Вы находитесь на странице: 1из 9

ASFIKSIA NEONATORUM

Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan hipoksia,
hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Manurut AAP dan ACOG (2004), asfiksia
perinatal pada seorang bayi menunjukan karakteristik berikut:3
1. Asidemia metabolic atau campuran (metabolic dan respiratorik) yang jelas, yaitu
pH<7, pada sampel darah yang diambil dari arteri umbilical
2. Nilai Apgar 0-3 pada menit ke-5
3. Manifestasi neurologi pada periode BBL segera, termasuk kejang, hipotonia,
koma, atau ensefalopai hipoksik iskemik
4. Terjadi disfungsi sistem multiorgan segera pada periode BBL

FAKTOR RESIKO ASFIKSIA NEONATORUM


Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama
kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan
pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan terjadi asfiksia janin
atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau
segera setelah lahir. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir ini merupakan
kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama masa kehamilan dan
persalinan memegang peranan yang sangat penting untuk keselamatan bayi.
Gangguan yang timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hampir selalu disertai
anoksia/ hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia neonatus. 3
Faktor resiko antepartum
- Diabetes pada ibu
- Hipertensi dalam kehamilan
- Hipertensi kronik
- Anemia janin atau isoimunisasi
- Riwayat kematian janin atau neonates
- Perdarahan pada trimester dua atau tiga
- Infeksi ibu
- Ibu dengan penyakit jantung, ginjal, paru, tiroid, atau kelainan neurologi
- Polihidramnion
- Ketuban pecah dini
- Hidrops fetalis
- Kehamilan lewat waktu
- Kehamilan ganda
- Berat janin tidak sesuai masa kehamilan
- Terapi obat seperti magnesium karbonat dan beta bloker

Ibu pengguna obat bius


Malformasi atau anomaly janin
Berkurangnya gerakan janin
Tanpa pemeriksaan antenatal
Usia <16 tahun atau >35 tahun

Faktor resiko intrapartum


-

Seksio sesaria darurat


Kelahiran dengan ekstraksi forsep atau vakum
Letak sungsang atau presentasi abnormal
Kelahiran kurang bulan
Partus presipitatus
Korioamnionitis
Ketuban pecah lama (>18 jam sebelum persalinan)
Partus lama (>24 jam)
Kala dua lama (>2 jam)
Makrosomia
Bradikardia janin persisten
Frekuensi janin yang tidak beraturan
Penggunaan anastesi umum
Hiperstimulus uterus
Penggunaan obat narkotika pada ibu dalam 4 jam sebelum persalinan
Air ketuban bercampur mekonium
Prolaps tali pusat
Solusio plasenta
Lasenta previa
Perdarahan intrapartum

PATOFISIOLOGI
BBL mempunyai karakteristik yang unik. Transisi kehidupan janin intrauterine
ke kehidupan bayi ektrauterin, menunjukkan perubahan sebagai berikut: alveoli paru
janin dalam uterus berisi cairan paru. Pada saat lahir dan bayi engambil napas
pertama, udara memasuki alveoli paru dan cairan paru diabsorpsi oleh jaringan paru.
Pada napas kedua dan berikutnya, udara yang masuk alveoli bertambah banyak dan
cairan paru diabsorpsi sehingga kemudian seluruh alveoli berisi udara yang
mengandung oksigen. Aliran darah paru meningkat secara dramatis. Hal ini
disebabkan ekspansi paru yang membutuhkan tekanan puncak inspirasi dan tekanan
akhir ekspirasi yang lebih tinggi. Ekspansi paru dan peningkatan tekanan oksegen
alveoli keduanya, menyebabkan penurunan resistensi vascular paru dan peningkatan
aliran darah paru setelah lahir. Aliran intrakardial dan ekstrakardial mulai beralih arah

yang kemudian diikuti penutupan duktus arteriosus. Kegagalan penurunan resistensi


vascular paru menyebabkan hioertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir
(Persisten Pulmonary Hypertension of the Neonate), dengan aliran darah paru yang
inadekuat dan hipoksemia relative. Ekspansi paru yang inadekuat menyebabkan gagal
napas. 3
PRINSIP DASAR
Bayi dapat mengalami apnea dan menunjukan upaya pernafasan yang tidak
cukup untuk kebutuhan ventilasi paru-paru. Kondisi ini menyebabkan kurangnya
pengambilan oksigen dan pengeluaran CO2. Penyebab depresi bayi pada saat lahir ini
mencakup:4
1. Asfiksia intra uterin.
2. Bayi kurang bulan.
3. Obat-obat yang diberikan/ diminum oleh ibu.
4. Penyakit neuromuskular bawaan.
5. Cacat bawaan.
6. Hipoksia intra partum.
Asfiksia berarti hopoksia yang progresif, penimbunan CO 2 dan asidosis. Bila
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak/ kematian.
Asfiksia juga mempengaruhi organ vital lainnya. Pada bayi yang mengalami
kekurangan oksigen akan terjadi pernafasan yang cepat dalam periode yang singkat.
Apabila asfiksia berlanjut gerakan pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga
mulai menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang secara berangsur-angsur
dan bayi memasuki periode apnea yang dikenal dengan nama apnea primer. Perlu
diketahui bahwa pernafasan yang megap-megap dan tonus otot yang juga turun terjadi
akibat obat-obat yang diberikan pada ibunya. Biasanya pemberian rangsangan dan
oksigen selama periode apnea primer dapat merangsang terjadinya pernafasan
spontan.
Apabila asfiksia berlanjut bayi akan menunjukan megap-megap yang dalam,
denyut jantung terus menurun, dan bayi akan terlihat lemas (flaccid). Pernafasan
makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apnea yang disebut apnea
sekunder, selama apnea sekunder ini denyut jantung, tekanan darah, dan kadar
oksigen dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap
rangsangan dan tidak akan menunjukan upaya pernapasan secara spontan. Kematian
akan terjadi kecuali apabila resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian
oksigen dimulai dengan segera. 4

