Вы находитесь на странице: 1из 97

ASKEP PERIOPERATIF( ASKEP PRE,INTRA OPERATIF, PROSES KEPERAWATAN

PEMBERIAN ANESTESI REGIONAL,PROSES KEPERAWATAN PROSEDUR

INTRABEDAH)
ASKEP PERIOPERATIF
Ns. Nurman Jaya, S. Kep., MM

Proses keperawatan perioperatif


Fase perioperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi diambil hingga
sampai ke meja pembedahan, tanpa memandang riwayat atau klasifikasi
pembedahan.
Keahlian seorang perawat perioperatif dibentuk dari pengetahuan
keperawatan professional dan keterampilan psikomotor yang kemudian
diintegrasikan ke dalam tindakan keperawatan yang harmonis. Kemampuan
dalam mengenali masalah pasien yang sifatnya risiko atau actual pada
setiap fase perioperatif yang didasarkan atas pengetahuan dan pengalaman
keperawatan perioperatif akan membantu penyusunan rencana intervensi
keperawatan. Staf keperawatan yang merawat pasien bertanggung jawab
untuk mengelola aspek-aspek penting perawatan pasien dengan cara
mengimplementasikan rencana perawatan yang berdasarakan pada tujuan
yang diprioritaskan, koordinasi seluruh anggota tim perioperatif, dan
melibatkan tindakan mandiri dan kolaboratif.
Asuhan keperawatan praoperatif pada praktiknya akan dilakukan secara
berkesinambungan, baik asuhan keperawatan praoperatif dibagian rawat
inap, poliklinik, bagian bedah sehari (one day care) atau di unit gawat
darurat yang kemudian dilanjutkan kamar operasi oleh perawat praoperatif.
Asuhan keperawatan praoperatif yang terintegrasi secara berkesinambungan
terjadi saat beberapa masalah pasien yang belum teratasi di ruang rawat
inap, poliklinik, bedah sehari, atau unit gawat darurat akan tetap dilanjutkan
oleh perawat perioperatif di kamara operasi. Dokumentasi yang optimal
dapat membantu terciptanya komunikasi yang baik antara perawat ruangan
dengan perawat kamar operasi.

PENGKAJIAN
Pengkajian pasien pada fase praoperatif secara umum dilakukan untuk
menggali permasalahan pada pasien, sehingga perawat dapat melakukan

intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien. Pengkajian praoperatif pada


kondisi klinik terbagi atas dua bagian, yaitu :
1)
Pengkajian komprehensif yang dilakukan perawat pada bagian rawat
inap, poliklinik, bagian bedah sehari, atau unit gawat darurat.
2)
Pengkajian klarifikasi ringkas oleh perawat perioperatif di kamar
operasi.
Lamanya waktu praoperatif akan menentukan lengkapnya data pengkajian.
Misalnya, jika pasien datang ke tempat pembedahan pada hari yang sama,
maka waktu yang tersedia mungkin tidak cukup untuk melakukan
pemeriksaan fisik yang komprehensif. Dalam kasus ini, perawat lebih
berfokus pada pengkajian utama seluruh system tubuh untuk memastikan
bahwa tidak ada masalah yang terabaikan.Walaupun dokter akan melakukan
pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh sebelum menentukan jadwal
pembedahan, tetapi pengkajian praoperatif sering kali menunjukkan adanya
ketidaknormalan. Hal ini akan mengakibatkan penundaan atau pembatalan
jadwal pembedahan yang telah dibuat. Perawat harus tetap waspada
terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi pascaoperatif karena biasanya
hasil pemeriksaan memperlihatkan hasil yang normal-normal saja.
Pengkajian praoperatif secara umum meliputi :

Pengkajian umum
Riwayat kesehatan
Pengkajian psikososiospiritual
Pemeriksaan fisik
Pengkajian diagnostic
PENGKAJIAN UMUM

Pada pengkajian pasien di unit rawat inap, Poliklinik, bagian bedah sehari,
atau unit gawat darurat dilakukan secara komprehensif dimana seluruh hal
yang berhubungan dengan pembedahan pasien perlu dilakukan secara
seksama.Berikut ini adalah hal-hal yang harus diidentifikasi pada saat
melakukan pengkajian umum.
Identitas pasien
Pengkajian ini perlu dilakukan agar tidak terjadi duplikasi nama pasien. Umur
pasien sangat penting untuk diketahui guna melihat kondisi pada berbagai
jenis pembedahan.Selain itu juga diperlukan untuk memperkuat identitas
pasien.

Perawat peripoperatif harus mengetahui bahwa factor usia, baik anak-anak


dan lansia, dapat meningkatkan resiko pembedahan. Pengetahuan tersebut
akan membantu perawat perioperatif untuk menentukan tindakan
pencegahan mana yang penting untuk dimasukkan ke dalam rencan asuhan
keperawatan.
Bayi dan anak-anak.bayi dan anak-anak berhubungan dengan status
fisiologis yang masih imatur atau mengalami penurunan. Pada bayi yang
menjalani pembedahan, kemampuan pertahanan suhunya masih belum
optimal.Refleks menggigil pada bayi belum berkembang dan sering terjadi
berbagai variasi suhu.Anestesi menambah resiko bagi bayi karena agen
anetesi dapat menyebabkan vasodilatasi dan kehilangan panas, bayi juga
mengalami kesulitan untuk mempertahankan volume sirkulasi darah normal.
Volume total darah bayi dianggap kurang dari anak-anak atau orang dewasa.
Kehilangan darah walaupun dalam jumlah kecil dapat menjadi hal yang
serius.Penurunan volume sirkulasi menyebabkan bayi sulit berespons
terhadap
kebutuhan
untuk
meningkatkan
oksigen
selama
pembedahan.Dengan demikian, bayi menjadi sangat rentan mengalami
dehidrasi. Namun, jika darah atau cairan diganti terlalu cepat , maka akan
menimbulkan overdehidrasi. Aspek penting lainnya pada perawatan bedah
anak meliputi manajemen jalan nafas, mempertahankan keseimbangan
cairan, mengatasi kejang, mengatasi perubahan suhu, mengidentifikasi dan
mengatasi penurunan kesadaran yang tiba-tiba dan kegawatan anestesi
yang tertunda, mengatasi nyeri dan agitasi, serta terjadinya peralatan dan
obat-obatan.
lansia, seiring meningkatnya usia, kapasitas fisik pasien lansia untuk
beradaptasi dengan stress pembedahan menjadi terhambat karena
mundurnya beberapa fungsi tubuh tertentu. Individu lansia yang
menghadapi operasi bisa mempunyai suatu kombinasi penyakit kronik dan
masalah kesehatan selain masalah kesehatan yang mengindikasikan
pembedahan.secara umum, lansia dianggap memiliki resiko pembedahan
yang lebih buruk dibandingkan pasien yang lebih muda. Cadangan jantung
menurun, fungsi ginjal dan hepar menurun, dan aktifitas gastrointestinal
tampaknya berkurang.Dehidrasi, konstipasi, dan malnutrisi juga mungkin
terjadi. Keterbatasan sensori seperti gangguan penglihatan dan
pendengaran, serta penurunan sensitivitas terhadap sentuhan sering kali
menjadi alas an terjadinya kecelakaan, cedera, dan luka bakar. Keadaan
mulut juga penting untuk dikaji sebab sering kali ditemukan adanya karies
gigi atau gigi palsu.Temuan ini penting bagi ahli anestesi.Penurunan produksi
keringat mengarah pada kulit yang kering dan gatal-gatal.Kulit yang rapuh

tersebut mudah mengalami abrasi, sehingga tindakan kewaspadaan yang


lebih tinggi harus ditetapkan ketika memindahkan pasien lansia.Penurunan
lemak subkutan membuat individu lansia lebih rentan terhadap perubahan
suhu tubuh.

Jenis pekerjaan dan asuransi kesehatan


Pengkajian jenis pekerjaan dan asuransi kesehatan diperlukan sebagai
persiapan umum. Pengkajian seperti persiapan financial sangat bergantung
pada kemampuan pasien dan kebijakan rumah sakit tempat pasien akan
menjalani proses pembedahan .beberapa jenis pembedahan membutuhkan
biaya yang lebih mahal . misalnya pembedahan jantung dan vascular, bedah
saraf, serta bedah ortopedi. Hal itu disebabkan karena proses pembedahan
tersebut memerlukan alat tambahan karena waktu yang dibutuhkan lebih
lama sehingga berpengaruh pada biaya obat anestesi yang digunakan.
Sebelum dilakukan operasi sebaiknya pasien dan keluarga sudah mendapat
penjelasan dan informasi terkait masalah financial, mulai dari biaya operasi
hingga pemakaian alat tambahan .hal ini diperlukan agar setelah operasi
nanti tidak ada complain atau ketidakpuasan pasein dan keluarga.

Persiapan umum
Persiapan informed consent dilakukan sebelum dilaksanakannya tindakan.
Pasien dan keluarga harus mengetahui perihal prosedur operasi, jenis
operasi, dan prognosis dari hasil pembedahan.peran perawat disini adalah
bertanggung jawab dan memastikan bahwa pasien/keluarga dan dokter
sudah menandatangani isi dari informed consent.
Persiapan alat dan obat yang akan digunakan selama pembedahan harus
dilakukan secara optimal sesuai dengan kebijakan institusi. Beberapa rumah
sakit memberlakukan kebijakan bahwa persiapan alat dan obat harus
dilakukan sebelum pasien memasuki kamar operasi. Beberapa rumah sakit
lainnya mensyaratkan penyediaan darah untuk persiapan transfuse harus
dilakukan oleh pihak keluarga. Pengkajian ulang pada ketepatan transfuse
darah antara donor dengan resipien dapat menurunkan resiko kesalahan
pemberian transfusi.
Persiapan lainnya yang bersifat umum seperti pencalonan pasien yang akan
dilakukan pembedahan dari ruang rawat inap, unit gawat darurat, atau unit
perawatan intensif ke kamar unit dimana pasien akan dilakukan
pembedahan.

Bagi perawat di kamar operasi, pengkajian praoperatif adalah suatu


keterampilan yang biasanya difokuskan pada area intervensi bedah dan
harus dilakukan dalam waktu yang amat singkat. Pengetahuan mengenai
anatomi, fisiologi, serta patofisiologi sangat penting dimiliki oleh seorang
perawat
praoperatif
untuk
menyintesis
temuan
pengkajian
dan
menggunaknnya untuk menentukan tujuan perawatan pasien. Pasien yang
baru diterima di kamar operasi akan diklarifikasi secara ringkas dan
disesusaikan dengan intervensi bedah yang akan dilakukan. Dalam
melakukan pengkajian yang ringkas dan optimal, perawat kamar operasi
hanya melakukan klarifikasi secara cepat dengan menggunakan system
checklist.

Formulis checklist .
pada beberapa institusi , penggunaan formulir praoperatif di kamar operasi
bertujuan untuk mendokumentasikan prosedur yang secara rutin dilakukan
pada pembedahan. dengan adanya formulir ini, akan terjalin komunikasi
yang cepat antara perawat ruangan dengan perawat di kamar operasi. Yang
diharapkan dari pembuatan formulir ini adalah perawat perioperatif dapat
secara ringkas memvalidasi persiapan praoperatif yang telah dilakukan
perawat ruangan.
Pada kondisi yang lebih baik, beberapa institusi rumah sakit memberlakukan
lembar pengenal yang dipasang pada lengan bawah pasien agar
memudahkan pengenalan lebih lanjut tentang identitas pasien.Tujuan
pemasangan tanda pengenal ini adalah untuk mencegah kekeliruan atau
kesalahan intervensi yang dilakukan.

PENGKAJIAN RIWAYAT KESEHATAN


Riwayat kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan pasien di rawat inap, poliklinik, bagian bedah
sehari, atau unit gawat darurat dilakukan perawat melalui teknik wawancara
untuk mengumpulkan riwayat yang diperlukan sesuai dengan klasifikasi
pembedahan.
Pengkajian ulang riwayat kesehatan pasien harus meliputi riwayat penyakit
yang
pernah
diderita
dan
alasan
utama
pasien
mencari
pengobatan.Riwayat kesehatan pasien adalah sumber yang sangat baik.

Sumber berharga lainnya adalah rekam medis dari riwayat perawatan


sebelumnya .
Penyakit yang diderita pasien akan mempengaruhi kemampuan pasien
dalam menoleransi pembedahan dan mencapai pemulihan yang menyeluruh
.pasien yang akan menjalani bedah sehari (one day care) harus diperiksa
secara teliti dan menyeluruh untuk menentukan kondisi kesehatan yang
mungkin akan meningkatkan resiko komplikasi selama atau setelah
pembedahan.
Pengalaman bedah sebelumnya dapat mempengaruhi respons fisik dan
psikologis pasien terhadap prosedur pembedahan.jenis pembedahan
sebelumnya , tingkat rasa, ketidaknyamanan, besarnya ketidakmampuan
yang ditimbulkan, dan seluruh tingkat perawatan yang pernah diberikan
adalah factor-faktor yang mungkin akan diingat oleh pasien. Perawat
mengkaji semua komplikasi yang pernah dialami pasien .informasi ini akan
membantu perawat dalam mengantisipasi kebutuhan pasien selama pra dan
pascaoperatif.
Pembedahan sebelumnya juga dapat mempengaruhi tingkat perawatan fisik
yang dibutuhkan pasien setelah menjalani prosedur pembedahan.misalnya,
pasien yang pernah menjalani torakotomi untuk reseksi lobus paru
mempunyai resiko komplikasi paru-paru yang lebih besar daripada pasien
dengan paru-paru yang masih utuh dan normal.
Jika pasien menggunakan obat yang telah diresepkan atau obat yang dibeli
di luar apotik secara teratur, maka dokter bedah atau ahli anestesi mungkin
akan menghentikan pemberian obat tersebut untuk sementara sebelum
pembedahan atau mereka akan menyesuaikan dosisnya. Beberapa jenis obat
mempunyai implikasi khusus bagi pasien bedah. Obat ynag diminum
sebelum pembedahan secara otomatis akan dihentikan saat pasien selesai
menjalani operasi kecuali dokter meminta pasien untuk menggunakannya
kembali.
Di unit bedah sehari, riwayat yang perlu dikaji biasanya lebih singkat
daripada riwayat yang seharusnya dikumpulkan.Pengkajian hanya dilakukan
pada saat pasien dirawat di rumah sakit dan sore hari sebelum pembedahan
dilakukan, karena terbatasnya waktu.Apabila pasien tidak mampu
memberikan seluruh informasi yang dibutuhkan maka perawat dapat
bertanya pada anggota keluarga.

Pada pasien gawat darurat yang memerlukan pembedahan cito, pengkajian


riwayat kesehatan dilakukan secara ringkas terkait factor-faktor yang
mempengaruhi pembedahan dan anestesi umum. Pasien dikaji tentang
adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, tuberklusis paru, dan berbagai
penyakit kronis yang akan berdampak pada peningkatan resiko komplikasi
intraoperatif.

Riwayat alergi
Perawat harus mewaspadai adanya alergi terhadap berbagai obat yang
mungkin diberikan selama fase intraoperatif. Apabila pasien mempunyai
riwayat alergi satu atau lebih, maka pasien perlu mendapat pita identifikasi
alergi yang dipakai pada pergelangan tangan sebelum menjalani
pembedahan atau penulisan symbol alergi yang tertulis jelas pada status
rekam medis sesuai dengan kebijakan institusi .perawat juga harus
memastikan bagian depan lembar pencatatan pasien berisi daftar alergi
yang dideritanya.

Kebiasaan merokok, alcohol, dan narkoba


Pasien perokok memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami komplikasi
paru-paru pascaoperasi daripada pasien bukan perokok.Perokok kronik telah
mengalami peningkatan jumlah dan ketebalan sekresi lendir pada paruparunya. Anestesi umum akan meningkatkan iritasi jalan napas dan
merangsang sekresi pulmonal, karena sekresi tersebut akan dipertahankan
akibat penurunan aktivitas siliaris selama anestesi. Setelah pembedahan,
pasien perokok mengalami kesulitan yang lebih besar dalam membersihkan
jalan napasnya dari sekresi lendir.
Kebiasaan mengonsumsi alcohol mengakibatkan reaksi yang merugikan
terhadap obat anestesi .pasien juga mengalami toleransi silang (toleransi
obat meluas) terhadap pemakaian obat anestesi, sehingga memerlukan
dosis anestesi yang lebih tinggi dari normal. Selain itu dokter mungkin perlu
meningkatkan dosis analgesic pascaoperatif.Konsumsi alcohol secara
berlebihan juga dapat menyebabkan malnutrisi sehingga penyembuhan luka
menjadi lambat.
Pasien yang mempunyai riwayat adanya pemakaian narkoba (narkotika dan
obat-obatan terlarang) perlu diwaspadai atas kemungkinan yang lebih besar
untuk terjangkit penyakit seperti HIV dan hepatitis, terutama pada pasien
pengguna narkoba suntik.Penggunaan obat-obatan narkotika atau
penyalahgunaan obat-obatan terlarang dapat mengganggu kemampuan

pasien mengontrol nyeri setelah operasi serta mempengaruhi tingkat serta


jumlah pemberian anestesi selama pembedahan.penggunaan narkoba suntik
dapat mengganggu system vascular dan menyulitkan akses ke dalam vena.

Pengkajian nyeri
Nyeri adalah suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang bersifat subjektif.Keluhan
sensori yang dinyatakan sebagai pegal, linu, ngilu, keju, kemeng, cangkeul,
dan seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas nyeri.
Penting bagi setiap perawat untuk mempercayai pasien yang melaporkan
rasa nyeri .yang juga sama pentingnya adalah waspada terhadap pasien
yang mengabaikan nyeri. Misalnya mengungkapkan kenyataan bahwa
gangguan atau prosedur biasanya menimbulkan nyeri atau bahwa pasien
tampak meringis saat bergerak atau menghindari gerakan. Menggali alas an
mengapa pasien mengabaikan rasa nyeri juga sangat membantu. Banyak
orang yang menyangkal nyeri yang dialaminya karena mereka takut dengan
pengobatan /tindakan yang mungkin diberikan jika mereka mengeluh nyeri,
atau takut menjadi ketergantungan terhadap opioid jika obat-obat ini
diberikan untuk mengatasi nyerinya.
Kondisi penyakit dan posisi dapat menimbulkan nyeri pada pasien, perawat
perlu mengkaji pengalaman nyeri pasien sebelumnya, metode pengontrolan
nyeri yang digunakan, sikap pasien dalam menggunakan obat-obatan
peghilang rasa nyeri, respons perilaku terhadap nyeri, pengetahuan pasien,
harapan, dan metode manajemen nyeri yang dipilih karena akan member
dasar bagi perawat dalam memantau perubahan kondisi pasien.
Pengkaji nyeri yang benar memungkinkan perawat perioperatif untuk
menetapkan status nyeri pasien, lebih bertanggung jawab dan bertanggung
gugat terhadap perawatan yang diberikan, dan lebih berorientasi pada sifat
kemitraan dalam melakukan penatalaksanaan nyeri.Perawat harus
mengembangkan hubungan terapeutik yang positif dan memberi waktu
kepada pasien untuk mendiskusikan nyeri. Member posisi yang nyaman pada
pasien sebelum perawat bertanya dapat membantu pasien merasakan
bahwa perawat peduli akan dirinya. Perawat menghindari nyeri yang
semakin buruk karena melakukan pengkajian yang lama.
Perawat harus mempelajari cara verbal dan nonverbal pasien dalam
mengomunikasikan rasa ketidaknyamanan. Meringis, menekuk salah satu

bagian tubuh, dan postur tubuh yang tidak lazim merupakan contoh ekspresi
nyeri secara nonverbal.
Pasien yang tidak mampu berkomunikasi efektit biasanya membutuhkan
perhatian khusus selama pengkajian .anak-anak, individu yang mengalami
keterlambatan perkembangan, pasien yang menderita psikosis, pasien yang
sedang dalam kondisi kritis, pasien yang mengalami dimensia, dan pasien
yang tidak bisa berbicara bahasa Indonesia membutuhkan pendekatan
dengan cara yang berbeda. Pernyataan verbal anak-anak merupakan hal
yang paling penting.Anak-anak yang masih kecil mungkin tidak mengerti
makna nyeri sehingga dalam melakukan pengkajian perawat perlu
menggunakan kata-kata, seperti ouh, aduh, atau sakit.Untuk pasien yang
mengalami gangguan kognitif, perlu menggunakan pendekatan pengkajian
yang sederhana, yaitu dengan melakukan observasi ketat terhadap
perubahan perilaku pasien.Untuk pasien yang sedang dalam kondisi kritis
dan mungkin mengalami penumpulan sensori, menggunakan selang
nasogastrik, atau jalan nafas artificial perawat mungkin perlu mengajukan
pertanyaan spesifik secara lansung kepada pasien sehingga pasien dapat
member jawaban dengan mengangguk dan menggelengkan kepala.
Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri dan prosedur
yang
menyebabkan
nyeri.Anak-anak
kecil
yang
belum
dapat
mengungkapkan kata-kata juga mengalami kesulitan untuk mengungkapkan
secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau petugas
kesehatan. Secara kognitif , anak-anak toddler dan prasekolah tidak mampu
mengingat penjelasan tentang nyeri atau mengasosiasikan nyeri sebagai
pengalaman yang dapat terjadi di berbagai situasi . dengan memikirkan
pertimbangan pemikiran ini, perawat harus mengadaptasi pendekatan yang
dilakukan dalam upaya mencari cara untuk mengkaji nyeri yang dirasakan
anak-anak (termasuk apa yang akan dinyatakan dan perilaku yang akan
diobservasi) dan bagaimana mempersiapkan seorang anak untuk prosedur
medis yang menyakitkan (whaley, 1995).
Apabila pasien berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda, maka akan sulit
melakukan pengkajian nyeri .dalam situasi seperti ini, seorang penerjemah
atau seorang anggota keluarga mungkin diperlukan untuk menjelaskan
perasaan pasien dan sensasi yang dirasakan.

