Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
(1)
Ibnu
(1)
Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan
Kebijakan (SAPPK), ITB.
(2)
Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah Dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan
Pengembangan Kebijakan
(SAPPK), ITB.
Abstra
k
Peningkatan intensitas lalu lintas yang terjadi di perairan selat Madura, khususnya Alur
Pelayaran Barat Surabaya (APBS) selama kurun waktu 2004-2012 telah menimbulkan
banyak masalah, antara lain: waktu delay, keselamatan dan inefisiensi. Keterbatasan
APBS meliputi kedalaman yang dangkal dan lebar yang sempit, serta hambatan lain
berupa kerangka kapal yang berada di alur, gelaran pipa dan kabel bawah laut
menyebabkan potensi kecelakaan yang cukup tinggi dan terhambatnya lalu lintas kapal
di perairan tersebut. Fokus penelitian ini adalah menemukan konsepsi pengaturan APBS
dalam upaya penataan kawasan labuh jangkar guna memperlancar arus lalu lintas kapal
dan meningkatkan keselamatan di perairan tersebut dengan pendekatan simulasi
menggunakan ARENA. Hasil dari penelitian ini adalah model APBS yang dituangkan
dalam penentuan zonasi peruntukan penggunaan perairan di sekitar APBS dan skenario
model pengelolaan APBS yang dapat mengurangi waktu tunggu kapal. Parameterparameter skenario yang dipakai dalam model diharapkan dapat dipakai dalam
pertimbangan kebijakan perencanaan tata ruang laut.
Kata kunci: alur pelayaran, lalu lintas kapal, penataan, waktu tunggu, APBS, simulasi,
tata ruang laut
Pendahulua
n
Alur Pelayaran Barat Surabaya terletak di
bagian barat Selat Madura memiliki peran
yang
sangat
penting
terhadap
perekonomian provinsi Jawa Timur.
Alur
pelayaran ini
menghubungkan pelabuhan Tanjung Perak
dengan pelabuhan lainnya. Pelabuhan
Tanjung Perak merupakan pelabuhan
transhipment bagi wilayah Indonesia
Bagian
Timur
untuk
kegiatan
perdagangan,
baik
perdagangan
internasional maupun domestik. Seiring
dengan pertumbuhan barang
dan kunjungan kapal
yang
cukup signifkan,
menyebabkan
intensitas lalu lintas di perairan ini menjadi
padat
dengan
bertambahnya
waktu
tunggu
kapal
yang akan masuk
maupun mendapat layanan di
pelabuhan. Keterbatasan kondisi alur
pelayaran APBS yang sempit dan dangkal
disertai dengan banyaknya hambatan
lalu lintas kapal, sehingga
berpotensi
menciptakan
delay,
kecelakaan dan inefsiensi.
Tinjauan
Literatur
Penataan Ruang
Planning/ MSP)
Laut
(Marine Spatial
Irwan Dharmawan
sektor
yang
memanfaatkan
laut, mengoptimalkan distribusi
pembangunan
laut dan meningkatkan
pemanfaatan sumber daya alam yang
direncanakan, penggunaan laut yang
intensif berdasarkan pada ketentuan
ekologi, ilmiah
dan
hukum,
untuk
menjaga
kestabilan dan percepatan
pembangunan ekonomi pesisir serta
harmoni sosial (Qiulin, 2012).
Pendekatan-pendekatan dalam
melakukan analisis lalu lintas
transportasi
laut
dilakukan
dengan
persamaan diferensial
berdasarkan batasan olah gerak
kapal (Sariz et al., 1999). (Frima, 2004;
Kse et al. (2003)) melakukan suatu
pendekatan berbeda, yaitu menganalisis
lalu lintas kapal dengan metode simulasi
kejadian diskrit.
