Вы находитесь на странице: 1из 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BPJS
2.1.1 Definisi
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum
yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. BPJS
Kesehatan mulai operasional pada tanggal 1 Januari 2014. Jenis jaminan sosial
pada BPJS antara lain: jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari
tua, jaminan pension dan jaminan kematian.
Jaminan kesehatan adalah berupa perlindungan kesehatan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

2.1.2

Kepeserta

Semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang


dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat 6
bulan di Indonesia dan telah membayar iuran.
Peserta BPJS kesehatan dibagi dalam 2 kelompok, yaitu:
1. PBI jaminan kesehatan.
2. Bukan PBI jaminan kesehatan.
PBI (Penerima Bantuan Iuran) adalah peserta jaminan kesehatan bagi fakir
miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang
iurannya dibayar oleh pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan.
Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh pemerintah dan diatur
melalui peraturan pemerintah. Selain itu, orang yang mengalami cacat total tetap
dan tidak mampu berhak menjadi peserta PBI Jaminan Kesehatan. Cacat total

tetap yang dimaksud yaitu kecacatan fisik dan atau mental yang mengakibatkan
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan. Penetapan cacat total
tetap ini dilakukan oleh dokter yang berwenang.
Peserta bukan PBI jaminan kesehatan terdiri atas:
1. Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya.
Yang dimaksud dengan pekerja penerima upah adalah setiap orang
yang bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah.
Pekerja penerima upah terdiri atas: pegawai negeri sipil (PNS),
anggota TNI, anggota POLRI, pejabat negara, pegawai pemerintah
non pegawai negeri, pegawai swasta, dan pekerja lain yang memenuhi
kriteria pekerja penerima upah.
2. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluargnya.
Pekerja bukan penerima upah adalah setiap orang yang bekerja atau
berusaha atas resiko sendiri, terdiri atas: pekerja di luar hubungan
kerja atau pekerja mandiri, pekerja lain yang memenuhi kriteria
pekerja bukan penerima upah.
3. Bukan pekerja dan anggota keluarganya.
Bukan pekerja adalah setiap orang yang tidak bekerja tapi mampu
membayar iuran Jaminan Kesehatan.
Yang termasuk kelompok bukan pekerja terdiri atas: investor, pemberi
kerja, penerima pension, veteran, perintis kemerdekaan, bukan
pekerja lain yang memenuhi kriteria bukan pekerja penerima upah.
Pegawai pemerintah non pegawai negeri sipil adalah pegawai tidak tetap,
pegawai honorer, staf khusus, dan pegawai lain yang dibayarkan oleh Anggaran
Pendapatan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.
Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau
badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja atau penyelenggara negara yang
mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gagi, upah atau imbalan dalam
bentuk lainnya.
Anggota keluarga meliputi:
1. Satu orang istri atau suami yang sah dari peserta.
2. Anak kandung, anak tiri dan atau anak angkat yang sah dari peserta,
dengan kriteria:

a. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai


penghasilan sendiri.
b. Belum berusia 21 tahun atau belum berusia 25 tahun yang masih
melanjutkan pendidikan formal.
Jumlah peserta dan anggota keluarga yang ditanggung oleh jaminan
kesehatan paling banyak berjumlah 5 orang. Peserta yang memiliki jumlah
anggota keluarga lebih dari 5 orang termasuk peserta dapat mengikutsertakan
anggota keluarga yang lain dengan membayar iuran tambahan. Seluruh penduduk
Indonesia wajib menjadi peserta BPJS Kesehatan meskipun sudah memiliki
jaminan kesehatan yang lain. Paling lambat tahun 2019 seluruh penduduk
Indonesia sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan yang dilakukan secara bertahap.
Pentahapan kepesertaan BPJS Kesehatan, yaitu:
1. Tahap pertama dimulai tanggal 1 Januari 2014, paling sedikit meliputi:
a. PBI jaminan kesehatan
b. Anggota TNI/ PNS di lingkungan Kementerian Pertahan dan
anggota keluarganya.
c. Anggota POLRI/PNS di lingkungan Polri dan anggota
keluarganya.
d. Peserta asuransi kesehatan Perusahaan Persero Asuransi
Kesehatan Indonesia (Askes) dan anggota keluarganya.
e. Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Persero Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan anggota keluarganya.
2. Tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai
peserta PBJS kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019.
Pemerintah mendaftarkan PBI Jaminan Kesehatan sebagai peserta kepada
BPJS kesehatan dilaksanakan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Setiap orang bukan pekerja wajib mendaftarkan dirinya dan anggota
keluarganya sebagai peserta jaminan kesehatan kepada BPJS Kesehatan dengan
membayar iuran.
Setiap pemberi kerja wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai
peserta jaminan pemeliharaan kesehatan kepada BPJS kesehatan dengan
membayar iuran.