Pengkajian karakteristik nyeri secara PQRST


Keluhan dari pasien tentang nyeri yang dirasakan merupakan indicator
utama yang paling dapat dipercaya tentang keberadaan dan intensitas nyeri

dan apapun yang berhubungan dengan ketidaknyamanan..nyeri bersifat


individual, sehingga pengkajian karakteristik nyeri membantu perawat
membentuk pengertian pola nyeri dan tipe manajemen nyeri yang
digunakan untuk mengatasi nyeri. Penggunaan instrument untuk
menghitung luas dan derajat nyeri bergantung kepada kondisi pasien yang
sadar secara kognitif dan mampu memahami instruksi perawat.
Pendekatan pengkajian karakteristik nyeri dengan menggunakan metode
PQRST dapat mempermudah perawat perioperatif dalam melakukan
pengkajian nyeri yang dirasakn pasien secara ringkas dan dapat digunakan
dalam kondisi praoperatif yang singkat.

Pengkajian psikososiospiritual
Kecemasan preoperatif
Kecemasan berasal dari bahasa latin angere yang berarti untuk
menghadapi (to strange) atau untuk distre. Hal ini berkaitan dengan kata
anger yang berarti kesedihan atau masalah. Kecemasan juga berkaitan
dengan kata to anguish yang menggambarkan adanya nyeri akut,
penderitaan ,dan distress (stuart. 1998). Cemas berbeda dengan rasa takut,
dimana cemas disebabkan oleh hal-hal yang tidak jelas termasuk di
dalamnya pasien yang akan menjalani operasi karena mereka tidak tahu
konsekuensi pembedahan itu sendiri. Ketakutan memiliki objek yang jelas
dimana seseorang dapat mengidentifikasi dan menggambarkan objek
ketakutan.Ketakutan melibatkan penilain intelektual terhadap stimulus yang
mengancam sedangkan kecemasan merupakan penilaian emosional
terhadap penilain itu.Ketakutan diakibatkan oleh paparan fisik maupun
psikologis terhadap situasi yang mengancam, ketakutan dapat menyebabkan
kecemasan, dua pengalaman emosi ini dibedakan dalam ucapan, yaitu kita
mengatakan memiliki rasa takut tetapi menjadi cemas, inti permasalahn
dalam suatu bentuk kecemasan adalah pada penjagaan diri (chitty, 1997).
Berbagai dampak psikologis yang dapat muncul adalah adanya
ketidaktahuan akan pengalaman pembedahan yang dapat mengakibatkan
kecemasan yang terkespresi dalam berbagai bentuk seperti marah, menolak,
atau apatis terhadap kegiatan keperawatan. Pasien yang cemas sering
mengalami ketakutan atau perasaan tidak tenang .berbagai bentuk
ketakutan muncul seperti ketakutan akan hal yang tidak diketahui, misalnya
terhadap pembedahan, anestesi, masa depan, keuangan, dan tanggung

jawab keluarga, ketakutan akan nyeri, kematian, atau ketakutan akan


perubahan citra diri dan konsepp diri.
Kecemasan dapat menimbulkan adanya perubahan secara fisik maupun
psikologis yang akhirnya megaktifkan saraf otonom simpatis sehingga
meningkatkan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, peningkatan
frekuensi napas, dan secara umum mengurangi tingkat energy pada pasien,
dan akhirnya dapat merugikan individu itu snediri (rothrock, 1999).
Berdasarkan konsep psikoneuroimunologi, kecemasan merupakan stressor
yang dapat menurunkan system imunitas tubuh. Hal ini terjadi melalui
serangkaian aksi yang diperantarai oleh HPA-axis (hipotalamus, pituitary,
dan adrenal) .stress akan merangsang hipotalamus untuk meningkatkan
produksi corticotrophin releasing factor (CRF) . CRF ini selanjutnya akan
merangsang kelenjar pituitary anterior untuk meningkatkan produksi
adrenocorticothropin hormone (ACTH). Hormone ini yang akan merangsang
korteks adrenalin untuk meningkatkan sekresi kortisol. Kortisol inilah yang
selanjutnya akan menekan system tubuh (guyton, 1996).
Prosedur pembedahan akan memberikan suatu reaksi emosional bagi pasien,
apakah reaksi tersebut jelas atau tersembunyi, normal, atau abnormal,
sebagai contoh kecemasan praoperatif merupakan suatu respons antisipasi
terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai suatu
ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan
kehidupan itu sendiri,sudah diketahui bahwa pikiran yang bermasalah secara
lansung akan mempengaruhi fungsi tubuh, oleh karena itu pentig untuk
mengidentifkasi ansietas yang dialami pasien.
Dengan mengumpulkan riwayat kesehatan secara cermat, perawat akan
menemukan kekhawatiran pasien yang didapat menjadi beban lansung
selama proses pembedahan. tidak diragukan lagi pasien yang menghadapi
pembedahan akan dilingkupi oleh ketakutan , termasuk ketakutan akan
ketidaktahuan,kematian, anestesi dan kanker, kekhawatiran mengenai
kehilangan waktu kerja, kemungkinan kehilangan pekerjaan, tanggung jawab
terhadap keluarga, dan ancaman ketidakmampuan permanen yang lebih
jauh. Akan memperberat ketegangan emosional yang sangat hebat yang
diciptakan oleh proses pembedahan, kekhawatiran yang nyata yang lebih
ringan dapat terjjadi karena pengalaman sebelumnya dengan system
perawatan kesehatan dan orang-orang yang dikenal pasien dengan kondisi
yang sama. Akibatnya perawat harus memberikan dorongan untuk
pengungkapan serta harus mendengarkan, memahami, dan memberikan

informasi yang membantu menyingkirkan kekhawatiran tersebut (potter,


2006)
Meurut potter (2006) reaksi pasien terhadap pembedahan didasarkan pada
banyak factor,meliputi ketidaknyamanan dan perubahan-perubahan yang
diantisipasi baik fisik, financial, psikologis, spiritual, social, atau hasil akhir
pembedahan yang diharapkan.
Bagian terpenting dari pengkajian kecemasan praoperatif adalah untuk
menggali peran orang terdekat , baik dari keluarga, sahabat, adanya sumber
dukungan orang terdekat akan menurunkan kecemasan.

Perasaan
Perawat dapat mendeteksi perasaan paien tentang pembedahan dari
perilaku dan perbuatannya. Pasien yang merasa takut biasanya akan sering
bertanya , tampak tidak nyaman jika ada orang asing memasuki ruangan.
Atau secara aktif mencari dukungan dari teman dan keluarga.
Perasaan seringkali susah dikaji secara keseluruhan jika pasien akan
menjalani bedah sehari .biasanya perawat hanya memiliki waktu yang
singkat untuk membina hubungan dengan pasien,. Pada beberapa program
bedah sehari, perawat dapat mengunjungi rumah pasien atau melakukan
pengkajian melalui telepon sebelum hari pembedahan.dirumah sakit perawat
harus memilih waktu diskusi yaitu setelah melengkapi prosedur kedatangan
pasien ke rumah sakit atau setelah melengkapi pemeriksaan diagnostic .
perawat harus menjelaskan bahwa rasa takut dan khawatir merupakan
perasaan yang normal , kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya
bergantung pada keinginan perawat untuk mendengar, member dukungan,
dan membenarkan konsep yang salah (stuart 1999).
Jika pasien merasa tidak berdaya, perawat harus menentukan
alasannya.Diagnosis medis dapat menimbulkan pemahaman tentang
meningkatnya rasa ketergantungan dan kehilangan fungsi fisik atau mental.
Pikiran bahwa pasien akan ditidurkan selama masa anestesi menimbulkan
rasa khawatir akan kehilangan control .banyak pasien yang merasa perlu
mempertahankan kekuatannya untuk membuat keputusan tentang terapi
yang akandijalaninya .perawat harus meyakinkan bahwa pasien berhak
untuk bertanya dan mencari informasi.

Konsep diri

Pasien dengan konsep diri positif lebih mampu menerima operasi yang
dialaminya dengan tepat. Perawat mengkaji konsep diri pasien dengan cara
meminta pasien mengidentifikasi kekuatan dan kelamahan dirinya , pasien
yang cepat mengkritik mungkin mempunyai harga diri yang rendah atau
sedang menguji pendapat perawat tentang karakter mereka. Konsep diri
yang buruk mengganggu kemampuan beradaptasi dengan stress
pembedahan dan memperburuk rasa bersalah atau ketidakmampuannya
(stuart 1999).

Citra diri
Pembedahan untuk mengangkat bagian tubuh yang mengandung penyakit
biasanya mengakibatkan perubahan bentuk atau fungsi tubuh yang
permanen. Rasa khawatir terhadap kelainan bentuk atau kehilangan bagian
tubuh akan menyertai rasa takut pasien.
Perawat mengkaji perubahan citra tubuh yang pasien anggap akan terjadi
akibat operasi.
Seringkali pembedahan mengubah aspek fisik atau psikologis seksual
pasien.Eksisi jaringan payudara, kolostomi, ureterostomi, atau Pengangkatan
kelenjar prostat dapat mempengaruhi persepsi pasien tentang seksualitas
mereka.Pembedahan seperti perbaikan hernia atau ekstraksi katarak
menyebabkan pasien tidak melakukan hubungan seksual sampai normal
kembali.
Perawat harus mendorong pasien untuk mengekspresikan kekhawatiran
mereka tentang seksualitas.Pasien yang menghadapi disfungsi seksual yang
bersifat sementara. Memerlukan pemahaman dan dukungan .diskusi tentang
seksualitas klien harus dilakukan dengan pasangan seksual mereka sehingga
mereka dapat saling memahami cara mengatasi keterbatasan fungsi seksual
yang terjadi.

Sumber koping
Pengkajian terhadap perasaan dan konsep diri akan membantu perawat
menentukan kemampuan pasien dalam mengatasi stress akibat
pembedahan ,perawat juga bertanya tentang manajemen stress yang biasa
dilakukan pasien sebelumnya . apabila pasien pernah menjalani
pembedahan, maka perawat perioperatif perlu menentukan perilaku yang
dapat membantu pasien dalam menghilangkan ketegangan atau

kecemasannya . perawat dapat menginstruksikan pasien untuk melakukan


latihan relaksasi untuk membantu mengontrol ansietas.
Perawat perioperatif mengkaji adanya dukungan yang dapat diberikan oleh
anggota keluarga atau teman. Pada saat pengkajian atau saat perawat
memberi instruksi atau penjelasan, pasien mungkin menginginkan kehadiran
orang lain. Pada konsep perioperatif adanya anggota keluarga dapat
dimaksimalkan perawat perioperatif sebagai pelatih pasien.Menawarkan
dukungan yang berharga selam periode pasca operatif karena partisipasi
dari pasien terhadap keseluruhan fase perioperatif merupakan hal yang
penting.

Kepercayaan spiritual
Kepercayaan spiritual memainkan peranan penting dalam menghadapi
ketakutan dan ansietas.Tanpa memandang agama yang dianut pasien,
kepercayaan spiritual dapat menjadi medikasi terapeutik. Segala upaya
harus dilakukan untuk membantu pasien mendapat bantuan spiritual yang
diinginkan .keyakinan mempunyai kekuatan yang sangat besar , oleh karena
itu kepercayaan yang dimiliki oleh setiap pasien harus dihargai dan
didukung. Menghormati nilai budaya dan kepercayaan pasien dapat
mendukung terciptanya hubungan dan saling percaya.
Kemampuan yang paling berguna bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan adalah kemampuan untuk mendengarkan pasien, terutama
saat mengumpulkan riwayat kesehatan pasien. Melalui keterlibatan dalam
percakapan dan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi mewawancara,
perawat dapat mengumpulkan informasi dan wawasan yang sangat berharga
.perawat yang tenang memperhatikan, dan pengertian akan menimbulkan
rasa percaya pasien.

Pengetahuan, persepsi dan pemahaman


Perawat harus mempersiapkan pasien dan keluarganya untuk menghadapi
pembedahan , dengan mengidentifikasi pengetahuan, persepsi, dan
pemahaman pasien, dapat membantu perawat merencanakan penyuluhan
dan tindakan untuk mempersiapkan kondisi emosional pasien. Apabila
pasien dijadwalkan menjalani bedah sehari, maka pengkajian dapat
dilakukan di ruang praktik dokter atau rumah pasien.
Setiap pasien merasa takut untuk datang ke tempat pembedahan.beberapa
diantaranya disebabkan karena pengalaman di rumah sakit sebelumnya,

peringatan dari teman dan keluarga. Atau karena kurang pengetahuan.


Perawat menghadapi dilema etik saat pasien memahami informasi yang
salah atau tidak menyadari alas an dilakukannya pembedahan. perawat
menanyakan gambaran pemahaman pasien tentang pembedahan dan
implikasinya.

Informed consent
Informed consent adalah suatu izin tertulis yang dibuat secara sadar dan
sukarela oleh pasien sebelum suatu pembedahan dilakukan.Izin tertulis
tersebut dapat melindungi pasien dari kelainan dalam prosedur pembedahan
dan melindungi ahli bedah terhadap tuntutan dari suatu lembaga hukum
demi kepentingan bersama, semua pihak yang terkait perlu mengikuti
prinsip medikolegal yang baik (Potter, 2006).
Tanggung jawab perawat adalah untuk memastikan bahwa informed consent
telah diminta oleh dokter dan ditanda tangani secara sukarela oleh pasien.
Sebelum pasien menandatangani informed consent, ahli bedah harus
memberikan penjelasan yang jelas dan sederhana tentang apa yang akan
diperlukan dalam pembedahan. ahli bedah juga harus menginformasikan
pasien tentang alternatif alternatif yang ada, kemungkinan resiko,
komplikasi,
perubahan
bentuk
tubuh,
menimbulkan
kecacatan,ketidakmampuan, pengangkatan bagian tubuh, dan juga tentang
apa yang diperkirakan terjadi pada periode pasca operatif awal dan lanjut.
Persetujuan tindakan medic ini diperlukan pada:

Suatu prosedur tindakan invasive, seperti insisi bedah, biopsy,


sistoskopi, atau parasintesis
Intervensi dengan menggunakan anestesi
Prosedur nonbedah yang resikonya lebih dari sekedar risiko ringan,
contohnya prosedur arteriografi
Prosedur yang mencakup terapi radiasi atau kobal

Pasien secara pribadi menandatangani consent tersebut jika telah mencapai


usia yang ditentukan dan mampu secara mental, bila pasien dibawah umur,
tidak sadar, atau tidak kompeten, maka izin harus didapat dari anggota
keluarga yang bertanggung jawab atau wali yang sah.
Pada kasus-kasus kedaruratan, penting bagi ahli bedah untuk mengambil
tindakan yang bersifat penyelamatan tanpa informed consent dari pasien.

Namun, upaya untuk menghubungi pihak keluarga pasien harus terus


dilakukan. Pada situasi seperti ini , komunikasi dapat dilakukan melalui
telepon, telegram, facsimile,, atau media elektronik lainnya.
Jika pasien ragu-ragu dan tidak sempat mencari pengobatan alternative ,
maka opini orang kedua dapat diminta, tidak ada pasien yang boleh dipaksa
untuk menandatangani izin operasi. Penolakan terhadap prosedur
pembedahan adalah hak hukum dan hak istimewa seseorang. Akan tetapi,
informasi tersebut harus didokumentasikan dan disampaikan kepada ahli
bedah sehingga pengaturan lain dapat dibuat. Sebagai contoh, penjelasan
tambahan dapat diberikan kepda pasien dan keluargnya atau pembedahan
dapat dijadwalkan ulang .
Proses penandatanganan informed consent ini dapat dilengkapi dengan
penjelasan dan harus dipastikan bahwa pasien dapat memahami dan
mengerti isi atau maksud dari informed consent tersebut. Fomulir informed
consent yang sudah ditandatangani diletakkan direkam medic pada posisi
yang mudah dilihat. Pemeriksaan fisik
Ada berbagai pendekatan yang digunakan dalam melakukan pemeriksaan
fisik , mulai dari pendekatan heat to toe hingga pendekatan per system .
perawat dapat menyesuaikan konsep pendekatan pemeriksaan fisik dengan
kebijakan prosedur yang digunakan institusi tempat ia bekerja. Pada
pelaksanaanya, pemeriksaan yang dilakukan bisa mencakup sebagian atau
seluruh system, bergantung pada banyaknya waktu yang tersedia dan
kondisi praoperatif pasien. Focus pemeriksaan yang dilakukan adalah
melakukan klarifikasi dari hasil temuan saat melakukan anamnesis riwayat
kesehatan pasien dengan system tubuh yang akan dipengaruhi atau
memengaruhi respons pembedahan.

Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital


Pemeriksaan keadaan umum pasien praoperatif meliputi penampilan umum
dan prilaku, pangkajian tingkat kesadaran dan pengkajian status nutrisi.

Penampilan Umum
Pada pengkajian keadaan umum, secara ringkas perawat melakukan survei
keadaan umum untuk mengobservasi panampilan umum pasien.Bentuk dan
pergerakan tubuh dapat menggambarkan kelemahan yang disebabkan oleh
penyakit yang berhubungan dengan adanya intervensi pembedahan.secara

ringkas, pengkajian yang berhubungan dengan praoperatif meliputi elemenelemen berikut ini:

Usia

Usia akan memengaruhi karakteristik fisik normal. Kemampuan untuk


berpartisipasi dalam beberapa bagian pemeriksaan fisik praoperatif juga
dipengaruhi oleh usia.

Tanda distres

Terdapat tanda dan gejala distress nyata yang mengindikasikan nyeri,


kesulitan bernapas, atau kecemasan. Tanda tersebut dapat membantu
perawat dalam membuat prioritas yang berkaitan dengan apa yang akan
diperiksa terlebih dahulu.

Jenis tubuh

Perawat mengobservasi jika pasien tanpak ramping, berotot, obesitas, atau


sangat kurus. Jenis tubuh dapat mencerminkan tingkat kesehatan, usia, dan
gaya hidup.

Postur

Perawat mengkaji postur tubuh pasien.Apakah pasien memiliki postur tubuh


yang merosot, tegak, dan bungkuk.Postur dapat mencerminkan alam
perasaan atau adanya nyeri.

Gerakan tubuh

Observasi gerakan tersebut bertujuan untuk memperhatikan apakah


terdapat tremor di ekstremitas.Tentukan ada atau tidaknya bagian tubuh
yang tidak bergerak.

Kebersihan diri dan bau badan

Tingkat kebersihan diri pasien dicatat dengan mengobsevasi penampilan


rambut, kulit, dan kuku jari.Bau badan yang tidak sedap dapat terjadi karena
kebersihan diri yang buruk atau akibat patologi penyakit tertentu. Kondisi
kebersihan praoperatif merupakan hal yang penting diperhatikan karena
dapat memengaruhi konsep asepsis intraoperasi dan akan memberikan data
dasar pada perawat untuk memberikan intervensi praoperatif terkait
kebutuhan pemenuhan kebersihan area pembedahan.

Afek dan alam perasaan

Afek adalah perasaan seseorang yang terlihat oleh orang lain. Alamperasaan
atau status emosi diekpresikan secara verbal dan nonverbal.

Bicara

Bicara normal adalah bicara yang dapat dipahami, diucapkan dengan


kecepatan sedang dan menunjukkan hubungan dengan apa yang dipikirkan.

Pengkajian tingkat kesadaran

Penilaian tingkat respons kesadaran secara umum dapat mempersingkat


pemeriksaan. Pengenalan kondisi klinis pada setiap tingkat kesadaran akan
memudahkan perawat dalam melakukan pengkajian.
Pada keadaan emergensi , kondisi pasien dan waktu untuk mengumpulkan
data penilaian tingkat kesadaran sangat terbatas. Oleh karena itu, skala
koma Glasgow (GCS/Glasgow Coma Scale) dapat memberikan jalan
pintas yang sangat berguna . skala tersebut memungkinkan pemeriksa untuk
membuat peringkat tiga respons utama pasien terhadap lingkungan, yaitu :
membuka mata, mengucapkan kata, dan gerakan.
Pada setiap kategori, respons yang terbaik diberikan nilai, nilai total
maksimum untuk sadar penuh dan terjaga adalah 15. Nilai minimum 3
menandakan pasien tidak memberikan respons. Jika nilai keseluruhan adalah
8 atau dibawahnya, maka berhubungan dengan koma, jika bertahan dalam
waktu yang lama mungkin dapat menjadi satu tanda akan buruknya
pemulihan fungsi. System penilaian ini dirancang sebagai pedoman untuk
mengevaluasi dengan cepat pasien yang sakit saat kritis atau pasien yang
cedera sangat berat dan status kesehatannya dapat berubah dengan cepat.

