Вы находитесь на странице: 1из 6

PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA IKM BATIK DI SENTRA BATIK GUMELEM,

KABUPATEN BANJARNEGARA
Suparni Setyowati Rahayu, Vonny S.A Budiarti, Adhy Purnomo, Amrul
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang
Abstract
As one of the centers of batik in Central Java, batik industrial development in the District
Banjarnegara very rapidly, supported by dozens of batik centers spread across several districts.
Prior to 2007, the centers of batik Banjarnegara Regency develop naturally. Based on the
ability of labor absorption, the type of batik industry ranked first or very good potential in the
employment that is equal to 88,053 persons. One of a dense cluster with a high production
volume is the cluster of batik Gumelem Sub Buaran Banjarnegara district. To improve
economic performance, social, and environment on cluster Gumelem batik, Banjarnegara
District conducted ongoing implementation of cleaner production tools and optimizing the
utilization of solid waste through a pattern of (3R). The result is a production of batik batik
cloth, bed sheets and pillowcases, hem, shirt , house dresses, sarongs, table cloths, veils. The
production capacity of each craftsman per month from 300 to 1200 kodi kodi. Growth of SMEs
in the District Banjarnegara especially batik Gumelem clusters grow each year despite the
close of business, and is the economic heart of the garment in Banjarnegara district. On
average, one company has employees 15 people. Each year an average of one company uses
10,950 kg of wax batik, gray cloth 182 880 m, 1600 l H2O2, koslik 2000 kg, 200 kg teepol. in
batik production process takes an average of 15 000 l of water, kerosene 10 l. While the wax is
wasted during the year 12.5%, the product failed 9144 m, H2O 2, which scattered 200 l, 24
kg caustic runoff, waste water 80% of water used, the scattered teepol 10 kg, 50.4 dye kg, no
one who uses natural dyes. Stages that must be passed to implement cleaner production
sustainable is to identify causes of inefficiency, analyze the causes and environmental impacts,
determine the corrective measures needed for environmental management, integrating the
company's organizational structure and evaluate these measures.
Key words: Efficiency, Cleaner Production, Environmental Management
PENDAHULUAN
Dewasa
ini,
penerapan
perangkat-perangkat
pengelolaan lingkungan mengarah pada upaya
perbaikan lingkungan yang dilakukan secara terpadu
dan sistematis oleh seluruh pihak yang
berkepentingan menuju pencapaian keseimbangan
aspek lingkungan, ekonomi dan sosial. Upaya
terpadu dan sistematis tersebut mencakup antara lain
penyediaan kebijakan dan program pemerintah yang
kondusif, praktek pengelolaan lingkungan terbaik
oleh
perilaku
pembangunan,
infrastruktur
pengelolaan lingkungan yang memadai dalam bentuk
pendidikan dan pelatihan yang dikemas dalam
kegiatan Penerapan IPTEKS bagi produk ekspor.
Pertumbuhan UKM di Kabupaten Banjarnegara
khususnya klaster batik Gumelem setiap tahunnya
berkembang meskipun ada yang tutup usahanya, dan
merupakan jantung perekonomian garmen di
kabupaten Banjarnegara. Rata-rata satu perusahaan
mempunyai karyawan 15 orang. Setiap tahun ratarata satu perusahaan mempergunakan 10.950 kg lilin

batik, kain grey 182.880 m, H2O2 1600 l, koslik 2000


kg, teepol 200 kg. pada proses produksi batik ratarata membutuhkan air 15.000 l, minyak tanah 10 l.
Sedangkan selama setahun lilin yang terbuang
12,5%, produk gagal 9.144 m, H2O2 yang tercecer
200 l, kostik yang tercecer 24 kg, air limbah 80%
dari air yang digunakan, teepol yang tercecer 10 kg,
bahan pewarna 50,4 kg, belum ada yang
mengunakan pewarna alam. (Setyowati, 2007).
Kondisi ini tentunya dapat berkontribusi negatif
kepada lingkungan maupun perusahaan apabila tidak
dilakukan pengelolaan secara terpadu. Fakta
menunjukkan bahwa upaya pengelolaan lingkungan
dan penghematan bahan baku, bahan tambahan, air
maupun energi masih dihadapkan kepada kendalakendala kurangnya pengetahuan praktis pengelolaan
lingkungan dan sumber daya manusia yang terbatas.
Sebagai upaya peningkatan potensi-potensi tersebut
maka dilakukan penerapan produksi bersih
berkelanjutan di Kampoeng Batik Gumelem
Banjarnegara. Melalui penerapan produksi bersih