Setiap peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berhak mendapatkan
identitas peserta, identitas peserta paling sedikit memuat nama dan nomor
identitas tunggal. Bila terjadi perubahan daftar susunan keluarga, maka:
1. Peserta pekerja penerima upah wajib menyampaikan perubahan daftar
susunan keluarganya kepada pemberi kerja paling lambat 14 hari sejak
terjadi perubahan data kepersertaan.
2. Pemberi kerja wajib melaporkan perubahan data kepesertaan dan
perubahan daftar susunan keluarganya kepada BPJS Kesehatan paling
lambat 14 hari sejak diterimanya perubahan data peserta.
3. Peserta pekerja bukan penerima upah wajib menyampaikan perubahan
daftar susunan keluarganya kepada BPJS Kesehatan 14 hari kerja sejak
terjadi perubahan data kepesertaan.
Apabila terjadi perubahan status kepesertaan dari PBI menjadi non PBI,
maka:
1. Perubahan status kepesertaan dari peserta PBI Jaminan Kesehatan
menjadi bukan peserta PBI Jaminan Kesehatan dilakukan melalui
pendaftaran ke BPJS Kesehatan dengan membayar iuran pertama.
2. Perubahan status kepesertaan dari bukan peserta PBI menjadi peserta PBI
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Perubahan status kepesertaan sebagaimana dimaksud tidak
mengakibatkan terputusnya manfaat jaminan kesehatan.
Peserta yang pindah tempat kerja atau pindah tempat tinggal masih menjadi
peserta program jaminan kesehatan selama memenuhi kewajiban membayar iuran.
Peserta yang kerja wajib melaporkan perubahan status kepesertaannya dan
identitas pemberi kerja yang baru kepada BPJS Kesehatan dengan menunjukkan
identitas peserta.
2.1.3

Iuran

Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara


teratur oleh peserta, pemberi kerja dan atau pemerintah untuk program jaminan

kesehatan. Iuran jaminan kesehatan bagi anggota keluarga tambahan dari peserta
bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja yang memiliki jumlah anggota
keluarga lebih dari 5 orang termasuk peserta dibayar oleh peserta dengan
ketentuan yang akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.
Pemberi kerja wajib membayar lunas iuran jaminan kesehatan seluruh peserta
yang menjadi tanggung jawabnya pada setiap bulan yang dibayarkan paling
lambat tanggal 10 kepada BPJS kesehatan. Apabila tanggal 10 jatuh pada hari
libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan
pembayaran lunas iuran jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud, dikenakan
denda administratif sebesar 2% perbulan dari total iuran yang tertunggak dan
ditanggung pemberi kerja. Dalam hal keterlambatan pembayaran lunas iuran
jaminan kesehatan disebabkan karena kesalahan pemberi kerja maka pemberi
kerja wajib membayar pelayanan kesehatan pekerjanya sebelum dilakukan
pelunasan pembayaran iuran oleh pemberi kerja.

2.1.4 Pelayanan Kesehatan yang Dijamin


1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
Pelayanan kesehatan tingkat pertama meliputi pelayanan kesehatan non
spesialistik yang mencakup:
a. Administrasi pelayanan
b. Pelayanan Promotif dan Preventif
c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif.
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
f. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis.
g. Pemeriksaan penunjang diagnostic laboratorium tingkat pratama
h. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis
2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, meliputi pelayanan
kesehatan rawat jalan dan rawat inap yang mencakup:
a. Administrasi pelayanan
b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter
spesialis dan subspesialis.
c. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah sesuai
dengan indikasi medis.
d. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai.

e. Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan indikasi


f.
g.
h.
i.

medis.
Rehabilitasi medis
Pelayanan darah.
Pelayanan kedokteran forensik klinik.
Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal setelah dirawat
inap di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan bpjs
kesehatan, berupa pemulangan jenazah tidak termasuk peti dan

mobil jenazah.
j. Perawatan inap non intensif
k. Perawatan inap di ruang intensif.
3. Persalinan.
Persalinan yang ditanggung BPJS Kesehatan di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama maupun Tingkat Lanjutan adalah persalinan sampai
dengan anak ketiga, tanpa melihat anak hidup/meninggal.
4. Ambulans.
Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan
satu ke fasilitas kesehatan lainnya dengan tujuan menyelamatkan nyawa
pasien.

