Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 1 / 35
: 2/ Juli 2003
1. TUJUAN
Memperoleh kesuksesan dalam operasi waterflood dengan melakukan monitoring (pengawasan)
terhadap sumur injeksi dan sumur produksi menggunakan data-data di bawah ini yang dapat diperoleh
dari uji sumur produksi/injeksi :
1. permeabilitas formasi
2. kontinuitas antar sumur (interwell continuity), seperti : patahan, rekahan, barriers, dan lain-lain
3. profil tekanan antar sumur dari data tekanan sumur
4. evaluasi dari kerusakan formasi
5. integritas lubang sumur (kebocoran casing/tubing)
6. sifat-sifat fluida
7. evaluasi post-treatment
8. data untuk mengevaluasi efisiensi pembanjiran (flood efficiency)
2. SUMUR INJEKSI
Kinerja sumur injeksi harus dioptimalkan agar kinerja waterflood dapat dimaksimalkan. Beberapa
pertimbangan yang diperlukan adalah menyetel tekanan dan laju alir sumur injeksi.
Pengawasan sumur injeksi meliputi analisa laju alir dan tekanan menggunakan teknik plotting
pengawasan. Log injeksi dan cased hole digunakan untuk menyediakan informasi mengenai kinerja
dan kondisi mekanis sumur.
Skema dari sistemasi analisis sumur injeksi ditunjukkan pada Gambar 1. Flow chart tersebut tidak
dapat diasumsikan telah mewakili seluruh proyek waterflood karena setiap lapangan memiliki
persyaratan yang spesifik dan unik untuk pengujian dan analisisnya, untuk memastikan produksi yang
optimal.
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 2 / 35
: 2/ Juli 2003
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 3 / 35
: 2/ Juli 2003
Survei tentang integritas mekanik dari setiap sumur harus sudah dilakukan sebelum mengubah
sumur menjadi sumur injeksi. Tingkat pelayanan dari seluruh komponen kepala sumur, tubing dan
casing harus dievaluasi untuk memastikan bahwa sumur memenuhi syarat untuk melaksanakan
waterflood. Masalah fill, junk, korosi dan scale harus diidentifikasikan. Ada kemungkinan diperlukan
workover atau dilakukan pekerjaan pemeliharaan dalam rangka perbaikan pada beberapa sumur
sebelum dilakukan flooding. Rekomplesi, plugbacks, deepenings, reperforasi, squeeze cementing dan
clean-outs perlu diselesaikan.
Sejarah stimulasi dari setiap sumur harus direview. Potensi untuk dilakukannya stimulasi di masa
mendatang harus dipertimbangkan. Jika kapasitas injeksi membutuhkan fill-up saturasi gas dan
pelaksanaan proses pemindahan dipertanyakan, maka ada kemungkinan dibutuhkan stimulasi. Jika
stimulasi perekahan hidraulik direkomendasikan, desain panjang dan arah rekahan harus
mempertimbangkan ukuran pola (well spacing), geometri dan arah. Stratifikasi vertikal dari reservoir
mengakibatkan perlunya kontrol terhadap perpanjangan vertikal dari rekahan dan memastikan bahwa
fluida injeksi hanya memasuki formasi yang menjadi target.
2.1. PERTIMBANGAN OPERASIONAL
Pertanyaan pertama yang muncul saat akan dilakukan injeksi air di sumur adalah berapa
laju dan tekanan injeksi yang harus dilakukan. Sekilas, mudah saja untuk mengasumsikan bahwa
laju injeksi yang paling besar merupakan yang terbaik karena semakin tinggi laju injeksi
mengacu pada semakin cepat terjadi fill-up dan lebih besar throughput. Sesungguhnya, untuk
melakukan injeksi pada laju maksimum, tekanan maksimum yang tersedia dari pompa injeksi
dapat digunakan. Tetapi tidak selalu mungkin atau bijaksana untuk melakukan hal tersebut.
Beberapa pertimbangan harus dilakukan dalam memutuskan bagaimana mengoperasikan proses
injeksi dari waterflood.
Ada keyakinan yang telah diketahui secara luas bahwa adanya rekahan akan menurunkan
daerah penyapuan secara universal karena terbentuknya channels dengan konduktivitas tinggi
antara injektor dan produsen. Juga diyakini bahwa injeksi yang dilakukan di atas harga tekanan
daerah formasi akan menurunkan efisiensi penyapuan vertikal karena fluida injeksi dapat masuk
ke dalam formasi yang tidak seharusnya. Pada kondisi tertentu asumsi ini benar, tetapi tidak
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 4 / 35
: 2/ Juli 2003
selalu menjadi alternatif terbaik untuk beroperasi pada tekanan injeksi yang terdesak oleh
tekanan daerah formasi.