Pemindahan
Muatan
Bangkitan
Perjalanan
Ya
Inbound Tidal
Regulation
Tidak
Pemindahan
Muatan
Tidak
Keluar
Kapal
keluar
Tidak
Menunggu
Air Pasang
untuk Masuk
Terminal
Ketersediaan Ya
Terminal
setelah menunggu air
pasang
Ya
Reservasi
Terminal
ter
mi
nal
ter
se
dia
Operasional
Terminal
Ya
Tidak
Outbound Tidal
Regulation
Tidak
Terminal
Lain
Prosedur
Ya
Navigasi
Metode
Penelitian
Terdapat tiga pendekatan penelitian yang
digunakan yaitu pendekatan
kuantitatif,
kualitatif
dan
simulasi.
Metode
pengumpulan data
dengan observasi. Adapun metode analisis
data yang digunakan antara lain deskriptif
eksplanatori,
statistik
deskriptif,
analisis kapasitas
(Salminen, 2013) dan
analisis kelayakan fnansial (Wibowo &
Kochendrfer,
2005)
.
Pendekatan simulasi (Altiok & Melamed,
2010) dilakukan untuk mempelajari dan
mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi lama waktu tunggu kapal,
dimana
faktor-faktor
tersebut merupakan
variabel/
parameter input
yang
digunakan
dalam
simulasi.
Adapun
tahap
dalam
pembangunan
model
simulasi dapat dilihat pada Tabel 1.
Teknik analisis
yang digunakan pada
tahapan
1 adalah analisis deskriptif
eksplanatori dan analisis kuantitatif. GIS
digunakan sebagai alat bantu dalam
menganalisis zona
fungsi
laut
di
perairan
APBS,
yaitu
dalam
mengidentifkasi potensi konflik yang
mungkin
terjadi di
perairan
PENJELASA
N
Menjelaskan alur pelayaran
yang akan
diteliti dan disimulasikan
Pengumpulan aturan navigasi,
pengaruh cuaca dan parameter
Menjelaskan perbedaan rute,
pelabuhan dan alur yang digunakan
kapal dengan ukuran
Membuat model dengan hasil dari
langkah 1,
2 dan 3
Menginterpretasikan
dan mempelajari
hasil yang
dibuat oleh model
dapatyang
di validasi
dan
Mempelajari
model
dibuat
dalam
memperkirakan intensitas lalu lintas
APBS,
serta mengidentifikasi zona aman
yang dapat digunakan sebagai kawasan
alur pelayaran dan wilayah labuh jangkar.
Analisis lebih
lanjut adalah
untuk mengetahui daya dukung
alur pelayaran dan wilayah labuh jangkar
dalam
melayani
lalu
lintas
kapal,
seperti spesifkasi
kapal
yang dapat
memasuki
APBS,
sehingga aturan-aturan yang berlaku
dapat ditentukan dalam tahapan ini.
Selanjutnya,
menganalisis
tingkat
kepadatan lalu lintas yang terjadi di APBS
seperti pola kedatangan kapal, jumlah
pergerakan kapal, rute dan kecepatan
kapal yang melintas, sehingga aturanaturan lalu lintas di APBS dapat ditetapkan
dalam model simulasi.
Tahapan selanjutnya adalah membangun
model simulasi dari parameter-parameter
yang telah diperoleh serta menyusun
skenario yang digunakan dalam model.
Model simulasi yang telah divalidasi dan
diverifikasi,
kemudian
diproyeksikan
melalui simulasi untuk mempelajari faktorfaktor yang berpengaruh
secara
signifkan terhadap
pengurangan
lama
waktu
tunggu.
Berdasarkan hasil simulasi, kelayakan
terhadap skenarioyang
dilakukan melalui analisis pengaruh waktu
tunggu terhadap biaya sewa kapal dan
analisis
kelayakan
finansial
dalam
merencanakan
investasi
yang
akan
dikeluarkan pada masing-masing skenario.
Skenario yang mampu menurunkan lama
waktu tunggu terbanyak,
waktu
berlayar paling
singkat,
penghematan biaya sewa kapal terbesar
akibat waktu tunggu, dan nilai manfaat
terbesar dalam investasi. Selain itu, studi
kapasitas digunakan untuk mengindikasi
kapan terjadinya puncak kepadatan lalu
lintas di APBS dengan skenario pengaturan
yang dilakukan.