2.1.5 Tata cara mendapatkan pelayanan kesehatan


1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
a. Setiap peserta harus terdaftar pada satu fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
b. Peserta memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan
tingkat pertama tempat peserta terdaftar.
c. Peserta dapat memperoleh pelayanan rawat inap di Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis.
2. Pelayanan kesehatan tingkat lanjutan
a. Peserta datang ke BPJS Center Rumah Sakit dengan menunjukkan
Kartu peserta dan menyerahkan surat rujukan dari fasilitas
kesehatan tingkat pertama / surat perintah kontrol pasca rawat
inap.
b. Peserta menerima surat eligibilitas peserta (SEP) untuk
mendapatkan pelayanan lanjutan.

c. Peserta dapat memperoleh pelayanan rawat inap di Fasilitas


Kesehatan tingkat lanjutan sesuai dengan indikasi medis.
3. Pelayanan kegawatdaruratan (emergency)
a. Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus
diberikan secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan dan
atau kecacatan sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan.
b. Peserta yang memerlukan pelayanan gawat darurat dapat langsung
memperoleh pelayanan di setiap fasilitas kesehatan. Kriteria
kegawatdaruratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Peserta yang menerima pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan
yang tidak bekerja sama dengan BPJS kesehatan, akan segera
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS
kesehatan setelah keadaan gawat daruratnya teratasi dan pasien
dalam kondisi dapat dipindahkan.
d. Biaya akibat pelayanan kegawatdaruratan ditagihkan langsung ke
fasilitas kesehatan kepada BPJS Kesehatan.

2.1.6 Pelayanan Kesehatan yang Tidak Dijamin


1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur
sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku.
2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan kecuali dalam keadaan darurat.
3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan
kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan
kerja atau hubungan kerja sampai nilai yang ditanggung oleh program
jaminan kecelakaan kerja.
4. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan
kecelakaan lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang
5.
6.
7.
8.
9.

ditanggung oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas.


Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri.
Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik.
Pelayanan untuk mengatasi infertilitas.
Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi)
Gangguan kesehatan / penyakit akibat ketergantungan obat dan atau
alkohol.

10. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri atau akibat
melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri.
11. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk
akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif
berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology
assessment).
12. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai
percobaan.
13. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu.
14. Perbekalan kesehatan rumah tangga.
15. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat,
kejadian luar biasa/wabah.
16. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat
jaminan kesehatan yang diberikan
17. Klaim perorangan.
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terhadap objek terjadi melalui pancaindra manusia yakni penglihatan,
pendengaran,penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ( Wawan,
2011 : 11).
2.2.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitf merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Dari pengalaman
dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan ternyata
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai enam tingkat


yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkati ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang tela diterima. Oleh sebab itu,
tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan
sebagainya.
b. Memahami (Compreshension)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat
menginterpretasikan dengan benar. Orang yang telah paham terhadap
objek atau materi teru dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpilkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu pbjek yang
dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi rill (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau pengguaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau


obyek keadaan kemampuan tetapi masih dalam struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintetis (Synthetis)
Sintesis adalah menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian bagian didalam suatu
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu nilai atau obyek. Penilain-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
2.2.3

kriteria-kriteria yang telah ada.


Cara Memperoleh Pengetahuan.
Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoadmojo, 2003

adalah sebagai berikut :


1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a. Cara coba salah (trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin
sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila
kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain
sampai masalah tersebut dapat dipecahkan
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan-pimpinan
masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang
pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima
mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,

tanpa menguji terlebih dahulu untuk membuktikan kebenarannya baik


berdasarkan fakta empiris maupun penawaran sendiri.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi masa lalu.
2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut
metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis
Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven.
Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini
kita kenal dengan penelitian ilmiah.
2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
1.
Faktor Internal
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk
mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra
yang dikutip Notoadmojo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama
dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan,
pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
menerima infomasi.
b. Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan


adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber
kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja
umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibuibu akan mempunyai pe ngaruh terhadap kehidupan keluarga.
c. Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), Usia
adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
saat berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok semakin cukup umur,
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyaraka seseorang yang
lebih dewasa dipercaya dari orang-orang yang belum tinggi
kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan
kematangan jiwa.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia, yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku
seseorang atau kelompok.
b. Sosial Budaya
Sistem budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi
2.2.5

sikap dalam menerima informasi.


Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

Baik

: Hasil presentase 76% - 100%

Cukup

: Hasil presentase 56%-75%

2.3 Perilaku
2.3.1 Pengertian Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
(makhluk hidup) baik yang dapat diamati langsung maupun yang
tidak dapat diamati langsung.
Perilaku merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus.
Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan
yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat,
oleh sebab itu dalam ragka membina dan meningkatkan kesehatan
masyarakat maka intervensi yang ditujukan kepada faktor perilaku itu
sangat setrategis.
2.4 Konsep Dasar Sikap
2.4.1 Pengertian Sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan
faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Campbel (1950)
mendefinisikan sangant sederhana yakni An individual is syndrome of
response consistency with regard to social objects. Jadi jelas disini
dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam
merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran,
2.4.2

perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. (Notoatmodjo,2008 : 29)


Komponen Sikap
Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu :
1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype

yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan


(opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang
controversial.
2. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam
sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
terhadap pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang
komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang
terhadap sesuatu.
3. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi
atau kcenderungan untuk bertindak/beraksi terhadap sesuatu dengan cara
tertentu dan berkaitan dengan objek yang dihadapi adalah logis untuk
mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk
tendensi perilaku.
2.4.3 Tingkatan Sikap
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan ( obyek).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena
dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas
yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang
itu menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan


orang lain terhadap sesuatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya,
dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang
gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif
terhadap gizi anak.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya
seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan
dari mertua atau orang tuanya sendiri.
2.4.4 Sifat Sikap
Sikap dapat pula bersifat positif dan pula bersifat negatif :
1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan obyek tertentu.
2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai obyek tertentu.
2.4.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek
sikap antara lain (Notoadmodjo, 2003):
a. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi besar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam
situasi yang melibatkan factor emosional.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sifat yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi


dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap
penting tersebut.
c. Pengaruh Kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap
kita terhadap berbagai masalah. Kebudayan telah mewarnai sikap
anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak
pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
d. Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita seharusnya faktual disampaikan secara
obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya
berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga
agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan
jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
f. Faktor Emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
2.4 Ekonomi
2.4.1 Pengertian Ekonomi
Ilmu yang mempelajari bagaimana tiap rumah tangga atau
masyarakat dalam mengelola sumber daya yang meeka miliki
2.4.2

untuk memenuhu kebutuhan mereka.


Tingkaan Pendapatan Ekoomi

Menurut penelitian BPS (Badan Pusat Statistik), pendapatan per kapita


ekonomi peduduk Indonesia tahun 2013 berkisar Rp 32.463.736.,00 per
tahun, namun ada sebagian penduduk mempunyai pendapatan perkapita
sebesar Rp 12.000.000,00 per tahun yang artinya tidak memungkinkan
penduduk Indonesia menyisihkan dana untuk membeli asuransi kesehatan

maupun jiwa (Thabrany, 2014). Pendapatan merupakan salah satu faktor


yang mempengaruhi tingkat sosial ekonomi. Menurut Suparyanto (2010)
status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau
suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, seperti tingkat
pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar
merupakan pembentuk gaya hidup keluarga.
Status sosial ekonomi mempunyai makna suatu keadaan yang menunjukan
pada kemampuan finansial keluarga dan perlengkapan material yang
dimilki, dimana keadaan ini bertaraf baik, cukup, dan kurang (Basrowi dan
Juariyah, 2010).
Menurut Suparyanto (2010) tingkat sosial ekonomi masyarakat dibagi
secara ekonomi menjadi 3 golongan, yaitu:
1) Golongan sangat kaya (merupakan kelompok kecil dalam masyarakat,
terdiri dari pengusaha, tuan tanah, dan bangsawan,
2) Golongan kaya (merupakan golongan yang cukup banyak terdapat dalam
masyarakat, terdiri dari para pedagang dan sebagainya),
3) Golongan miskin (merupakan golongan terbanyak dalam masyarakat,
kebanyakan dari rakyat biasa). Status ekonomi dilihat dari besar
kapita yang di peroleh masyarakat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) Tipe Kelas
Atas (> Rp 2.000.000), 2) Tipe Kelas Menengah (Rp 1.000.000 -2.000.000), 3) Tipe
Kelas Bawah (< Rp 1.000.000). UMK (Upah Minimum Kota) Kabupaten Sukoharjo
berdasarkan Keputusan Gubernur Jateng Nomor 560/85 Tahun 2014 ditetapkan
sebesar Rp 1.223.000,00.

