Вы находитесь на странице: 1из 122

PEMERITAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DINAS KESEHATAN

JLN. AMIR HAMZAH NO. 103 TELP. (0370) 621786,633507

TAHUN

January 1

L AKI P 20 15
[Type the
LAPORAN
AKUNTABILITAS
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
document
KINERJA
INSTANSI PEMERINTAH subtitle]
DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

www.dinkesntbprov.go.id

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

EXECUTIVE SUMMARY

embangunan kesehatan merupakan tanggung jawab semua komponen bangsa


dan membutuhkan upaya bersama untuk mendorong kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup setiap orang agar tercapai derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya

sebagai

investasi

bagi

pembangunan

sumberdaya

manusia.

Untuk

mewujudkan itu dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)


Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2013-2014 yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2014 disebutkan bahwa pembangunan kesehatan
menjadi bagian integral dari pembangunan daerah sebagaimana tercantum dalam misi
ke-4 meningkatkan mutu sumberdaya manusia yang berdayasaing dengan
sasaran prioritas Terwujudnya Generasi Emas NTB (GEN) 2025, dengan 3 (tiga)
indicator kinerja pembangunan daerah yang menjadi urusan kesehatan yakni :
Tabel
Indikator Kinerja Pembangunan Daerah di Bidang Kesehatan
2015
N0

INDIKATOR

Usia Harapan Hidup/UHH

2
3

SATUAN

2014
TARGET

REALISASI

Tahun

64,9

65,25

NA

Prevalensi Kurang Gizi (WHO)

21,61

16,5

17,01

Cakupan Jamban Keluarga

74,02

74

75,06

Sumber Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Data Usia Harapan Hidup setiap tahun dirilis BPS, untuk tahun 2015 datanya
belum tersedia. Akan tetapi apabila melihat trend kasus kematian bayi yang cenderung
menurun dari 1070 orang tahun 2014 menjadi 1056 orang tahun 2015 maka
diperkirakan Angka Usia Harapan Hidup NTB akan meningkat di tahun 2015 dan
mampu mencapai target.
Indikator kinerja daerah dalam RPJMD lain yang menjadi urusan kesehatan
adalah prevalensi kurang gizi. Prevalensi kurang gizi diperoleh melalui kegiatan
Pemantauan Status Gizi (PSG) yang dilakukan setiap tahun. Pencapaian indicator
kinerja prevalensi kurang gizi lebih baik di tahun 2015 dengan capaian 17,01%
dibandingkan tahun 2014 dengan 21,61%. Akan tetapi apabila dibandingkan dengan
target yang telah ditetapkan tahun 2015 sebesar 16,5%, maka realisasinya belum

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat


mencapai target. Banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian tersebut, antara lain
pemenuhan gizi yang memang kurang karena daya beli yang rendah terutama pada
masyarakat miskin, pola asuh yang salah dan masih ditemukannya penyakit infesi yang
memperberat seperti TB, diare dan ISPA yang mempengaruhi asupan zat gizi anak.
Indikator kinerja daerah RPJMD ketiga yang menjadi urusan kesehatan adalah
cakupan jamban keluarga.

Jamban keluarga merupakan salah satu indikator untuk

mengukur perilaku masyarakat menuju lingkungan bersih dan sehat. Tahun 2015
cakupan jamban keluarga mengalami peningkatan menjadi 75,06% dibandingkan tahun
2014 dengan capaian 74,02% dan melampaui target yang ditetapkan dalam RPJMD dan
Renstra yakni 74%. Indikator kinerja program yang mempengahuri cakupan jamban
keluarga antara lain Kondisi rumah sehat. Pada tahun 2015 KK yang memiliki rumah
sehat sebesar 67,11% meningkat dibandingkan tahun 2014 sebesar 62,25%.
peningkatan ini berkorelasi terhadap peningkatan cakupan jamban keluarga.
Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi NTB dengan 5 unit pelayanan teknisnya yakni
Balabkes Pulau Lombok, Balabkes P.Sumbawa, BKMM, BPTK dan Akper Selong dilihat
dari kinerja keuangan terutama realisasi anggaran tergolong baik dengan realisasi
anggaran >90%. Jumlah anggaran yang dikelola Dinas kesehatan Provinsi NTB dan
UPTD yang bersumber dari APBD adalah Rp. 61.449.505.108 dengan realisasi sebesar
Rp. 56.894.943.128 atau 92,59%. Kerjasama yang baik antar bidang dan lintas sektor
serta komitmen kerja turut mendukung pencapaian positif tersebut.