145

berkelanjutan, volume air limbah dapat berkurang


sejak air proses produksi serta bahan pencemar yang
terkandung di dalamnya pun dapat berkurang dengan
adanya penggunaan bahan yang ramah lingkungan.
Dengan berkembangnya volume air limbah serta
bahan pencemar, kebutuhan biaya pengolahan serta
bahan pencemar, kebutuhan biaya pengolahan air
limbah pun akan berkurang. Tahapan yang harus
dilalui untuk menerapkan produksi bersih
berkelanjutan yaitu mengidentifikasi penyebab dan
efisiensi
menganalisis sebab dan dampak
lingkungan, menentukan langkah-langkah perbaikan
pengelolaan
lingkungan
yang
diperlukan,
mengintegrasikannya dalam struktur organisasi
perusahaan serta mengevaluasi langkah-langkah
tersebut.

Produksi bersih merupakan strategi pengelolaan


lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang
diterapkan secara terus menerus pada proses
produksi, produk dan jasa sehingga meningkatkan
eko-efisiensi dan mengurangi terjadinya resiko
terhadap manusia dan lingkungan (UNEP). Pada
awalnya pengelolaan lingkungan didasarkan pada
pendekatan kapasitas daya dukung (Carrying
Capacity Approach) akibat terbatasnya daya dukung
alamiah untukmenetralisir pencemaran yang semakin
meningkat. Upaya dalam mengatasi masalah
pencemaran berubah pendekatan pengolahan limbah
yang terbentuk (End Of Pipe Treatment ).

a. Adanya keluaran bukan produk (KBP) atau Non


Product Output (NPO) yang berupa materi,
energi, dan air yang terbuang 10 30% dan total
biaya produksi.
b. KBP terutama lilin/malam yang ikut larut dalam
air
c. Belum adanya perangkap malam/lilin yaitu koen.
Koen/wax trap.
d. Belum optimalnya strategi produksi bersih
berkelanjutan dengan efisiensi secara ekonomis
pada proses produksi dan peningkatan pelayanan
yang berimplikasi pada pengurangan penggunaan
sumber daya alam maupun pengurangan
penggunaan bahan beracun dan berbahaya.

Konsep produksi bersih merupakan konsep yang


memiliki hierarchy di mana recycle harus dilakukan
langsung (in-pipe recycle). Jadi penyelesaian
masalah lingkungan ditekankan
pada sumber
pencemaran bukan pada akhir proses seperti pada
end-ofpipe
treatment
technology,
meliputi
pemanfaatan sumber alam secara efisien yang
bermakna pula bagi penyusutan limbah yang
dihasilkan, pencemaran, dan penyusutan risiko bagi
kesehatan dan keselamatan manusia. Konsep ini
tidak selalu membutuhkan kegiatan yang mahal atau
teknologi canggih tetapi sering kali menghasilkan
penghematan yang potensial sehingga meningkatkan
daya saing di pasar. Yang dibutuhkan adalah
perubahan sikap, pengelolaan lingkungan yang
bertanggung-jawab dan penilaian pilihan teknologi.
Produksi bersih yang sederhana untuk diterapkan
adalah good housekeeping

Tujuan Penelitian ini adalah :

Adapun langkah-langkah produksi bersih adalah :

a. Mengevaluasi perhitungan efisiensi energi pada


Industri Batik
b. Menyusun Potensi efisiensi energi pada Industri
Batik
c. Mengevaluasi penggunaan energi di Industri
Batik yang dapat dioptimalkan sedemikian
diperoleh tingkat efisiensi yang tinggi dan ramah
lingkungan