Sumur injeksi air yang telah direkahkan secara hidraulik memungkinkan air diinjeksikan
pada laju yang lebih tinggi yang mengacu pada peningkatan jari-jari lubang bor efektif (rw) atau
melewati kerusakan lubang sumur. Jika diketahui arah dominan dari rekahan, mungkin dapat
ditunjukkan bahwa adanya rekahan dapat memperbaiki, daripada menurunkan, efisiensi
penyapuan.
Jika arah dominan dari rekahan mengindikasikan bahwa rekahan hidraulik yang terjadi di
sumur injeksi akan menyebar ke arah sumur produksi dan panjang rekahan akan melebihi sekitar
1/3 jarak antar sumur, maka efisiensi daerah penyapuan akan menurun. Terlepas dari arah
rekahan, proyek dengan well spacing yang lebih kecil dapat menurun karena perekahan sumur
injeksi.
Laju injeksi harus disesuaikan untuk menyesuaikan dengan kapasitas sumur produksi. Laju
injeksi air steady state diberikan oleh persamaan
iw =
kk rw h( Piwf Pe )
r
141.2 Bw w ln e
rw
+ S
(1)
Laju injeksi air dapat dikontrol dengan tekanan rekah formasi dan permeabilitas relatif air.
Jika tekanan reservoir meningkat, tekanan daerah formasi akan cenderung meningkat. Ketika
saturasi air di sekitar sumur injeksi meningkat, permeabilitas relatif air akan cenderung
meningkat. Kinerja sifat dinamik alami dari sumur injeksi inilah yang membuat pengawasan
secara kontinyu dari parameter kinerja sumur sangat penting. Tekanan daerah formasi dapat
ditentukan dengan melakukan uji step-rate.
Saat menentukan parameter operasi dari sumur injeksi air biasanya paling baik menentukan
tekanan kepala sumur injeksi maksimum. Ada kemungkinan tidak bijaksana untuk menentukan
laju alir kecuali rekahan hidraulik yang ada tidak dipertimbangkan. Dengan berlangsungnya
injeksi, suatu sumur dapat dan akan membentuk kerusakan formasi karena partikel materi yang
terlarut dalam air akan tersaring oleh sand face. Tekanan injeksi dasar sumur yang semakin
tinggi akan diperlukan untuk mempertahankan laju injeksi yang sudah ditentukan. Suatu ketika
tekanan injeksi dasar sumur akan melebihi tekanan daerah formasi dan sumur akan rekah.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 5 / 35
: 2/ Juli 2003
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 6 / 35
: 2/ Juli 2003
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 7 / 35
: 2/ Juli 2003
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 8 / 35
: 2/ Juli 2003
Pencegahan dan deteksi sejak dini merupakan hal terpenting dalam pemeliharaan air
injeksi berkualitas tinggi. Data berikut ini harus disurvei dan dianalisa secara sistematis :
a. komposisi air
b. padatan terlarut
c. sifat korosif
d. bacterial titer
e. kandungan minyak
f. parameter sistem (tekanan dan temperatur)
2.3. PENGUKURAN DATA
a. Tekanan
Sumur-sumur injeksi air merupakan sumber utama untuk memperoleh data tekanan
reservoir.
Pada sumur injeksi air yang beroperasi dengan kolom penuh terisi air dalam lubang
sumur akan menghilangkan kerumitan aliran multifasa. Efek wellbore storage dapat
diminimumkan dan perhitungan kehilangan tekanan yang disebabkan oleh gesekan dalam
tubular disederhanakan menjadi korelasi satu fasa. Tekanan dasar sumur menjadi fungsi dari
tekanan kepala sumur, gradien hidrostatik, kedalaman dan gesekan. Gesekan dalam tubular
adalah fungsi dari ukuran tubing dan laju alir.
Sumur injeksi air juga memungkinkan untuk mengambil data dari kepala sumur, yang
akan digunakan pada uji dan analisa transien tekanan.
b. Laju alir
Data laju alir injeksi biasanya dapat diperoleh dari peralatan metering yang dipasang
pada sumur. Biasanya peralatan ini dapat diandalkan untuk merekam volume kumulatif yang
dapat digunakan untuk memperoleh data laju alir (volume per satuan waktu). Jika diperlukan
laju alir secepatnya dapat digunakan flowmeter turbine. Kalibrasi peralatan yang digunakan
untuk mengumpulkan data uji selalu direkomendasikan.
2.4. INDEKS INJEKTIVITAS
a. Teori
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 9 / 35
: 2/ Juli 2003
Plot kartesian dari indeks injektivitas (I) sebagai fungsi dari waktu adalah alat yang
berguna untuk mengevaluasi kondisi dari sumur injeksi. Indeks injektivitas didefinisikan oleh
persamaan :
I=
iw
=
( Piwf Pe )
kwh
r
141.2 Bw w ln e + S
rw
(2)
Penurunan rasio ini terhadap waktu menunjukkan masalah pada sumur injeksi. Sumber
masalah yang paling besar adalah peningkatan pada faktor skin (S).