II

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

KATA PENGANTAR

uji syukur kehadirat Allah SWT, atas semua limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga pembangunan kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang
diamanatkan kepada Dinas Kesehatan dapat terlaksana dengan baik. Sebagai

bentuk pertanggungjawaban Dinas Kesehatan Provinsi NTB terhadap publik dan dalam
rangka mencapai tata pemerintahan yang baik dan bersih (Good Govenance) maka
disusun pertanggungjawaban tersebut dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP).
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi NTB 2015 memuat kinerja pencapaian visi dan
misi untuk Tahun Anggaran 2015. Selain itu, LAKIP juga menjadi bahan evaluasi untuk
peningkatan kinerja tahun berikutnya secara lebih produktif, efektif dan efisien, baik dari
aspek perencanaan, pengorganisasian, manajemen keuangan maupun koordinasi
pelaksanaannya. terutama untuk mensukseskan dan mendukung program-program
prioritas nasional dan daerah.
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi NTB merupakan hasil komitmen dan tekad yang
kuat dalam melaksanakan tugas dan fungsi Dinas Kesehatan Provinsi NTB bersama
lintas sector dan pihak-pihak terkait. Semoga kerjasama ini dapat terus ditingkatkan
untuk mewujudkan masyarakat NTB sehat dan berdayasaing. Terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyusunan LAKIP ini, saran membangun untuk
perbaikan kinerja ke depan sangat kami harapkan.

Mataram, 01 Maret 2016


Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Nusa Tenggara Barat

Drg. Eka Junaedi


Pembina Utama Muda (IV/c)
NIP. 196009301987121002

III

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

DAFTAR ISI
Halaman
EKSEKUTIF SUMMARY

KATA PENGANTAR

III

DAFTAR ISI

IV

DAFTAR LAMPIRAN

BAB

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi.

C. Sarana dan Prasarana

D. Sistematika Penyajian

RENCANA KINERJA.

A. RPJMD Tahun 2013-2018

BAB II

BAB III

BAB IV

B. Renstra Tahun 2013 2018

11

C. Indikator Kinerja Utama (IKU)

13

D. Rencana Kinerja Tahunan (RKT)

15

E. Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2015

19

AKUNTABILITAS KINERJA

22

A. Pengukuran Indikator Kinerja

22

B. Evaluasi dan Analisis Kinerja

26

C. Realisasi Anggaran

105

D. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

109

PENUTUP

112

A. Kesimpulan

113

B. Saran

114

IV

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I

Formulir Matrik Renstra Dinas Kesehatan Provinsi


Tahun 2013 2018

Lampiran II

Lampiran III

Indikator Kinerja Utama (IKU)


Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2015

Lampiran IV

Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015

Lampiran V

Pengukuran dan Pencapaian Kinerja SKPD Dinas Kesehatan


Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

Lampiran VI

Capaian Kinerja RPJMD Tahun 2015

Lampiran VII

Laporan Pendukung LAKIP Tahun 2015

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan

bidang

kesehatan

diarahkan

untuk

mencapai

komitmen

internasional, yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) dengan


tujuan yang terkait langsung dengan bidang kesehatan yaitu menurunkan angka
kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, TB dan malaria
serta penyakit lainnya yang tidak terkait langsung yaitu menanggulangi kemiskinan dan
kelaparan serta mendorong diarahkannya kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan.
Pembangunan kesehatan dilakukan melalui kegiatan peningkatan 1) Upaya
Kesehatan, 2) Pembiayaan Kesehatan, 3) Sumberdaya Manusia, 4) Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan dan Makanan, 5) Manajemen dan Informasi Kesehatan dan 6)
Pemberdayaan Masyarakat. Upaya tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan
dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan,
kemajuan IPTEK, serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan
kerjasama lintas sektoral serta pengelolaan yang transparan dan akuntabel.
Pembangunan kesehatan merupakan tanggung jawab semua komponen bangsa
dan membutuhkan upaya bersama untuk mendorong kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup setiap orang agar tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
sebagai investasi bagi pembangunan sumberdaya manusia. Untuk mewujudkan itu
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa
Tenggara Barat Tahun 2013-2014 yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Nomor 2 tahun 2014 disebutkan bahwa pembangunan kesehatan menjadi bagian
integral dari pembangunan daerah sebagaimana tercantum

dalam

misi ke-4

meningkatkan mutu sumberdaya manusia yang berdayasaing dengan sasaran


prioritas Terwujudnya Generasi Emas NTB (GEN) 2025.
Pemerintah provinsi NTB telah menginisiasi program Generasi Emas NTB (GEN)
yang merupakan program terpadu berbagai sektor dengan fokus tumbuh kembang pada