1). Substitusi Bahan Baku dan Bahan Pembantu

Permasalahan yang dihadapi oleh UKM adalah :

Manfaat Penelitian ini adalah :


a. Mengetahui Tingkat efisiensi energi pada Industri
Batik
b. Mengetahui Potensi efisiensi energi pada Industri
Batik
c. Mengetahui penggunaan energi di Industri Batik
yang dapat dioptimalkan sedemikian diperoleh
tingkat efisiensi yang tinggi dan ramah
lingkungan

146

a. Mengganti bahan baku yang mengandung bahan


berbahaya dengan bahan yang tidak atau lebih
sedikit mengandung bahan berbahaya dan
baracun (B-3).
b. Mengganti bahan pelarut dan bahan pembersih
yang mengandung bahan berbahaya.
2). Memperbaiki Sistem Tata Rumah Tangga
a. Mengurangi kehilangan bahan baku, produk dan
energi sebagai akibat adanya kebocoran, dan
tumpahan.
b. Menempatkan peralatan dengan baik untuk
menghindari
terjadinya
tumpahan
dan
kontaminasi.
c. Menyediakan dan menggunakan penampung
tetesan, tumpahan dan kebocoran.
d. Mencegah tercampurnya aliran limbah dari
sumber yang berbeda.
TEKNIS Vol. 5 No.3 Desember 2010 : 145 - 150

Modifikasi Produk
a. Memformulasikan kembali rancangan produk
untuk mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan setelah produk tersebut dipakai.
b. Menghilangkan kemasan yang berlebihan dan
tidak perlu.
c. Meningkatkan masa pakai produk (product
lifetime).
d. Mendisain produk sehingga produk tersebut
dapat didaur ulang.
Modifikasi Proses
a. Mengganti peralatan yang rusak dan perbaikan
tata letaknya untuk mengoptimalkan aliran bahan
dan efisiensi produk.
b. Memperbaiki kondisi proses seperti kecepatan
aliran, temperatur, tekanan dan waktu
penyimpanan,untuk memperbaiki kualitas produk
akhir dan mengurangi terbentuknya limbah.
4. Keuntungan
Bersih
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

dalam

penerapan

Produksi

Meningkatkan efisiensi.
Mengurangi Biaya Pengolahan Limbah.
Konsevasi Bahan Baku dan Energi.
Membantu Akses Kepada Lembaga Finansial.
Memenuhi Permintaan Pasar.
Memperbaiki Kualitas Lingkungan.
Memenuhi Peraturan Lingkungan.
Memperbaiki Lingkungan Kerja.
Meningkatkan Persepsi Masyarakat.

METODOLOGI PENELITIAN
a. Kajian Perpustakaan, kajian ini dilakukan
untuk mendapatkan sumber-sumber referensi
yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam
penyusunan kajian ini.
b. Metode pengumpulan data, pengumpulan data
sekunder akan diperoleh dari instansi terkait,
sedangkan data primer diperoleh dari survey
lapangan.
c. Teknik analisis dan pengolahan data, analisis
data berupa analisis deskriptif terhadap data
sekunder dan informasi yang ada yang diperoleh
dari instansi terkait pada tahap sebelumnya. Dari
tahap ini dapat diperoleh gambaran kondisi
kinerja industri batik di Simbang |Kulon, seperti
analisis tentang tingkat penggunaan bahan dan
energi, tingkat volume limbah yang dibuang ke
lingkungan
d. Menyusun Model Korelasi, yang dapat
digunakan untuk mencari determinan (faktor-