Analisis
Diskusi
dan
Zona Fungsional
APBS
Laut
Irwan Dharmawan
Simulasi
APBS
yang
dilayani
(Setiantoro,
2014).
Terminal
Tanjung Perak
General Cargo 2
Tanjung Perak
General Gargo 1
Gresi
General Cargo 3
k
Tanjung Perak
/ Gresik
Curah Cair
Tanjung Perak/Gresik
Curah Kering 1
Tanjung Perak
Curah Kering 2
Tanjung Perak
Petikemas 1
Tanjung Perak
Petikemas 2
Sumber: SK Dirjen UM. 002/38/18/DJPL-11
25 30 ton/gang/jam
30 ton/gang/jam
25 30 ton/gam/jam
100
ton/jam
100
ton/jam
30 40
ton/gang/jam
25 box/crane/jam
10 - 18 box/crane/jam
d.
Probabilitas
kecelakaan
kapal:
minimnya
informasi
terhadap
kejadian kapal yang menyebabkan
alur pelayaran ditutup, sehingga
parameter
probabilitas kecelakaan
tidak dimodelkan.
2. Karakter fisik: sekumpulan aturan
dibuat khusus pada setiap section alur.
Aturan
ini
berdasarkan
data
kedalaman, lebar, pasang surut serta
hambatan-hambatan lalu lintas seperti
kerangka kapal, gelaran pipa dan
kabel
yang
berdampak
langsung
dengan kecepatan kapal.
3. Antrian Kapal
a. Jumlah antrian: satu antrian untuk
setiap kapal pada setiap arah.
b. Skema urutan: prioritas urutan
kapal
berdasarkan
kapal
yang
pertama datang (first come first
service). Selain itu jenis kapal
penumpang dan
petikemas
mendapatkan
prioritas lebih utama.
4. Regulasi:
a. Ketersediaan alur: layanan alur
tersedia untuk
24
jam/hari,
namun
kapal diberlakukan aturan
transit di wilayah tunggu apabila
semua
kapasitas
terminal
dan
wilayah tunggu 1 dan 2 penuh.
b. Trafk searah: kapal yang
memasuki alur,
dikenakan aturan terhadap jarak
aman antar kapal. Jarak antar kapal
dihitung
berdasarkan
kecepatan
rata-rata kapal 6 knot untuk 1 km
adalah 5 menit, sehingga jarak aman
antar dalam model dihitung sebagai
delay selama 6 menit (Frima,
2004)
.
c. Trafk berlawanan: dalam model
ini diasumsikan
tidak ada
kapal yang membawa
muatan berbahaya. Traffk dua arah
tidak akan terjadi jika ada kapal
bermuatan
berbahaya
memiliki
panjang lebih dari 80 meter (Kse
dkk., 2003).
d.
5.
Trafic:
Sistem simulasi menggunakan data
histori lalu lintas kapal yang masuk
pelabuhan
Tanjung
Perak
dan
pelabuhan Gresik. Data kapal dibagi
berdasarkan kategori jenis dan dimensi
kapal, sehingga masing-masing
kapal dibedakan berdasarkan
dimensi panjang dan draft kapal
menjadi ukuran S, M, L dan XL.
Distribusi
kemungkinan
tingkat
kedatangan kapal dapat dilihat pada
gambar Gambar 3. Kapal dengan
ukuran
dibawah
500
GT
tidak
disimulasikan dalam model ini.
6.
Skenario:
Untuk mempelajari model pengaturan
mana yang paling signifkan terhadap
pengurangan
waktu
tunggu,
penghematan terbesar pada biaya
sewa kapal serta nilai investasi yang
paling menguntungkan, maka dalam
simulasi APBS dibuatkan 4 (empat)
skenario seperti dapat dilihat pada tabel
3.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa
skenario DO-SOMETHING (skenario 2,
3
dan
4) terbukti
dapat
mengurangi lama
waktu
tunggu,
dimana lama waktu tunggu terendah
dicapai
skenario
4,
sehingga
pengurangan lama
waktu
tunggu
yang
dicapai
pada skenario ini
54,85% dari skenario DO- NOTHING
(skenario 1).