Pengkajian status nutrisi


Pengkajian status nutrisi dengan menggunakan berat dan tinggi
merupakan indicator status nutrisi yang penting . kebutuhan
ditentukan dengan mengukur tinggi dan berat badan, lipat kulit
lingkar lengan atas, kadar protein darah, dan keseimbangan nitrogen.

badan
nutrisi
trisep,
Segala

bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk


memberikan protein yang cukup guna perbaikan jaringan.
Perbaikan jaringan normal dan resistensi terhadap infeksi bergantung pada
status nutrisi yang cukup. Pembedahan akan meningkatkan kebutuhan
nutrisi. Setelah pembedahan, pasien membutuhkan minimal 1500 kkal/hari
untuk mempertahankan cadangan energy. Peningkatan protein , vitamin A
dan C serta zat besi akan mempercepat penyembuhan luka. Pasein
malnutrisi cenderung mengalami penyembuhan luka yang kurang baik,
berkurangnya penyimpangan energy, dan infeksi setelah operasi. Apabila
pasien menjalani pembedahan efektif , maka ketidakseimbangan nutrisi
dapat diperbaiki sebelum pembedahan. namun jika pasien malnutrisi harus
menjalani prosedur darurat, maka upaya perbaikan nutrisi dilakukan setelah
pembedahan. (potter,2006) .
Dehidrasi, hipovolemia, dan ketidakseimbangan elektrolit umum terjadi dan
harus didokumentasikan dengan cermat. Tingkat keparahan sering sulit
untuk ditentukan , ketika pasien sedang dipersiapkan untuk pembedahan,
maka tambahan waktu mungkin diperlukan untuk memperbaiki deficit cairan
guna meningkatkan kondisi praoperatif sebaik mungkin.
Obesitas sangat meningkatkan resiko dan komplikasi yang berkaitan dengan
pembedahan, selama pembedahan, jaringan lemak rentan terhadap
infeksi .selain itu , obesitas mengakibatkan peningkatan masalah-masalah
tehnik dan mekanik . oleh karena itu, dehisens (perlepasan luka) dan infeksi
luka umum terjadi. Pasien obesitas biasanya lebih sulit dirawat karena akibat
peningkatan berat badan , pasien menjadi bernafas tidak optimal ketika
berbaring miring dan karenanya mudah mengalami hipoventilasi dan
komplikasi pulmonal pascaoperatif . selain itu, distensi abdomen, flebitis,
gangguan system kardiovaskular, endokrin, hepatica, dan penyakit biliari
terjadi lebih sering pada pasien dengan obesitas. Telah diperkirakan bahwa
untuk setiap kelebihan berat badan 13 kg, diperlukan seiktar 40 km
pembuluh darah. Kebutuhan yang meningkat pada jantung dalam hal ini
sangat jelas (potter, 2006).
Obesitas meningkatkan resiko pembedahan akibat menurunnya ventilasi dan
fungsi jantung, pasien akan mengalami kesulitan melakukan aktivitas fisik
normal setelah pembedahan, pasien obesitas rentan mengalami
penyembuhan luka yang buruk dan infeksi luka karena struktur jaringan
lemak memiliki suplai darah yang buruk .suplai darah yang buruk akan
memperlambat pengiriman nutrisi yang penting, antibody,dan enzim yang

dibutuhkan untuk penyembuhan luka. Pasien obesitas sering mengalami


kesulitan penutupan luka karena tebalnya lapisan adipose.Klien obesitas juga
beresiko mengalami dehisens (terbukanya garis jahitan operasi).

Pemeriksaan tanda tanda vital


Pemeriksaan awal fisik dilakukan dengan memeriksa tanda-tanda vital .tanda
vital diukur untuk menentukan status kesehatan atau untuk menilai respons
pasien terhadap stress intervensi pembedahan.
pemeriksaan TTV meliputi pengukuran suhu , nadi, tekanan darah, dan
frekuensi pernapasan. Sebgai indicator dari status kesehatan , ukuran-ukuran
ini menandakan keefektifan sirkulasi =, respirasi, serta fungsi neurologis dan
endokrin tubuh . karena sangat penting, maka disebut dengan vital. Banyak
factor seperti suhu lingkungan, latihan fisik, dan efek sakit yang
menyebabkan perubahan tanda vital hingga kadang-kadang diluar batas
normal. Pengukuran tanda vital member data untuk menentukan status
kesehatan pasien yang lazim (data dasar), seperti respons terhadap stress
fisik dan psikologis .perubahan pada tanda vital menandakan kebutuhan
dilakukannya intervensi keperawatan dan medis praoperatif.
Pengkajian tanda-tanda vital praoperatif memberikan data dasar yang
penting untuk dibandingkan dengan perubahan tanda-tanda vital yang
terjadi selama dan setelah pembedahan.pengkajian tanda-tana vital
praoperatif juga penting untuk menentukan adanya abnormalitas cairan dan
elektrolit . peningkatan denyut jantung dapat disebabkan karena kekurangan
volume cairan plasma, kekurangan kalium, atau kelebihan natrium. Apabila
denyut nadi kuat dank eras, hal tersebut mungkin disebabkan karena
kelebihan volume cairan.Disritmia jantung umumnya disebabkan oleh
ketidakseimbangan elektrolit.
Peningkatan suhu sebelum pembedahan merupakan penyebab yang harus
diperhatikan .apabila pasien mengalami infeksi , maka dokter bedah dapat
menunda pembedahan sampai infeksi tersebut teratasi. Peningkatan suhu
tubuh meningkatkan resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit setelah
pembedahan.
Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi
pasien. Teknik dasar inspeksi, palpasi, dan auskultasi digunakan untuk
menentukan tanda vital.Keterampilan ini sederhana, tetapi tidak boleh

diabaikan. Pengkajian tanda vital memungkinkan perawat untuk


mengidentifikasi diagnosis keperawatan , mengimplementasikan rencana
intervensi , dan mengevaluasi keberhasilan bila tanda vital dikembalikan
pada batas nilai yang dapat diterima. Pemeriksaan tanda vital merupakan
unsure yang penting bila perawat dan dokter melakukan kolaborasi dalam
menentukan statu s kesehatan pasien.Teknik pengukuran yang cermat
menjamin temuan akurat pula.

Kepala dan leher

Survey kepala
Riwayat keperawatan akan mendeteksi adanya cedera intracranial dan
deformitas local atau congenital. Perawat mulai dengan menginspeksi posisi
kepala dan gambaran wajah pasien.Posisi kepala normalnya tegak dan stabil.
Perawat mengobservasi gambaran wajah pasien, melihat kelopak mata,
alis,lipatan nasolabial, dan mulut untuk mengetahui bentuk dan
kesimetrisannya, sedikit ketidaksimetrisan merupakan suatu hal yang normal
. jika terdapat ketidaksimetrisan pada wajah, maka perawat menilai apakah
seluruh bagian atau hanya sebagian dari wajah saja yang terkena. Berbagai
gangguan neurologis seperti paralisis saraf fasial, akan memengaruhi saraf
lain yang juga mempersarafi otot-otot wajah.

Mata
Observasi gambaran kesimetrisan mata kanan dan mata kiri. Kesimetrisan
wajah pasien dikaji untuk melihat apakah kedua mata terletak pada jarak
yang sama. Perawat memeriksa apakah salah satu mata lebih besar atau
menonjol ke depan melalui pemeriksaan posisi istirahat dan garis mata atas.
Alis diobservasi kuantitas dan penyebaran rambutnya. Kelopak mata
diinspeksi warna, keadaan kulit, dan ada/tidaknya bulu mata serta arah
timbulnya .batas kelopak diperiksa akan adanya lesi seperti tonjolan atau
tumor. Terkadang pada fraktur dasar tengkorak di fosa anterior, darah dapat
merembes dari robekan dura hingga ke rongga orbita .hematoma yang
terjadi menyebabkan gambaran mata hitam yang dikenal sebagai raccoon

eyes pasien dengan fraktur


serebrospinal dari hidung.

dikaji

ada/tidaknya

kebocoran

cairan

Mata dan kelopak mata orang yang kekurangan nutrisi atau dehidrasi
Nampak seperti tenggelam atau cekung karena lemak dan cairan yang
tersimpan di belakang bola mata hilang. Ptosis (turunnya kelopak) dapat
disebabkan oleh edema, kelemahan oto, defek congenital, atau masalah
neurologis (SOIII) yang disebabkan oleh trauma atau penyakit.
Konjungtiva dan sclera.Konjuntiva adalah membrane mukosa tipis dan
transparan yang melapisi bagian posterior kelopak mata dan melipat kea rah
bola mata untuk melapisi bagian anterior bola mata. Sclera dikaji warnanya ,
biasanya putih . warna kekuningan merupakan indikasi ikterus atau masalah
sistemik. Pada individu yang berkulit hitam, sclera normal juga bisa terlihat
kuning, terdapat titik kecil, gelap, dan berpigmen. Pemeriksaan konjungtiva
praoperatif akan memberiakan data dasar untuk intervensi.
Pupil normal berbentuk bulat, letaknya di tengah , dan memiliki ukuran yang
sama antara kiri dan kanan. Terdapat kurang lebih 5% individu yang secara
normal memiliki perbedaan dalam ukuran pupil.Perbedaan ini disebut
anisokor. Ukuran pupil bervariasi pada tiap individu yang terpapar cahaya
dalam jumlah yang sama. Pupil yang lebih kecil ditemukan pada
lansia.Individu dengan myopia (hanya dapat melihat dari dekat) mempunyai
pupil yang lebih besar, sedangkan individu hipertopi (hanya dapat melihat
jauh) mempunyai pupil yang lebih kecil. Diameter pupil normal adalah 2-6
mm .pupil yang ukurannya kurang dari 2 mm disebut konstriksi (miosis),
sedangkan pupil yang berukuran lebih dari 6 mm disebut dilatasi (midriasis).
Kaji respons pupil terhadap cahaya .respons pupil terhadap cahaya lebih
mudah diobservasi jika uji ini dilakukan di ruang gelap. Akan tetapi, pada
individu dengan mata cokelat tua, lebih sulit bagi perawat untuk mendeteksi
peruabahan yang ada. Konstriksi kedua pupil merupakan respons normal
terhadap sinar lansung , meningkatnya cahaya menyebabkan pupil
konstriksi, sedangkan penurunan cahaya menyebabkan pupil dilatasi. Pupil
juga mengecil atau konstriksi dalam respons terhadap akomodasi
(perubahan focus akibat berubahnya pandangan dari objek jauh ke dekat).
Perawat mengkaji reaksi pupil terhadap sinar dengan menganjurkan pasien
untuk lurus ke depan sambil cepat membawa sinar senter dari samping dan
mengarahkan ke pupil mata kanan (oculus dextra). Konstfasriksi pada pupil
OD merupakan direct response terhadap cahaya senter ke dalam mata
tersebut, konstruksi pada pupil mata kiri (oculus sinistral) selama cahaya

diarahkan pada OD dikenal sebagai consensual response. Kedua aphakia


(tidak adanya lensa mata) pupil berwarna hitam, sedangkan pada kondisi
katarak, pupil berwarna putih

Hidung dan sinus


Lakukan inspeksi palatum mole dan sinus nasalis dengan tujuan mengkaji
drainase sinus yang menggambarkan adanya infeksi sinus atau pernapasan.

Mulut, bibir,lidah dan palatum


Kondisi membrane mukosa mulut menunjukkan status dehidrasi.Pasien
dehidrasi mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang serius
selama pembedahan.pada pasien yang mempunyai riwayat trauma atau
fraktur mandibua akan ditemukan pergeseran gigii dan gusi.

Pemeriksaan leher
Otot leher, modus limfatik di kepala dan leher, arteri carotid, vena jugularis,
kelenjar tiroid, dan trakea terdapat di dalam leher ,pada pemeriksaan fisik
praoperatif , pemeriksaan leher yang lazim dilakukan adalah memeriksa
nodus limfatik dan kelenjar tiroid.
Nodus limfatik diperiksa dengan cara palpasi menggunakan jari tengah dan
gerakan memutar .nodus limfatik normalnya tidak mudah dipalpasi tetapi
nodus yang kecil dapat digerakkan dan tidak nyeri saat ditekan merupakan
hal yang umum ditemukan. Nodus limfatik yang besar, menetap , meradang
atau nyeri tekan mengindikasikan adanya seperti infeksi local, penyakit
sistemik, atau neoplasma. Pada saat nodus yang besar itu ditemukan,
perawat harus mengeksplorasi area dan wilayah sekitarnya yang
memperoleh drainase dari nodus tersebut untuk adanya melihat tanda
infeksi atau keganasan, nyeri tekan biasanya terjadi akibat iflamasi.
Mencatat nodus mana yang membesar dapat membantu melokalisasi area
infeksi .sebagai contoh, infeksi telinga biasanya mengalir ke nodus yang
tidak nyeri saat ditekan, keras dank has, setelah infeksi yang serius nodus
dapat terus membesar tetapi tidak nyeri ditekan.

Kelenjar tiroid berada di leher bawah anterior, didepa.Dan kedua sisi


trakea.Kelenjar tersebuu berada di takea dengan isthmus yang mendasari
trakea dan menghubungkan dua lobus yang ireguler dan berbentuk kerucut.
Perawat berdiri di dpan pasien dan mengicpesi area bahw a leher,memeriksa
kelenjar tiroid da menginspeksi adanya massa yang terlihat, kesimetrisan,
dan ksempurnaan bentuk dibagian dasar leher . meminta pasien unutk
menghiperekstensikan leher dapat membantu mengencangkan kullit ,
sehingga kelenjar tersebut lebih mudah dilihat . perawat menawarkan
segelas air dan kemudian meminta pasien untuk menelannya sambil
memperhatikan apakah ada kelenjar yang menonjol. Normalnya, kelenjar
tiroid tidak dapat dilihat di gambar

System saraf
Selama mengkaji riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik, perawat
mengobsevasi
tingkat
orientasu,kesadaranm
mood
pasien,
serta
memperhatikan apakah pasien dapat menjawab pertanyaan dengan tepat
dan dapat mengingat kejadian yang baru dan kejadian masa lal. Pasien yang
akan menjalani pembedahan karena penyakit neurologis (misalnya tumor
otak) keungkinan menunjukkan gangguan tingkat kesadaran atau perubahan
perilaku, tingkat kesadaran dapat berubah karena anestesi umum. Namun
setelah efek anestesi menghilang , tingkat respons pasien akan kembali
pada tingkat respons sebelum operasi.
Jika pasien akan mendapatkan anestesi spinal, maka pengkajian praoperatif
terhadap fungsi dan kekuatan motorik kasar sering dilakukan .anestesi
spinal menyebabkan ekstremitas bawah mengalami paralisis sementara.
Perawat harus menyadari adanya kelemahan atau gangguan mobilisasi pada
ekstrimitas bawah pasien agar perawat tidak cemas jika seluruh fungsi
motorik tidak kembali normal pada saat efek anestesi spinal menghilang.
Pengkajian sensibilitas prabedah sangat bermanfaat sebagai bahan evaluasi
pada saat pascaanestesi di ruang pemulihan

Sestem endokrin
Pada diabetes yang tidak terkontrol , bahaya utama yang megancam hidup
adalah hipoglikemia. Hipoglikemia perioperatif mungkin terjadi selama
anestesi, akibat asupan karbohidrat pasctif yang tidak adekuat atau
pemberian obat insulin yang berlebihan , bahaya lain yang mengancam

pasien tetapi onsetnya tidak secepat hipoglikemia adalah asidosis atau


glukosuria. Secara umum, resiko pembedahan bagi pasien dengan diabetes
mellitus yang tidak terkontrol tidak lebih besar dari pasien nondiabetes,
namun pemantaun kadar gula darah secara rutin penting dilakukan
sebelum , selama, dan setelah pembedahan.
Pasien yang mendapat kortikosteroid berisiko mengalami insufisiensi
adrenal.Oleh karena itu, penggunaan medikasi steroid untuk segala tujuan
selama tahun-tahun sebelumnya harus dilaporkan pada ahli anestesi dan
ahli bedah.

Dada dan tulang belakang


Payudara
Tujuan pemeriksaan payudara adalah untuk mengklarifikasi riwayat atau
keluhan pasien tentang adanya massa pada payudara. Pemeriksaan dimulai
dengan melakukan observasi ukuran dan kesimetrisan payudara. Perbedaan
ukuran dan ketidak simetrisan dapat disebabkan oleh inflamasi atau massa.
Perawat kemudian menilai kontur atau bentuk payudara dan mencatat
adanya massa, dataran, retraksi, atau lesung. Retraksi atau lesung terjadi
akibat invasi ligament oleh tumor atau kanker payudara, jika pasien
mengeluhkan adanya massa. Maka perawat harus memeriksa payudara
pada sisi lain terlebih dahulu untuk memastikan perbandingan yang objektif
antara sisi jaringan normal dan abnormal .selama palpasi, perawat mencatat
konsistensi jaringan payudara. Normalnya jaringan payudara terasa padat,
keras dan elastic
Massa abnormal dipalpasi untuk menentukan lokasi, diameter massa dalam
sentimeterl, bentuk (misalnya bulat atau cakram) konsistensi (lunak, liat
atau keras) adanya nyeri tekan kemampuan mobilitas, dan kondisi tepi
massa (jelas atau tidak) lesi kanker bersifat keras tidak dapat digerakkan
tidak ada nyeri tekan dan bentuknya tidak teratur. Kondisi ini dicirikan
dengan benjolan payudara yang nyeri dan terkadang rabas putting.Gejala
tersebut lebih nyata terjadi selama periode menstruasi.Jika dipalpasi, kista
(benjolan) terasa lunak, berbeda, dan dapat digerakkan kista dalam biasanya
terasa keras.

Sistem Pernapasan
Pemeriksaan praoperatif sistem pernapasan dapat menjadi data dasar
rencana intervensi pascaoperatif.Pemeriksaan dimulai dengan melihat
keadaan umum sistem peranapasan dan tanda-tanda abnormal seperti
sisnosis, pucat, kelelahan, sesak napas, batuk, penilaian produksi sputum,
dan lainnya.Karena harus melakukan pengkajian fisik secara inspeksi, maka
perawat harus memahami kondisi sistem pernapasan dalm rongga torak
secara imajiner.Hal ini sangat berguna bagi perawat dalam memeriksa
kondisi normal dan abnormal dari interpretasi pemeriksaan fisik.
Penilaian bentuk dada secara inspeksi dilakukam untuk melihat seberapa
jauh kelainan yang terjadi pada pasien. Benuk dada normal pada orang
dewasa adalah diameter anteropsoterior dalam proporsi terhadap diameter
lateral adalah 1:2. Kondisi yang tidak normal, seperti barrel chest akan
meningkatkan resiko pembedahan dan memberikan implikasi pada
penyuluhan preoperasi tentang latihan batuk efektif dan latihan napas
diafragma.
Perawat kemudian melakukan pemeriksaan palpasi untuk menilai adanya
kelainan pada dinding toraks dan merasakan perbedaan getaran suara
napas. Kelainan yang mungkin didapatkan pada pemeriksaan ini seperti:
nyeri tekan, adanya emfisema subkutan atau terdapat penuruanan getaran
saura napas pada satu sisi akibat adanya cairan atau udara pada rongga
pleura.
Perkusi pada paru yang normal menimbulkan nadan sonor, sedangkan
perkusi pada struktur yang berongga seperti, usus atau pneumotoraks,
menimbulkan
nada
hipersonor.Pemeriksaan
auskultasi
praoperatif
ditunjukkan untuk menilai atau mengkaji aliran udara melalui cabang
bronkus dan mengevaluasi adanya cairan atau obstruksi padat dalam
struktur
paru.Untuk
menentukan
kondisi
paru-paru
pemeriksa
mengauskultasi bunyi napas normal, bunyi napas tambahan, dan bunyi
suara. Auskultasi bunyi napas akan menunjukkan apakah pasien mengalami
kongesti paru atau penyempitan jalan napas. Adanya atelektasis atau
kelembaban pada jalan napas akan memperburuk kondisi pasien selama
pembedahan. Kongesti paru yang serius dapat menyebabkan ditundanya
pembedahan.Beberapa obat anestesi dapat menyebabkan spasme otot
laring.Oleh karena itu, jika perawat mendengar bunyi mengi saat
mengauskultasi jalan napas pada pemeriksaan praoperatif, maka hal ini

menunjukkan bahwa pasien berisiko mengalami penyempitan jalan napas


yang lebih lanjut selama pembedahan.
Pemeriksaan dada lainnya adalah dengan menilai adanya dilatasi vena pada
bagian anterior dada yang merupakan salah satu tanda dari adanya tumor
mediastinum.

Sistem Kardiovaskular
Lakukan inspeksi ada/ tidaknya parut bekas luka. Operasi jantung
sebelumnya akan menimbulkan bekas parut pada dinding dada. Lokasi dari
parut memberi petunjuk mengenai lesi katup yang telah dioperasi.
Kebanyakan pembedahan katup memerlukan cardiopulmonary bypass yang
berarti akan dilakukan sternontomi medial (irisan pada bagian medial
sternum).
Pemeriksaan tekanan darah praoperatif dilakukan untuk menilai adanya
peningkatan tekanan darah di atas normal (hipertensi) yang berperngaruh
pada kondisi hemodinamik intraoperatif dan pascaoperatf.Apabila pasien
mempunyai penyakit jantung, maka perawat harus mengkaji karakter denyut
jantung apikal.Setelah pembedahan, perawat harus membandingkan
frekuensi dan irama nadi dengan data yang diperoleh sebelum operasi.Obatobatan anestesi, perubahan dalam keseimbangan cairan, dan stimulasi
respons stres akibat pembedahan dapat menyebabkan disnritmia jantung.
Perawat mengkaji nadi perifer, waktu pengisian kapiler dan warna serta suhu
ekstremitas untuk menentukan status sirkulasi pasien.Waktu pengisian
kapiler dikaji untuk menilai kemampuan perfusi perifer. Pengukuran
pengisian kapiler penting dilakukan pada pasien yang menjalani
pembedahan vaskular atau pasien yang ekstremitsnya dipasang gips ketat.

Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Pembedahan akan direspons oleh tubuh sebagai sebuah trauma. Akibat
respons stres adrenokortikal, reaksi hormonal akan menyebabkan retensi air
dan natrium serta kehilangan kalium dalam 2-5 hari pertama setelah
pembedahan. Banyaknya protein yang dipecah akan menimbulkan
keseimbangan nitrogen yang negatif. Beratnya respons stres memengaruhi
tingkat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Semakin luas pembedahan,
maka akan semakin berat pula stres akibat kehilangan cairan dan elektrolit
intraoperatif.