2.5 Metode dan Desain Penelitian


Design penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik, dengan
metode penelitian cross sectional.
2.6

Populasi dan Sampel


2.6.1

Populasi Penelitian

Populasi penelitian pada survey pertama diperoleh melalui data


sekunder kelurahan meliputi seluruh KK yang ada di RW VII di Kelurahan
Kudu, total seluruh KK adalah 393 KK.
Setelah mendapatkan prioritas masalah maka dilakukan survey kedua
dengan populasi penelitian meliputi warga yang tidak ikut dan yang ikut
serta BPJS yang diperoleh melalui survey pada tanggal 13 September
2016 di wilayah RW VII Kelurahan Kudu, Kecamatan Genuk, Kota
Semarang.
Pada penelitian ini subyek yang dijadikan sebagai populasi adalah
seluruh kepala keluarga yang diperoleh melalui survey pertama dan kedua.
Total populasi penelitian sebanyak 53 KK.
Kriteria Inklusi
Tidak memakai asuransi
Memiliki BPJS sendiri tidak memiliki ikatan dengan

2.6.2

asuransi tempat kerja dan tidak aktif


Kriteria Eksklusi
Menolak menjadi responden
Responden tidak ada dirumah pada waktu survey
Punya BPJS terikat dengan perusahaan

Besar sampel
Pada survey pertama besar sampel ditentukan berdasarkan

perhitungan besar sampel dengan rumus sebagai berikut :


2 2

n=

n .1,96 . 2
( n1 ) .0,52 +1,96 2 . 22
2 2

393.1,96 . 2
n=
( 3931 ) . 0,52 +1,962 . 22

n=

393.3,8416.4
( 392 ) .0,25+3,8416.4

n=

6039
98+ 15,4

n=

6039
113,4
n=53,2

n=53

Cara pengambilan sampel


Teknik sampling dengan proporsional random sampling.
Pengambilan sampel pada survey pertama dilakukan secara proporsional
random sampling per-RT. Sebaran data ditentukan berdasarkan proporsi
jumlah kk tiap RT sehingga jumlah sampel dipengaruhi oleh jumlah KK
tiap RT.

KK tiap tiap RT x sampel yang diambil

populasi
Tabel 3.1. Distribusi sebaran sampel tiap RT
NO

RW (RT)

1
2
3
4
5
6
7

7 (1)
7 (2)
7 (3)
7 (4)
7 (5)
7 (6)
7 (7)

Jumlah

Rumus

32
25
36
32
34
31
40

32/393x53
25/393x53
36/393x53
32/393x53
34/393x53
31/393x53
40/393x53

KK

Jumlah
Sampel
4
4
5
4
5
4
5

8
9
10
11

7 (8)
7 (9)
7 (10)
7 (11)

TOTAL

45
39
37
42

45/393x53
39/393x53
37/393x53
42/393x53

393

6
5
5
6
53

POPULASI 393 KK
Besar sampel survey kedua pada penelitian ini menggunakan
total seluruh populasi kepala keluarga di RW VII. Kemudian sampel
yang diperoleh melalui survey pertama dan kedua dibatasi
karakteristiknya sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga
diperoleh besar sampel yang dipakai pada penelitian ini yaitu 53 KK.
2.6.3 Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada survey pertama dilakukan dengan
menggunakan Simple Random Sampling. Pengambilan sampel pada
survey kedua menggunakan teknik sampling jenuh dimana seluruh
anggota populasi digunakan sebagai sampel.
2.7 Pengambilan data
2.7.1

DataPrimer
Data primer pada penelitian ini menggunakan data yang diambil

langsung pada survey pertama tanggal 13 September 2016. Data


survey meliputi data kesehatan secara umum, keikutsertaan asuransi,
cara berobat, serta keseahatan ibu dan anak.
2.7.2 Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini menggunakan data masalah


keikutsertaan BPJS dari Puskesmas bangetayu serta data demografi
RW VII didapatkan dari kelurahan Kudu.
2.8 Tahapan Diagnosa Komunitas
2.8.1

Identifikasi Masalah Kesehatan Masyarakat


Identifikasi masalah dengan pengambilan data melalui

kuesioner pada survey terhadap warga RW VII Kelurahan Kudu,


Kecamatan Genuk, Kota semarang.
2.8.2

Prioritas Masalah Kesehatan Masyarakat


Prioritas masalah dengan metode Hanloon Kualitatif. Hasil

wawancara yang telah diolah kemudian dilakukan analisis


berdasarakan Urgency, Seriousness, Growth. Setelah diurutkan besar
masalahnya dijadikan prioritas masalah, selanjutnya masing-masing
kelompok menentukan masalah yang akan diambil sebagai rumusan
kegiatan penyelesaian masalah kesehatan.

