21 April 1950, pasukan ini berhasil menguasai Makassar
tanpa adanya perlawanan dari pihak pemberontak.
Pada Tanggal 26 April 1950, anggota ekspedisi yang dipimpin oleh A.E Kawilarang mendarat
di daratan Sulawesi Selatan. Keamanan yang tercipta di Sulawesi Selatan-pun tidak
berlangsung lama karena keberadaan anggota KL-KNIL yang sedang menunggu peralihan
pasukan APRIS keluar dari Makassar. Para anggota KL-KNIL memprovokasi dan
memancing emosi yang menimbulkan terjadinya bentrok antara pasukan KL-KNIL dengan
pasukan APRIS.
Pertempuran antara pasukan APRIS dengan KL-KNIL berlangsung pada tanggal 5 Agustus
1950. Kota Makassar pada saat itu sedang berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
karena terjadinya peperangan antara pasukan KL-KNIL dengan APRIS. Pada pertempuran
tersebut pasukan APRIS berhasil menaklukan lawan, dan pasukan APRIS-pun melakukan
strategi pengepungan terhadap tentara-tentara KNIL tersebut.
Tanggal 8 Agustus 1950, pihak KL-KNIL meminta untuk berunding ketika menyadari bahwa
kedudukannya sudah tidak menguntungkan lagi untuk perperang dan melawan serangan dari
lawan. Perundingan tersebut akhirnya dilakukan oleh Kolonel A.E Kawilarang dari pihak RI

dan Mayor Jendral Scheffelaar dari pihak KL-KNIL. Hasil perundingan kedua belah
pihakpun setuju untuk menghentikan baku tembak yang menyebabkan terjadinya kegaduhan
di daerah Makassar tersebut, dan dalam waktu dua hari pasukan KNIL harus meninggalkan
Makassar.
4. Meninggalnya Kapten Andi Azis
Pada tanggal 30 Januari 1984 seluruh keluarga dari Andi Azis diselimuti oleh duka yang
mendalam karena kepergian sang Kapten, Andi Abdoel Azis. Di usianya yang sudah
menginjak 61 Tahun, ia meninggal di Rumah Sakit Husada Jakarta karena serangan jantung
yang dideritanya. Andi Azis meninggalkan seorang Istri dan jenasahnya diterbangkan dari
Jakarta Ke Sulawesi Selatan, lalu dimakamkan di pemakaman keluarga Andi Djuanna Daeng
Maliungan yang bertempat di desa Tuwung, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Dalam
suasana duka, mantan Presiden RI, BJ. Habibie beserta istrinya Hasri Ainun, mantan Wakil
Presiden RI, Try Sutrisno dan para anggota perwira TNI turut berduka cita dan hadir dalam
acara pemakaman Andi Azis.
5. Hikmah di Balik Pemberontakan Andi Azis
Kapten Andi Abdoel Azis, ia adalah seorang pemberontak yang tidak pernah menyakiti dan
membunuh orang untuk kepentingan pribadinya. Ia hanyalah korban propaganda dari
Belanda, karena kebutaannya terhadap dunia politik. Andi Azis adalah seorang militer sejati
yang mencoba untuk mempertahankan kesatuan Negara Republik Indonesia pada masa itu,
dan dalam kesehariannya, seorang Andi Azis cukup dipandang dan dihargai oleh masyarakat
suku Bugis Makassar yang bertempat tinggal di Tanjung Priok, Jakarta. Disanalah Andi Azis
diakui sebagai salah satu sesepuh yang selalu dimintai nasehat oleh para penduduk tentang
bagaimana cara menjadikan suku Bugis Makassar supaya tetap dalam keadaan rukun dan
sejahtera.
Andi Azis dikenal juga sebagai orang yang murah hati dan suka menolong. Ia selalu berpesan
kepada anak-anak angkatnya bahwa Siapapun boleh dibawa masuk ke dalam rumahnya
kecuali 3 jenis manusia yaitu pemabuk, penjudi, dan pemain perempuan.
Seorang Andi Azis patut kita jadikan sebagai bahan pembelajaran bahwa kita selama hidup di
dunia ini jangan terlalu percaya sama apa yang orang lain katakan, percayalah kepada hati
nurani, jangan terlalu percaya sama orang lain karena orang itu belum tentu bisa mengajak
kita ke jalan yang benar dan mungkin malah mengajak kita untuk berbuat salah. Maka dari
itu, alangkah lebih baiknya kita harus berwaspada dan berhati-hati dalam mempercayai orang
lain.
Ia tidak menyetujui kebijaksanaan pemerintahan presiden Soekarno pada
masanya, sehingga balik menentang pemerintah pusat dengan mengangkat
senjata. Ia dinyatakan pemerintah pusat sebagai pembangkan dan pemberontak.

Adapun faktor yang menyebabkan pemberontakan adalah :


1.Menuntut agar pasukan bekas KNIL saja yang bertanggung jawab atas
keamanan di Negara Indonesia Timur.

2.Menentang masuknya pasukan APRIS dari TNI


3.Mempertahankan tetap berdirinya Negara Indonesia Timur.

Latar Belakang Pemberontakan


1. Timbulnya pertentangan pendapat mengenai peleburan Negara Indonesia
bagian Timur (NIT) ke dalam negara RI.
2. Ada perasaan curiga dikalangan bekas anggota-anggota KNIL yang disalurkan
ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat ( APRIS/TNI )
Strategi Perlawanan
Andi Aziz dan pasukannya menyerang markas TNI di Makasar. Dalam waktu
singkat kota Makasar berhasil dikuasai oleh
gerombolan penyerbu karena kurangnya pasukan dari TNI. Beberapa orang TNI
ditawan dan Kolonel A.J Mokoginta ditawan

Вам также может понравиться