Gambar 4
menunjukkan
waktu
total
(waktu
selama di perairan (turn around time)
dan waktu tunggu kapal (waiting time)
yang dihasilkan simulasi. Hasil simulasi
selengkapnya terhadap
pengaruh pengaturan APBS terhadap
waktu tunggu kapal dapat dilihat pada
Tabel 4.
Studi
Kapasitas
APBS memiliki panjang alur sebesar 52,1
km. Jika diasumsikan lebar alur pada awal
hingga akhir section adalah sama,
sehingga Alur Pelayaran Barat Surabaya
Kesimpulan
Rekomendasi
dan
Kesimpul
an
Pembangunan model Alur Pelayaran
Barat Surabaya
membantu
dalam
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
penataan
SKENARIO 1
TIDAK
Lebar 100 m,
kedalaman -8,5 mLWS
Terdapat hambatan lalu
lintas
Peningkatan
Kapasitas Wilayah
Labuh Jangkar
Peningkatan
Kapasitas
Pelabuhan
TIDAK
WA1 = 2,8 Nmil2
WA2 = 0,4 Nmil2
WA3 = 0,4 Nmil2
TIDAK
SKENARIO 2
YA
Lebar 300 m,
kedalaman -13 mLWS
(2014)
Lebar 400 m,
kedalaman -14 mLWS
(2020)
Tidak ada hambatan
lalu lintas
YA
WA1 = 10,5 Nmil2
WA2 = 0,7 Nmil2
WA3 = 1,25 Nmil2
TIDAK
SKENARIO 3
TIDAK
Lebar 100 m,
kedalaman -8,5 mLWS
Terdapat hambatan lalu
lintas
TIDAK
WA1 = 2,8 Nmil2
WA2 = 0,4 Nmil2
WA3 = 0,4 Nmil2
YA
Peningkatan Kapasitas
dan Produktivitas
Terminal Petikemas,
peningkatan
produktivitas terminal
curah kering dan
general cargo (2014)
Peningkatan
produktivitas terminal
petikemas dan curah
kering
SKENARIO 4
YA
Lebar 300 m,
kedalaman -13 mLWS
(2014)
Lebar 400 m,
kedalaman -14 mLWS
(2020)
Tidak ada hambatan
lalu lintas
YA
WA1 = 10,5 Nmil2
WA2 = 0,7 Nmil2
WA3 = 1,25 Nmil2
YA
Peningkatan Kapasitas
dan Produktivitas
Terminal Petikemas,
peningkatan
produktivitas terminal
curah kering dan
general cargo (2014)
Peningkatan
produktivitas terminal
petikemas dan curah
kering
Skenario 2
23,82%
2,11
jam juta
US$ 520,5
Skenario 3
37,53%
US$ 835,1 juta
Skenario 4
54,85%
2,11 jam
US$1.116,4 juta
Nilai
ALUR PELAYARAN
Kapasitas Statis Teori (STw)
Kapasitas Statis Aktual (SAw)
Kapasitas Dinamis Teori (DTw)
Kapasitas Dinamis Aktual (DAw)
WILAYAH LABUH JANGKAR
Karang Jamuang (WA1)
Gresik (WA2)
Surabaya (WA3)
Eksistin
g
234
kapal/hari
152,1
kapal/hari
405
kapal/hari
263,25
kapal/hari
390,2 kapal/hari
55,9
kapal/hari
32,5
392,2 kapal/hari
56,2 kapal/hari
32,7 kapal/hari
*)
907,5 kapal/hari
*)
130,1 kapal/hari
*)
75,6 kapal/hari
*) jenis kapal dengan jumlah kapal < 150 kapal tidak diperhitungkan
2015
100%
100%
65%
65%
26%
22.5%
41.8%
26.8%
45%
65%
100%
54.6%
65%
84%
100%
Rendah
T inggi
KAPASITAS STATIS
Rendah
T inggi
KAPASITAS STATIS
Sedangkan
peningkatan
kapasitas
dilakukan
dengan
cara
pengerukan
untuk
mendapatkan
kedalaman
dan
lebar
alur
yang
direncanakan. Pengaturan di sisi terminal
dilakukan dengan peningkatan kapasitas
pelabuhan
melalui
penambahan
prasarana dan
fasilitas
terminal,
sehingga
terjadi
peningkatan
produktivitas
kinerja
pelabuhan, khususnya pada kegiatan
bongkar/ muat kapal.