Is =
iw
h( Piwf Pe )
(3)
Contoh plot skematis indeks injektivitas dapat dilihat pada Gambar 2. Sumur A
mempertahankan indeks injektivitas yang relatif konstan. Sumur B mengalami decline pada
pertengahan periode waktu yang digambarkan. Decline tersebut bisa merupakan indikasi
adanya kerusakan (damage) pada formasi. Plot ini hanya contoh dan perbandingan langsung
pada plot ini akan memberikan hasil yang tidak valid.
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 10 / 35
: 2/ Juli 2003
(P
iwh
t ) sebagai fungsi
injeksi air kumulatif (Wi). Hubungan keduanya harus linier. Penyimpangan yang terjadi
merupakan kunci untuk diagnostik. Kemiringan garis lurus tersebut didefinisikan sebagai :
141.2 Bw w ln e + S
rw
m=
kwh
Bila kondisi sumur berubah, maka kemiringan Hall plot akan berubah juga. Pada awal masa
penyapuan, Hall plot akan menunjukkan bentuk yang melengkung ke atas. Hal ini disebabkan
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 11 / 35
: 2/ Juli 2003
oleh ekspansi re dan kenaikan Pe. Efek ini semakin kecil dengan bertambah besarnya re. Jika
sumur distimulasi kemiringan Hall akan berkurang.
Gambar 3 adalah contoh skematik dari Hall plot yang digunakan untuk mendemonstrasikan
beberapa kondisi yang dapat didiagnosa dengan teknik ini. Bagian kurva yang berlabel A adalah
bentuk melengkung ke atas yang muncul pada masa awal injeksi. Selama periode waktu ini,
polanya menjadi terisi fluida, re meluas dan Pe meningkat. Pada titik B, proses fill-up selesai dan
re serta Pe konstan. Jalur ke titik C menunjukkan Hall plot untuk sumur yang mengalami
beberapa kerusakan formasi. Jalur ke titik D menunjukkan sumur dengan skin, rw dan kh
konstan. Jalur ke titik E dan F menunjukkan Hall plot untuk sumur yang distimulasi dengan
perekahan, pengasaman, dan lain-lain.
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 12 / 35
: 2/ Juli 2003
Uji Fall-off tekanan pada sumur injeksi air biasanya dilakukan untuk mengakses tekanan
reservoir interwell, sifat-sifat formasi dan skin sumur.5,6)
Data-data mendasar yang diperlukan untuk analisa adalah :
1.
Porositas, (fraksi)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 13 / 35
: 2/ Juli 2003
Parting Pressure - FPP) adalah tekanan yang akan menciptakan rekahan baru pada batuan yang
belum rekah atau menambah panjang rekahan yang sudah ada. Pada kasus tertentu, injeksi di
atas FPP dapat menimbulkan perolehan waterflood yang lebih rendah mengacu pada efisiensi
daerah penyapuan yang menurun (Ea). Injeksi di bawah FPP dapat mengurangi laju throughput
dan menyebabkan laju produksi turun.
Untuk memulai prosedur pengujian sumur injeksi harus ditutup atau distabilkan pada laju
injeksi konstan (iw). Jika sumur ditutup, waktu penutupan harus cukup lama untuk
memungkinkan tekanan statik dasar sumur (Piws) untuk menurunkan tekanan statik reservoir.
Ada 2 metoda untuk menganalisa data SRT. Metoda pertama relatif langsung dan
merupakan teknik grafis yang didasarkan pada asumsi yang disederhanakan. Pendekatan
terhadap FPP dapat dibuat dari metoda ini. Teknik kedua adalah analisa yang lebih teliti, yang
didasarkan pada prinsip superposisi (analisa multi-rate). Pendekatan terhadap FPP,
permeabilitas-ketinggian (kh) dan skin dapat dihitung jika data reservoir yang dibutuhkan dapat
disediakan. Perlu dilakukan pengawasan dan pencatatan yang kontinyu terhadap data tekanan vs
periode waktu untuk setiap langkah laju alir. Minimum harus ada data tekanan yang dicatat pada
awal dan akhir setiap langkah laju alir.
Karena ada masalah yang kompleks dalam penggabungan data pada uji multi-rate, maka
prosedur uji step-rate yang lebih mudah, yang digabungkan dengan uji tekanan fall-off, menjadi
pilihan yang lebih ekonomis.