Evaluasi gawat napas dengan skor Downes

Frekuensi

0
< 60x/menit

skor
1
60-80/menit

napas
Retraksi
Sianosis

Tidak ada retraksi


Tidak ada sianosis

Retraksi ringan
Retraksi berat
Sianosis
hilang Sianosis
menetap

Udara masuk

dengan O2
Penurunan

Tidak merintih

udara masuk
masuk
Dapat
didengar Dapat didengar tanpa

Pemeriksaan

Air entery
Merintih

2
>80/menit

walaupun diberi O2
ringan Tidak ada udara

dengan stetoskop

alat bantu

Total
1-3 : sesak napas ringan
4-5 : sesak napas sedang
6 : sesak napas berat

TANDA DAN GEJALA KLINIS


Pada asfiksia tingkat lanjut akan terjadi perubahan yang disebabkan oleh
beberapa keadaan diantaranya:
1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
2. Terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan
termasuk otot jantung sehingga menimbulkan kelemahan jantung.
3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap tingginya
resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah mengalami gangguan.
Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang cepat
dalam periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan
berhenti, denyut jantung juga menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang
secara barangsur-angsur dan memasuki periode apnea primer. 4
Gejala dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain meliputi
pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung, sianosis, nadi cepat.5
Gejala lanjut pada asfiksia:
1. Pernafasan megap-magap dalam.
2. Denyut jantung terus menurun.
3. Tekanan darah mulai menurun.
4. Bayi terlihat lemas (flaccid).

5.
6.
7.
8.
9.

Menurunnya tekanan O2 darah (PaO2).


Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2).
Menurunnya PH (akibat asidosis respiratorik dan metabolik).
Dipakainya sumber glikogen tubuh anak untuk metabolisme anaerob.
Terjadinya perubahan sistem kardiovaskular.

KLASIFIKASI ASFIKSIA NEONATORUM


Tanda
Laju jantung
Usaha bernapas
Tonus otot

0
Tidak ada
Tidak ada
Lumpuh

< 100
Lambat
Ekstremitas fleksi

100
Menangis kuat
Gerakan aktif

Refleks
Warna kulit

Tidak bereaksi
Seluruh tubuh

sedikit
Gerakan sedikit
Tubuh kemerahan,

Refleks melawan
Seluruh tubuh

biru/pucat

ekstremitas biru

kemerahan

Kondisi bayi baru lahir dapat dibagi menjadi: 5


1. Vigorus baby. Skor Apgar 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat tidak
memerlukan tindakan istimewa.
2. Mild-moderate asphyxia (asfiksia sedang). Skor APGAR 4-6 pada pemeriksaan
fisik akan terlihat frekuensi jantung > 100x/ menit, tonus otot kurang baik,
sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.
3. Severe asphyxia (asfiksia berat) berat skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 x/ menit, tonus otot buruk, sianosis
berat, dan kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
Asfiksia berat dengan henti jantung, dimaksudkan dengan henti jantung adalah
keadaan :
Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir

lengkap.
Bunyi jantung bayi menghilang post partum.

PENATALAKSANAAN ASFIKSIA NEONATORUM


Pada kasus asfiksia ringan bayi dapat terkejut atau sangat waspada dengan
peningkatan tonus otot, makan dengan buruk, dan frekuensi pernafasan normal atau
cepat. Temuan ini biasanya berlangsung selama 24-48 jam sebelum sembuh secara