Pasien yang mengalami hipovolemik atau perubahan elektrolit praoperatif


yang serius mempunyai resiko yang siginifikan selama dan setelah
pembedahan. Misalnya, kelebihan atau kekurangan kalium akan
meningkatkan peluang terjadinya disrtimia. Apabila pasien sebelumnya telah
mempunyai gangguan pada ginjal, gastrointestinal, atau kardiovaskular,
maka risiko terjadinya perubahan cairan dan elektrolit akan semakin besar.

PENGKAJIAN TULANG BELAKANG


Pemeriksaan sekilas dalam inspeksi tulang belakang yang penting adalah
penilaian kurvatura atau lengkung dari tulang belakang.Kurvatura tulang
belakang yang normal biasanya konveks pada bagian dada dan konkaf
sepanjang leher dan pinggang. Jika dilihat dari samping lengkung kolumna
vertebralis memperlihatkan empat kurva atau lengkung anterior-posterior,
yaitu lengkung vertikal pada daerah leher melengkung ke depan, daerah
torakal melengkung ke belakang , daerah lumbal melengkung ke depan, dan
daerah pelvis melengkung ke belakang. Pengetahuan perawat yang benar
tentang pengenalan kurvatura tulang belakang akan memudahkan perawat
dalam mengenal adanya deformitas pada setiap segmen dari tulang
belakang.
Deformitas tulang belakang yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan
praoperatif meliputi skoliosis, yaitu pembengkokan pada tulang belakang ke
arah lateral dan kifosis, yaitu kenaikan kurvatura tulang belakang bagian
dada yang akan menurunkan kemampuan pengembangan paru secara
maksimal sehingga menambah risiko pembedahan.
ABDOMEN DAN PANGGUL

Survei Abdomen dan Panggul


Perawat mengkaji ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan distensi abdomen.
Apabila pasien akan menjalani bedah abdomen, maka perawat harus sering
melakukan
pengkajian
pascaoperatif
pada
insisi
abdomen
dan
membandingkan hasilnya dengan data yang diperoleh pada fase
pascaoperatif.
Distensi
menunjukkan
adanya
perubahan
fungsi
gastrointestinal pada fase pascaoperatif.Perawat harus mengetahui apakah
abdomen pasien menonjol atau mengalami distensi setelah pembedahan.
Hepar berperan penting dalam biotransformasi senyawa-senyawa
anestesi.Oleh karena itu, segala bentuk kelainan hepar berefek pada
bagaimana anestensi tersebut di metabolisme.Karena penyakit hepar akut

berkaitan dengan mortalitas bedah yang tinggi, maka perbaikan fungsi hepar
pada fase praoperatif sangat diperlukan.Pengkajian yang cermat dilakukan
dengan berbagai pemeriksaan fungsi hepar.

Sistem Pencernaan
Pengkajian bising usus pada fase praoperatif berguna sebagai data
dasar.Perawat juga menentukan apakah pergerakan usus pasien teratur.
Apabila pembedahan memerlukan manipulasi saluran gastrointestinal atau
pasien diberikan anestesi umum, maka peristalik tidak akan kembali normal
dan bising usus akan hilang atau berkurang selama beberapa hari setelah
operasi.

Sistem Perkemihan
Ginjal terlibat dalam eksrkresi obat-obat anestesi dan metabolitnya.Status
asam basa dan metabolisme merupakan pertimbangan penting dalam
pemberian anestesi.Pembedahan dikontraindikasikan bila pasien menderita
nefritis akut, insufisiensi renal akut dengan oliguri atau anuri, atau masalahmasalah renal akut lainnya, kecuali kalau pembedahan merupakan satu
tindakan penyelamat hidup atau amat penting untuk memperbaiki fungsi
urinari, seperti pada obstruksi uropati.
INTEGUMEN DAN MUSKULOSKELETAL

Sistem Integumen
Perawat menginspeksi kulit di seluruh permukaan tubuh secara
teliti.Perhatian utama ditujukan pada daerah tonjolan tulang seperti siku,
sakrum, dan skapula.Selama pembedahan, pasien harus berbaring dalam
satu posisi tertentu dan bisanya sampai beberapa jam.Dengan demikian,
pasien rentan mengalami ulkus tekan atau dekubitus terutama jika kulit
pasien tipis, kering, dan turgor kulintya buruk. Kondisi keseluruhan kulit juga
menunjukkan kadar hidrasi pasien. Lansia berisiko mangalami gangguan
integritas kulit akaibat posisi dan pergeseran di atas meja ruang operasi
yang dapat menyebabkan kulit lecet dan tertekan.Lakukan palpasi dengan
mencubit kulit untuk menentukan tingkat hidrasi tubuh.
Kaji kondisi jari untuk menilai adanya tanda sianosis perifer.Perawat juga
perlu mengkaji adanya jari tubuh (clubbing finger) pada kuku jari tangan
pasien, yang mengindikasikan adanya penyakit paru dan mungkin dapat
menimbulkan kesulitan setelah pasien diberikan anestesi.

Sistem Muskuloskeletal
Periksa adanya deformitas atau kelainan bentuk pada seluruh ekstremitas,
meliputi adanya benjolan, ketidaksejajaran pada seluruh fungsi skeletal dan
kemampuan dalam melakukan rentang gerak sendi.Periksa adanya kondisi
kelemahan atau kelumpuhan dari fungsi seluruh ekstremitas. Ditemukannya
kelainan akan memberikan data dasar untuk pemenuhan informasi
pascabedah terutama dalam melakukan latihan pergerakan sendi
pascabedah.

Pemeriksaan Diagnostik
Sebelum pasien menjalani pembedahan, dokter bedah akan meminta pasien
untuk menjalani pemeriksaan dagnostik guna memeriksa adanya kondisi
yang tidak normal. Banyak pemeriksaan laboratorium dan diagnostik seperti
EKG dan foto dada tidak lagi dilakukan secara rutin untuk pasien yang
menjalani bedah sehari karena biaya yang harus dikeluarkan untuk
pemeriksaan tersebut tidak efektif jika pasien sehat dan tidak menunjukkan
gejala yang tidak normal (Rothrock, 2000).Pemeriksaan skrining rutin terdiri
dari pemeriksaan darah lengkap, analisis elektrolit serum, koagulasi,
kreatinin serum dan urinalis.Apabila pemeriksaan diagnostik menunjukkan
masalah yang berat, maka ahli bedah dapat membatalkan pembedahan
samapai kondisi pasien stabil.
Perawat bertanggung jawab mempersiapkan dalam klien untuk menjalani
pemeriksaan diagnostik dan mengatur agar pasien menjalani pemeriksaan
yang lengkap.Perawat juga harus mengkaji kembali hasil pemeriksaan
diagnostik yang perlu diketahui dokter untuk membantu merencanakan
terapi yang tepat.

Pemeriksaan Skrining Tambahan


Apabila pasien berusia lebih dari 40 tahun atau mempunyai penyakit
jantung, maka dokter mungkin akan meminta pasien untuk menjalani
pemeriksaan sinar-X dada atau EKG. Pada beberapa prosedur bedah tertentu
sepetti bedah saraf, jantung, dan urologi, diperlukan pemeriksaan canggih
untuk menegakkan diagnosis prabedah, misalnya MRI, CT-Scan, USG
Doppler, IPV, Echocardiography, dana lainnya sesuai dengan kebutuhan
diagnosis prabedah.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN PRAOPERATIF

Perawat menggolongkan karakteristik tertentu yang diperoleh selama


pengkajian untuk mengindetifikasikan diagnosis keperawatan yang tepat
bagi pasien bedah. Diagnosis menentukan arah perawatan yang akan
diberikan pada satu atau seluruh tahap pembedahan. Diagnosis
keperawatan praoperatif memungkinkan perawat untuk melakukan tindakan
pencegahan dan perawatan, sehingga asuhan keperawatan yang diberikan
selama tahap intraoperatif dan pascaanestesi sesuai dengan kebutuhan
pasien.
Berikut ini adalah diagnosis keperawatan
keperawatan yang lazim dilaksanakan.

berdasarkan

pengkajian

Ansietas berhiubungan dengan kurang pengetahuan tentang


pembedahan yang akan dilaksanakan dan hasil akhir
pascaoperatif.
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan prognosis
pembedahan, ancaman kehilangan organ atau fungsi tubuh dari
prosedur pembedahan, dan ketidakmampuan menggali koping
efektif.
Kurang
pengetahuan
tentang
implikasi
pembedahan
berhubungan dengan kurang penglaman tentang operasi,
kesalahan informasi.

RENCANA KEPERAWATAN PRAOPERATIF


Pasien bedah perlu diikutsertakan dalam pembuatan rencana perawatan.
Dengan melibatkan pasien sejak awal, kesulitan pelaksanaan rencana
asuhan keperawatan bedah, risiko pembedahan, dan komplikasi
pascaoperatif dapat diminimalkan. Misalnya, riset keperawatan menunjukkan
bahwa penyuluhan praoperatif yang diberikan secara terstruktur dapat
mempersingkat waktu rawat pasien di rumah sakit (Dalayon(1994) dalam
Potter (2006)).
Rasa takut pasien yang telah diinformasikan tentang pembedahan akan
menurun dan pasien akan mempersiapkan diri untuk berpartisipasi dalam
tahap pemulihan pascaoperatif sehingga hasil yang diharapkan dapat
tercapai (Potter, 2006). Keluarga juga merupakan elemen penting dalam
memahami hasil akhir yang telah ditetapkan untuk mencapai
pemulihan.Pada setiap diagnosis, perawat menetapkan tujuan perawatan

dan hasil akhir yang harus dicapai untuk memastikan pemulihan atau
mempertahankan status praoperatif pasien.
Untuk pasien bedah sehari, tahap perencanaan praoperatif dilakukan di
rumah atau di unit bedah sehari pada pagi hari sebelum pasien menjalani
operasi. Idealnya, tahap ini dilakukan di rumah dengan cara perawat
menelepon pasien di rumah dan di unit bedah dan/ atau tempat praktik
dokter dan menjelasakan tentang informasi dan instruksi praoperatif. Cara ini
memberi waktu pada pasien untuk memikirkan operasi yang akan
dijalaninya, melakukan persiapan fisik yang diperlukan (misalnya, mengubah
diet atau berhenti minum obat), dan bertanya tentang prosedur
pascaoperatif. Pasien bedah sehari biasanya pulang ke rumah pada hari yang
sama dengan di laksanakannya prosedur operasi. Keluarga atau pasangan
pasien juga dapat berperan sebagai pendukung aktif bagi pasien.
Rencana keperawatan berikut merupakan hal yang lazim dilaksanakan pada
periode praoperatif dari ruang rawat inap dan bagian emergensi. Penetapan
tujuan dalam waktu 1 x 24 jam hanya dikhususkan apabila pembedahan
dilakukan secara efektif dari ruang rawat inap.
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
pembedahan yang
akan dilaksanakan dan hasil akhir
pascaoperatif.
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam tingkat kecemasan pasien
berkurang atau hilang.
Kriteria hasil:

Pasien menyatakan kecemasannya berkurang

Pasien mampu mengenali perasaan ansietasnya

Pasien dapat mengidentifikasikan penyebab atau faktor


yang memengaruhi ansietasnya

Pasien kooperatif terhadap tindakan

Wajah pasien tampak rileks

Intervensi
Mandiri

Rasional

Bantu pasien mengekspresikan Ansietas


perasaan marah, kehilangan, dan memberikan
takut.
jantung.

berkelanjutan
dampak
serangan

Kaji tanda asietas verbal dan Reaksi


verbal/nonverbal
dapat
nonverbal. Dampingi pasien dan menunjukkan rasa agitasi, marah,
lakukan tindakan bila pasien mulai dan gelisah.
menunjukkan prilaku merusak.
Jelaskan
tentang
prosedur Pasien yang teradapatasi dengan
pembedahan sesuai jenis operasi.
prosedur pembedahan yang akan
dilaluinya
akan
merasa
lebih
nyaman.
Beri dukungan prabedah

Hubungan emosional yang baik


antara perawat dan pasien akan
mememgaruhi peneriamaan pasien
terhadap
pembedahan.
Aktif
mendengar semua kekhawatiran
dan keprihatinan pasien adalah
bagain
penting
dari
evaluasi
praoperatif. Keterbukaan mengenai
tindakan
bedah
yang
akan
dilakukan, pilihan anestesi, dan
perubahan
atau
kejadian
pascaoperatif
yang
diharapkan
akan
menghilangkan
banyak
ketakutan tak berdasar terhadap
anestesi.
Bagi
sebagian
besar
pasien,
pembedahan
adalah
suatu
peristiwa hidup yang bermakna.
Kemampuan perawat dan dokter
untuk memandang pasien dan
keluarganya sebagai manusia yang
layak untuk didengarkan dan
diminta pendapat ikut menentukan
hasil pembedahan.
Egbert
et
al.
Gruendemann

(1963)

dalam
(2006)

memperlihatkan bahwa kecemasan


pasien yang dikunjungi dan diminta
pendapat sebelum operasi akan
berkurang saat tiba di kamar
operasi dibandingkan mereka yang
hanya sekedar diberi premedikasi
dengan fenobarbital. Kelompok
yang
mendapat
premedikasi
melaporkan rasa mengantuk, tetapi
tetap cemas.
Hindari konfrontasi

Konfrontasi dapat meningkatkan


rasa marah, menurunkan kerja
sama, dan mungkin memperlambat
penyembuhan.

Beri lingkungan yang tenang dan Mengurangi rangsangan eksternal


suasana penuh istirahat.
yang tidak diperlukan.
Tingkatkan kontrol sensasi pasien.

Kontrol sensasi pasien dalam


menurunkan ketakutan dengan
cara memberikan informasi tentang
keadaan pasien, menekankan pada
penghargaan terhadap sumbersumber koping (pertahanan diri)
yang positif, membantu latihan
relaksasi
dan
teknik-teknik
pengalihan,
dan
memberikan
respons balik yang positif.

Orientasikan
pasien
terhadap Orientasi
dapat
prosedur rutin dan aktivitas yang kecemasan.
diharapkan.

menurunkan

Beri kesempatan kepada pasien Dapat menghilangkan keteganganuntuk


mengungkapkan ketegangan terhadap kehawatiran
ansietasnya.
yang tidak diekpresikan.
Berikan privasi untuk pasien dan Memberi
waktu
untuk
orang terdekat.
mengekspresikan
perasaan,
menghilangkan rasa cemas, dan
prilaku
adaptasi.
Kehadiran
keluarga dan teman-teman yang

dipilih pasien untuk menemani


aktivitas
pengalih
(misalnya:
membaca
akan
menurunkan
perasaan terisolasi).
Kolaborasi
Berikan anticemas sesuai indikasi, Meningkatkan
relaksasi
contohnya diazepam.
menurunkan kecemasan.

dan

Koping individu tidak efektif berhubungan dengan prognosis


pembelahan, ancaman kehilangan organ atau fungsi tubuh dari
prosedur pembedahan, dan ketidakmampuan menggali koping
efektif.
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam pasien mampu mengembangkan
koping yang positif.
Kriteria evaluasi:

Pasien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan.

Pasien mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang


terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi.

Pasien mampu menyatakan peneriamaan diri terhadap situasi.

Pasien mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep


diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif.
Intervensi

Rasional

Mandiri
Kaji perubahan dari gangguan Menentukan bantuan
persepsi dan hubungan dengan dalam
menyusun
derajat ketidakmampuan.
perawatan
atau
intervensi.

individual
rencana
pemilihan

Identifikasi arti dari kehilangan Beberapa pasien dapat menerima


atau disfungsi pada pasien.
dan mengatur perubahan fungsi
secara efektif dengan sedikit
penyesuaian diri, sedangkan yang
lain mempunyai kesulitan dalam

membandingkan mengenal,
mengatur kekurangan.
Anjurkan
pasien
mengekspresikan perasaan.

dan

untuk Menunjukkan
penerimaan,
membantu pasien untuk mengenal
dan mulai menyesuaikan dengan
perasaan tersebut.

Catat ketika pasien menyatakan Mendukung penolakan terhadap


sekarat,
mengingkari,
dan bagian
tubuh
atau
perasaan
menyatakan inilah kematian.
negatif terhadap gambaran tubuh
dan
kemampuan
yang
menunjukkan
kebutuhan
dan
intervensi
serta
dukungan
emosional.
Mengingatkan pasien tentang fakta
dan realita bahwa pasien masih
dapat menggunakan sisi yang sakit
dan belajar mengontrol sisi yang
sehat.

Membantu pasien untuk melihat


bahwa perawat menerima kedua
bagian sebagai bagian dari seluruh
tubuh. Mengizinkan pasien untuk
meraskan adanya harapan dan
mulai menerima situasi baru.

Bantu dan anjurkan perawatan Membantu meningkatkan perasaan


yang
baik
dan
memperbaiki harga diri dan mengontrol lebih
kebiasaan.
dari satu area kehidupan.
Anjurkan orang terdekat pasien
untuk
mengizinkan
pasien
melakukan
hal
sebanyakbanyaknya.

Menghidupkan kembali perasaan


kemandirian
dan
membantu
perkembangan harga diri serta
memengaruhi proses rehabilitasi.

Dukung prilaku atau usaha seperti Pasien dapat beradaptasi terhadap


peningkatan minat atau partisipasi perubahan dan pengertian tentang
dalam aktivitas rehabilitasi.
peran individu masa mendatang.
Dukung penggunaan alat-alat yang
dapat membuat pasien, tongkat,
alat bantu jalan, tas panjang untuk
kateter.

Meningkatkan kemandirian untuk


membantu pemenuhan kebutuhan
fisik dan menunjukkan posisi untuk
lebih aktif dalam kegiatan sosial.

Monitor gangguan tidur, kesulitan Dapat mengindikasikan terjadinya


berkonsentrasi,
letargi,
dan depresi. Umumnya memerlukan
meanrik diri.
intervensi dan evaluasi lebih lanjut.
Kolaborasi
Rujuk pada ahli neuropsikologi dan Dapat memfasilitasi perubbahan
konseling bila ada indikasi.
peran
yang
penting
untuk
perkembangan perasaan.

Kurangnya
pengetahuan
tentang
implikasi
pembedahan
berhubungan dengan kurang pengalaman tentang operasi dan
kesalahan informasi.
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam pengetahuan pasien dan keluarga
tentang pembedahan dapat terpenuhi.
Kriteria evaluasi:

Pasien dan keluarga mengetahui jadwal pembedahan.

Pasien dan keluarga kooperatif pada setiap intervensi keperawatan.

Pasien dan keluarga secara subjektif menyatakan bersedia dan


termotivasi untuk melakukan aturan atau prosedur prabedah yang telah
dijelaskan.

Pasien dan keluarga memahami tahap-tahap intraoperatif daan


pascaanestesi.

Pasien dan keluarga mampu mengulang kembali secara narasi


mengenai itervensi prosedur pascaanestesi.

Pasien dan keluarga mengunkapkan alasan pada setiap instruksi dan


latihan praoperatif.

Pasien dan keluarga memahami respons pembedahan secara


fisiologis dan psikologis.

Secara subjektif pasien menyatakan rasa nyaman dan relaksasi


emosinonal.

Pasien mampu menghindarkan cedera selama periode perioperatif.

Intervensi

Rasional

Kaji tingkat pengetahuan dan Menjadi


data
dasar
untuk
sumber
informasi
yang
telah memberikan pendidikan kesehatan
diterima.
dan mengklarifikasi sumber yang
tidak jelas.
Diskusikan
pembedahan.

perihal

jadwal Pasien
dan
keluarga
harus
diberikan
mengenai
waktu
dimulianya pembedahan. Apabila
rumah sakit mempunyai jadwal
kamar operasi yang padat, maka
lebih baik pasien dan keluarga
diberitahukan tentang banyaknya
jadwal operasi yang telah ditetapkn
sebelum pasien.

Diskusikan
perihal
pembedahan.

lamanya Kurang
bijaksana
bila
memberitahukan
pasien
dan
keluarganya tenetang lamanya
waktu operasi yang akan dijalani.
Penundaan yang tidak antisipasi
dapat terjadi karena berbagai
alasan.
Apabila
pasien
tidak
kembali
pada
waktu
yang
diharapkan, maka keluarga akan
menjadi sangat cemas. Anggota
keluarga harus menunggu di ruang
tunggu bedah untuk mendapat
berita yang terbaru dari staf.

Lakukan
pendidikan
paroperatif.

kesehatan Manfaat dasri instruksi praoperatif


telah dikenal sejak lama. Setiap
pasien diajarkan sebagai seorang
individu,
dengan
mempertimbangkan
segala
keunikan
tingkat
ansietas,
kebutuhan,
dan
harapanharapannya.

Programkan
instruksi
yang Jika sisi
didasrkan pada kebutuhan individu, beberapa

penyuluhan
hari

dilakukan
sebelum

direncanakan,
diimplementasikan
yang tepat.

pada

dan pembedahan,
maka
pasien
waktu mungkin tidak ingat tentang apa
yang telah dikatakan. Jika instruksi
diberikan terlalu dekat dengan
waktu pembedahan, maka pasien
mungkin
tidak
dapat
berkonsentrasi atau belajar karena
ansietas dan efek dari medikasi
praanestesi.

Beritahu persiapan pembedahan.

Persiapan intestinal.

Persiapan kulit.

Pembersihan dengan enema atau


laksatif mungkin dilakukan pada
malam
sebelum
operasi
dan
diulang
jika
tidak
efektif.
Pembersihan ini dilakukan untuk
mencegah
defekasi
selama
anestesi atau untuk mencegah
trauma yang tidak diinginkan pada
intestinal
selama
pembedahan
abdomen.