FPP tidak boleh dianggap konstan selama masa injeksi suatu sumur karena FPP cenderung
meningkat bila tekanan rata-rata pori-pori meningkat (setiap 1 psi peningkatan tekanan reservoir,
FPP naik 0.5 - 0.75 psi). Uji step-rate harus diulang setiap ada perubahan tekanan reservoir dan
kondisi operasi yang diberikan.
Sumur yang distimulasi dengan rekahan yang sudah ada tidak mungkin dianalisa dengan
teknik dan asumsi di atas, yaitu bahwa aliran adalah radial. Pemeriksaan terhadap data
menggunakan modifikasi teknik superposisi multi-rate yang persamaannya disubstitusi dengan
aliran linier mungkin cocok untuk kondisi ini.
2.8. LOG INJEKSI
Pengawasan (monitoring) sumur injeksi akan membutuhkan data yang dikumpulkan dengan
logging. Data log injeksi dan log cased hole dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 14 / 35
: 2/ Juli 2003
kinerja sumur yang spesifik. Data log produksi dan cased hole dapat dikumpulkan di bawah
kondisi dinamik (injeksi) atau statik (shut-in). Log injeksi dan cased hole dapat membantu untuk
menentukan dan mendefinisikan parameter berikut :
1. Integritas mekanik dari sumur.
2. Pergerakan yang ganjil dari fluida injeksi antara interval-interval.
3. Efisiensi injeksi dari komplesi sumur.
4. Desain dan evaluasi dari treatment stimulasi.
5. Tinjauan menyeluruh tentang bagaimana sumur injeksi harus diatur.
Log injeksi biasanya dijalankan bersama dengan peralatan penempat casing collar atau
tubing collar untuk menyediakan kontrol kedalaman yang akurat dalam sumur.
a. Flowmeter (Spinners)
Ada 2 macam jenis flowmeter yang biasa digunakan untuk logging sumur injeksi, yaitu :
1. Continuous spinner adalah centralized spinner velocimeter. Ini adalah peralatan impeller
yang mengukur profil injeksi secara kontinyu vs kedalaman terukur.
2. Fullbore spinner adalah collapsible blade velocimeter. Diameter impeller dapat dipilih agar
cocok dengan laju injeksi dan diameter pipa yang diminta.
Spinner flowmeter dapat digunakan untuk mengetahui di mana terjadi kebocoran tubing
dan casing dan menentukan profil injeksi ke dalam interval yang diperforasi.
b. Instrumen Temperatur
Instrumen temperatur adalah peralatan wireline yang digantungkan dalam lubang bor
yang mentransmisikan atau mencatat temperatur sumur. Survei temperatur lubang bor dapat
digunakan untuk :
1. Mengetahui di mana terjadi kebocoran tubing atau casing.
2. Mengetahui di mana channel aliran di belakang pipa.
3. Mengidentifikasi zona-zona dimana terjadi produksi atau injeksi.
4. Mengidentifikasi interval-interval yang dipengaruhi oleh treatment stimulasi.
Gambar 4 dan 5 adalah 2 contoh yang sudah disederhanakan dari profil sumur injeksi.
Log direkam dengan continuous flowmeter dan thermometer.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 15 / 35
: 2/ Juli 2003
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 16 / 35
: 2/ Juli 2003
Gambar 4. Skematik Survei Temperatur dan Spinner dari Injeksi Air ke Dalam Zona Tunggal
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 17 / 35
: 2/ Juli 2003
Gambar 5. Skematik Survei Temperatur dan Spinner dari Injeksi Air ke Dalam Dua Zona
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 18 / 35
: 2/ Juli 2003
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 19 / 35
: 2/ Juli 2003
Pemindai ini relatif aman dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Masalah terbesarnya adalah
pemindai ini kadang bercampur dengan minyak atau membentuk lapisan dalam formasi.
2. Garam : (Amonium, Sodium dan Potasium)
Pemindai ini relatif aman dan tidak mahal, tetapi kadang terabaikan. Penting untuk
dilakukan uji kecocokan dengan air formasi sebelum pemompaan. Salah satu pemindai
terbaik untuk penentuan efisiensi penyapuan jika didesain dengan benar.
3. Fluorescent Dyes (Pencelup Fluorescent) : (Banyak macamnya)
Pemindai awal yang cukup dengan "mencelup" sehingga memungkinkan operator "melihat"
sumur mana yang memproduksi fluida yang diinjeksikan. Perlu diperiksa terhadap
timbulnya lapisan atau membentuk filter pada formasi jika material tidak terlarut
seluruhnya.
4. Pemindai Radioaktif : (Tritiated Water, Kobalt, Sodium, Nikel dan Stronsium)
Pemindai yang paling banyak digunakan karena dapat dideteksi pada konsentrasi yang
rendah. Pemindai, injeksi pemindai dan analisa air yang terproduksi mahal, maka jika
mungkin, gunakan pemindai selain pemindai ini.