faktor yang mempengaruhi) keberhasilan


pengelolaan industri batik secara efisien dan
ramah terhadap lingkungan(ekoefisiensi).
e. Menyusun Model Statistik Peramalan/Regresi,
yang dapat digunakan untuk meramal (forecast)
indikator-indikator penting dan dipakai sebagai
bahan perencanaan yang akan datang.
HASIL PENELITIAN
a. Lay out UKM batik sesuai dengan penerapan
produksi bersih
b. Hot Spots UKM batik pada gudang obat haspel,
printing, pencucian plankan, dan paddr.
c. Analisis sebab dan alternatif langkah masingmasing UKM dalam penerapan produksi bersih.
d. Perhitungan KBP sebelum penerapan produksi
bersih dan sesudah penerapan produksi bersih.
e. Bangunan koen/wax trap untuk perangkap lilin
dengan panjang 345 cm dan lebar 90 cm
kedalaman 135 cm yang disekat-sekat menjadi 4
bak.
Berdasarkan hasil analisis identifikasi pada input,
proses produksi, dan output, telah ada beberapa
temuan permasalahan yang menyebabkan keluaran
bukan produk (limbah) atau keluaran yang tidak
diingikan terbentuk, yang disebabkan karena
beberapa hal yang telah dijelaskan pada analisa
sebab dan penyebabnya. Maka dari itu telah dibuat
langkah-langkah perbaikan (alternatif langkah)
dengan memperhatikan biaya atau tanpa adanya
biaya. Dalam alternatif langkah, analisis yang dibuat
ditinjau dari segi manfaat ekologi (lingkungan) dan
ekonomi.
1. Pengurangan pemakaian listrik pada proses
pelorodan
Dari hasil perhitungan, pemakaian listrik saat
proses pelorodan berkurang dari 0,18 kWh/hari
menjadi 0,15 kWh/ hari. Maka penghematan
ekonomi yang didapat per bulan (jika diketahui
harga per kWh adalah Rp 717,- sebagai berikut :
Sebelum penerapan = 0,18 kWh
0,18 kWh x Rp 717 = Rp 129,06
Setelah penerapan
= 0,15 kWh
0,15 kWh x Rp 717 = Rp 107,55 Jadi
penghematan ekonomi per bulan :
(Rp 129,06 Rp 107,55) x 24 hari = Rp 516,24
2. Pengurangan pemakaian listrik pada proses
pencucian
Dari hasil perhitungan, pemakaian listrik saat
proses pencucian berkurang dari 0,25 kWh / hari
menjadi 0,093 kWh / hari. Maka penghematan

PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA IKM BATIK DI SENTRA ..... (Suparni Setyowati Rahayu dkk)

147

ekonomi yang didapat per bulan (jika diketahui


harga per kWh adalah Rp 717,-) sebagai berikut :
Sebelum penerapan = 0,25 kWh
0,25 kWh x Rp 717,- = Rp 179,25,Setelah penerapan
= 0,093 kWh
0,093 kWh x Rp 717,- = Rp 66,68,Jadi penghematan ekonomi per bulan :
(Rp 179,25 Rp 66,68) x 24 hari = Rp 2.701,6 ,3. Rekomendasi penggantian kompor berisi minyak
tanah dengan kompor berisi solar dan LPG
pada proses pembatikan.
Pemakaian minyak tanah :
Untuk proses pembatikan 10-15
kodi kain
membutuhkan 18 L (9 kompor) minyak tanah / hari.
Harga minyak tanah Rp 7.500,- / liter
Jadi, biaya pemakaian minyak tanah per hari :
Rp 7.500 x 18 L = Rp 135.000,Pemakaian solar :
*(Kondisi riil jika menggunakan harga minyak
solar bersubsidi yaitu Rp 4.500,- per liter)
Untuk proses pembatikan 10-15
kodi kain
membutuhkan 13,5 L (9 kompor) minyak tanah/hari.
Harga solar Rp 4.500,- / liter
Jadi, biaya pemakaian solar per hari :
Rp 4.500,- x 13,5 L = Rp 60.750,Keuntungan :
- Nyala api lebih maksimal
- Daya kapiler sumbu pada solar lebih lambat,
karena viskositas solar lebih tinggi dari viskositas
minyak tanah, dengan demikian pemakaian
bahan bakar solar dapat lebih hemat.
Kerugian :
- Terdapat gumpalan (kerak) pada kompor
*(Kondisi jika menggunakan harga minyak solar
untuk industri yaitu Rp 7.877,- per liter)
Untuk proses pembatikan 10-15
kodi kain
membutuhkan 13,5 L (9 kompor) minyak tanah/ hari.
Harga solar Rp 7.877,- / liter
Jadi, biaya pemakaian solar per hari :
Rp 7.877,- x 13,5 L = Rp 106.339,5 ,Pemakaian LPG :
1 tabung berisi 3 Kg @ 13.500
Dari hasil penelitian didapatkan pemakaian 1 gas
LPG 3 Kg dapat digunakan untuk 3 hari.
Biaya investasi gas LPG per kompor adalah Rp
283.500,- dengan rincian sebagai berikut :