Tujuan dari persiapan kulit


praoperatif
adalah
untuk
mengurangi sumber bakteri tanpa
mencederai kulit. Bila ada waktu,
seperti pada bedah efektif, pasien
dapat
diinstruksikan
untuk
menggunakan
sabun
yang
mengandung deterjen germisida
untuk membersihkan area kulit
selama beberapa hari sebelum
pembedahan. Hal ini dilakukan
untuk
mengurangi
jumlah
organisme
yang
ada
kulit.
Persiapan ini dapat dilakukan di
rumah.

Sebelum pembedahan, pasien


harus mandi air hangat, relaksasi,
serta menggunakan sabun yang

mengandung iodine. Meskipun hal


ini sering dilakukan pada hari
pembedahan,
tetapi
jadwal
pembedahan
membuat
hal
tersebut dilakukan pada malam
sebelumnya.

Tujuan menjadwalkan mandi


pembersihan
sedekat
mungkin
dengan waktu pembedahan adalah
untuk
mengurangi
risiko
kontaminasi kulit terhadap luka
bedah. Mencuci rambut sehari
sebelum
pembedahan
sangat
disarankan kecuali kondisi pasien
tidak memungkinkan hal tersebut.

Pembersihan area operasi.

Kulit di sekitar area operatif sangat


disarankan untuk tidak dicukur.
Selama mencukur, kulit mungkin
mengalami cedera oleh silet dan
menjadi pintu masuknya bakteri.
Jaringan yang cedera ini dapat
menjadi
tempat
pertumbuhan
bakteri. Selain itu, semakin jauh
interval
antara
bercukur
dan
operasi, maka makin tinggi pula
angka infeksi luka paroperatif. Kulit
yang dibersihkan dengan baik
tetapi tidak cukur lebih jarang
menyulitkan
dibanding
dengan
kulit yang dicukur.

Pencukuran area operasi.

Pencukuran area operasi dilakukan


apabila protkol lembaga atau ahli
bedah mengharuskan kulit untuk
dicukur.
Pasien
diberitahukan
tentang
prosedur
mencukur,
dibaringkan dalam posisi yang
nyaman,
dan
tidak
memajan
bagian yang tidak perlu.

Informsikan
perihal
pembedahan.

persiapan
Istirahat merupakan hal yang
penting
untuk
penyembuhan
normal.
Kecemasan
tentang
Persiapan istirahat dan tidur.
pembedahan dapat dengan mudah
mengganggu kemampuan untuk
istirahat
atau
tidur.
Kondisi
penyakit
yang
membutuhkan
tindakan pembedahan mungkin
akan menimbulkan rasa nyeri yang
hebat
sehingga
mengganggu
istirahat.

Perawat harus memberikan


lingkungan
yang
tenang
dan
nyaman untuk pasien. Dokter
sering memberi obat hipnotiksedatif atau antiansietas pada
malam hari sebelum pembedahan.
Obat-obatan
hipnotik-sedatif
seperti
flurazepam
(Dalmane)
dapat
menyebabkan
dan
mempercepat pasein tidur. Obatobatan
antianietas,
misalnya:
alprazolam (xanax) dan diazepam
(Valium), bekerja pada korteks
serebral dan sistem limbik untuk
menghilangkan ansietas.

Persiapan
kosmetik.

rambut

dan Untuk
menghindari
cedera,
perawat meminta pasien untuk
melepas jepit rambutnya sebelum
masuk ke ruang operasi. Rambut
palsu juga harus di lepas. Rambut
panjang dapat dikepang agar tetap
pada tempatnya. Pasien harus
memakai tutup kepala sebelum
memasuki ruang operasi.
Selama dan setelah pembedahan,
ahli
anestesi
dan
perawat
mengakaji kulit dan membran

mukosa untuk menentukan status


oksigenasi dan sirkulasi pasien.
Oleh karena itu, seluruh riasan
muka
seperti
lipstik,
bedak,
pemerah muka, dan cat kuku harus
dihilangkan untuk memperlihatkan
warna kulit dan kuku yang normal.

Pemeriksaan
alat
(protese) dan perhiasan.

bantu Semua alat bantu dan perhiasan


harus dilepas.

Persiapan administrasi
informed consent.

Ajarkan aktivitas pascaoperasi.

Latihan panas diafragma.

dan Pasien
sudah
menyelesaikan
administrasi
dan
mengetahui
perihal biaya pembedahan. Pasien
sudah mendapat penjelasan dan
menandatangani
informed
consent.

Salah satu tujuan dari asuhan


keperawatan praoperatif adalah
untuk mengajarkan pasien cara
untuk meningkatkan ventilasi paru
dan oksigenasi darah setalah
anestesi umum. Hal ini dicapai
dengan memeragakan pada pasien
bagaimana
melakukan
napas
dalam, napas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal), dan
bagaimana mengembuskan napas
dengan lambat. Pasien diposisikan
dalam
posisi
duduk
untuk
memberikan ekspansi paru yang
maksimum.

Peranapasan
diafragma
mengacu pada pendataran rongga
dafragma
selama
inspirasi
sehingga
mengakibatkan
pembesaran abdomen bagian atas
sejalan dengan desakan udara
masuk. Selama ekspirasi, otot-otot

abdomen akan berkontraksi.

Ajarkan latihan batuk efektif


Tujuan dari latihan batuk
dan
gunakan
bantal
untuk efektif adalah untuk memobilisasi
mengurangi respons nyeri.
sekret sehingga dapat dikeluarkan.
Napas
dalam
yang
dilkukan
sebelum batuk akan merangsang
refleks batuk. Jika pasien tidak
dapat batuk secara efektif, maka
dapat terjadi pneumonia hipostatik
atau komplikasi paru lainnya.

Bila akan dilakukan insisi


abdomen
atau
toraks,
maka
perawat memeragakan bagaimana
cara
menyokong
garis
insisi
sehingga
tekanan
dapat
diminimalisasikan dan nyeri dapat
di kontrol.
Ajarkan aktivitas pascaoperasi

Latihan tungkai.

Tujuan
peningkatan
pergerakan tubuh secara hati-hati
setalah operasi adalah untuk
memperbaiki sirkulasi, mencegah
statis vena, dan menunjang fungsi
pernapasan yang optimal.

Pasien ditunjukkan bagaimana


cara untuk berbalik dari satu sisi ke
sisi lainnya dan mengambil posisi
lateral. Posisi ini akan digunakan
setelah operasi (bahkan sebelum
pasien sadar) dan dipertahankan
setiap dua jam.

Latihan ekstremitas meliputi


ekstensi dan fleksi lutut dan sendi
panggul
(sama
dengan
mengendarai sepeda tapi dengan
posisi berbaring miring). Telapak
kaki diputar seperti
membuat
lingkaran sebesar mungkin. Siku

dan bahu juga ditalih ROM. Pada


awalnya pasien akan dibantu dan
diingatkan
untuk
melakukan
latihan ini, tetapi selanjutnya
dianjurkan
untuk
melakukan
latihan secara mandiri. Tonus oto
dipertahankan sehingga ambulasi
akan lebih mudah dilakukan.

Perawat diingatkan untuk


tetap menggunakan pergerakan
tubuh
yang
tepat
dan
mengintruksikan
pasien
untuk
melakukan hal yang sama. Ketika
pasien dibringkan dalam posisi apa
saja,
tubuhnya
harus
dipertahankan dalam kelurusan
yang sesuai.
Ajarkan teknik manajemen nyeri Imobilisasi yang adekuat dapat
keperawatan
mengurangi pergerakan fragmen
tulang yang menjadi unsur utama

Atur posisi imobilisasi pada


kompresi saraf dan nyeri.
area pembedahan.

Manajemen
lingkungan:
lingkungan
tenang,
batasi
pengunjung
dan
istirahatkan
pasien.

Lingkungan yang tenang akan


menurunkan
stimulasi
nyeri
ekskternal.
Pembatasan
pengunjung
akan
membantu
meingkatkan kondisi O2 ruangan
yang akan berkurnga apabila
banyak pengunjung yang berada di
ruangan.
Istirahat
akan
menurunkan kebutuhan O2 jaringan
perifer.

Ajarkan teknik distraksi untuk Distraksi (pengalihan perhatian)


mengurangi nyeri.
dapat menrunkan stimulasi internal
dengan mekanisme peningkatan
produksi endorfin dan enkefalin
yang dapat memblokir serptor
nyeri untuk tidak dikirimkan ke

korteks
sereberi,
sehingga
menurunkan persepsi nyeri.

Berikan manajemen sentuhan.

Manajemen sentuhan pada saat


nyeri berupa bentuk dukungan
psikologis yang dapat membantu
menurunkan nyeri. Masase ringan
dapat meningkatkan aliran dan
suplai darah serta oksigen ke area
nyeri.

Beritahu pasien dan keluarga Pasien akan mendapat manfaat


kapan pasien bisa dikunjungi.
bila
mengetahui
kapan
keluarganya dan temannya bisa
dikunjungi setelah pembedahan.

TRANSPORTASI KE RUANGAN PRABEDAH


Transportasi biasanya dilakukan dengan menggunakan brankar atau kursi
roda. Idealnya, perawat yang merawat pasien akan mangantar dan
menemani pasien hingga ke ruangan transir sementara. Pendekatan
psikologis dengan membicarakan kondisi rutin selain pembedahan dapat
membantu pasien untuk lebih santai.
Ruang Prabedah
Pengkajian
Di sebagian besar rumah sakit, pasien lebih dulu masuk ke ruang
prabedah.Pasien dipindahkan ke ruang prabedah di atas tempat tidur atau
barankar sekitar 15-30 menit sebelum anestesi dimulai.Barankar harus
senyaman mungkin, dengan jumlah selimut yang cukup untuk memastikan
pasien tidak kedinginan.Bantal kecil di kepala bisasnya diperbolehkan.
Di ruang prabedah, pasien akan bertemu dengan
menggunakan pakaian dan wajah tertutup masker
pengontrolan infeksi rumah sakit. Pada kondisi
ditemani oleh orang terdekat. Suasana ruangan
memberikan kondisi yang berbeda pada pasien.

staf ruang operasi yang


sesuai dengan kebijakan
ini, pasien sudah tidak
yang terasa sunyi akan

Perawat ruang transit sementara akan melakukan pengkajian pasien,


meliputi keabsahan pasien, jenis pembedahan, kamar operasi yang akan
dimasuki, jenis anestesi yanga akan digunakan, kelengkapan pemeriksaan
dagnostik, dan kelengkapan sarana pembedahan.
Meskipun pasien sudah mendapat medikasi paraoperatif, tampak
mengantuk, dan terlihat aman di atas brankar dengan sabuk pelindung di
atasnya, tetapi seorang perawat harus selalu ada di dekatnya. Dengan
menugaskan perawat bersama pasien akan memberikan ketenangan dan
keamanan. Ketenangan dapat dikomunikasikan secara verbal atau nonvebal
melalui ekspresi wajah, tingkah laku, genggaman hangat pada tangan, dan
memperlihatkan wajah yang ramah oleh perawat yang membantu
menyiapkan pasien sebelum dipindahkan ke ruang bedah atau ahli anestesi
yang telah mengunjungi pasien sehari sebelum hari pembedahan.
Diagnosis keperawatan
Di ruang prabedah, diagnosis keperawatan yang paling lazim ditegakkan
adalah sebagai berikut :
1.

Kecemasan berhubungan dengan suasana menjelang pembedahan

2.
Resiko cedera perioperatif berhubungan dengan prosedur premedikasi
anestesi
Rencana Intervensi dan Kriteria Evluasi
Kecemasan
berhubungan
pembedahan

dengan

suasana

menjelang

Tujuan: Kecemasan pasien teradaptasi


Kriteria evalusasi: Pasien kooperatif terhadap intervensi prainduksi
anestesi dan pasien mendapat dukungan prainduksi.
Intervensi

Rasional

Saat
pasien
masuk
ruang
sementara, sambut dengan ramah
dan
panggil
pasien
dengan
namanya.

Pasien yang merasa diterima oleh


petugas ruang sementara akan
mendapatkan dukungan psikologis
yang menurunkan stimulus rasa
cemas.
Pemanggilan
memberikan

nama
rasa aman

akan
pada

pasien dan menegaskan bahwa


dia merupakan pasien yang benar
untuk mendapat intervensi.
Bantu pasien untuk mengganti Pasien
dengan
pembedahan
pakaian
rawat
inap
dengan efektif dari ruangan akan diganti
pakaian kamar bedah.
bajunya di ruang prabedah.
Beri lingkungan yang tenang dan Mengurangi rangsangan eksternal
jangan
berbicara
tentang yang tidak diperlukan. Suasana
pembedahan.
tenang
akan
meningkatkan
efektifitas pemberian premedikasi.
Perbincangan
yang
tidak
menyenangkan atau percakapan
harus dihindari karena dapat
diartikan bereda oleh pasien yang
mendapatkan sedatif.
Orientsikan
pasien
terhadap Orientsi
dapat
prosedur prainduksi dan aktivitas kecemasan.
yang diharapkan.

menurunkan

Beri kesempatan kepada pasien Dapat menghilangkan ketegangan


untuk mengungkapkan ansitesnya. terhadap keahwatiran yang tidak
diekspresikan.

Resiko cedera perioperatif berhubungan dengan prosedur premedikasi


anestesi
Intervensi

Rasional

Jelaskan prosedur rutin prabedah

Perawat perioperatif menjelaskan


tahap-tahap
yang
akan
dilaksanakan untuk menyiapkan
pasien menjalani pembedahan

Periksa tanda-tanda vital prabedah

Prosedur standar dalam melakukan


prainduksi
bedah
dengan
membandingkan hasil tanda-tanda
vital sewaktu di ruang rawat inap

Siapkan sarana kateter IV dan obat- Piata

anestesi

biasanya

obatan premediksi

mempersiapkan sarana kateter IV


yang
berukuran
besar
agar
pemasukan cairan menjadi lebih
mudah
Obat-obat
premediksi
dipertimbangkan secara individual .
prosedur premediksi juga harus
diadaptasikan
setelah
mempertimbangkan
factor
lain,
misalnya
lama
pembedahan
keseluruhan
dan
kebutuhan
pemulihan pasca bedah yang
segera pencapaian pemulihan dan
aktivitas yang cepat sangat penting
dalam konteks
Obat yang paling sering digunakan
pada
premediksi
adalah
dari
golongan
benzodiazepine
.diazepam
adalah
salah
satu
golongan
benzodiazepine
yang
mempunyai sifat tidak larut air
sehingga apabila dilarutkan dengan
air steril akan memberikan rasa
nyeri pada pemberian intravena.
Waktu paruh eliminasi diazepam
adalah kira-kira 21-37 jam (kee,
1996)
sehingga
tidak
dipertimbangkann pada pemberian
pasien one day surgery.

Lakukan pemasangan kateterIV dan Di dalam ruang sementara ,


pertimbangan
pemberian
agen perawat, perawat anestesi. Atau
premediksi
ahli anestesi memasang kareter
infuse ketangan pasien untuk
memberikan
prosedur
rutin
penggantian cairan dan obatobatan
melalui
intravena.
Pemasangan kateter IV di ruang
prabedah
berfungsi
untuk

mempermudah
premediksi.

intervensi

Lakukan pengiriman pasien ke kamar Perawat memindahkan pasien ke


operasi
kamar
operasi
dengan
menggunakan
brankar
dengan
pagar terpasang, pasien biasanya
masih
sadar
dan
akan
memperhatikan perawat dan dokter
menggunakan
masker,
pakain
khusus, dan penutup mata untuk
pembedahan secara lengkap.
Lakukan pengaturan posisi pada saat
pemindahan
pasien
yang
tidak
memerlukan anestesi dari brankar ke
meja operasi

Pasien
dengan
pembedahan
dengan posisi terlentang yang tidak
menggunakan
anestesi
memerlukan
pengaturan
posisi
dengan
hati-hati.
Petugas
memindahkan pasien ke atas meja
operasi .pastikan brankar dan meja
operasi telah terkunci.

ASUHAN KEPERAWATAN INTRAOPERATIF


Ns. Nurman Jaya, S. Kep,. MM
Fase intraoperatif adalah suatu masa di mana pasien sudah berada di meja
pembedahan sampai ke ruang pulih sadar.Asuhan keperawatan intraoperatif
merupakan salah satu fase asuhan yang dilewati pasien bedah dan
diarahkan pada peningkatan keefektifan hasil pembedahan.
Pengkajian yang dilkukan perawat introperatif lebih kompleks dan harus
dilakukan secara cepat dan ringkas agar dapat segera dilakukan tindakan

keperawatan yang sesuai. Kemampuan dalam mengenali masalah pasien


yang bersifat risiko atau aktual akan di dapatkan berdasarkan pada tujuan
yang diprioritaskan. Koordinasi seluruh anggota tim intraoperatif, dan
melibatkan tindakan independen dan dependen.
PATOFISIOLOGI KE MASALAH KEPERAWATAN
Pada fase intraoperatif, pasien akan mengalami berbagai prosedur. Prosedur
pemberian anestesi, pengaturan posisi bedah, manajemen asepsis, dan
prosedur tindakan invasif akan memberikan implikasi pada masalah
keperawatan yang akan muncul. Peran (lanjut ke peta konsep) perawat
intraoperatif adalah berusaha untuk meminimalkan risiko cedera dan risiko
infeksi yang merupakan dampak yang akan terjadi dari setiap prosedur
bedah.
Pada pelaksanaannya, proses keperawatan intraoperatif membutuhkan
persiapan yang baik dan pengetahuan tentang proses yang terjadi selama
prosedur pembedahan dilaksanakan. Proses keperawatan intraoperatif terdiri
dari proses keperawatan pemberian anestesi umum, proses keperawatan
pemberian anestesi regional, proses keperawatan prosedur intrabedah dan
proses keperawatan pengiriman ke ruang pemulihan.
PROSES KEPERAWATAN PEMBERIAN ANESTESI UMUM

Pengkajian
Pasien yang sudah mendapatkan premedikasi akan terlihat mengantuk,
tetapi masih sadar. Pada kondisi ini pasien akan memperhatikan kondisi
kamar bedah dan melihat petugas yang menggunakan pakaian yang
tertutup, lampu operasi, dan sarana pembedahan yang akan menakutkan
kondisi psikologis pasien. Penata anestesi sangat berperan dalam
memberikan dukungan prainduksi agar pasien dapat kooperatif dengan
intervensi anestesi.
Pemberian anestesi secara umum merupakan tanggung jawab dokter
anestesi, sedangkan penata anestesi berperan mempersiapkan obat-obatan,
alat, dan sarana pemberian anestesi. Kenyataan di Indonesia, pemberian
anestesi secara keseluruhan dapat dilakukan oleh penata anestesi yang
mendapat pelimpahan tanggung jawab dari ahli anestesi. Hal ini
memberikan tantangan tersendiri bagi perawat anestesi agar dapat
melakukan proses keperawatan secara komprehensif pada prosedur anestesi

sejak menerima, mempersiapkan, dan memberikan prosedur anestesi


umum.
Pemberina anestesi umumnya dilakukan pada saat pasien berada di atas
meja bedah.Tetapi pada keadaan tertentu, dimana dalam pengaturan posisi
bedah memerlukan anestesi lebih dahulu, maka pemberian anestesi
dilakukan di atas brankar sebelum pasien dipindahkan ke meja bedah.
Pemberian anestesi umum akan membuat pasien kehilangan seluruh sensasi
dan kesadarannya. Relaksasi oto mempermudah manipulasi anggota tubuh.
Pasien juga mengalami amnesia tentang seluruh proses yang terjadi selama
pembedahan.
Diagnosa Keperawatan
Pada pemberian anestesi umum selama intrabedah, diagnosa keperawatan
yang paling lazim ditemukan adalah: Risiko cedera intraoperatif
berhubungan dengan prosedur anestesi umum.
Rencana Intervensi dan Kriteria Evaluasi
Risiko cedera intraoperatif
anestesi umum

berhubungan

dengan

prosedur

Tujuan: Risiko cedera intraoperatif sekunder dari intervensi anestesi


umum tidak terjadi.
Kriteria evaluasi:

Pasien kooperatif terhadap intervensi anestesi.

Pasien dapat menjadi tidak sadar sesuai tahapan anestesi umum.

Intervensi

Rasional

Kaji ulang identitas pasien

Perawat ruang operasi memeriksa


kembali identifikasi dan kardeks
pasien; melihat kembali lembar
persetujuan
tindakan,
riwayat
kesehatan,
hasil
pemeriksaan
fisik,
dan
berbagai
hasil
pemeriksaan; memastikan bahwa
alat protese dan barang berharga
telah dilepas; dan mermeriksa
kembali
rencana
perawatan

praoperatif
yang
dengan
rencana
intraoperatif.

berkaitan
perawtan

Siapkan obat-obatan
anestesi umum.

pemberian Obat-obatan
anestesi
yang
dipersiapkan
meliputi
obat
pelemas otot danobat anestesi
umum.
Intubasi
endotrakeal
dilakukan
setelah
pemberian
pelemas otot kerja singkat seperti
suksinikolin (Anectine, Burroughs
Wellcome)
dan
mivikurium
(Mivicron, Burroughs Wellcome),
atau obat yang bekerja lebih lama
misalnya vekuronium (Norcuron,
Organon)
atau
atrakurium
(Tracium, Burroughs Wellcome).
Anestesi umum dapat diinduksi
dengan obat intravena misalnya
metoheksital (Brevital sodium,
Lilly), tiopental (Sodium Pentothal,
Abbott),
atau
propofol
(Gruendemann, 2006).