spontan. Pada kasus asfiksia sedang bayi dapat letargi dan mengalami kesulitan
pemberian makan. Bayi dapat mengalami episode apnia kadang-kadang dan atau
konvulsi selama beberapa hari. Masalah ini biasanya sembuh dalam satu minggu,
tetapi masalah perkembangan saraf mungkin ada. Pada kasus asfiksia berat bayi dapat
terkulai atau tidak sadar dan tidak makan. Konvulsi dapat terjadi selama beberapa hari
dan episode apnia yang berat dan sering umumnya terjadi. Bayi dapat membaik
selama beberapa minggu atau tidak dapat membaik sama sekali. Jika bayi ini dapat
bertahan hidup mereka biasanya menderita kerusakan otak permanen.6
Jika asfiksia ringan
Jika bayi tidak mendapat oksigen maka bayi mulai menyusui. Jika bayi
mendapat oksigen atau sebaliknya, tidak dapat menyusui berikan perasan ASI

dengan metode pemberian makan alternatif. 6


Jika asfiksia sedang atau berat
Pasang selang IV dan berikan hanya cairan IV selama 12 jam pertama. Batasi
volume cairan sampai 60 ml/ Kg BB selama hari pertama dan pantau urin. Jika
bayi berkemih kurang dari 6 kali/ hari atau tidak menghasilkan urin jangan
meningkatkan volume cairan pada hari berikutnya, ketika jumlah urin mulai
meningkat tingkatkan volume cairan IV harian sesuai dengan kemajuan volume
cairan. Tanpa memperhatikan usia bayi yaitu untuk bayi yang berusia 4 hari,
lanjutkan dari 60 ml/ Kg sampai 80 ml/ Kg sampai 100 ml/ Kg jangan langsung
120 ml/ Kg pada hari pertama. Ketika konvulsi terkendali dan bayi menunjukan
tanda-tanda peningkatan respon. Ijinkan bayi mulai menyusui. Jika bayi tidak
dapat menyusui berikan perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian
makan alternatif. Berikan perawatan berkelanjutan. 6

PENCEGAHAN
Pencegahan Secara Umum
Pencegahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan atau
meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia. Derajat kesehatan wanita, khususnya
ibu hamil harus baik. Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan melahirkan harus
dihindari. Upaya peningkatan derajat kesehatan ini tidak mungkin dilakukan dengan
satu intervensi saja karena penyebab rendahnya derajat kesehatan wanita adalah
akibat banyak faktor seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah, kepercayaan, adat
istiadat dan lain sebagainya. Untuk itu dibutuhkan kerjasama banyak pihak dan lintas
sektoral yang saling terkait adanya kebutuhan dan tantangan untuk meningkatkan
kerjasama antar tenaga obstetri di kamar bersalin. Perlu diadakan pelatihan untuk
penanganan situasi yang tak diduga dan tidak biasa yang dapat terjadi pada
persalinan. Setiap anggota tim persalinan harus dapat mengidentifikasi situasi
persalinan

yang

dapat

menyebabkan

kesalahpahaman

atau

menyebabkan

keterlambatan pada situasi gawat. Pada bayi dengan prematuritas, perlu diberikan
kortikosteroid untuk meningkatkan maturitas paru janin.
Antisipasi Dini Perlunya Dilakukan Resusitasi pada Bayi yang Dicurigai
Mengalami Depresi Pernapasan untuk Mencegah Morbiditas dan Mortilitas
Lebih Lanjut
Pada setiap kelahiran, tenaga medis harus siap untuk melakukan resusitasi
pada bayi baru lahir karena kebutuhan akan resusitasi dapat timbul secara tiba-tiba.
Karena alasan inilah, setiap kelahiran harus dihadiri oleh paling tidak seorang tenaga
terlatih dalam resusitasi neonatus, sebagai penanggung jawab pada perawatan bayi
baru lahir. Tenaga tambahan akan diperlukan pada kasus-kasus yang memerlukan
resusitasi yang lebih kompleks.
Dengan pertimbangan yang baik terhadap faktor risiko, lebih dari separuh bayi
baru lahir yang memerlukan resusitasi dapat diidentifikasi sebelum lahir, tenaga medis
dapat mengantisipasi dengan memanggil tenaga terlatih tambahan, dan menyiapkan
peralatan resusitasi yang diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA
IDAI.Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi. Dalam: Buku Ajar
Neonatologi. Jakarta:Badan Penerbit IDAI; 2008.h.11-30
WHO. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. 2009. WHO: Jakarta
IDAI.Asfiksia dan Resusitasi Bayi Bayi Lahir. Dalam: Buku Ajar Neonatologi.
Jakarta:Badan Penerbit IDAI; 2008.h.103-125.
World Health Organization. Basic Newborn Resuscitation: A Practical GuideRevision.

Geneva:

World

Health

Organization;

1999.

Diunduh

dari:

www.who.int/reproductive-health/publications/newborn_resus_citation/index.html.
IDAI. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2004.h. 272-276. (level of evidence IV).
American Academy of Pediatrics dan American Heart Association. Buku panduan
resusitasi neonatus. Edisi ke-5. Jakarta: Perinasia; 2006.
Parer JT. Fetal Brain Metabolism Under Stress Oxygenation, Acid-Base and Glucose.
2008. Diunduh dari: http://www.nichd.nih.gov/publications/pubs/acute/acute.cfm.

Вам также может понравиться