2.8.3

Identifikasi Faktor Resiko Masalah Kesehatan


Identifikasi faktor resiko dilakukan dengan menggunakan
kuesioner. Kuesioner memuat tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya masalah yang diprioritaskan. Data yang
terkumpul dari hasil kuesioner kemudian diolah dengan
menggunakan spss untuk melihat faktor penyebab mana yang
memiliki prosentase tertinggi terhadap masalah yang
diprioritaskan. Pada penelitian ini prosentase faktor penyebab yang

dianggap menjadi masalah adalah jika dari hasil kuesioner tersebut


memiliki bobot persentasi > 40 %. Kemudian disusun programprogram untuk menangani faktor penyebab yang memenuhi
prosentase > 40%.
Setelah menyusun beberapa program yang dapat dikerjakan
dengan melihat situasi, kondisi, waktu, serta dana yang disesuaikan
dengan prioritas faktor risiko masalah kesehatan dilakukan
pengambilan keputusan bersama melalui Musyawarah Masyarakat
Kelurahan (MMK). MMK tersebut dihadiri oleh Lurah Kelurahan
Kudu, Kepala Puskesmas Bangetayu, Perwakilan Kecamatan
Genuk, Ketua RW VII, Ketua RT 1-11, Tokoh masyarakat, Bidan
praktek, Kader Kesehatan RW VII, serta Petugas Surveillance.
Menindaklanjuti hasil keputusan dari MMK, dibuat plan of action
(POA) melalui koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait.
Pelaksanaan POA melibatkan kerja sama dengan masyarakat
Kelurahan Kudu RW VII.

Faktor Predisposisi :
Pengetahuan
Sikap
Sosial Ekonomi

Faktor Pemungkin:
Sarana dan Prasarana

Faktor penguat:
Tokoh agama
Tokoh masyarakat
Tenaga kesehatan

Lawrence Green

2.9 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data


2.9.1 Lokasi Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan di RW VII Kelurahan Kudu,
Kecamatan Genuk, Kota Semarang.
2.9.2

Waktu Pengambilan Data


Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 13 September -18
September 2016.

2.10Pengolahan dan Analisis Data


Data terlebih dahulu diperiksa kelengkapan datanya, diberikode
(coding), ditabulasi dan di-entry kedalam komputer melalui program SPSS
20. Data hasil survey berupa data kualitatif dan kuantitatif yang
dideskripsikan untuk mengetahui frekuensi permasalahan kesehatan
masyarakat, keikutsertaan BPJS, cara berobat dan kesehatan ibu dan anak
kemudian ditentukan permasalahan kesehatan yang menjadi prioritas. Data
hasil survey kedua yang didapat berupa data kualitatif dan kuantitatif dari
semua sampel survey pertama, data kemudian dianalisa deskriptif bivariat
untuk mendapatkan frekuensi data mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi keikutsertaan BPJS.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 GAMBARAN UMUM LOKASI KEGIATAN
Lokasi kelurahan Kudu merupakan kelurahan binaan yang digunakan oleh
Kepaniteraan FK UNISSULA untuk dilakukan penelitian.Kelompok kami
melakukan survey 1 kali di RW VII yang terdiri dari RT 1 11. Lokasi kegiatan
berjarak 8 km dari kampus UNISSULA. Untuk mencapai lokasi tersebut
membutuhkan waktu 20 menit. Jalur sepanjang kelurahan tersebut sudah di
paving seluruhnya sehingga jalan untuk menuju tempat lokasi dapat di tempuh
dengan mudah. Kelompok kami dibagi rata dalam pengambilan data disetiap RT.
Hasil Survey (Data Primer) RW VII KUDU
Jumlah sampel yang di survey sebanyak 53 KK, yang terdiri dari 231 jiwa.
Tabel 4.4Distribusi KK dan anggota keluarga.
K
K

Anggota
Keluarga

KK

Anggota
Keluarga

28

29

30

31

32

33

34

35

36

10

37

11

38

12

39

13

40

14

41

15

42

16

43

17

44

18

45

19

46

20

47

21

48

22

49

23

50

24

51

25

52

26

53

27

Total

231

Hasil Survey(Data Sekunder)