Siapkan
alat-alat
endotrakeal.

intubasi Intubasi endotrakeal digunkan


untuk menjaga kepatenan jalan
napas
intraoperasi.
Penata
anestesi memeriksa kondisi lampu
pada laringoskop dan apakah
kondisi
selang
endotrakeal
berfungsi
optimal
sebelum
pemasangan dilakukan. Penata
anestesi
harus
mempertimbangkan faktor umum
dan
kondisi
penyulit
dalam
melakukan
intubasi
pada
pemilihan
persiapan
sarana
intubasi. Misalnya, pada anak kecil
akan digunakan laringoskop dan
selang
endotrakeal
yang

ukurannya sesuai.
Siapkan sarana pemantauan dasar.

Pemilihan
dan
pemeliharaan
peralatan
anestesi
dan
perlengkapannya
biasanya
menjadi taggung jawab penata
anestesi.
Alat dan sarana yang disikan
merupakan sarana atau perangkat
pemantauan (monitoring) dasar,
meliputi:

Siapkan
obat
emergensi.

dan

Stetoskop preekordial

Pengukuran tekanan darah

Oksimetri pulsasi.

peralatan Selain
pemantau,
peralatan
darurat dasar, obat-obatan, dan
protokol pengobatan juga harus
tersedia. Defivrilator juga harus
dipastikan
berfungsi
baik.
Peralatan jalan napas meliputi
laringoskop, selang endotrakeal,
jalan napas oral, dan napas
faringal. Selain itu, masker dan
kantong resussitasi self-inflating
(ambu type) adalah alat yang
penting dan harus mudah diakses.

Lakukan pemasangan stetoskop


prekordial, manset tekanan darah,
monitor dasar, oksimetri pada jari,
dan
pertahankan
kelancaran
kateter IV.

Stetoskop prekordial dibiarkan


menempel
di
dada
pasien,
menyalurkan informasi mengenai
operasi mekanis jantung dan
adanya
bunyi
napas
secara
kontinu. Perubahan yang dapat
dideteksi
mencakup
bising
jantung, aksentuasi bunyi jantung
kedua, dan denyut jantung yang
abnormal.


Perawt juga memasang
manset tekanan darah. Manset
tetap terpasang pada lengan
pasien
selama
pembedahan
berlangsung
sehingga
ahli
anestesi dapat mengkaji tekana
darah pasien.

Pemasangan oksimetri dalam


penilaian saturasi oksigen pada
jari
memudahkan
perawat
anestesi mengobservasi status
respirasi pasien.

Kelancaran keteter IV dapat


menjadi prosedur dasar sebelum
memberikan
anestesi
secara
intravena.
Kaji faktor yang merugikan selama Tindakan penting yang dilakukan
pemberian anestesi intraoperatif.
dengan mengkaji faktor-faktor
penyulit selama anestesi, seperti
adanya riwayat reaksi alerfi pada
agen anestesiatau alergi terhadap
banyak
komponen,
riwayat
penyakit kardiaskuler dan paru,
masalah jalan napas, dan faktor
usia lanjut.

Riwayat alergi

Riwayat reaksi alergi pada agen


anestesi atau alergi teerhadap
banyka komponen harys diteliti
dan diperjelas oleh pasien. Untuk
menentukan
kemungkinan
timbulnya
masalah
besar,
misalnya
demam
yang
membahayakan
dan
asidosis
akibat hipertermia maligna atau
paralisis
otot
berkepanjangan
yang dijumpai pada orang dengan
pseudokolinesterase atipikal (Kee,

1996).
Evaluasi fungsi berbagai sistem
utama tubuh, terutama sistem
kardiovaskular dan pernapasan,
merupakan parameter penting
pada evaluasi pra-anestesi. Pasien
yang mengaku alergi terhadap
banyak obat mungkin sangat peka
terhadap
obat-obat
yang
melepaskan histamin, misalnya
sebagian pelemas otot, narkotik,
dan barbitturat.
Informasi mengenai eiwayat alerfi
terhadap antibiotik, zat warna
kontras, preparat indium, plester,
dan
lateks
sangat
penting.
Riwayat
reaksi
hebat
dan
mendadak dari seseorang setelah
terpajan produk atau peraltan
medis yang mengandung lateks
harus dilaporkan. Etiologi pasti
alerfi lateks tidak diketahui, tetapi
protein larut air dari lateks
tampaknya
adalah
alergen
utamanya (Gruendemann, 2006).

Riwayat
kardiovaskular dan paru.

penyakit Riwayat penyakit kardiovaskular


dan
paru
harus
mendapat
persetujuan medis dari dokter
jantung
dan
paru
sebelum
dijadwalkan menjalani prosedur
bedaha elektif. Riwayat infark
miokardium,
angina,
gagal
jantung
kongestif,
hipertensi,
diabetes,
aritmia
jantung,
penyaktit
vaskular
perifer,
merokok, penyakit paru obstruktif
menahun, atau tandur pintas
arteri
koroner
mungkin

merupakan
prediktor
untuk
morbiditas jantung pascaoperatif.

Masalah jalan napas

Masalah jalan napas yang


kondisinya kurang optimal tanpa
patologi jalan napas yang jelas,
visualisasi glotis kadang-kadang
sulit atau bahkan tidak mungkin
dilakukan.
Faktor
predisposisi
yang dapat menyulitkan intubasi
adalah leher yang pendek dan
berotot dengan gigi lengkap,
rahang bawah yang mundur
disetai sudut mandibula yang
tumpul, menonjolnya gigi seri
atas, penyempitan ruang antara
sudut-sudut mandibula disertai
palatum yang melengkung tinggi,
serta peningkatan jarak dari gigi
seri atas ke batas posterior ramus
mandibula
(Rob,
1968).
Pengamatan
klinis
tambahan
adalah apabila jarak antara dagu
ke tulang rawan tiroid kurang dari
3 atau 4 cm (lebar dua jari
tangan), maka visualisasi glotis
diperkirakan akan sulit dilakukan
(Rosenberg dan Rosenberg (1983)
dikutip Gruendemannn (2006)).

Selama
pemeriksaan
praoperatif,
pasien
dengan
riwayat apnea tidur obstruktif,
sindrom kongenital, bedah leher
atau wajah, stridor atau suara
serak, nyeri, atau parestesia
sewaktu meggerakkan leher, gigi
tanggal
atau
goyang,
atau
perangkat gigi, misalnya kawat
gigi mungkin menyulitkan kita
saat membebaskan jalan napas.

Catatan
anestesi
sebelumnya
harus
dikaji
untuk
mencari
keterangan mengenai kualitas
jalan napas, upaya laringoskopi,
dan keberhasilan intubasi. Saat
pemeriksaan fisik, ahli anestesi
atau penata aanestesi harus
secara teliti memeriksa leher,
mandibula, dan struktur serta
mobilitas mulut. Kesejajaran tiga
sumbu (oral, faring, dan trakea)
mempermudaha visualisasi laring.
Kesejajaran
sumbu-sumbu
tersebut dilakukan dengan fleksi
anterior spina servikalis bawah
ditambah ekstensi sendi atlantooksipitalis
(Rosenberg
dan
Rosenberg
(1983)
dalam
Gruendemannn (2006)).

Faktor luar

Faktor usia lanjut dimana


pasien sebelumnya menggunakan
agen
obat
antihepertensi,
antiparkison,
dan
psikotropik
merupakan obat-obat yang paling
sering
menimbulkan
reaksi
simpang pada orang tua (Kee,
1996). Pasien berusia
lanjut
cenderung tentan terhadap obatobat penekan susunan saraf
pusat. Hal ini mungkin disebabkan
oleh berkurangnya bahan-bahan
sel dan penurunan fungsi sinaps
secara
progresif.
Kecepatan
hantaran
diketahui
menurun
seiring
dengan
penuaan.
Penuruan konsentrasi alveolus
minimal
(minimal
alvolar
concentration) yang memerlukan
anestesi inhalasi pada orang tua

mungkin
disebabkan
oleh
penururna kepadatan sel di otak,
penurunan
konsumsi
oksigen
otak, dan penurunan aliran darah
otak
(Rob
(1968)
dalam
Gruendemann, (2006)).

Korteks dan regio subkorteks


yang
bertanggung
jawab
menghasilkan
neurotransmiter,
mengalami penurunan kapasitas
fungsional
terbesar
akibat
penuaan. Walaupun meknsime
peningkatan kepekaan orang tua
terhadap
obat
anestesi
dan
sedatif masih belum jelas, tetapi
proses degeneratif yang berperan
dalam peningkatan kepekaan juga
ikut
berkontribusi
tehadap
tingginya
risiko
perburukan
mental pascaoperatif yang dialami
oleh lanjut usia (McLeskey (1992)
dalam Gruendemann, (2006)).

Pada pasien usia lanjut,


penurunan aliran darah hati yang
paling diamati sebanding dengan
penurunan
keseluruhan
curah
jantung total. Penururnan aliran ini
adalah penentu utama penurunan
bersihan (clearance) obat plasma.
Pada penuaan, konsentrasi dan
fungsi
enzim
mikrosom
hati
diperkirakan tetap berada dalam
tentang normal. Penurunan aliran
darah dan berkurangnya kapasitas
fungsisonal
yang
terjadi
cenderung mempercepat penuaan
hati sehingga berisiko tinggi
mengalami
kerusakan
akibat
hipoksemia, obat, atau transfusi

darah. Penurunan aliran darah


hati, kemungkinan defisit enzim,
dan
penurunan
kemampuan
ekskretorik
ginjal
dapat
memperpanjang
waktu
parah
eliminasi beta dan memperlama
efek obat-obat yang diberikan
(Kee, 1996).

Obat-obat
pada
sistem
kardiovaskular, hati, dan ginjal
akan memberikan dampak besar
pada pemberian anestesi. Sebagai
vcontoh, propranolol tanpaknya
tidak
mengubah
kebutuhan
anestesi
pasien
dengan
insufisiensi ginjal, tetapi obat ini
dapat
menimbulkan
agitasi,
kebingungan, tremor, minoklonus,
atau kejang. Efek hipotensi dan
bradikardi darri propranolol dan
anestesi umum yang muncul
mungkin
bersifat
adiktif.
Verapamil,
suatu
penghambatsaluran
kalsium,
diketahui
dapat
menurunkan
kebutuhan aanestesi sebesar 25%
dan memperkuat pelemas otot
depolarisasi dan nondepolarisasi.
Tetapi jangka panjang dengan
bretilium
dapat
menyebabkan
hipersensitivitas terhadap obat
golongan vasopresor (McLeskey
(1992)
dalam
Gruendemann,
(2006)).
Verapamil
maupun
nifedipine
diketahi
memperlihatkan kadar digoksin
serum yang tinngi (sampai 30%),
sehingga tidak saja menurunkan
kebutuhan digoksin, tetapi juga

membuat pasien semakin berisiko


menagalami toksisitas (Chelly et
al., (1987) dalam Gruendemann,
(2006)).
Aliran
darah
yang
lamaban dan kongesti kronis hati
yang berkaitan dengan gagal
jantun
kronik
memperlambat
metabolisme obat-obat misalnya
teofili.
Pada
pasien
dengan
keadaan tersebut, waktu paruh
teofilin dalam serum adalah
sekitar 23 jam, dibandingkan
dengan nilai normal sebesar 7 jam
(Gruendemann, 2006).

Kaji adanya kelainan pada


Prosedur
untuk
menilai
prosedur dagnostik.
adanya gangguan pada organorgan vital dapat mempersulit
jalannya anestesi.

Prosedur
penilaian
laboratorium dan dagnostik harus
dilakukan seiring dengan adanya
riwayat proses penyakit dan
medikasi
yang
dikonsumsi.
Beberapa institusi menetapkan
pemeriksaan prosedur standar
pada pasien usia di atas 40 tahun,
meliputi pemeriksaan hemoglobin,
hematokrit, urinalisis, dan EKG.

EKG

Pada populasi pasien rawat inap,


EKG praoperatif yang dijalani oleh
kelompok
tertentu
dapt
memberikan
informasi
yang
menyempunakan
perencanaan
dan hail akhir keseluruhan pada
pasien pria berusia di atas 40
tahun; wanita berusia di atas 50
tahun; pasien yang menderita
penyakit arteri koroner misalnya

hipertensi,
diabetes,
atau
penyakit pembuluh darah perifer;
pasien dengan penyakit yang
mungkin berefek pada jantung
misalnya kegaansan, penyakit
kolagen vaskular, dan proses
infeksi serius. Kelompok lain yang
berisiko tinggi adalah pasien yang
mendapat obat seperti fenotiazin
dan antidepresan, mereka yang
mengalami
ketidakseimbangan
elektrolit, atau menjalani bedah
intratoraks,
intraperitoneum,
aorta, saraf elektif, atau bedah
darurat serius (Schwartz, 2000).

Hemoglobin

Kadar hemoglobin yang aman


bagi pasien direkomendasikan
lebih dari 10 g/dl. Tetapi nilai
hemoglobin yang lebih rendah
dari 10g/dl atau anemia biasnya
masih bisa ditoleransi pada orang
yang sehat karena berbagai
mekanisme kompensasi masih
aktif bekerja. Mekanisme tersebut
antara lain peningkatan curah
jantung,
penurunan
resistensi
sistemik, dan peningkatan rasio
ekstraksi
oksigen.
Namun,
keadekuatan mekanisme tersebut
dalam mengatasi stres yang
berlebihan saat pembedahan atau
pendarahan
mendadak
yang
banyak, masih dipertanyakan.
Pembahasana
akan
kurang
kontroversial jika pemerian darah
dan
produk
darah
selama
pembedahan aman 100%. Penitng
diingat
bahwa
anemia
menyebabkan
penurunan

cadangan darah dan deplesi


mekanisme kompensasi. Dengan
demikian,
nilaia
hemoglobin
praoperatif yang optimal adalah
nilai yang memiliki cadangan
cukup untuk menghadapi stres
selama prosedur pembedahan.

Urine rutin

Pemeriksaan urine rutin sperti


berat jenis urine berguna untuk
mengetahui status hidrasi pasien.
Adanya glukosa dalam urine jelas
mengindikasikan
kemungkinan
adanya diabetes dan hipovolemia
akibat
diuresis
osmotik.
Proteinuria
atau
hematuria
mengindikasikan adanya penyakit
ginjal yang serius.

Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologi praoperatif


diprlukan untuk identifikasi pasien
yang
berisiko
tinggi
atau
mendasari
penilaian
tingkat
keparahan
perubhan
paru
intraoperatif dan pascaoperatif.

Beri dukungan praanestesi

Hubungan emosional yang baaik


antara penata anestesi dan pasien
akan memegaruhi penerimaan
anestesi.

Lakukan
pemberian
secara intravena.

anestesi Pemberian
anestesi
intravena
biasanya
dilakukan
penata
anestesi dengan sepengetahuan
ahliaanestesi.
Pemberian
suksinikolin
(succinylcholine)
secara intravena sebagai obat
intravena
pertama
bertujuan
untuk menghambat saraf dan
menyebabkan paralisis pita suara
sementara dan otot pernapasan
selama
selang
endotrakeal

terpasang.
Lakukan
pemasangan
selang
endotrakeal,
pemasangan
oral
airway, dan kaji efektivitas jalan
napas.

Pemasangan
selang
endotrakeal biasanya dilakukan
ahli anestesi atau penta anestesi
dengan
diketahui
oleh
ahli
anestesi.
Selang
endotrakeal
bertujuan untuk tetap menjaga
kepatenan jalan napas, sera
mencegah
kemungkinan
terjadinya aspirasi dan komplikasi
pernapasan lainnya akibat depresi
pada brokus efek dari anestesi.

Penata
anestesi
akan
membantu
melakukan
peenekanan tulang rawan krikoid
(perasat
Sellick)
untuk
menyumbat esofagus pada saat
perasat endotrakeal dilakukan.

Pemasangan oral airway akan


menjaga kepatenan jalur napas
dan memudahkan penata anestesi
untuk memonitor kepatenan jalan
napas.

Lakukan
pemberian
napas
bantuan,
pemberian
oksigen,
pengisapan,
dan
pemberian
anestesi inhalasi.

Ahli anestesi atau penata anestesi


akan
memberikan
ventilasi
bantuan sampai efek suksinikkolin
hilang
dan
pasien
kembali
bernapas secara spontan. Mulai
saat itu, gas atau uap anestesi
biasanya diberikan secara inhalasi
melalui
selang
endotrakeal.
Beberapa obat-obatan yang sering
digunakan adalah halotan, supran,
dan foran.

Lakukan
pemantauan
status Risiko terbesar dari anestesi
kardiovaskular
dan
respirasi umum adalah efek samping obatselama pembedahan.
obatan anestesi, termasuk di

antaranya
depresi,
iritabilitas
kardiovaskular
dan
depresi
pernapasan.
Kontrol
status
kardiovaskular dan repirasi dapt
mendeteksi
risiko
kegawatan
sedini mungkin.
Lakukan pemberian cairan dan
transfusi
sesuai
kondisi
dan
lamanya pembedahan sera kontrol
keluaran urine.

Lakukan
pemberian
pemulih
anestesi
pembedahan selesai.

Dilakukan
pada
prosedur
pembedahan yang berlangsung
lama atau apabila dilakukan
antisipasi terhadap perubahan
volume
cairan
yang
besar.
Pengukuran pengeluaran cairan
dan darah secara cermat serta
perkiraan darah yang terdapat di
dalam
spons
menjadi
tugas
bersama
ahli
anestesi
dan
perawat sirkulasi. Apabila pasien
adalah
anak-anak,
penata
anestesi
sirkulasi
harus
menimbang spons operasi (1 g
setara dengan 1 ml darah) untuk
menentukan pengeluaran darah
secara
lebih
akurat.
Karena
volume darah anak lebih sedikit,
maka
perawat
harus
mengingatkan
ahli
anestesi
mengenai darah yang keluar dalm
interval
tertentu
selama
pembedahan.

obat-obat Pemberian
obat-obat
pemulih
setelah anestesi biasanya dilakukan ahli
atau penata anestesi dengan
diketahui oleh ahli anestesi.

Lakukan pembersihan jalan napas Jalan napas dibersihkan dengan


setelah
pembedahan
selesai pengisapan, dan setelah refleks
dilaksanakan.
laring dan faring pulih maka
dilakukan
ekstubasi.
Penata
anestesi tetap berada di kamar

operasi dengan ahli anestesi,


sampai pasien siap dipindahkan
ke ruang pemulihan. Secara
umum, peralatan dan instrumen
jangan dipindahkan dari ruangan
sampai pasien stabil dan siap
dipindahkan.

PROSES KEPERAWATAN PEMBERIAN ANESTESI REGIONAL


Ns. Nurman Jaya, S. Kep,. MM

Pengkajian
Pemberian anestesi regional sering dilakukan pada pembedahan
apendektomi, laporoskopi, histerektomi, persalinan pervagina atau sesar,
serta hemoroid atau reseksi trasnrusera. Pada pemberian anestesi regional
blok subaraknoid atau spinal, akar-akar saraf akan mengalami anestesi
dengan oleh agen anestesi lokal yang dimasukkan ke dalam cairan
serebrospinalis. Anestesi lokal menempati reseptor-reseptor di serat saraf
dan mencegah hantaran impuls (Kee, 1996).
Ada beberapa risiko yang mungkin timbul akibat anestesi regional, terutama
pada anestesi spinal, karena kadar anestesi mungkin dapat meningkat, yang
berarti agen anestesi dalam medula spinalis akan bergerak ke atas dan
dapat memengaruhi pernapasan.
Blok anestesi pada saraf vasomotor simpatis, serat saraf nyeri, dan motorik
menimbulkan vasodilatasi yang luas sehingga pasien dapat mengalami
penurunan tekanan darah yang tiba-tiba. Apabila kadaranestesi meningkat,
maka parlisis pernapasan dapat terjadi serta memerlukan resusitasi dari ahli
anestesi. Pasien harus dipantau secara hati-hati selama dan segera setelah
pembedahan (Potter, 2006).
Menurut (Potter, 2006), anestesi regional dapat dilakukan dengan salah satu
metode induksi berikut:

Blok saraf

Anestesi lokala disuntikkan ke dalam saraf (misalnya plekus brakialis pada


lengan).Blok suplai sarf ke tempat pembedahan.

Anestesi spinal

Ahli anestesi melakukan fungsi lumbal dan memasukkan anestesi lokal ke


dalam cairan serebrospinal pada ruang subaraknoid spinal. Anestesi akan
menyebar dari ujung prosesus xifoideus ke bagian kaki. Posisi pasien
memengaruhi pergerakan obat anestesi ke atas atau ke bawah medula
spinalis.

Anestesi epidural

Prosedur ini lebih aman daripada anestesi spinal karena obat anestesi
disuntikkan ke dalam ruang epidural di luar dura mater dan kandungan
anestesinya tidka sebesar kandungan anestesi spinal.Karena anestesi
epidrual menyebabkan hilangnya sensasi di daerah vagina dan perineum,
maka jenis anestesi ini merupakan pilihan yang terbaik untuk prosedur
kebidanan.Kateter epidural dibiarkan di dalam ruang epidural sehingga
pasien dapat menerima obat melalui infus epidural secara terus-menerus
selam pembedahan beralangsung.

Anestesi kaudal

Anestesi ini merupakan salah satu jenis anestesi epidural yang diberikan
secara lokal pada dasar tulang belakang. Efek anestesi hanya memengaruhi
daerah pelvis dan kaki.
Peran perawat perioperatif sangat penting dalam membantu pelaksanaan
pemberian anestesi regional yang dilakukan ahli anestesi, meliputi persiapan
obat, alat, sarana pemberin anestesi, pengaturan posisi yang optimal untuk
dilakukan fungsi, pengaturan fokus cahaya, dan dukungan psikologis pada
pasien.
Selama pembedahan berlangsung, pasien dengan anestesi regional akan
tetap sadar kecuali jika dilter memprogramkan pemberian transquilizer yang
dapat menyebabkan pasien tertidur. Karena pasien responsif dan dapat
beranapas secara volunter, maka ahli anestesi tidka perlu menggunakan
selang endotrakeal. Perawat harus ingat bahwa luka bakar dan cedera
lainnya dapat terjadi pada bagian tubuh yang berada di bawah pengaruh
anestesi tanpa disadari oleh pasien. Oleh karena itu, posisi ekstremitas dan

kondisi kulit pasien harus sering diobservasi.Petugas ruang operasi juga


perlu berhati-hati dengan topik yang didiskusikan selama melaksanakan
pembedahan karena pasien dapat mendengar perbincangan yang dilakukan.

