Вы находитесь на странице: 1из 15

SDM Keperawatan

December 15, 2012 by rhyerhiathy


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan
keperawatan di Rumah Sakit merupakan komponen terbesar dari sistem pelayanan kesehatan
yang secara integral. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta
meningkatnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan dari masyarakat, maka rumah sakit sebagai
tempat layanan kesehatan dan layanan keperawatan di tuntut mampu untuk mengimbangi
harapan dan kebutuhan masyarakat tersebut, dengan pelayanan yang profesional dan berkualitas.
Untuk meningkatkan pelayanan keperawatan yang berkualitas perlu didukung oleh beberapa
faktor baik fasilitas maupun sumber daya manusia secara kualitas maupun kuantitas yang
tersedia di unit pelayanan rumah sakit. Salah satu cara untuk meningkatkan pelayanan asuhan
keperawatan yang bermutu di unit pelayanan rumah sakit adalah dengan mengembangkan
kemampuan individu dan perencanaan tenaga keperawatan yang sesuai dengan tujuan
organisasi. Perencanaan ketenagaan harus sesuai kebutuhan dan tujuan pelayanan keperawatan
yaitu pelayanan keperawatan yang optimal dan efektif.
Perencanaan ketenagaan merupakan proses yang komplek, perlu ketelitian dalam menerapkan
jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan dalam pencapaian tujuan. Kualitas
dan kuantitas tenaga perlu ditata dalam melaksanakan kegiatan melalui penjadualan yang
sistimatis dan terencana dengan baik sehingga kegiatan yang dilakukan dapat berhasil guna dan
berdaya guna.
Perencanaan tenaga ( staffing ) merupakan salah satu fungsi yang penting dalam organisasi,
termasuk organisasi keperawatan. Keberhasilan organisasi juga ditentukan oleh kualitas sumber
daya manusia yang ada.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah akan memberikan gambara yang lebih jelas mengenai apa yang akan dibahas
selanjutnya, adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Apa dan bagaimana metode perhitungan tenaga keperawatan di rumah sakit

2. Apa keuntungan dan kerugian metode perhitungan tenaga keperawatan di rumah sakit
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan paham metode perhitungan tenaga keperawatan di rumah sakit
2. Untuk mengetahui dan paham keuntungan dan kerugian metode perhitungan tenaga
keperawatan di rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 METODE PERHITUNGAN TENAGA KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT
Tenaga perawat merupakan tulang punggung bagi rumah Sakit. Oleh sebab itu perlu disusun
metode perencanaan tenaga perawat yang cocok terhadap kebutuhan rumah sakit dan kebutuhan
pelanggan.
CARA RASIO
Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang
diperlukan.Metoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah. Permenkes 262 /
Menkes / per / VII / 1979. menyebutkan bahwa kebutuhan tenaga perawat di rumah sakit adalah
perbandingan jumlah tempat tidur dibandingkan dengan jumlah perawat sebagai berikut :
Tipe RS
A& B
C
D
Khusus

TM/TT
1/(4-7)
1/9
1/15
Disesuaikan

TPP/TT
(3-4)/2
1/1
1/2

TPNP/TT
1/3
1/5
1/6

TNM/TT
1/1
3/4
2/3

Keterangan :
TM = Tenaga Medis
TT = Tempat Tidur
TPP = Tenaga Para Medis Perawatan
TPNP = tenaga para medis non perawatan
TNP = tenaga non medis
Secara umum penetapan jumlah tenaga keperawatan dijabarkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan Derajat Ketergantungan Klien dengan menggunakan Rumus Douglas


(1984). Menurut Douglas (1994) Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat
ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 katagori. yaitu : 1) Minimal care memerlukan waktu 12
jam / 24 jam. 2)Partial care memerlukan waktu 34 jam/24 jam. 3) Total care memerlukan waktu
lebih dari 5 jam
Sebagai contoh, suatu ruang rawat dengan 22 klien (3 klien dengan klasifikasi minimal, 14 klien
dengan klasifikasi parsial dan 5 klien dengan perawatan total) maka jumlah perawat yang
dibutuhkan untuk jaga pagi ialah:

KLASIFIKASI PASIEN
Jumlah
Minimal

Parsial

Total

Klien
Pagi

Siang

Malam

Pagi

Siang

Malam

Pagi

Siang

Malam

0,17

0,14

0,07

0,27

0,15

0,10

0,36

0,30

0,20

0,34

0,28

0,14

0,54

0,30

0,20

0,72

0,60

0,40

0,51

0,42

0,21

0,81

0,45

0,30

0,108

0,90

0,60

Dst
3 x 0,17

= 0,51

14 x 0.27

= 3,78

5 x 0,36

= 1,90

Jumlah

6,09 -> 6 orang

2. Berdasarkan Pedoman Cara Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan (Direktorat


Pelayanan Keperawatan, Depkes 2002)
Untuk menentukan kebutuhan tenaga keperawatan di ruangan dapat diperhitungkan dan di
pertimbangkan berdasarkan
Menetapkan jumlah tenaga perawat sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien.

Menurut Johnson ( 1984 ) yang dikutip oleh Gillies,1989 bahwa klasifikasi pasien dibagi
menjadi lima :
a.Tingkat ketergantungan I ( self care ), dengan kondisi pasien sbb :
Makan sendiri atau dengan bantuan minimal, kebersihan diri hampir seluruhnya dilakukan
sendiri, eliminasi dilakukan di kamar mandi tanpa bantuan , tidak mengalami inkontinentia.
b.Tingkat ketergantungan II ( minimal care ), dengan kondisi pasien sbb :
Makan perlu bantuan dalam menyiapkan, mengatur posisi dapat makan sendiri, kebersihan diri
dapat dapat melakukan sendiri atau dengan bantuan minimal, eliminasi perlu bantuan, dapat
mobilisasi sendiri atau engan bantuan minimal, tidak mengalami inkontinentia.
c.Tingkat ketergantungan III ( moderate care ), dengan kondisi pasien sbb :
Pasien tidak dapat mengunyah dan menelan, tidak mampu melaksanakan kebersihan diri sendiri,
eliminasi perlu bantuan bedpan, kurang mampu mobilisasi sendiri. Inkontinentia .2 kali setiap
shift perlu bantuan untuk kenyamanan.
`d. Tingkat ketergantungan IV ( extensif care ), dengan kondisi pasien sbb :
Pasien tidak dapat makan sendiri, kesulitan untuk mengunyah dan menelan, kemungkinan
dipasang slang. Kebersihan diri perlu bantuan secara total, eliminasi mengalami inkontinentia 2
kali tiap shift, tidak mampu mengatur posisi sendiri perlu bantuan 2 orang untuk mengatur posisi.
e. Tingkat ketergantungan V ( intensif care ), dengan kondisi pasien sbb :
Diperlukan satu orang perawat untuk satu pasien dalam melakukan observasi atau monitoring
secara terus meneruis tiap shift.
Menurut Ann Mariner ( 1992 ), sesuai klasifikasi pasien tersebut diatas, rata rata kebutuhan
perawatan untuk self care adalah 1-2 jam /hari, minimal care 3-4 jam/hari, moderate care 5-6
jam/hari, extensif care 7-8 jam/hari, dan intensif care 10-14 jam/hari.
Ditinjau dari keperawatan langsung dan keperawatan tidak langsung. (perhitungan gillies)
Perkiraan jumlah tenaga dapat dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan pasien.
a. Waktu untuk keperawatan langsung. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk keperawatan
langsung pada pasien yang didasarkan pada tingkat ketergantungan pasien adalah 4-5 jam per
pasien. ( Gillies 1989 ).
b. Waktu untuk keperawatan tidak langsung, Selain dibutuhkan waktu keperawatan langsung
juga dibutuhkan waktu keperawatan tidak langsung. Keperawatan tidak langsung mencakup
kegiatan perencanaan, menyediakan persiapan peralatan, berbicara debngan anggota tim