Dari hasil simulasi, skenario 4 merupakan
pilihan terbaik
dalam
mengatasi
persoalan kepadatan lalu lintas di APBS.
Melalui skenario 4, biaya yang dapat
dihemat melalui biaya sewa kapal
mencapai US$ 1,12 milyar/tahun. Selain itu
skenario ini dinilai layak untuk dilakukan
investasi.
Berdasarkan
analisis
kapasitas
alur
pelayaran, kapasitas APBS ditinjau dari sifat
dinamis dan statis pemanfaatan
alur
pelayarandalam
melayani
pergerakan kapal. Sifat statis dilakukan
untuk mengetahui kapasitas alur dalam
kondisi kapal tidak bergerak, sedangkan
sifat dinamis dilakukan
pada kondisi
kapal
melakukan
pergerakan,
sehingga kapasitas dalam satuan waktu
dapat diidentifkasi. Berdasarkan data yang
diperoleh pada tahun 2012, secara teoritis
penggunaan utilitas APBS mencapai 69%,
yang mengindikasikan
pada
tahun
tersebut telah
Penelitian
Terima
T.
and
B.
Melamed.
(2010).
Spatial Planning: A
Step-by-Step
Approach towards Ecosystem Based.
Paris: UNESCO.
Frima, G. A. J. (2004). Capacity Study
For The
Rio de la Plata Waterway, Argentina.
(Master), Delft: Delft University of
Technology.
Kse, E., E. Baar, E. Demirci, A. Gnerolu
and S. Erkebay. (2003). Simulation of
marine
trafc
in
Istanbul
Strait.
552 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N3
Simulation Modelling
Theory, 11(7), 597-608.
Practice
and
(Tugas
Akhir),
Universitas
Diponegoro,
Semarang.
Putranto, C. E. (2011). Studi
Kemitraan
Pemerintah
Swasta
Pengelolaan Alur
dalam
Pelayaran
Barat
Surabaya
(APBS).
(Magister
Teknik), Universitas Indonesia,
Depok.
Qiulin, Z. (2012). Marine Spatial Planning
in China. Paper presented at the East
Asian Seas Congress 2012, Changwon
City, Korea.
Ristianto, B. (2013, Juni). Lecture 3.
"Keselamatan
Pelayaran",
Lecture
Material. Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran.
Jakarta
Salminen, J. B. (2013). Measuring the
Capacity
of a Port System: A Case Study
on a Southeast Asian Port. (Master),
Massachusetts Institute of Technology,
Massachusetts.
Triatmodjo, B. (2009). Perencanaan
Pelabuhan.
Yogyakarta:
Beta
Ofset.
van Dokkum, K. (2012). The Colregs
Guide (4th ed.). Enkhuizen: Dokmar.
Wibowo, A. dan B. Kochendrfer.
(2005). Financial risk analysis of project
fnance in Indonesian toll roads. Journal
of
Construction
Engineering
Management, 131(9), 963-
and
972
.
Kebijakan
International
Life
at
Convention on Safety of
Sea.
(2009).
SOLAS
(consolidated
edition).
London:
International Maritime Organization.
Peraturan
Menteri Perhubungan nomor PM 68
Tahun
2011 tentang Alur Pelayaran. Jakarta.
Kota Surabaya. (2014). Peraturan
Daerah Nomor 12 Tahun 2014 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Surabaya Tahun 20142034.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
(2012). Peraturan Daerah
Nomor 6
Tahun
2012 tentang
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa Timur.
Jawa Timur.
Presiden Republik Indonesia. (2009).
Peraturan
Presiden nomor 61 tahun 2009
tentang
Kepelabuhanan. Jakarta.
Presiden
Republik
Indonesia.
(2010).
Republik
Indonesia.
(2008).