Diagnosis Keperawatan
Pada kondisi pemberian anestesi regional dana intraoperatif, diagnosi
keperawatan yang paling lazim ditegakkan adalah sebagai berikut:
1.
Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan prosedur anestesi
regional.
2.

Kecemasan intraoperatif berhubungan dengan prosedur intrabedah.

Rencana Intervensi dan Kriteria Evaluasi


Risiko cedera intraoperatif
anestesi regional.

berhubungan

dengan

prosedur

Tujuan: Risiko cedera intraoperatif sekunder intervensi anestesi


regional tidak terjadi.
Kriteria evaluasi: Pasien kooperatif terhadap intervensi anestesi,
pengaruh anestesi regional dapat optimal, dan pembedahan dapat
berjalan lancar.
Intervensi

Rasional

Kaji ulang identitas pasien.

Perawat
ruang
operasi
memeriksa
kembali identifikasi dan kardeks pasien;
melihat kembali lembar persetujuan
tindakan,
riwayat
kesehatan,
hasil
pemeriksaan fisik, dan berbagai hasil
pemeriksaan; pastikan bahwa alat prtese
dan barang berharga telah dilepas; dan
memeriksa kembali rencana perawatan
praoperatif yang berkaitan dengan
rencana perawatan intraoperatif.

Siapkan
obat-obatan Obat-obat
anestesi
regional
yang
anestesi regional.
dipersiapkan untuk memudahkan ahli
anestesi dalam melakukan fungsi.

Lakukan pemasangan infus.

Memnuhi kebutuhan hidrasi intaroperasi


dan jalur penting apabila diperlukan
pemberian agen obat pada kondisi
kedaruratan.

Atur posisi pasien.

Pengaturan posisi anestesi regional


disesuaikan dengan permintaan ahli
anestesi. Atur posisi pasien untuk
memudahkan akses ahli anestesi dalam
melakukan fungsi.

Bantu ahli anestesi dalam Pemberian anestesi spinal dilakukan


melakukan desinfeksi area dengan teknik steril. Perawat membantu
fungsi.
persiapan kelengkapan alat dan sarana
yang diperlukan dalam desinfeksi area
fungsi.
Beri dukungan psikologis Pada saat ahli anestesi melakukan
pada saat ahli anestesi fungsi,
pasien
akan
cenderung
melakukan fungsi.
melakukan pergerakan. Sebelum hal
tersebut terjadi, perawat praoperatif
perlu memberikan penjelasan bahwa
fungsi tidak memberikan rasa sakit dan
dianjurkan pasien kooperatif sewaktu
fungsi dilakukan.
Lakukan pemberian oksigen Pemenuhan oksegenasi yang diperlukan
via nasal.
pasien setelah dilakukan anestesi spinal.
Lakukan pemantauan pada
statsu kardiovaskular dan
respirasi
selama
pembedahan akibat efek
samping
dari
anestesi
spinal.

Efek sistemik utama yang dimonitor


setelah
anestesi
spinal
umumnya
bersifat kardiovaskular dan disebabkn
oleh blok preganglion simpatis oleh
anestesi lokal. Hipotensi arteri sering
terjadi dan derajatnya berhubungan
langsung dengan tingkat ketinggian blok
simpatis. Bradikardi terjadi akaibat
paralisis serabut kardioakselerator (T1-4)
yang menuju ke jantung. Paralisis
serabut saraf simpatis akan mengurangi
aliran balik vena akibat venodilatasi
(Gruendemann, 2006).


Anestesi spinal biasanya hanya
menyebabkan
perubahan
ventilasi
spontan yang minimal sampai sedang.
Hal ini disebabkan karean diafragma
adalah organ utama pernapasan dan
persarafan fungsional otot ini datang dari
pleksus saraf C3-C5. Pada pasien yang
sehat,
anestesi
spinal
tidak
menyebabkan
perubahan
yang
bermakna dalam ventilasi respirasi.
Dispnea dapat terjadi selama anestesi
spinal jika tingkat paralisis hantaran
cukup
tinggi
ddi
segmen
toraks.
Akibatnya, terjadi penurunan informasi
proprioseptif aferen yang dalam keadaan
normal disalurkan dari daerah antariga,
ke pusat yang lebih tinggi di otak.
Informasi ini secara normal berisi
pemberihauan dari
otak
mengenai
tingkat gerakan sangkar dada dan besar
peregangan
paru
selama
inspirasi.
Karena penuruan tersebut, digunakan
oksimetri pulsasi untuk mengamati
gerakan dada dan memastikan kualitas
oksigenasi secara adekuat, walaupun
pasien
tidak
dapat
merasakan
pergerakan dadanya dan menganggap
bahwa pernapasannya tidak adekuat
(Gruendemann, 2006).
Pemberian Anestesi Lokal
Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang diinginkan
(misal: adanya sel tumbuh pada kulit atau kornea mata). Obat anestesi
(misalnya: lidokain) menghambat konduksi saraf sampai obat terdifusi ke
dalam sirkulasi. Pasien akan kehilangan rasa nyeri, sentuhan, seta aktibitas
motorik dan otonom (misalnya: pengosongan kandung kemih). Anestesi lokal
umumnya digunakan dalam prosedur minor bedah sehari.Untuk
menghilangkan nyeri pascaoperatif, dokter dapat memberi anestesi lokal
pada area pembedahan. Misalnya, pada herniorafi, injeksi Marcaine akan

menghilangkan nyeri selama 12 jam atau lebih (Rivellini (1993) dalam Potter
(2006)).

PROSES KEPERAWATAN PROSEDUR INTRABEDAH


Ns. Nurman Jaya, S. Kep,. MM

Pengkajian
Pasien yang sudah mendapat prosedur anestesi akan memasuki fase
intrabedah. Fokus tujuan pada fase ini adalah optimalisasi hasil pembedahan
dan penurunan risiko cedera. Ruang lingkup keperawatan intrabedah yang
dilaksanakan perawat perioperatif meliputi manajemen pengaturan posisi,
optimalisasi peran asisten pertama beah (pada beberapa kondisi di rumah
sakit di Indonesia memberlakukan perawat sebagai asisten pertama/ first
assistance), optimalisasi peran perawat instrumen, dan optimalisasi peran
perawat sirkulasi.
Manajemen pemberian posisi bedah (lihat kembali topik manjemen
pemberian posisi) merupakan siatu kebutuhan yang mendukung kondisi
keamanan pasien selama pembedahan. Perawat perioperatif harus mengkaji
dan memikirkan kembali berbagai prinsip, prosedur, dan dampak pemberian
posisi pasien serta menggunakan proses keperawatan dalam perencanaan
asuhan pasien. Perawat perioperatif dapat mempelajari prinsip pemberian
posisi dengan merasakan dam mengetahui efek suatu posisi terhadap
berbagai bagian tubuh, otot, senddi dan tonjolan tulang.Perawat perioperatif
adalah manajer utama dalam pemberian posisi pasien.Pada pelaksanaannya,
diperlukan keterampilan pengamatan keperawatan yang cerdas, ditambah
dengan keberanian dan motivasi diri untuk menyampaikan serta
mengerjakan tindakan jika diperlukan.Diperlukan waktu dan pemikirana

sebelum melakukan pemberian posisi; di mana perawat harus mengetahui


kemungkinan adanya masalah, sekalipun posisi yang sederhana.
Manajemen pemberian posisi seoptimal mungkin dilakukan dengan gerakan
halus yang lambat, fisiologis, dana terkoordinasi terhadap bagian-bagian
tubuh pasien. Untuk mendapatkan posisi yang ideal maka diperlukan kerja
sama tim, kehati-hatian, dan prenecanaan yang matang, yang ditujukan
untuk mencegah cedera sehingga perlindungan pasien selama tindakan
dapat selalu terjamin. Pengaturan posisi bedah biasanya dilakukan setelah
pasien mencapai tahap relaksasi yang lengkap.Posisi yang dipilih biasanya
ditentukan oleh teknik bedah yang digunakan.Idealnya.Posisi pasien di atur
agar dokter bedah mudah mencapai tempat pembedahan dan fungsi status
sirkulasi serta pernapasan adekuat.Posisi tidak boleh mengganggu struktur
neuromuskular.Kenyamanan dan keselamatan pasien harus diperhatikan.
Perawat perioperatif harus mencatat usia, berat badan, tinggi badan, status
nutrisi, keterbatasan fisik, dan kondisi yang ada sebelum pembedahan serta
mendokumentasikannya untuk mengingatkan petugas yang akan merawat
pasien setelah operasi.
Apabila rumah sakit membelakukan perawat sebagai asisten pertama/first
assistance, maka optimalisasi peran asisten pertama bedah merupakan
tantangan kompleks yang harus dilakukan perawat perioperatif untuk bisa
mengikuti keseluruhan intervensi yang akan dilakukan ahli bedah sejak
dimulai pembukaan jaringan sampai penutupan jaringan area bedah. Pada
kondisi intrabedah, pasien yang dilakukan prosedur invasif bedah akan
mengalami kerusakan jaringan akibat suatu insisi, kerusakan vaskular, atau
kerusakan akibat traksi pembukaan jaringan. Peran perawat asisten bedah
adalah membantu ahli bedah agar kerusakan yang dibuat dapat seminimal
mungkin. Beberapa prosedur bedah tertentu, seperti bedah saraf, bedah
toraks, bedah kardiovaskular, atau bedah spina akan memerlukan waktu
operasi yang lama. Pada kondisi tersebut, perawat asisten memerlukan daya
tahan fisik sempurna karena akan melakukan aktivitas berdiri yang lama
disertai tingkat konsentrasi yang tinggi untuk bisa mengikuti jalannya
pembedahan secara optimal.
Perawat instrumen mempunyai peran agar proses pembedahan dapat
dilakukan secara efektif dan efesien (lihat modalitas peran perawat
instrumen pada bab sebelumnya). Pada pelaksanaannya, perawat instrumen
harus memiliki keterampilan psikomotor, keterampilan manual, dan
keterampilan interpersonal yang kuat, yang diperlukan untuk mengikuti
setiap jensi pembedahan yang berbeda-beda dan mengadaptasikan antara

keterampilan yang dimiliki dengan keinginan dari operator bedah pada


setiap tindakan yang dilakukan dokter bedah dan asisten bedah. Tanggung
jawab yang penting dari perawat instrumen adalah menjaga kesterilan
lingkungan
bedah
agar
tidak
meningkatkan
risiko
infeksi
intraoperatif.Perawat sirkulasi merupakan penghubung antara zona steril
dengan zona di luarnya.Peran lainnya adalah menurunkan risiko cedera
intraoperatif dimulai dari pengaturan posisi bedah sampai selesai
pembedahan.

Diagnosis Keperawatan
Pada kondisi prosedur intraoperatif diagnosis keperawatan yang paling lazim
ditegakkana adalah sebagai berikut:
1.
Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan pengaturan posisi
bedaha, proseddur invasif bedah.
2. Risiko infeksi intraoperatif berhubungan dengan adanya port de entree
prosedur bedah, penurunan imunitas efek anestesi.
Rencana Intervesni dan Kriteria Evaluasi
Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan pengaturan
posisi bedah, prosedur invasif bedah
Tujuan: Risiko cedera intraoperatif sekunder pengaturan posisi bedah,
prosedur invasif bedah tidak terjadi.
Kriteria evaluasi:

Selama intraoperatif, tidak terjadi gangguan henmodinamik akibat


pndarahan serius.

Pascaoperatif tidka ditemukan cedera tekan dan cedera listrik.

Perhitungan spons dan instrumen sesuai dengna jumlah yang


dikeluarkan.

Tidak ditemukan adanya kram otot.

Intervensi

Rasional

Kaji ulang identitas pasien.

Perawat ruang operasi memeriksa


kembali identitas dan kardeks pasein;
melihat kembali lembar persetujuan

tindakan,
riwayat
kesehatan,
hasil
pemeriksaan fisik, dan berbagai hasil
pemeriksaan; dan memeriksa kembali
rencana perawatan praoperatif yang
berkaitan dengan rencana perawatan
intraoperatif.

Pemeriksaan darah terutama kadar


trombosit, waktu pembekuan, dan waktu
pendarahan. Adanya hasil yang abnormal
pada pemeriksaan ini bermanifestasi pada
kewaspadaan yang sangat tinggi oleh ahli
bedah
dan
asisten
operasi
dalan
melakukan prosedur bedah.
Lakukan
manajemen Dilakukan oleh perawat administratif
kamar operasi.
dalam mengatur dan menentukan staf
pada setiap pembedahan agar kelancaran
proses pembedahan dapat terlaksana
secara optimal.

Siapkan kamra bedah yang


Beberapa jenis pembedahan tertentu
sesuai
dengan
jenis akan dilaksanakan pada ruangan atu
pembedahan pasien.
kamar bedah khusus, seperti kamar
operasi bedah saraf.

Perawat sirkulsi melakukan persipan


tempat operasi sesuai prosedur yang
biasa dn jenis pembedahan yang akan
dilaksanakan. Tim bedah harus diberi tahu
jika terhadap kelainan kulit yang mungkin
dapat
menjadi
kontraindikasi
pembedahan.

Perawat
sirkulasi
memeriksa
kebersihan dan kerpain ruang operasi
sebelum pmebedahan. Perawat sirkulasi
juga harus memastikan bahwea peralatan
telah siap dan dapat digunakan. Semua
peralatan harus dicoba sebelum prosedur

pembedahan. Apabila prosedur ini tidak


dilaksanakan, maka dapat menyebabkan
penundaan
atau
kesulitan
dalam
pembedahan.
Siapkan meja bedah dan Meja bedah akan disipakan perawat
asesori pelengkap sesuai sirkulasi dan disesuaikan dengan jensi
dengan jenis pembedahan. pembedahan.
Perawat
sirkulasi
mempersiapkan asesori tambahan meja
bedah agar dalam pengaturan posisi
dapat efektif dan efisienl.
Siapkan sarana pendukung Sarana pendukung seperti kateter urine
pembedahan.
lengkap, alat pengisap lengkap, spons
dalam kondisi siap pakai.
Siapkan alat hemostasis Alat hemostasis merupakan fondasi dari
dan cadangan alat dalam tindakan
operasi
untuk
mencegah
kondisi siap pakai.
terjadinya pendarahan serius akibat
kerusakan pembuluh darah arteri. Perawat
mmeriksa kemampuan alat tersebut untuk
menghindari cedera akibat pendarahan
intraoperasi.
Lakukan
pemasangan Pemasangan kateter dilakukan untuk
kateter
urine
dengan mengindari keluarnya urine pada saat
teknik steril.
intraoperatif akibat hilangnya kontrol
menahan urine efek dari anestesi. Kateter
Foley harus dipasang sebelum pasien
diberi posisi. Gunakan teknik aseptik
untuk
pemasangan
kateter.
Cegah
terjadinya tekukan atau tekanan pada
kateter
selama
proses
pemindahan
tersebut. Periksa kepatenan sestem
drainase setelah pemberian posisi. Catat
keluaran urine dan pemasangan kateter.
Lakukan pengaturan posisi Manajemen pengaturan posisi (lihat
bedah.
kembali materi manajemen pengaturn
posisi) dilakukan untuk memudahkan
akses atau pajanan pada dokter bedah,
akses vaskular seperti infus dan alat

monitor standar tidak terganggu, drainase


urine optimal, dan fungsi status srikulsi
serta pernapasan adekuat. Posisi tidak
boleh
mengganggu
struktur
neuromuskular.
Bantu ahli bedah pada saat Insisi bedah memerlukan skalpel (alat
dimulainya insisi.
penjepit) dan pisau bedah yang sesuai
dengan ares yang akan dilakukan insisi.
Perawat instrumen bertanggung jawab
menyerahkan
alat
insisi
dan
mempersiapkan
kauter
listrik
yang
diperlukan dalam tindakan hemostasis.
Asisten pertama berperan membantu
menyerap darah yang keluar saat dan
menjepit
pembuluh
darah
akibat
kerusakan vaskular pada area insisi
dengan menggunakan spons dan klem
arteri.
Bantu ahli bedah dalam Perawat instrumen atau asisten bedah
melakukan
intervensi menggunakan alat hemostasis listrik pada
hemostasis.
klem
arteri
untuk
menjepit
atau
menghentikan pendarahan.
Bantu ahli bedah dalam
membuka jaringan dan
lakukan
pengisapan
apabila diperlukan.

Pembukaan jaringan dilakukan lapis


demi lapis, dari kulit, lemak, fasia, dan
jaringan dalam, misalnya peritoneum
pada
pemedahan
area
abdomen.
Pembukaan jaringan dilakukan sampai
akses yang akan dituju sesuai jenis dan
tujuan pembedahan dapat tercapai.

Asisten bedah membantu menarik


dengan menggunakan refraktor dan
melakukan pengisapan apabila banyak
cairan yang mengganggu akse bedah.
Pemakaian dan pemilihan jenis refraktor
disesuaikan dengan jenis dan ares
jaringan
atau
pembedahan
yang
dilakukan.


Perawat instrumen berperan dalam
memenuhi keprluan yang sesuai pada
setiap momen pembedahan, seperti
keperluan penggunaan guntin mayo oleh
ahli bedah atau keperluan refraktor.
Lakukan
manajemen
Perawat
sirkulasi
mendukung
sirkulasi
intraoperatif poerawat instrumen dan ahli bedah dari
ruang operasi.
zoan
tidak
steril
selam
prosedur
pembedahan untuk mengawasi atau
membantu serip kesulitan yang mungkin
memrlukan bahan dari luar lapangan
steril.
Perawat
sirkulasi
melakukan
manajemen
alat
pengisap
(sucton),
memastikan alat hemostasis terpasang
dengan benar, sera memeriksa alat-alat
tersebut dalam kondisi power on.

Perawat sirkulasi mencatat barang


yang digunakan seperti jumlah spons, alat
instrumen intraoperatif yang mempunyai
risiko tertinggal pada jaringan bedah dan
meningkatkan risiko ceder bedah, serta
mencatat penyulit yang terjadi selam
pembedahan yang sering disampaikan
oleh
ahli
beah,
asisten,
atau
instrumentator.

Selam fase intraoperatif, perawat


sirkulasi meljutkan dokumentasi tentan
jensi aseptik, jumlah cairan IV yang
digunakan, dan memantau kelurasn urine
dan lambung melalui selang NGT. Selam
prosedur pembedahana beralangsung,
perawat
menjaga
agar
pencatatan
aktivitas perawatan pasien dan prosedur
yang dilakukan oleh petugas ruang
operasi
tetap
akurat.
Dokumentasi
perawatan intraoperatif memberi data
yang bermanfaat bagi perawat yang akan

merawat pasien setelah pembedahan.


Bantu ahli bedah pada saat
akses
bedah
tercapai
sesuai
dengan
tujuan
pembedahan.

Peran perawat perioperatif baik asisten


bedah, perawat instrumen dan sirkulator
mendukung ahli bedah agar tujuan
pembedahan dapat tercapai. Tujuan
pembedahan pada saat akse tercapai,
meliputi:

Diagnostik (pembedahan untuk


pemeriksaan
lebih
lanjut),
misalnya
pengambilan sampel biopsi tumor.

Ablatif (pengangkatan bagian tubuh


yang mengalami masalah atau penyakit),
misalnya amputasi, pengangkatan tumor,
dan apendektomi.

Paliatif
(menghilangkan
atau
mengurangi gejala penyakit, tetapi tidak
menyembuhkannya), misalnya kolostomi
dan debridemen jaringan nekrotik.

Rekonstruktif (mengembalikan fungsi


atau
penampilan
jaringan
yang
mengalami malfungsi atau trauma),
misalnya fiksasi interna dan eksterna
fraktur dan perbaikan jaringan parut.

Transplantasi (mengganti organ atau


struktur yang mangalami malfungsi),
misalnya cangkok (transplantasi) ginjal,
total hip replacement.

Konstruktif (mengembalikan fungsi


yang hilang akibat anomali kongenital),
misalnya: bibir sumbing, penutupan defek
katup jantung dan perbaikan hiperekstensi
lutut (genurecurvatum)).

Bantu ahli bedah dalam


Prosedur
penutupan
jaringan
penutupan jaringan.
dilakukan setelah tujuan pembedahan
sudah selesai dilaksanakan. Penutupan

dilakukan lapis demi lapis sesuai area tau


jaringan
yang
telah
dilakukan
pembedahan.

Perawat instrumen menurunkan risiko


cedera dengan mempersiapkan dan
memilih
sarana
penjahitan
dengan
memperhatikan ketajaman jarum jahit,
benang jahitan yang akan digunakan
sesuai jaringan yang di jahit dan kondisi
atau kelayakan instrumen agar kerusakan
jaringan dapat minimal.

Penjahitan bisa dilakukan ahli bedah


atau asisten bedah. Apabila dilakukan ahli
bedah, maka asistern bedah membantu
penutupan jaingan agar dapat terlaksana
secara efektif dan efisien agar kerusakan
jaringan dapat minimal.
Lakukan penutupan
pembedahan.

luka Penutupan
luka
selain
bertujuan
menurunkan risiko infeksi juga bertujuan
untuk menurunkan risiko cedera pajanan
langsung ke area bedah atau jaringan
yang masih belum stabil. Perawat
biasanya memasang spons dan plester
adhesi yang menutupi seluruh spons.