kesehatan lain, menulis dan membaca dokumentasi pasien, melaporkan pada atasan maupun
pada tim kesehatan lain. Pada umumnya kebutuhan perawatan tidak langsung relatip sama meski
tingkat ketergaantungan dan penyakitnya berbeda. Dari hasil penelitian di R.S. Detroit
( Gillies,1989 ) rata-rata waktu keperawatan tidak langsung adalah 38 menit / pasien per hari,
sedang menurut Wolf ( 1965 ) adalah 60 menit/pasien per hari.
c. Waktu untuk penyuluhan kesehatan.
Waktu untuk memberikan pendidikan kesehatan merupakan aspek yang juga perlu
diperhitungkan dalam menentukan kebutuhan tenaga. Penyuluhan bersifat individu sesuai
diagnose, pengobatab dan keadaan pasien masing-masing.Waktu untuk pendidikan kesehatan
adalah 15 menit/pasien/hari termasuk dukungan emosional ( Gillies, 1 989 )
Maka untuk menghitung waktu yang dibutuhkan untuk perawatan pasien adalah = waktu
perawatan langsung + waktu perawatan tidak langsung + waktu untuk penyuluhan kesehatan.
Kebutuhan tenaga dihitung berdasarkan beban kerja perawat.
Hal hal yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan beban kerja perawat :
a. Jumlah pasien yang di rawat per hari, bulan, tahun.
b. Tingkat ketergantungan pasien.
c. Rata-rata hari perawatan pasien.
d. Pengukuran perawatan Iangsung, tidak langsung. dan penyuluhan kesehatan.
e. Frekuensi tindakan keperawatan yang dibituhkan pasien.
f. Rata-rata waktu untuk setiap tindakan.

Berdasarkan pembagian ruangan di rumah sakit


1. Rawat Inap
- Berdasarkan Klasifikasi Klien
Cara perhitungan berdasarkan :

Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus

Rata-rata pasien perhari

Jam perawatan yg diperlukan/hari/pasien

Jam perawatan yg diperlukan/ruangan/hari

Jam kerja efektif setiap perawatn-> 7 jam/hari

Contoh : Cara perhitungan dalam satu ruangan :

No

Jenis/kategori

Rata-rata
pasien/hari

Rata-rata
jam Jml
pwt/pasien/hari
perawat/hari

1.

Pasien peny.dalam

10

3,5

35

2.

Pasien bedah

32

3.

Pasien gawat

10

10

4.

Pasien anak

4,5

13,5

5.

Pasien kebid.

2,5

2,5

Jumlah

23

Ket. :
Jadi jlm tenaga kep. Yg diperlukan adalah
Jlm jam perawatan
-

= 93/7 13 perawat

Jam kerja efektif per shift


Untuk perhitungan jlm tenaga tsb perlu ditambah (faktor koreksi):
Hari libur/cuti/hari besar (loss day) :

93,0

jam

= 52 + 12 + 14 = 78 hari x 13 = 3.5
286
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non kep. (non-nursing jobs) seperti
contoh : membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan
pasien, dll diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan
Jlm tenaga : tenaga yg tersedia + faktor koreksi 16.5 + 4.1 = 20.6 (dibulatkan 21 perawat)
Jadi tenaga kep. yg dibutuhkan untuk contoh di atas adalah 21 orang.
Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien
Pasien diklasifikasikan dalam beberapa kategori yg didasarkan pada kebutuhan terhadap asuhan
keperawatan, meliputi :

Askep minimal (minimal care)

Askep sedang

Askep agak berat

Askep maksimal

Kategori asuhan keperawatan pasien :

Askep minimal, kriteria :

1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri


2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulasi dg pengawasan
4. Observasi ttv dilakukan setiap shift
5. Pengobatan minimal, status psikologis stabil

Askep sedang, kriteria :

1. Kebersihan diri dibantu. Makan minum dibantu


2. Observasi ttv setiap 4 jam

3. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali

Askep agak berat, kriteria :

1. Sebagian besar aktifitas dibantu


2. Observasi ttv setiap 2-4 jam sekali
3. Terpasang folley catheter. Intake output dicatat
4. Terpasang infus
5. Pengobatan lebih dari sekali
6. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur

Askep maksimal, kriteria :

1. Segala akifitas diberikan oleh perawat


2. Posisi diatur. Observasi ttv setiap 2 jam
3. Makan memerlukan NGT. Terapi intravena
4. Penggunaan suction
5. Gelisah/disorientasi
Contoh kasus :

No

Kategori

Rata-rata
jml
Jml jam prwt/hari
pasien/hari (risetLN)

Jml jam prwat/hari


(c x d)

1.

Askep minimal

14

2.

Askep sedang

3.08

21.56

3.

Askep agak berat

11

4.15

45.65

4.