148

1 tabung + kompor = Rp 120.000,1 penyangga = Rp 150.000,Isi LPJ 3 Kg = Rp 13.500,- +


= Rp 283.500,-

Analisis Perbandingan untuk 3 kompor


1. Jika bahan bakar yang digunakan adalah minyak
tanah, maka apabila perhitungan memakai 3
kompor adalah sebagai berikut :
1 tahun produksi
= 311 hari (hari produktif)
1 kompor / hari
=2L
Harga minyak tanah liter
= Rp 7.500,Jadi, kebutuhan bahan bakar untuk 3 kompor
adalah :
- 3 x 2 L x Rp 7.500,- = Rp 45.000,- 1 tahun = Rp 45.000,- x 311 hari
= Rp 13.995.000,2. Jika bahan bakar yang digunakan adalah solar,
maka apabila perhitungan memakai 3 kompor
adalah sebagai berikut :
*(Kondisi riil harga minyak solar bersubsidi)
1 tahun produksi = 311 hari (hari produktif)
1 kompor / hari = 1,5 L
Harga solar per liter = Rp 4.500,Jadi, kebutuhan bahan bakar untuk 3 kompor adalah :
3 x 1,5 L x Rp 4.500,- = Rp 20.250,1 tahun = Rp 20.250,- x 311 hari
= Rp 6.297.750,*(Kondisi harga minyak solar industri)
1 tahun produksi = 311 hari (hari
produktif)
1 kompor / hari = 1,5 L
Harga solar liter = Rp 7.877 ,Jadi, kebutuhan bahan bakar untuk 3 kompor adalah :
- 3 x 1,5 L x Rp 7.877,- = Rp 35.446,5,- 1 tahun = Rp 35.446,5,- x 311 hari
= Rp 11.023.861,5 ,3.

Jika bahan bakar yang digunakan adalah LPG,


maka apabila perhitungan memakai 3 kompor
adalah sebagai berikut :
Biaya investasi
= Rp 283.500,3 x Rp 283.500,= Rp 850.500,sehingga dalam 311 hari produktif kebutuhan
mengisi tabung sebanyak 104 kali pengisian
(kebutuhan LPG tiap 1 tabung = 3 hari).
Jadi, total kebutuhan untuk 3 kompor adalah :
Rp 850.500,- + (104 x Rp 13.500,-)
= Rp 2.254.500,-