Risiko infeksi intraoperatif berhubungan adanya port de entree


prosedur bedah, penurunan imunitas efek anestesi.
Tujuan: Optimalisasi tindakan asepsis dapat dilaksanakan selama
prosedur itrabedah.
Kriteria evaluasi: Luka pascabedah tertutup dengan kasa.
Intervensi

Rasional

Kaji ulang identitas pasien


Perawat ruang operasi memeriksa
dan
pemeriksaan kembali
riwayat
kesehatan,
hasil
diagnostik.
pmeriksaan fisik, dan berbagai hasil
pemeriksaan. Pastikan bahwa alat protese

dan barang berharga telah di lepas.

Riwayat kesehatan yang mempunyai


risiko penurunan imunitas seperti pasien
yang memiliki riwayat hipertensi dan
diabetes melitus.

Hasil pemeriksaan darah albumin


untuk menentukan aktivitas agen-agen
obat dan pertumbuhan jaringan luka.

Berbagai prtese yang masih belum


dilepas akan memberikan akses pajanan
yang mengontaminasi area steril.
Siapkan sarana scrub

Sarana scrub, meliputi cairan antiseptik


cuci tangan pada tempatnya, gaun yang
terdiri dari gaun kedap air dan baju bedah
steril, duk penutup, dan duk berlubang
dalam kondisi lengkap dan siap pakai.

Siapkan instrumen sesuai Manajemen insrumen dari perawat scrub


jenis pembedahan.
sebelum pembedahan disesuaikn dengan
jenis pembedahan. Sebelum antisipasi
apabila diperlukan instrumen tambahan
perawat mempersiapkan alat cadangan
dalam suatu tromol steril yang akan
memudahkan
pengambilan
apabila
diperlukan tambahan alat instrumen.
Lakukan
manajemen Manajemen asepsis selalu berhubungan
asepsis prabedah.
dengan pembedahan dan perawatan
perioperatif. Asepsis prabedah meliputi
teknik aseptik atau pelaksanaan scrubbing
cuci tangan (lihat kembali bab manajemen
asepsis).
Lakukan
manajemen
Manajemen asepsis dilakukan untuk
asepsis intraoperasi.
menghidari kontak dengan zona steril
(lihat
kembali
manajemen
asepsis)
meliputi
pemakaian
baju
bedah,
pemakaian sarung tangan, persiapan kulit,
pemasangan duk, penyerahan alat yang

diperlukan petugas scrub dengan perawat


sirkulasi.

Manajemen
aseosi
intraoperasi
merupakan tanggung jawab perawat
insturmen
dengan
mempertahankan
integritas
lapangan
steril
selama
pembedahan dan bertanggung jawab
untuk mengomunikasikan kepada tim
bedah setiap pelanggan teknik aseptik
atau kontaminasi yang terjadi selama
pembedahan.
Lakukan penutupan
pembedahan.

I.

luka Penutupan luka bertujuan menurunkan


risiko
infeksi.
Perawat
biasanya
memasang spons dan plester adhesifyang
menutup seluruh spons.

PENGERTIAN

Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan


perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima
pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk
dilakukan tindakan pembedahan.
Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan
berakhir bila pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan.
Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan
intra operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pasca
anaestesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya

II.

PRE OPERATIF

Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi


persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi
(khusus pasien).
A. Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak
stabil. Hal ini dapat disebabkan karena :
1.

Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya.

2.

Keadaan sosial ekonomi dari keluarga.

Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan
dapat mengurangi cemas pasien.Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat
diberikan kepada pasien pra bedah.
1.

Penjelasan tentang peristiwa

Informasi yang dapat membantu pasien dan keluarganya sebelum operasi :

Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan).

Hal-hal yang rutin sebelum operasi.

Alat-alat khusus yang diperlukan

Pengiriman ke ruang bedah.

Ruang pemulihan.

Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi :

Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin.

Perlu kebebasan saluran nafas.

Antisipasi pengobatan.
1. Bernafas dalam dan latihan batuk
2. Latihan kaki
3. Mobilitas
4. Membantu kenyamanan

B. Persiapan Fisiologi
1. Diet
8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum
operasi pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan
anaesthesi umum.
Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi makanan ringan
diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi akibat makan/minum sebelum
pembedahan antara lain :

2.

Aspirasi pada saat pembedahan


Mengotori meja operasi.
Mengganggu jalannya operasi.

Persiapan Perut.

Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran


pencernaan atau pelvis daerah periferal.Untuk pembedahan pada saluran
pencernaan dilakukan 2 kali yaitu pada waktu sore dan pagi hari menjelang
operasi.
Maksud dari pemberian lavement antara lain :

Mencegah cidera kolon

Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan


dioperasi.

Mencegah konstipasi.

Mencegah infeksi.

3.

Persiapan Kulit

Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan
pada waktu malam menjelang operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu saja,
lemak dan kotoran harus terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi.
Luas daerah yang dicukur sekurang-kurangnya 10-20 cm2.
4.

Hasil Pemeriksaan

Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain.


5.

Persetujuan Operasi / Informed Consent

Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat
dari keluarga dekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga
terdekat.
Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk
melaksanakan operasi tanpa surat izin tertulis dari pasien atau keluarga,
setelah dilakukan berbagai usaha untuk mendapat kontak dengan anggota
keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin.
C.
Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah
terima dengan perawat OK)
1.

Mencegah Cidera

Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera perlu


dilakukan hal tersebut di bawah ini :
a. Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavement).
b. Cek gelang identitas / identifikasi pasien.
c. Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci.
d. Lepas perhiasan
e. Bersihkan cat kuku.
f. Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.
g. Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.
h. Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan
pendengaran.
i. Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko
terhadap tromboplebitis.
j. Kandung kencing harus sudah kosong.
k. Status pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus dicek meliputi ;

Catatan tentang persiapan kulit.


Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN).
Pemberian premedikasi.
Pengobatan rutin.
Data antropometri (BB, TB)

2.

Informed Consent
Pemeriksan laboratorium.

Pemberian Obat premedikasi

Obat-obat pra anaesthesi diberikan untuk mengurangi kecemasan,


memperlancar induksi dan untuk pengelolaan anaesthesi.Sedative biasanya
diberikan pada malam menjelang operasi agar pasien tidur banyak dan
mencegah terjadinya cemas.

i.
A.
i.

Pengkajian Keperawatan Pra Bedah


Data Subyektif
Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.
a. Pengertian tentang bedah yang duanjurkan

1.

Tempat

2.

Bentuk operasi yang harus dilakukan.

3.
Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan
setelah di bedah.
4.

Kegiatan rutin sebelum operasi.

5.

Kegiatan rutin sesudah operasi.

6.

Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.


a. Pengalaman bedah terdahulu

1.

Bentuk, sifat, roentgen

2.

Jangka waktu

ii.

Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah


a. Penghayatan-penghayatan
bedah yang dianjurkan.

dan

ketakutan-ketakutan

menghadapi

b. Metode-metode penyesuaian yang lazim.


c. Agama dan artinya bagi pasien.
d. Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
e. Keluarga dan sahabat dekat

Dapat dijangkau (jarak)

Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang memberi


bantuan.
a. Perubahan pola tidur
b. Peningkatan seringnya berkemih.

iii.

Status Fisiologi
a. Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi
mendorong komplikasi-komplikasi pascabedah.

atau

yang

b. Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.


c. Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.
d. Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.
e. Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis,
bedah orthopedi yang terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).
f. Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.
g. Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan
mengenai terbebas dari nyeri setelah operasi.

B. Data Obyektif
1. Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang
perasaan (cemas), kemampuan berbahasa Inggris.
2. Tingkat interaksi dengan orang lain.

3. Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas


yang sibuk (cemas).
4. Tinggi dan berat badan.
5. Gejala vital.
6. Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.
7. Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.
8. Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.
9. Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan
bernafas dengan diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk
perbandingan pada pasca bedah).
10.
Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi
perifer sebelum bedah vaskuler atau tubuh.
11.
Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau
bergerak di tempat duduk, koordinasi waktu berjalan.

ii.

MasalahKeperawatan Yang Lazim Muncul

1.

Takut

2.

Cemas

3.

Resiko infeksi

4.

Resiko injury

5.

Kurang pengetahuan

III. INTRA OPERATIF


i.

Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operatif

Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian.
Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :

A.

Anggota steril

1.

Ahli bedah utama / operator

2.

Asisten ahli bedah.

3.

Scrub Nurse / Perawat Instrumen

B.

Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari :

1.

Ahli atau pelaksana anaesthesi.

2.

Perawat sirkulasi

3.
Anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang
rumit).

ii.

Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi.

A.

Persiapan Psikologis Pasien

B.

Pengaturan Posisi

Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan


keadaan psikologis pasien.
Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien
adalah :
1.

Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.

2.

Umur dan ukuran tubuh pasien.

3.

Tipe anaesthesia yang digunakan.

4.
Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan
(arthritis).
Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :
1.

Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.

2.
Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah
dan kakinya ditutup dengan duk.

3.
Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik
yang biasanya dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk
menjaga kerusakan saraf dan jaringan.
4.
Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk
meyakinkan terjadinya pertukaran udara.
5.
Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan
dapat menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor
predisposisi terjadinya thrombus.
6.
Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena
hal ini dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan
otot.
7.

Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.

8.

Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan.

9.
Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah
secara bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.
A. Membersihkan dan Menyiapkan Kulit.
B. Penutupan Daerah Steril
C. Mempertahankan Surgical Asepsis
D. Menjaga Suhu Tubuh Pasien dari Kehilangan Panas Tubuh
E. Monitor dari Malignant Hyperthermia
F. Penutupan luka pembedahan
G. Perawatan Drainase
H. Pengangkatan Pasien Ke Ruang Pemulihan, ICU atau PACU.
iii.

Pengkajian
1. Sebelum dilakukan operasi

a.

Pengkajian psikososial

Perasaan takut / cemas


Keadaan emosi pasien

b.

Pengkajian Fisisk

Tanda vital : TN, N, R, Suhu.


Sistem integumentum

Pucat

Sianosis

Adakah penyakit kulit di area badan.

Sistem Kardiovaskuler

Apakah ada gangguan pada sisitem cardio ?

Validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?

Kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi.

Kebiasaan merokok, minum alcohol

Oedema

Irama dan frekuensi jantung.

Pucat
Sistem pernafasan
Apakah pasien bernafas teratur ?
Batuk secara tiba-tiba di kamar operasi.
Sistem gastrointestinal
Apakah pasien diare ?
Sistem reproduksi
Apakah pasien wanita mengalami menstruasi ?
Sistem saraf

Kesadaran ?

Validasi persiapan fisik pasien


Apakah pasien puasa ?
Lavement ?
Kapter ?
Perhiasan ?
Make up ?
Scheren / cukur bulu pubis ?
Pakaian pasien / perlengkapan operasi ?

Validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ?

1. Selama dilaksanakannya operasi


Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi
anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang
diberi anaesthesi lokal ditambah dengan pengkajian psikososial.
Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a.

Pengkajian mental

Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga maka
sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan
terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien tidak cemas/takut
menghadapi prosedur tersebut.
b.

Pengkajian fisik

Tanda-tanda vital

(Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka perawat


harus memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).

Transfusi

(Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis segera
diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran transfusi).

Infus

(Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis harus segera
diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran infuse).

Pengeluaran urin

Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg BB/jam.

MASALAH KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL


Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama
pelaksanaan operasi adalah sebagai berikut :

1.

Cemas

2.

Resiko perlukaan/injury

3.

Resiko penurunan volume cairan tubuh

4.

Resiko infeksi

5.

Kerusakan integritas kulit

iv.

Fase Pasca Anaesthesi

Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat.Pasien harus diamati


dengan jeli dan harus mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif
sampai pengaruh utama dari anaesthesi mulai berkurang dan kondisi umum
mulai stabil.
Banyaknya asuhan keperawatan yang dilaksanakan segera setelah periode
pasca anaesthesi tergantung kepada prosedur bedah yang dilakukan. Hal-hal
yang harus diperhatikan meliputi :
A. Mempertahankan ventilasi pulmonari
1.
Berikan posisi miring atau setengah telungkup dengan kepala tengadah
kebelakang dan rahang didorong ke depan pada pasien sampai reflek-reflek
pelindung pulih.
2.

Saluran nafas buatan.

Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian


anaesthesi umum untuk mempertahankan saluran tetap terbuka dan lidah
kedepan sampai reflek faring pulih.Bila pasien tidak bisa batuk dan
mengeluarkan dahak dan lendir harus dibantu dengan suction.
3.

Terapi oksigen

O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat


menyebabkan lyphokhemia.Selain pemberian O2 harus diberikan latihan
nafas dalam setelah pasien sadar.
A. Mempertahankan sirkulasi.
Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang
paling sering terjadi pada pasien post anaesthesi.

Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali selama pasien berada
di ruang pemulihan.
A. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Pemberian infus merupakan usaha
keseimbangan cairan dan elektrolit.

pertama

untuk

mempertahankan

Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan


pengganti dan pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar
juga harus dimonitor.
A. Mempertahankan keamanan dan kenyamanan
Pasien post operasi atau post anaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya
dipasang pengaman sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah
untuk mencegah kerusakan saraf akibat tekanan kepada saraf otot dan
persendian.
Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah
sesuai dengan program dokter.
Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan
tunjangan agar tidak merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan
bahwa operasi sudah selesai dan diberitahu apa yang sedang dilakukan.
v.

Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery

Room

Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien
post anaesthesi. Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk
perawatan / observasi diruang pemulihan :
1.
Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien
dengan pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional
posisi semi fowler.
2.

Pasang pengaman pada tempat tidur.

3.

Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.

4.

Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.

5.

Beri O2 2,3 liter sesuai program.

6.

Observasi adanya muntah.

7.

Catat intake dan out put cairan.

Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi


krisis:

Tekanan sistolik < 90 100 mmHg atau > 150 160 mmH,
diastolik < 50 mmHg atau > dari 90 mmHg.
HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit
Suhu > 38,3o C atau kurang dari 35 o C.
Meningkatnya kegelisahan pasien
Tidak BAK + 8 jam post operasi.

Pengeluaran dari ruang pemulihan / Recovery Room


Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :
1.

Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.

2.

Tanda-tanda vital harus stabil.

3.

Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.

4.

Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.

5.
Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah
sempurna.
6.
Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus
dicatat dan dilaporkan.
7.

Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.

8.
Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat
untuk kehadiran pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas
pada unit dimana pasien akan dipindahkan.
9.
Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk
menyiapkan dan menerima pasien tersebut.

Pengangkutan Pasien keruangan


Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara
lain :

Keadaan penderita serta order dokter.


Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.
Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk
menjaga bila muntah sewaktu-waktu, dan muka pasien harus
terlihat sehingga bila ada perubahan sewaktu-waktu terlihat.

vi. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi


A. Pengkajin awal
1. Status Respirasi
Melipuiti :

Kebersihan jalan nafas


Kedalaman pernafasaan.
Kecepatan dan sifat pernafasan.
Bunyi nafas

1. Status sirkulatori
Meliputi :

Nadi

Tekanan darah
Suhu
Warna kulit

1. Status neurologis
Meliputi : tingkat kesadaran
1. Balutan
Meliputi :

Keadaan drain
Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage.

1. Kenyamanan
Meliputi :

Terdapat nyeri
Mual

Muntah

1. Keselamatan
Meliputi :

Diperlukan penghalang samping tempat tidur.


Kabel panggil yang mudah dijangkau.
Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.

1. Perawatan
Meliputi :

Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.


Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat
penampung, sifat dan jumlah drainage.

1. Nyeri
Meliputi :

A.

Waktu
Tempat.
Frekuensi
Kualitas
Faktor yang memperberat / memperingan

Data Subyektif

Pasien hendakanya ditanya mengenai gejala-gejala ketidaknyamanan


setelah ditempatkan ditempat tidur dengan posisi tubuh yang menunjang.
Pertanyaan-pertanyaan yang langsung misalnya :Bagaimana perasaan
anda?, dapat memperlihatkan data mula dan nyeri tanpa memfokuskan
pada daerah yang spesifik, dimana tidak ada keluhan. Penginderaan rasa
nyeri sering kali meningkat pada waktu ini akibat pemindahan dari brankard
ke tempat tidur.Sangat penting untuk mengetahui lokasi, bentuk serangan

dan perubahan intensitas rasa nyeri, dan bukan menyangka bahwa nyeri
berasal dari torehan.
Mual jarang timbul setelah pasca anaesthesi baru.Sangat besar
kemungkinan terjadi mual bila perut mengalami manipulasi yang ekstensif
pada waktu prosedur bedah atau telah mendapat narkotika yang cukup
banyak.
B.

Data Objektif
1. Sistem Respiratori
2. Status sirkulatori
3. Tingkat Kesadaran
4. Balutan
5. Posisi tubuh
6. Status Urinari / eksresi.

C.

Pengkajian Psikososial

Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari


prosedur pembedahan dan pengobatan, body image dan pola/gaya hidup.
Juga tanda fisik yang menandakan kecemasan termasuk denyut nadi,
tekanan darah, dan kecepatan respirasi serta ekspresi wajah.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat
medis, dan manifestasi klinik post operasi.
Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain :
1. Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah lengkap.
2. Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko
dehidrasi dan insufisisensi ginjal.
Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul
A. Diagnosa Umum
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari
anaesthesi.

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.


c. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.
d. Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi,
obat-obatan (penenang, analgesik) dan imobil terlalu lama.

B. Diagnosa Tambahan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
b. Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan
kurang gerak.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.
d. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur
pembedahan.
e.
Nausea
berhubungan
ketidaseimbangan elektrolit.

dengan

efek

anaesthesi,

narkotika,

f. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.


g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksoia, lemah, nyeri, mual.
h. Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi.

Вам также может понравиться

  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ19 страниц
    Daftar Isi
    Elzaa Butet
    Оценок пока нет
  • Paradigma Keperawatan
    Paradigma Keperawatan
    Документ6 страниц
    Paradigma Keperawatan
    rhahmi aulia
    Оценок пока нет
  • Yang Benar
    Yang Benar
    Документ9 страниц
    Yang Benar
    Elzaa Butet
    Оценок пока нет
  • Efusi Pleura Emfisema
    Efusi Pleura Emfisema
    Документ3 страницы
    Efusi Pleura Emfisema
    Elzaa Butet
    Оценок пока нет
  • LANSIA
    LANSIA
    Документ5 страниц
    LANSIA
    Elzaa Butet
    Оценок пока нет
  • Luka
    Luka
    Документ2 страницы
    Luka
    Elzaa Butet
    Оценок пока нет
  • Teaching: Disease Process: No DX NOC NIC 1
    Teaching: Disease Process: No DX NOC NIC 1
    Документ11 страниц
    Teaching: Disease Process: No DX NOC NIC 1
    Elzaa Butet
    Оценок пока нет
  • Mengapa Lansia Perlu Di Perhatikan Danapa Landasan Penanganan Lansia
    Mengapa Lansia Perlu Di Perhatikan Danapa Landasan Penanganan Lansia
    Документ1 страница
    Mengapa Lansia Perlu Di Perhatikan Danapa Landasan Penanganan Lansia
    Elzaa Butet
    Оценок пока нет
  • Pathway Ikterus
    Pathway Ikterus
    Документ1 страница
    Pathway Ikterus
    Dini Fadilla
    50% (2)
  • LP Tumor Colli
    LP Tumor Colli
    Документ12 страниц
    LP Tumor Colli
    anon_24946019
    100% (2)
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ3 страницы
    Kata Pengantar
    Elzaa Butet
    Оценок пока нет
  • Askep
    Askep
    Документ10 страниц
    Askep
    Elzaa Butet
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ3 страницы
    Kata Pengantar
    Elzaa Butet
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    Elzaa Butet
    Оценок пока нет
  • Askep
    Askep
    Документ10 страниц
    Askep
    Elzaa Butet
    Оценок пока нет
  • Perwalian
    Perwalian
    Документ9 страниц
    Perwalian
    Winda Ramadhani
    Оценок пока нет
  • Askep Perioperatif KMB Kepmenkes
    Askep Perioperatif KMB Kepmenkes
    Документ97 страниц
    Askep Perioperatif KMB Kepmenkes
    Elzaa Butet
    Оценок пока нет
  • Askep Ikterik
    Askep Ikterik
    Документ7 страниц
    Askep Ikterik
    Elzaa Butet
    Оценок пока нет
  • Pathway Ikterus
    Pathway Ikterus
    Документ1 страница
    Pathway Ikterus
    Dini Fadilla
    50% (2)
  • Askep
    Askep
    Документ10 страниц
    Askep
    Elzaa Butet
    Оценок пока нет
  • Askep Ikterik
    Askep Ikterik
    Документ7 страниц
    Askep Ikterik
    Elzaa Butet
    Оценок пока нет
  • TETTTT
    TETTTT
    Документ2 страницы
    TETTTT
    Elzaa Butet
    Оценок пока нет
  • Pathway Ikterus
    Pathway Ikterus
    Документ1 страница
    Pathway Ikterus
    Dini Fadilla
    50% (2)
  • Materi EY: Minggu, 20 November 2011
    Materi EY: Minggu, 20 November 2011
    Документ20 страниц
    Materi EY: Minggu, 20 November 2011
    Elzaa Butet
    Оценок пока нет
  • Askep Decompensasi Cordis
    Askep Decompensasi Cordis
    Документ52 страницы
    Askep Decompensasi Cordis
    Elzaa Butet
    Оценок пока нет
  • Askep Ikterik
    Askep Ikterik
    Документ7 страниц
    Askep Ikterik
    Elzaa Butet
    Оценок пока нет
  • Askep
    Askep
    Документ10 страниц
    Askep
    Elzaa Butet
    Оценок пока нет