2.10. UJI INTERFERENCE
Uji ini dapat membantu para teknisi dalam pendeskripsian reservoir, mengidentifikasi
kecenderungan arah permeabilitas, memperkirakan jarak ke muka pembanjiran (flood front) dan
mengindikasikan daerah minyak yang tidak tersapu.
2.11. DAFTAR KONTROL KUALITAS
Daftar kontrol kualitas yang disarankan telah dibuat untuk mengkonversi sumur produksi ke
pelayanan injeksi. Tentu saja daftar ini tidak mewakili secara keseluruhan. Banyak hal-hal yang
disarankan tidak cocok untuk setiap situasi, tetapi kewaspadaan mengenai masalah yang terjadi
di daerah lain bisa berguna dalam memastikan pelayanan sumur injeksi yang dapat diandalkan
selama "masa hidup" waterflood.
Memastikan ijin peraturan telah disimpan dan disetujui oleh agen pemerintah yang
bersangkutan.
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 20 / 35
: 2/ Juli 2003
Mengevaluasi kualitas air injeksi untuk kecocokan dengan formasi, kandungan padatan
terlarut dan kontaminasi bakteri.
Memastikan tingkat dan spesifikasi peralatan kepala sumur, tubing dan casing sudah tepat
untuk mengajukan pelayanan injeksi.
Membandingkan catatan perforasi sumur dengan log sumur untuk memastikan formasi
yang benar telah terbuka.
Tag fill dan bail atau clean-outs sesuai dengan yang diperlukan untuk membuka zona yang
akan diinjeksi.
Menspesifikasi dan memasang peralatan metering air yang tepat untuk pelayanan yang
diharapkan.
Menspesifikasi dan memasang peralatan filtrasi untuk memastikan air yang diinjeksi masuk
ke dalam spesifikasi.
Menspesifikasi dan memasang peralatan untuk pengolahan air injeksi dengan penghalang
korosi, penghalang scale dan biocide yang diperlukan.
Menyetel program monitoring sumur yang sistematis untuk memastikan sumur yang sedang
dalam proses injeksi terus beroperasi pada efisiensi terbaik yang mungkin.
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 21 / 35
: 2/ Juli 2003
kinerja sumur dalam sistem reservoir. Contoh skema tentang sistemasi analisa sumur produksi
diberikan pada Gambar 6.
TEKNIK RESERVOIR
Halaman
Revisi/Thn
: 22 / 35
: 2/ Juli 2003
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 23 / 35
: 2/ Juli 2003
Pada awal proses waterflood, interval komplesi harus diperiksa untuk memastikan seluruh lapisan
yang dapat "dibanjiri" terbuka. Daftar yang berisi data komplesi sumur dari file sumur, log, uji,
catatan stimulasi, peta struktur, peta kontak fluida dan cross-sections dapat membantu pencapaian
kerja ini. Sebuah check-list, yang mirip dengan yang telah diajukan sebelumnya untuk konversi sumur
ke pelayanan injeksi, dapat berguna untuk kontrol kualitas dalam pemeliharaan sumur produksi.
Survei tentang integritas mekanik masing-masing sumur harus dilakukan. Tingkat pelayanan dari
seluruh komponen kepala sumur, tubing dan casing harus dievaluasi untuk memastikan bahwa sumur
memenuhi tingkat pelayanan yang diharapkan selama proses waterflood. Masalah fill, junk, korosi dan
scale harus diidentifikasi. Ada kemungkinan perlu dilakukan workover atau pemeliharaan remedial
pada beberapa sumur sebelum memulai pembanjiran. Rekomplesi, plugbacks, deepenings, reperforasi,
squeeze cementing dan clean-outs harus diselesaikan.
Kondisi dan tingkat pelayanan dari seluruh peralatan pengangkatan buatan harus diperiksa dan
didokumentasikan. Peralatan harus memenuhi tingkat sampai kapasitas yang diharapkan selama
proses pembanjiran. Kondisi dan kapasitas peralatan produksi permukaan harus memenuhi
persyaratan operasi yang diharapkan karena kinerja sumur produksi akan berubah mengacu pada
respon waterflood.
Sejarah stimulasi untuk tiap sumur harus direview. Potensi untuk dilakukan stimulasi di masa
mendatang harus dipertimbangkan. Di bawah kondisi produksi primer semi-depleted, stimulasi
mungkin tidak ekonomis. Di bawah kondisi reservoir yang diharapkan setelah fill-up, stimulasi
mungkin akan sangat menguntungkan. Jika stimulasi perekahan hidraulik direkomendasikan, desain
panjang dan arah rekahan harus mempertimbangkan ukuran pola (well spacing), geometri dan arah.