Askep minimal

Jumlah

6.16

26

6.16
87.37

Untuk perhitungan jlm tenaga tsb perlu ditambah (faktor koreksi) dengan :
Hari libur/cuti/hari besar (loss day)
= 52 + 12 + 14 = 78 hari x 12.5 = 3.4 orang
286
Tenaga kep. yg mengerjakan pekerjaan non kep. (non-nursing jobs) seperti contohnya : membuat
perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat2 makan pasien, dll diperkirakan
25% dari jam pelayanan keperawatan
= 12.5 + 3.4 x 25 = 3.9
100
Jlm tenaga : tenaga yg tersedia + faktor koreksi 15.9 + 3.9 = 19.8 (dibulatkan 20 perawat)
Jadi tenaga kep. Yg dibutuhkan dalam contoh kasus di atas adalah sebanyak 20 orang.
2. Kamar Operasi
2.1 Di kamar Operasi
Dasar perhitungan tenaga di kamar operasi
1. Jumlah dan jenis operasi
2. Jumlah kamar operasi
3. Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam perhari) pada hari kerja
4. Tugas perawat di kamar operasi: instrumentator, perawat sirkulasi (2 orang /tim)
5. Ketergantungan pasien :
- Operasi besar : 5 jam/1 operasi
- Operasi sedang : 2 jam/1 operasi

- Operasi kecil : 1 jam/ 1 operasi


Contoh kasus :
Dalam suatu RS terdapat 30 operasi perhari, dengan perincian :
- Operasi besar

: 6 orang

- Operasi sedang : 15 orang


- Operasi kecil

: 9 orang

Perhitungan kebuth. Tenaga kep. Sbb:


= [(6x5 jam) + (15x2 jam) +(9x1 jam)] x 2 = 19.71 +1 (pwt cadangan inti)
7 jam
Jadi jlm tenaga kep. Yg dibutuhkan di kamar operasi untuk contoh kasus di atas 20 orang.
2.2. Di ruang penerimaan dan RR
Ketergantungan pasien di ruang penerimaan : 15 menit
ketergantungan pasien di RR : 1 jam
1.25 x 30 = 5.3 orang (dibulatkan 5 orang)
7
Jadi jlm tenaga kep. Yang dibutuhkan di ruangan penerimaan dan RR adalah 5 orang
Perhitungan di atas dg kondisi : alat tenun dan set operasi dipersiapkan oleh CSSD.
3. Gawat Darurat
Dasar perhitungan di unit gawat darurat adalah:
a. Rata-rata jlm pasien per hari
b. jumlah jam perawatan per hari
c. Jam efektif perawat/hari
Contoh ;

Rata-rata jlm pasien/hari = 50


Jlm jam perawatan = 4 jam
Jam efektif/hari = 7 jam
Jadi kebuth. Tenaga perawat di IGD :
50 x 4

78

= 35.7 = 29 orang + loss day ( - x 29) =7,9 ~ 8


7

286

= 29 orang + 8 orang = 37 orang


4. Critical Care
Rata-rata jlm pasien/hari = 10
Jml jam perawatan/hari = 12
Jadi kebutuhan tenaga kep. di Critical care :
10 x 12

78

=17.15 = 17 orang + loss day (- x 17 = 4,63 ~ 5 orang


7

286

= 17orang + 5 Orang = 22 orang


5. Rawat Jalan
Rata-rata jumlah pasien 1 hari = 100
Jml jam pwt 1 hari = 15
Jadi kebutuhan tenaga kep. di rawat jalan :
100 x 15

15

= 4 orang + koreksi 15% = - x 4 = 0,6 ~ 1


7 x 60

100

= 4 orang + 1 orang = 5 orang


6. Kamar Bersalin
a. Waktu yg diperlukan untuk pertolongan persalinan mencakup kala I s/d IV = 4 jam/pasien
b. Jam efektif kerja bidan 7 jam/hari
c. Rata-rata jumlah pasien setiap hari = 10 pasien
Contoh : jumlah bidan yg diperlukan
10 ps x 4 jam/ps

40

= = 5.7 = + 6 orang + loss day78/286 x 6 = 2


7 jam/hari

= 6 orang + 2 orang = 8 orang


2.2 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT

METODE

PERHITUNGAN

TENAGA

Berdasarkan Derajat Ketergantungan Klien dengan menggunakan Rumus Douglas (1984)


Kelebihan :

Mampu menggambarkan jumlah kebutuhan perawat pada setiap shift kerja

Dapat menggambarkan kebutuhan terhadap setiap kategori derajat ketergantungan pasien.