Jumlah Kelurahan

Jumlah RW
Jumlah RT
Mata pencaharian penduduk
- Pendidikan penduduk
Pelayanan kesehatan
Jumlah dokter : 2 dokter
Jumlah perawat
Jumlah bidan : 1 bidan
Jumlah kader : 6 kader aktif
Puskesmas pembantu

:
:7
: 48
: Lain-lain (jasa)
: Mayoritas Tamat SLTA
:
: 1 perawat

:-

Posyandu

: 7 Posyandu

4.1.1. Kependudukan Kelurahan Kudu


a.
b.
c.
d.

Jumlah penduduk : 7009 jiwa


Penduduk laki-laki : 3300 jiwa
Penduduk perempuan : 3643 jiwa
Jumlah KK : 2045 KK

4.1.2. Batas Wilayah Kelurahan Kudu


-

Utara
Timur
Selatan
Barat

Luas Wilayah

: Sayung
: Mranggen
: Penggaron Lor
: Sembungharjo
: 183.929 Ha

Demografi penduduk
Tabel 4.1.DistribusiPenduduk Berdasarkan Usia
UMUR
0-9 Tahun
10-19 Tahun
20-29 Tahun
30-39 Tahun
40-49 Tahun
50-59 Tahun
60 Tahun ke

KUDU
1608
1208
1267
1134
771
536
500

Total

7024

atas

Tabel 4.2.DistribusiPenduduk Berdasarkan Mata Pencaharian


Mata Pencaharian
Buruh Tani
Buruh Industri
Buruh Bangunan
Pengangkutan
Pensiunan
Pedagang
Petani
Pns
Nelayan
Pengusaha
Lain-Lain (Jasa)
Total

Jumlah
872
975
315
35
9
213
634
17
1
8
1162
4216

Tabel 4.3.Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan


Pendidikan
Tamat
Akademik
Perguruan
Tinggi
Sma
Smp
Tamat Sd
Tidak Sekolah
Tidak Tamat Sd
Belum Tamat Sd
Total

Jumlah
179
94
1398
1435
1432
684
399
962
6583

3.2 HASIL DAN PEMBAHASAN


3.2.1 HASIL
3.2.1.1 IDENTIFIKASI MASALAH
Untuk menentukan identifikasi masalah dengan menggunakan data
hasil survey. Dari data tersebut kami mendapatkan masalah yang berada di
RW VII kelurahan kudu meliputi :
Tabel 3.1. Tabel Masalah survey 1 RT 01 hingga RT 11 RW VII
Kelurahan Kudu
NNo
Daftar masalah
Jumlah
%
.
Tidak mengikuti
57,14286
132
1
BPJS
Tidak memakai
189
2
81.81
Kontrasepsi
Penggunaan obat
27
3
11
warung
4

Tidak imunisasi

ASI eksklusif

5.3

JUMLAH

0.8

87

36,4

Tabel 3.2. Tabel masalah survey 2 di RT 01 hingga RT 11 RW VII Kudu

Jenis Penyakit

Jumlah

Presentase

Tidak memakai
BPJS

132

57,14286

Tidak memakai
kontrasepsi

189

81,81

Penggunaan obat
warung

27

11

Pelayanan Kesehatan Mengenai KIA


Untuk penyakit yang berhubungan dengan Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA), tidak menjadi prioritas masalah, karena hasil yang didapatkan dari

28

survey yang dilakukan di RT 01 - 11 RW VII Kudu mengenai KIA adalah


sebagai berikut:

Jenis persalinan : didapatkan 2 kasus persalinan normal, sedangkan


persalinan SC hanya 1 kasus dikarenakan ibu mengalami partus tak maju.

ANC sudah dilakukan secara rutin di bidan.


Berat badan lahir bayi : tidak ditemukan kasus Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR), Rata-rata BB lahir adalah 2500-4000 gram.


Jarak Lahir anak : rata-rata 2 5 tahun
Riwayat abortus : Tidak ditemukan riwayat abortus
Bayi yang memiliki KMS : 30 balita sudah memiliki KMS.