Akibat stratifikasi vertikal reservoir, mungkin diperlukan adanya kontrol terhadap perpanjangan
vertikal dari rekahan.
a. Laju Alir
Pengukuran dan analisa data laju produksi harus merupakan suatu rutinitas. Pengumpulan
data laju alir minyak, air dan gas yang akurat diperlukan untuk memastikan pengawasan
waterflood yang tepat waktu dan efisien. Kcenderungan yang tidak lazim, yang diidentifikasi oleh
rutinitas dan analisa sistematik dari data laju produksi, seringkali merupakan tanda pertama
tentang potensi timbulnya masalah.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 24 / 35
: 2/ Juli 2003
Kumpulan grafik laju alir-waktu dan rasio-waktu yang lengkap merupakan dasar dari usaha
pengawasan sumur produksi.
b. Rasio Gas-Minyak (Rp)
Di awal proses fill-up, rasio produksi gas-minyak yang naik dengan tajam bisa diamati
sebagai gas bebas yang pindah ke sumur produksi. Saat proses waterflood mengalami kemajuan
sampai fill-up, rasio produksi gas-minyak harus membentuk penurunan pada rasio campuran gasminyak reservoir. Pada dan setelah fill-up, rasio produksi gas-minyak harus sama dengan rasio
campuran gas-minyak reservoir. Penyimpangan apapun dari kecenderungan ini harus diwaspadai.
Meningkatnya rasio produksi gas-minyak menandakan penurunan pada tekanan reservoir,
mengikuti produksi di bawah tekanan gelembung dan kegagalan dalam mencapai proses
penyapuan dalam reservoir. Jika volume injeksi reservoir tidak memindahkan voidage, tekanan
akan turun dan rasio produksi gas-minyak akan meningkat.
c. Rasio Air-Minyak (Fwo)
Kinerja produksi air adalah indikator kunci kinerja waterflood. Data rasio air-minyak dapat
digunakan untuk meramalkan kinerja waterflood di masa mendatang dan dapat diekstrapolasikan
menjadi limit ekonomik. Metoda yang diajukan oleh Ershaghi dan Omoregie mengasumsikan
bahwa perolehan dikontrol oleh kurva aliran fraksional yang didasarkan pada hubungan linier
antara log (kro/krw) dan saturasi air. Metoda lainnya adalah menggunakan log (WOR) vs laju alir
minyak yang konvensional, terutama pada water cut yang rendah. Kedua metoda cukup valid pada
water cut lebih dari 50%.
Breakthrough air yang prematur merupakan pertanda adanya potensi efisiensi penyapuan
yang rendah. Kenaikan dan penurunan water cut yang cepat harus dijadikan pertanda awal untuk
dilakukannya pemeriksaan terhadap kondisi sumur produksi. Kinerja produksi air yang tidak
diharapkan mungkin merupakan indikasi kesalahan dalam interpretasi parameter yang mengontrol
kinerja reservoir.
d. Tekanan
Pada sumur produksi biasanya lebih sulit untuk memperoleh data tekanan reservoir yang
berguna hanya dari pengukuran tekanan permukaan. Interpretasi dari data tekanan permukaan
untuk menentukan tekanan dasar sumur akan sulit karena adanya sistem fluida 3 fasa dalam sumur.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 25 / 35
: 2/ Juli 2003
Pada laju yang sangat rendah, sumur dengan rasio gas-minyak yang rendah, kerumitan di atas
menjadi sangat penting. Telah dibuat sistem yang memungkinkan pencatatan secara simultan dari
tekanan kepala sumur dan level fluida dengan teknik pengukuran akustik. Ketika data ini dianalisa,
ada kemungkinan untuk menghitung tekanan statik dan tekanan alir dasar sumur di beberapa
sumur produksi. Keandalan metoda ini memerlukan pengetahuan tentang gradien fluida (densitas)
dan karakteristik segregasi fluida dalam sumur. Dari data permukaan ini bisa dibuat analisa
transien tekanan yang berguna (pada beberapa situasi).
Pada laju alir yang lebih tinggi, gas cut yang tinggi atau water cut yang tinggi dari sumur
yang mengalir, membuat penentuan tekanan dasar sumur yang akurat dari data permukaan menjadi
tidak mungkin. Komponen hidrostatik dan friksi pada rezim aliran 3 fasa yang kompleks sangat
sulit untuk dianalisa dengan pasti. Tidak mungkin dilakukan analisa transien tekanan dengan data
ini karena data yang digunakan dalam analisa transien tekanan harus dicatat terhadap kedalaman.