TEKNIS Vol. 5 No.3 Desember 2010 : 145 - 150

Berdasarkan
perhitungan
diatas,
didapatkan
penghematan dari ketiga bahan bakar tersebut
adalah :
Jika menggunakan bahan bakar minyak tanah
terhadap LPG penghematan untuk 3 kompor
adalah Rp 13.995.000,- Rp 2.254.500,- = Rp
11.740.500,Jika menggunakan bahan bakar solar terhadap
LPG penghematan untuk 3 kompor adalah Rp
6.297.750,- Rp 2.254.500,- = Rp 4.043.250,*(Kondisi riil harga minyak solar bersubsidi)
Jika menggunakan bahan bakar solar terhadap
LPG penghematan untuk 3 kompor adalah Rp
11.023.861,5 ,- Rp 2.254.500,- = Rp
8.769.361,5 ,- *(Kondisi harga minyak solar
industri)
Dari perhitungan diatas dapat dinyatakan bahwa
kebutuhan bahan bakar LPG per tahun lebih efisien
dibandingkan dengan kebutuhan bahan bakar minyak
tanah dan solar meskipun nilai investasi untuk
fasilitas bahan bakar gas sudah masuk di dalamnya.
Penghematan Ekonomi
Berdasarkan analisis reduksi pencapaian alternatif
langkah dan rekomendasi penggntian bahan bakar
minyak tanah dengan LPG, maka total penghematan
ekonomi yang diperoleh pada UKM Tunjung Biru
adalah sebagai berikut :
a. Air
Jika harga air PDAM : Rp 3000,- per m3
- Reduksi pemakaian air bersih proses
pelorodan 900 L menjadi 800 L :
= 0,1 m3 x Rp 3000,- = Rp 300,- Reduksi pemakaian air bersih proses
pencucian 1500 L menjadi 500 L :
= 1 m3 x Rp 3000,- = Rp 3000, total penghematan air jika UKM membayar
pemakaian air PDAM : Rp 3.300,- x 24 hari =
Rp 79.200,b. Lilin
Reduksi jumlah ceceran lilin 1,5 Kg (tidak
dapat direcycle) menjadi 1,1 Kg (dapat
direcycle) :
Jika harga lilin : Rp 10.000,- per Kg
= 1,5 Kg x 8 ( 24 hari : 3 hari )*
= 12 Kg
* karena untuk 1 kali proses produksi batik
membutuhkan waktu 3 hari untuk kain batik
jadi.
-

Maka penghematan
per bulan jika
perhitungan ceceran yang tidak dapat
direcycle untuk 2 kodi kain ;
12 Kg x Rp 10.000,- = Rp 120.000,-

c. Listrik
Jika harga listrik : Rp 717,- per kWh
- Reduksi pemakaian listrik proses pelorodan
0,18 kWh menjadi 0,15 kWh
= 0,13 kWh x Rp 717,- = Rp 93,21 ,- Reduksi pemakaian listrik proses pencucian
0,25 kWh menjadi 0,093 kWh
= 0,157 kWh x Rp 717,- = Rp 112,569 , total penghematan tagihan listrik perbulan :
= Rp 93,21 ,- + = Rp 112,569 ,= Rp 205,779 x 24 hari = 4938,696
d. Rekomendasi penggantian minyak tanah dengan
LPG
Berdasarkan hasil perhitungan untuk penggantian
kompor minyak tanah dengan LPG, diperoleh
penghemtan per bulan : Rp 2.935.125,-*
*( penghematan per bulan / 1 kompor = Rp 326.125,x 9 kompor )
Maka :
- Total penghematan berdasarkan alternatif
langkah menurut reduksi pemakaian air, lilin, dan
listrik adalah Rp 204.138,69,- (produksi 2 kodi
kain).
Menghitung Rasio Produksi bersih
Berdasarkan hasil analisis perhitungan, rasio
produksi bersih dapat dihitung sebagai berikut :
Jumlah limbah (sebelum penerapan) 2729,18 L, dan
(setelah penerapan) 2458,1 L. Diketahui, harga biaya
operasional pengolahan air limbah sebesar Rp
90.000,- Rp 100.000,- per m3
Rasio produksi bersih
(sebelum penerapan)
=
Biaya produksi 2 kodi kain
Jmlh biaya pengolahan limbah cair
=
Rp 1.200.000,Rp 272.918,=
4,4
(setelah penerapan)
=
Biaya produksi 2 kodi kain
Jumlah biaya pengolahan limbah cair
=
Rp 1.182.000,Rp 245.810,=
4,8

PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA IKM BATIK DI SENTRA ..... (Suparni Setyowati Rahayu dkk)