3.2.1.2 PRIORITAS MASALAH


Dalam identifikasi masalah akan ditemukan beberapa alternatif masalah.
Tidak semua masalah akan dipecahkan karena terbatasnya dana, waktu, dan
sumber daya, karena itu diperlukan prioritas masalah yang akan dipecahkan.
Prioritas masalah kesehatan masyarakat di RW VII RT 01 hingga RT 11
Kelurahan Kudu menggunakan metode Hanloon Kualitatif dengan menggunakan
kriteria USG:
URGENCY
Masalah
Keikutsertaan BPJS
Kontrasepsi
Penggunaan Obat
Warung
Imunisasi
ASI eksklusif
total vertikal
total horizontal
Total

B
+

0
4
4

C
+
+

0
3
3

29

0
2
2

D
+
+

E
+
+

+
+
0
1
1

total
horizont
al
4
3
2
1
0
0
0
0

SERIOUSLY
Masalah
keikutsertaan BPJS
Kontrasepsi
Penggunaan Obat
Warung
Imunisasi
ASI eksklusif
total vertikal
total horizontal
Total

B
+

C
+
+

0
4
4

0
3
3

D
+
+

E
+
+

total
horizonta
l
4
3

+
+

1
1

0
1
1

1
1
2

0
0
0

GROWTH
Masalah
Keikutsertaan BPJS
Kontrasepsi
Penggunaan Obat
Warung
Imunisasi
Asi eksklusif
total vertikal
total horizontal
Total

B
+

C
+
+

0
4
4

0
3
3

D
+
+

E
+
+

total
horizonta
l
4
3

+
+

1
1

0
1
1

1
1
2

0
0
0

Dari hasil Hanloon Kualitatif menggunakan kriteria USG, didapatkan


beberapa masalah yang menjadi prioritas secara berurutan, yaitu Keikutsertaan
BPJS, Kontrasepsi, dan Penggunaan Obat Warung.

U
A
B
C
D
E

S
4
3
2
1
0

G
4
3
1
2
0

4
3
1
2
0

Tabel 2.6 Hanlon kualitatif

30

12
9
4
5
0

PRIORI
TAS
I
II
III
IV

31

Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep


Lawrence Green (1980), menurut lawrence Green perilaku dipengaruhi oleh 3
faktor utama yakni:
a. Faktor-Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)
Faktor-faktor ini mencakup : Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
BPJS kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan, system nilai yang dianut masyarakat, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan lain sebagainya.

Pengetahuan

: Pengetahuan dan pendidikan masyarakat kelurahan

kudu akan asuransi BPJS sangatlah kurang dikarenakan kurangnya


sosialisasi terhadap masyarakat. Masyarakat kudu kurang memngetahui

manfaat akan asuransi BPJS.


Sikap
: Selain itu, kurangnya tingkat kesadaran
masyarakat kelurahan kudu akan keikutsertaan dalam asuransi BPJS
kesehatan.

32

Tradisi

: tradisi masyarakat kelurahan kudu yang berobat

dengan menggunakan obat warung mempengaruhi sikap masyarakat


kelurahan kudu dalam keikutsertaan dalam asuransi BPJS Kesehatan.
Sosial Ekonomi
: pendapatan kepala keluarga yang berpengaruh

terhadap iuran keikutsertaan asuransi BPJS Kesehatan.


b.Faktor- Faktor Pemungkin ( Enabling Factor)
Faktor Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat berkaitan dengan program BPJS
kesehatan.

Sarana prasarana : jangkauan dalam pendaftaran BPJS kesehatan jauh


dari kelurahan kudu.

c. Faktor faktor Penguat (Reinforcing Factor)


Faktor faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat
(Toma), Tokoh Agama (Toga), dan perilaku para petugas kesehatan dalam
memberikan dukungan kepada masyarakat untuk memanfaatkan program
BPJS kesehatan.

Sikap dan perilaku tokoh masyarakat


masyarakat kelurahan kudu ????

33

: tokoh

Daftar Pustaka

1. Tim Penyusun Bahan Sosialisasi dan Advokasi JKN. Buku Pegangan


Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial
Nasional. Jakarta:2014;1-76.
2. BPJS Kesehatan. Panduan Layanan bagi Peserta BPJS Kesehatan.
3. Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1 tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.
4. Deliarnov. 1997. Perkembanhan pemikiran ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
5. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka cipta.
Jakarta.
6. Notoadmodjo, S, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Juni 2003

34

7. Green, Lawrence W., Marchel W Kreuter. Health Promoting Planning an


educational and environmental aproach. Second Edition. Mayfield
Publishing Company: Mountain View. 1999
8. Nursalam. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta : Salemba Medika.
2003.
9. Wawan, A, dkk. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

35

Вам также может понравиться