3.1. ANALISA TRANSIEN TEKANAN
Prosedur uji transien tekanan biasanya dilakukan pada sumur produksi dalam proses
waterflood untuk mengakses karakteristik formasi dari sumur tertentu yang sedang diuji. Uji
buil-up dan draw-down tekanan dilakukan untuk menentukan permeabilitas-ketinggian (kh)
sumur dan faktor skin. Tekanan rata-rata daerah pengurasan untuk sumur juga dapat
diperkirakan.
a. Data Yang Diperlukan
Data-data yang diperlukan untuk analisa data tekanan build-up atau draw-down adalah :
1. , porositas (fraksi)
2. Sw, saturasi air (fraksi)
3. So, saturasi minyak (fraksi)
4. Sg, saturasi gas (fraksi)
5. o, viskositas minyak pada kondisi reservoir (cp)
6. w, viskositas air pada kondisi reservoir (cp)
7. g, viskositas gas pada kondisi reservoir (cp)
8. Bo, faktor volume formasi minyak (bbl/STB)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 26 / 35
: 2/ Juli 2003
a. Flowmeters (Spinners)
Ada 3 tipe flowmeters yang biasanya digunakan, yaitu :
1. Continuous spinner adalah centralized spinner velocimeter. Merupakan peralatan impeller
yang mengukur profil aliran yang kontinyu vs kedalaman terukur. Alat ini harus diManajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 27 / 35
: 2/ Juli 2003
centralized dan dikalibrasi terhadap keadaan di dasar lubang dengan benar agar hasilnya
berguna dan akurat. Alat ini mungkin tidak berfungsi pada tubing (casing) berdiameter
besar dan/atau pada sumur dengan laju alir rendah dimana kecepatan fluida berada di
bawah batas respon alat.
2. Inflatable atau Expandable Diverting Flowmeter (IDT) juga merupakan velocimeter tipe
impeller. Alat ini harus distop dan diset pada kedalaman yang bervariasi untuk mencatat
data kecepatan fluida. Alat ini tidak menyediakan profil kecepatan fluida yang kontinyu.
Alat ini paling baik digunakan pada aplikasi laju alir yang rendah.
3. Fullbore spinner adalah collapsible blade velocimeter. Diameter impeller dapat dipilih
untuk menyesuaikan dengan persyaratan laju alir dan diameter pipa. Seperti continuous
flowmeter, alat ini menyediakan profil kecepatan fluida yang kontinyu vs kedalaman
terukur. Alat ini memiliki resolusi yang lebih tinggi dan batas respon yang lebih rendah
daripada continuous flowmeter.
Analisa rezim aliran 3 fasa biasanya memerlukan pengetahuan tentang densitas atau
gradien fluida, gas slippage dan water hold-up.
Spinner flowmeter dapat digunakan untuk mendeteksi kebocoran pada tubing dan casing
dan untuk menentukan dari logika kasar, profil aliran dari interval yang diperforasi.
b. Peralatan Temperatur
Survei temperatur lubang bor dapat digunakan untuk :
1. Mengetahui di mana terjadi kebocoran tubing atau casing.
2. Mengetahui di mana terjadi channel aliran di belakang pipa.
3. Mengidentifikasikan zona-zona dimana terjadi produksi atau injeksi.
4. Mengidentifikasikan interval yang dipengaruhi oleh treatment stimulasi.
5. Mengidentifikasikan zona dengan gas cut yang tinggi.
c. Gradiomanometer
Alat ini merekam profil yang kontinyu dari gradien tekanan vs kedalaman. Pada sumur
produksi, alat ini paling berguna untuk mendefinisikan titik masuk dari zona dengan water
cut dan gas cut yang tinggi. Data alat ini biasanya dikombinasikan dengan data flowmeter
dan water hold-up untuk menentukan profil aliran 3 fasa.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 28 / 35
: 2/ Juli 2003
d. Densimeter
Digunakan untuk mencatat densitas fluida vs kedalaman terukur. Alat ini paling berguna
untuk membedakan fasa gas dengan cairan.
e. Water-cuts Meters
Alat ini berguna untuk membedakan hidrokarbon dengan air dalam sistem aliran 3 fasa.