Kekurangan :

Memerlukan data pasien yang perlu diperbarui setiap harinya, sehingga agak
menyulitkan.

Memerlukan observasi atau pengukuran untuk dapat mengetahui secara pasti kategori
pasien

Berdasarkan Pedoman Cara Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan (Direktorat Pelayanan


Keperawatan, Depkes 2002)
Kelebihan :

Tingkat ketergantungan pasien dibedakan atas 5 tingkatan, yang dapat membantu perawat
agar lebih fokus pada pasien sesuai teingkat ketergantungannya.

Memperhitungkan beban kerja perawat

Memperhitungkan kebutuhan terhadap perawat langsung, perawat tidak langsung, dan


waktu penyuluhan kesehatan.

Kekurangan:

Kebutuhan jumlah perawat tiap shift kerja kurang jelas.

Pengkategorian pasien ke dalam tiap tingkatan derajat ketergantungan rumit.

BAB III
PENUTUP
3. 1 KESIMPULAN
Tujuan dari metode perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan di Rumah Sakit adalah untuk
menentukan jumlah kebutuhan tenaga perawat yang efektif dan efisien.
Secara umum penetapan jumlah tenaga keperawatan dijabarkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan Derajat Ketergantungan Klien dengan menggunakan Rumus Douglas (1984)
Kelebihan :

Mampu menggambarkan jumlah kebutuhan perawat pada setiap shift kerja

Dapat menggambarkan kebutuhan terhadap setiap kategori derajat ketergantungan pasien.

Kekurangan :

Memerlukan data pasien yang perlu diperbarui setiap harinya, sehingga agak
menyulitkan.

Memerlukan observasi atau pengukuran untuk dapat mengetahui secara pasti


kategori pasien

1. Berdasarkan Pedoman Cara Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan (Direktorat


Pelayanan Keperawatan, Depkes 2002)

Kelebihan :

Tingkat ketergantungan pasien dibedakan atas 5 tingkatan, yang dapat membantu perawat
agar lebih fokus pada pasien sesuai teingkat ketergantungannya.

Memperhitungkan beban kerja perawat

Memperhitungkan kebutuhan terhadap perawat langsung, perawat tidak langsung, dan


waktu penyuluhan kesehatan.

Kekurangan:

Kebutuhan jumlah perawat tiap shift kerja kurang jelas.

Pengkategorian pasien ke dalam tiap tingkatan derajat ketergantungan rumit.

3.2 SARAN
Sebaiknya dalam memilih tenaga perawat harus dilakukan secara selektif mungkin, dalam
memilah tenaga perawat mesti yang professional dan berkompetensi sehingga mampu
mengemban tugas yang diberikan dan mampu meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit itu
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Aiken, L. H. et al. (2000). Hospital nurse staffing and patient mortality, nurse burnout, and job
dissatisfaction. JAMA, 288(16); 1987-1993.
American Nurses Association (ANA).(2007). Nursing Care Hours per Patient Day: Technical
Guide Depdiknas. (2003). Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional. Jakarta: Depdiknas.
Hari,Ujinangtyas Sri.2010. Perencanaan Tenaga Perawat Di Ruang Perawatan. Akper Panti
Rapih
Harris, M.G & Associates. (2006). Managing health services: Concepts and practice (2nd ed),
Australia: Elsevier.
Muninjaya,A.A Gde.1999. Manajemen kesehatan.Jakarta:EGC
Petroz, U. et al. (2007). A Structured Approach to Determining Nursing Staff Mix. Canada.

PPNI.
(2008).
Pengembangan
sistem
jenjang
karir
perawat.
http://vivipohan.wordpress.com/2008/12/23/pengembangan-sistem-jenjang-karir-perawat/
Setyowati,
A.
Analisa
kebutuhan
tenaga
perawatan
di
rumah
sakit.
http://www.scribd.com/doc/8537398/Analisis-Kebutuhan-Tenaga-Perawatan-Rumah-Sakit.
Sitorus, R. (2006). Model praktek keperawatan profesional di rumah sakit: Penataan struktur &
proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat. Jakarta: EGC.
Sukardi,Heri.2005.Analisis kebutuhan tenaga perawat berdasarkan Kategori pasien di irna
penyakit dalam Rsu tugurejo semarang. Undip Semarang

Вам также может понравиться