Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH:
MELA SAFITRI
NIM. 125070206111003
KELOMPOK 5
A Pengertian
Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang
telahmati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses
infeksi(biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing
(misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi
perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke bagian
tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa
kantong berisinanah. (Siregar, 2004)
Abses Skrotum merupakan salah satu kasus dalam bidang urologi yang
harus segera ditangani untuk mencegah terjadinya kerusakan pada testis dan
terjadinya Fourniers gangrene. Abses Srotum adalah kumpulan purulen pada ruang
diantara tunika vaginalis parietalis dan viseralis yang berada mengelilingi Testis,
Abses skrotum,terjadi apabila terjadi infeksi bakteri dalam skrotum (burner et all,
2013).
Abses skrotum adalah terbentuknya kantong berisi nanah pada jaringan kutis
dan subkutis akibat infeksi kulit skrotum yang disebabkan oleh bakteri/parasit atau
karena adanya benda asing.
B Etiologi
Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui
beberapa cara :
a
Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang
tidak steril
Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Dalam kasus ini abses yang terjadi adalah pada skrotum, tanda dan gejala
abses biasanya Paling sering, abses akan menimbulkan Nyeri tekan dengan massa
yang berwarna merah, hangat pada permukaan abses, dan lembut. Hingga terjadi
nekrosis pada jaringan permukaan skrotum.
Menurut Smeltzer & Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi
dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa:
a
Nyeri
Nyeri tekan
Teraba hangat
Pembengkakan
Kemerahan
Demam
Pada pasien yang mengalami abses skrotum mungkin memiliki gejala yang
berkaitan dengan etiologi abses seperti gejala infeksi saluran kemih atau penyakit
menular seksual, seperti frekuensi, urgensi, disuria,dan ukuran penis.[3] Diagnosis abses
skrotum sering ditegakan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Skrotum sering
eritema dan terjadi peradangan selain itu dapat teraba fluktuasi pada skrotum.
Anamnesis
Dari anamnesis dapat di temukan: pasien yang baru menderita epididimitis atau
orchitis namun
Apabila terjadi trauma pada skrotum maka dapat ditemukan gambaran klinis :
Nyeri akut pada skrotum, pembengkakan, memar, dan kerusakan akibat cedera kulit
skrotum yang merupakan gejala
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini sangat membantu karena ditemukan skrotum teraba lembut atau
kenyal. Pada pemeriksan fisik dapat ditemukan: bengkak pada skrotum,tidak keras,dan
merah pada skrotum,dan dapat menjadi fluktuan.
Selain itu palpasi pada testis untuk menentukan epididimo-orchitis dan gejala
karsinoma
testis.
Pada
pemeriksaan
skrotum
dapat
juga
menggambarkan
dengan pembesaran
disebabkan
oleh
peradangan
akut
epididimis
atau
testis,torsio
korda
Selain itu dapat dilakukan Kultur urin dan pewarnaan gram untuk mengetahui
kuman penyebab infeksi.
Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik pada penderita
Ultrasonografi
Pada pemeriksaan Ultrasonografi pyocele akan memberikan gambaran yang
lebih parah, Hal itu membedakan dari hidrocele. Septa atau lokulasi, level cairan
menggambarkan permukaan dari hidrocele /pyocele,dan gas pada pembentukan
organisme. Pemeriksaan USG biasanya menunjukankan akumulasi cairan ringan
dengan gambaran internal atau lesi hypoechoic yang diserai dengan isi skrotum
normal atau bengkak.
USG skrotum sangat membantu dalam mendiagnosis abses intraskrotal
terutama jika ada massa inflamasi. USG skrotum dapat menggambarkan perluasan
abses ke dinding skrotum, epididimis, dan atau testis. USG skrotum adalah
tambahan yang berguna untuk mendiagnosis dan pemeriksaan fisik dalam penilaian
abses skrotum. Hal ini memungkinkan untuk lokalisasi abses skrotum serta evaluasi
vaskularisasi dari epididimis dan testis, yang mungkin terlibat.
Scrotal sonogram showing the testes adjacent to the inflamed epididymis with
a reactive hydrocele.
CT-Scan
CT Scan juga dapat digunakan untuk melihat adanya
penyebaran abses.
Anestesi
Sayatan dan drainase abses skrotum yang dangkal sering dapat dilakukan
dengan infiltrasi daerah abses dengan anestesi intravena. Pengobatan bedah pada
abses intrascrotal sering memerlukan anestesi umum atau spinal. Pasien dengan
gangren Fournier(necrotizing fasciitis) sering dieksplorasi di bawah anestesi umum
sesuai keparahan penyakit dan luasnya potensi penyakit. Gangren Fournier
merupakan nekrosis dan fasikulitis pada perineum atau daerah kelamin lakilaki,yang merupakan tanda awal gangguan pada skrotum.[17] Pasien-pasien ini
memerlukan resusitasi agresif dan institusi antibiotik spektrum luas yang mencakup
(necrotizing
fasciitis),
lebih berguna
Fournier
karena
memungkinkan akses ke dinding perut bagian bawah, genitalia, dan daerah perianal.
F
Komplikasi
Tindakan bedah menjadi penanganan yang paling utama yang disertai dengan
pemberian Antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi akibat flora genitourinari.
Sayatan, debridement,merupakan penanganan dari pengobatan abses intrascrotal, dan
kegagalan yang terjadi dapat menyebabkan tindakan debridement dan drainase harus
dilanjutkan. Fournier gangren (necrotizing fasciitis) adalah sebuah operasi darurat dan
membutuhkan resusitasi hemodinamik cepat, antibiotik spektrum luas, dan intervensi
bedah yang agresif. Hal ini membutuhkan ruang operasi untuk debridement. Bahkan di
era bedah modern, tingkat kematian untuk Fournier gangren (necrotizing fasciitis) tetap
tinggi, mendekati 50%. Cedera isi intrascrotal mungkin terjadi akibat eksplorasi. Selain
itu, epididimitis yang parah dapat menyebabkan nekrosis epididimis dan hilangnya
fungsi kemudian terjadi perluasan ke testis dapat menyebabkan abses testis dan
nekrosis.
Penanganan pasca-pembedahan:
Setelah eksplorasi bedah awal, luka skrotum di jaga secara teratur untuk
mencegah akumulasi materi purulen dan debridement jaringan devitalized. Menjaga
luka terbuka memungkinkan untuk granulat dari dasar, mencegah terjadinya luka
tertutup sehingga mencegah terjadinya infeksi sekunder. Terapi antibiotik pascaoperasi
harus disesuaikan dengan kultur urin dan sensitivitas luka dan harus dilanjutkan sampai
infeksi teratasi.
Apabila abses skrotum tidak ditangani dengan baik maka dapat menyebabkan
Fourniers gangrene,yaitu: nekrosis pada kulit skrotum,dan merupakan kasus
kegawatdaruratan. Fournier gangren (necrotizing fasciitis)
dapat menyebabkan
Daftar Pustaka
1
Kedokteran. 1995.p:347-352.
Price,Sylvia A,Lorraine M Wilson. Patofisiologi 6th edition.Willson,Lorraine
M,Kathleen Branson Hillegas. Gangguan Sistem Reproduksi Laki-laki. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran.2003. chapter: 65.p:1311-1329.
Patofisiologi