149

KESIMPULAN DAN SARAN

Ucapan Terima Kasih

1. Faktor penyebab banyaknya jumlah ceceran air


dan lilin serta banyaknya jumlah air limbah yang
dibuang disebabkan dari kesalahan manusia
(human error). Hal ini diakibatkan kurangnya
pengetahuan dan kesadaran para pekerja untuk
bekerja lebih benar, pengawasan yang kurang
terhadap pekerja dan terbatasnya ketersediaan
sarana dan prasarana yang menyebabkan hal
tersebut terjadi, sehingga dapat berdampak
mencemari lingkungan dan pemborosan biaya
akibat inefisiensi penggunaan bahan baku, air,
dan energi.
2. Pengurangan jumlah konsumsi air pelorodan
serta pencucian, dan secara langsung mengurangi
jumlah pemakaian energi listrik, beban listrik
berkurang dari 0,18 kWh menjadi 0,15 kWh
(pelorodan), dan 0,25 kWh menjadi 0,093 kWh
(pencucian).
3. Total penghematan berdasarkan alternatif
langkah menurut reduksi pemakaian air, lilin, dan
listrik adalah Rp 204.138,69,- (produksi 2 kodi
kain), dan untuk penggantian bahan bakar
minyak
tanah
dengan
LPG
diperoleh
penghematan sebesar Rp 2.935.125,-.
4. Rencana aksi pada penerapan produksi bersih
yaitu pembuatan gantungan untuk penirisan kain
basah, pembuatan penampang kompor untuk
tampungan ceceran lilin, membuat talang tadah
hujan untuk mengurangi pemakaian air bersih
saat proses pencucian, pembuatan plankan dari
kayu yang diberi kasa untuk menampung
remukan lilin saat proses pelorodan, dan
penggantian bahan bakar minyak tanah dengan
LPG.
5. Reuse air proses pencucian pada bak II untuk
dipakai kembali saat pencucian pertama,
sehingga pemakaian air bersih dapat berkurang
dari 1500 L menjadi 500 L. Reduksi air proses
pelorodan berkurang dari 900 L menjadi 800 L.

Tim Program Hi-Link Politeknik Negeri Semarang


mengucapkan terima kasih kepada DP2M DIKTI
yang telah memberikan stimulan dana dalam
Program Hibah Kemitraan Politeknik Negeri
Semarang dengan Pemda Banjarnegara serta UKM
Batik Tunjung Biru.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir. 1995. Energi Sumber Daya,
Inovasi, Tenaga Listrik, dan Potensi
Ekonomi, 2nd ed. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Anonim. 1997. Perencanaan Teknik Pengelolaan
Pencemaran Industri Sekala Kecil
Sentra Batik DIY. Balai Besar
Penelitian dan Perkembangan Industri
Kerajinan dan Batik. Yogyakarta.
Alaerts, dan Santika, S.S. 1984. Metode
penelitian air. Usaha Nasional
Surabaya. Indonesia.
Arismunandar, Wiranto & Koichi Tsuda.2002.
Motor Diesel Putaran Tinggi. PT.
Pradnya Paramita. Jakarta.
Burritt, R and Schaltegger, S. 2001. Ecoefficiency in Corporate Budgeting.
MCB University Press.
Don R. Hansen, and Mowen. 2005. Management
Accounting, 7th Ed. Salemba Empat.
Jakarta.
Hardiyarto, dkk. 2007. Panduan Penerapan
Produksi bersih. Kementrian Negara
Lingkungan Hidup dan Deutsche
Gesellschaft
fuer
Technische
Zusammenarbeit (GTZ). Germany.

Saran
Perlu adanya instalasi pengolahan air limbah secara
terpadu yang dilaksanakan oleh klaster batik
Gumelem, sehingga akan tercapai produksi bersih
berkelanjutan dalam upaya mendapatkan industri
yang berpeluang ekspor dan
berwawasan
lingkungan.

150

TEKNIS Vol. 5 No.3 Desember 2010 : 145 - 150

Вам также может понравиться