Alat logging produksi ini juga disebut capacitance meters atau water hold-up meters (HUM).
f. Pemindai Radioaktif (Radioactive Tracers)
Substansi pemindai radioaktif diinjeksikan dan kemudian dideteksi dalam sumur
produksi. Peralatan gamma ray dan spectral gamma ray dapat digunakan untuk menentukan
interval pemindai produksi dan kecepatan aliran fluida.
g. Log Suara (Noise Log)
Alat ini mencatat amplitudo dari frekuensi suara audio vs kedalaman terukur. Log ini
dapat digunakan untuk mengetahui di mana terjadi kebocoran, aliran di belakang pipa dan
kontribusi kotor dari zona yang diperforasi.
h. Log Pulsed Neutron (Pulsed Neutron Log)
Log ini mencatat laju dari kerusakan neutron termal yang diikuti dengan emisi dari
neutron berenergi tinggi. Laju tersebut dapat digunakan pada beberapa aplikasi untuk
menentukan saturasi minyak dan air. Log ini juga dapat digunakan untuk menentukan :
1. Pergerakan kontak air-minyak.
2. Lokasi zona yang tersapu air.
3. Perubahan pada saturasi fluida akibat channeling di belakang pipa.
i. Log Karbon-Oksigen
Log ini mengukur gamma ray yang diemisikan oleh neutron activated carbon dan
molekul oksigen dalam fluida di dekat lubang bor. Dapat diandalkan sebagai indikator
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 29 / 35
: 2/ Juli 2003
saturasi minyak. Tidak terpengaruh oleh kegaraman air atau kandungan clay. Terpengaruh
oleh kalsium karbonat.
j. Log Cased Hole Lainnya
Log evaluasi casing seperti log caliper dan peralatan magnetik dan sonik yang bervariasi
dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi casing dalam sumur. Informasi ini dapat
digunakan untuk menentukan kondisi dan tingkat pelayanan casing dan mengidentifikasi
kemungkinan terjadinya kebocoran dan kegagalan integritas sumur lainnya. Log evaluasi
semen dapat digunakan untuk mengevaluasi integritas casing terhadap ikatan semen formasi.
Log ikatan semen (CBL) dan peralatan evaluasi semen lainnya dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kemungkinan terjadinya channel di belakang pipa antara zona-zona yang
tidak terisolasi.
NO : TR 08.07
TEKNIK RESERVOIR
Halaman
Revisi/Thn
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
: 30 / 35
: 2/ Juli 2003
TABEL 1
DEFINISI DAN ANALISIS MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAJU PRODUKSI
FLUIDA YANG RENDAH
Masalah
1. Tekanan dasar sumur dengan
aliran tinggi.
Kemungkinan Penyebabnya
Dynamometer.
Sonolog.
efisien.
dengan benar.
Log produksi.
yang rusak.
Analisis Parafin/Aspaltin.
Tag fill.
NO : TR 08.07
TEKNIK RESERVOIR
Halaman
Revisi/Thn
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
: 31 / 35
: 2/ Juli 2003
rendah.
3. Tekanan reservoir yang
rendah.
Diskontinuitas ketebalan.
TABEL 2
DEFINISI DAN ANALISIS MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAJU PRODUKSI GAS
ATAU AIR YANG TINGGI
Masalah
1. Channel air atau gas.
Kemungkinan Penyebabnya
Coning
Kegagalan semen.
Log produksi.
Log evaluasi semen.
Uji interferensi.
2. Kebocoran casing.
NO : TR 08.07
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
Halaman
Revisi/Thn
: 32 / 35
: 2/ Juli 2003
"pencuri".
Heterogenitas areal.
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 33 / 35
: 2/ Juli 2003
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Patton, C. C. : "Water Quality Control and Its Importance in Waterflooding Operations", JPT
(Sep. 1988), 1123 - 1126.
2. Hensel, W. M. Jr., Sullivan, R. L., Stallings, R. H. : "Understanding and Solving Injection Well
Problems", Petroleum Engineering International (May 1981), 155 - 170.
3. Hall, M. N. : "How to Analyze Waterflood Injection Well Performance", World Oil (Oct. 1963),
128 - 129.
4. DeMarco, M. : "Simplified Method Pinpoints Injection Well Problems", World Oil (Apr. 1969), 92
- 100.
5. Abbaszadeh, M., Kamal, M. : "Pressure Transient Testing of Water Injection Wells", SPE
Reservoir Engineering (Feb. 1989), 115 - 121.
6. Kamal, M. : "The Use of Pressure Transients to Describe Reservoir Heterogenity", JPT (Aug.
1979), 1060 - 1070.
7. Felsenthal, M. : "Step-rate Tests Determine Safe Injection Pressures in Floods", Oil and Gas J.
(Oct. 1974), 49 - 54.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 34 / 35
: 2/ Juli 2003
8. Singh, P. K., Agarwal, R. G., dan Krase, L. D. : "Systematic Design and Analysis of Step-rate
Tests to Determine Formation Parting Pressure", Paper SPE 16798, 1987.
5. DAFTAR SIMBOL
Bw
= ketebalan formasi, ft
Is
iw
= permeabilitas absolut, mD
krw
kw
= permeabilitas air, mD
Pe
Piwf
re
rw
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL
: METODE EOR
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood
= viskositas air, cp
NO : TR 08.07
Halaman
Revisi/Thn
: 35 / 35
: 2/ Juli 2003