Вы находитесь на странице: 1из 4

BAB III

PEMBAHASAN

Seorang laki-laki 56 tahun pada kasus ini didiagnosa menderita anemia


aplastik, dan nephrolithiasis duplex. Pasien datang ke RSDK dengan keluhan
utama muncul bintik-bintik merah di seluruh tubuh. Munculnya bintik-bintik
merah di seluruh tubuh merupakan adanya tanda perdarahan yang dapat
diakibatkan oleh karena adanya gangguan fungsi darah, berupa gangguan fungsi
trombosit.1,11,19,20 tanda perdarahan lainnya yang dialami oleh pasien adalah adanya
petekie pada kulit kedua sisi ekstremitas superior dan inferior, gusi berdarah, dan
dari hasil funduskopi didapatkan adanya perdarahan retina. Hasil hitung trombosit
sebesar 53,0x103/uL (trombositopenia ringan) dengan estimasi gambaran darah
tepi menurun dan bentuk besar.
Leukopenia juga didapatkan pada kasus ini

dengan

jumlah leukosit

1,5x103/uL dengan jumlah ANC 255/uL. Jumlah ANC 255/uL dapat dikategorikan
sebagai neutropenia derajat berat.

Pasien pada kasus ini mengalami febril

neutropenia, berdasarkan jumlah ANC 255/Ul (<500/uL) dan didapatkan


pengukursn suhu 38,3C. Berdasarkan skor MASCC pasien adalah sebagai
berikut :
Kategori
Beban penyakit

Hipotensi

Penilaian
Tanda tidak ada atau
ringan: 5
Tanda moderat: 3
Tanda berat: 0
Ya: 0
Tidak: 5

67

Skor
3

Penyakit
obstruksi
paru
kronik
Tumor solid atau infeksi
jamur invasif sebelumnya
Status outpatient saat onset
demam
Dehidrasi atau membutuhkan
cairan infus
Usia <60 tahun

Ya: 0
4
Tidak: 4
Ya: 0
4
Tidak: 4
Ya: 3
3
Tidak: 0
Ya: 0
0
Tidak: 3
Ya: 2
2
Tidak: 0
Jumlah skor MASCC
21
Skor MASCC tersebut menunjukkan suatu kerentanan untuk mengalami
febril neutropenia. Pasien pada kasus ini mempunyai skor MASCC sebesar 21
sehingga tergolong pada low risk. Apabila seorang pasien mengalami febril
neutropenia, maka itu adalah suatu kegawatan yang harus ditangani dengan baik.16
Pasien pada kasus ini dengan skor MASCC high risk, sesuai dengan algoritma
penanganan, diberikan injeksi cefepime 1 g/8 jam PO. Pasien sebaiknya dirawat
di ruang isolasi bertekanan positif dan dilakukan pemeriksaan kultur darah untuk
mencari penyebab infeki. Dari hasil kultur darah tidak didapatkan adanya
pertumbuhan kuman. Pada hitung jenis terdapat penurunan sel segmen, disertai
peningkatan limfosit. Gambaran darah tepi didapatkan estimasi jumlah leukosit
menurun, limfositosis, limfosit teraktivasi, beberapa dengan sel Rieder.
Keluhan lain yang dirasakan oleh pasien adalah lemas, cepat lelah, pusing, ,
nafsu makan menurun, berat badan menurun, wajah terlihat pucat, yang secara
umum menggambarkan gejala umum anemia1,6 dan bukan karena sebab lain
didukung oleh tidak adanya keluhan sesak napas, nyeri dada, kaki bengkak yang
merupakan keluhan dari penderita sakit jantung dan tidak adanya keluhan buang
air kecil sedikit (dapat merupakan gejala dari gagal ginjal). Kecurigaan terjadi

68

anemia pada pasien juga didukung riwayat penyakit dahulu yang pernah dirawat
di RS Ketileng, mendapatkan transfusi 4 kantong darah merah. Pemeriksaan fisik
didapatkan adanya konjungtiva palpebra pucat, bibir pucat, kuku jari tangan dan
kaki pucat. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 6,9 g/dL yang sesuai
dengan keadaan anemia sedang.6,18, 23 Pada pemeriksaan indeks eritrosit (MCV,
MCH, MCHC) dan gambaran darah tepi didapatkan interpretasi jenis anemia
normositik normokromik dengan anisositosis dan poikilositosis ringan.
Berdasarkan

algoritma

pendekatan

diagnosis

anemia

normositik

normokromik, langkah pertama yang dilakukan adalah pemeriksaan retikulosit.


Hasil pemeriksaan kadar retikulosit dalam batas normal (0,74%) menunjukkan
kelainan pada sumsum tulang dan perlu dilakukan pemeriksaan BMP/BMB untuk
mengetahui kelainannya.
Berdasarkan data tersebut, pasien mengalami pansitopenia, hal tersebut
mengarahkan pasien kepada diagnosis anemia aplastik atau keganasan
hematologi. Hasil pemeriksaan BMP didapatkan kesimpulan hasil hiposeluler,
terdapat penurunan aktivitas eritropoiesis, granulopoiesis, dan megakariopoiesis,
yang sesuai dengan gambaran anemia aplastik dengan reaktif plasmositosis. Hasil
pemeriksaan BMB didapatkan kesimpulan tulang hiposeluler menurut umur,
kesan anemia aplastik. Berdasarkan hasil BMP didapatkan adanya reaktif
plasmositosis, sehingga dipikirkan diagnosis banding suatu multipel myeloma.
Sehingga pada pasien dilakukan pemeriksaan x foto tulang untuk mencari
multipel litik, tanda fraktur patologis, dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan SPE
dan bone survey. Tanda khas untuk diagnosis multipel myeloma adalah terjadinya

69

hiperkalsemia, renal failure (gangguan fungsi ginjal), anemia normositik


normokromik, dan adanya bone litik. Dari kelima tanda khas tersebut hanya dua
yang dialami oleh pasien pada kasus ini yaitu anemia normositik normokromik,
dan adanya bone litik. Sehingga diagnosis banding multipel myeloma dapat
disingkirkan.
Hasil pemeriksaan USG abdomen pada tanggal 1 April di RS ketileng,
didapatkan adanya nephrolithiasis duplex sebesar 0,5 cm. Sesuai dengan algoritma
tatalaksana nephrolithiasis22 maka pasien diberikan terapi konservatif karena batu
yang ada tidak mengganggu dan belum memiliki indikasi untuk dilakukannya
pengeluaran batu secara aktif. Hasil pemeriksaan urinalisis tanggal 25 April tidak
didapatkan adanya kelainan dan tidak didapatkan adanya bakteriuria, hematuria,
nitrit, dan leukosituria, sehingga disimpulkan pasien tidak mengalami ISK.
Kemungkinan batu yang ada terbentuk karena adanya faktor risiko yang
berhubungan dengan pekerjaan pasien berupa seorang supir yang banyak duduk,
dan adanya riwayat kurang asupan minum air serta menahan kencing. Pasien
dimonitoring kecukupan minum air, status BAK dan ukuran batu, serta diedukasi
untuk memenuhi asupan minum air sebanayk 2 liter/hari, bila ingin kencing
sebaiknya tidak ditahan, serta mengurangi diet zat yang dapat membentuk batu
seperti makanan yang tinggi kalsium, teh, kopi, dan coklat yang mengandung
oksalat.

70

Вам также может понравиться