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

anak. Program GEN merupakan program jangka panjang Pemerintah Provinsi NTB,
dengan tujuan pada tahun 2025 akan lahir generasi unggul, generasi emas dari NTB.
Sebagai bentuk komitmen Dinas KesehatanProvinsi NTB terhadap pencapaian
sasaran tersebut, maka dilakukan upaya-upaya strategis antara lain gerakan AKINO dan
ASHAR. Akino adalah bagian dari gerakan 3A (ABSANO, ADONO,AKINO), yang
merupakan program unggulan pemerintah Provinsi NTB. AKINO berfokus pada upaya
peningkatan aspek supply, demand dan komitmen para stakeholder. Keluarannya
adalah tidak terjadinya kematian ibu di tingkat desa/kelurahan. Sedangkan ASHAR
adalah reorientasi atau perluasan dari AKINO. Dalam ASHAR akan diakselerasi dengan
pelaksanaan program unggulan seperti AKINO dan juga perbaikan gizi berbasis desa.
Jika dalam AKINO fokus perhatian lebih banyak pada Ibu, atau Kematian Ibu, maka
dalam ASHAR akan dirangkaikan dengan indikator Kematian Bayi dan Kekurangan Gizi
(Gizi Buruk dan Stunting). Diharapkan angka-angka tersebut dapat tuntas di tingkat
Desa/Kelurahan.
Dalam rangka memenuhi komitmen tersebut, disusun program dan kegiatan
yang mengarah pada pencapaian tersebut dengan mengintegrasikan kebijakan
pemerintah dan memperhatikan aspirasi masyarakat yang dirumuskan dalam Rencana
Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Provinsi NTB. Selanjutnya untuk mempertanggungjawabkan program kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai Renstra dan tugas pokok,
serta mewujudkan tata pemerintahan yang bersih dan baik (good governance), maka
menjadi kewajiban Dinas Kesehatan Provinsi NTB untuk

menyusun pertanggung-

jawabannya melalui media pertanggungjawaban yang disebut Laporan Akuntabilitas


Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sesuai Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Dasar Hukum Penyusunan Laporan ini adalah :

1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Nomor: XI/MPR/1998 tentang


Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
serta Undang-undang (UU) Nomor 28 Tahun 1999 tentang hal yang sama telah
diterbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP).

2. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara,


Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi, Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4689)

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

3. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja


Instansi Pemerintah

4. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas


Kinerja Instansi Pemerintah.

5. Peraturan Menteri Kesehatan RepubIik Indonesia Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008,


tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;

6. Peraturan Menteri Negara Pendayaan Aparatur Negara dan Reformasi Republik


Indonesia Nomor 29 Tahun 2010 tentang tentang Penyusunan Penetapan Kinerja
dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 021/Menkes/SK/1/2011


tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010 2014;

8. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun 2005 2025;

9.

Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat;

10. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Perlindungan dan Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi dan Balita.

11. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa
Tenggara Barat Tahun 2013 2018.

B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi


Berdasarkan Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 21 tahun 2008
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Dinas- Dinas Daerah, maka kedudukan,
tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja Dinas Kesehatan Provinsi Nusa
Tenggara Barat adalah sebagai berikut :
1. Kedudukan
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat dipimpin oleh seorang Kepala
Dinas yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur.

2. Tugas
Tugas yang diemban Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah
membantu Gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerah,

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

di

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

bidang

kesehatan

berdasarkan

asas

otonomi,

tugas

pembantuan

dan

dekonsentrasi

3. Fungsi
a. Perumusan kebijakan tehnis bidang kesehatan, meliputi pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan masyarakat, pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan, dan pengembangan sumber daya kesehatan dan
promosi kesehatan;
b. Perencanaan

program

dan

kegiatan

bidang

kesehatan,

meliputi

pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, kesehatan masyarakat,


pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan dan pengembangan
sumberdaya kesehatan dan promosi kesehatan;
c. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang
kesehatan, meliputi pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, kesehatan
m masyarakat, pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan dan
pengembangan sumberdaya kesehatan dan promosi kesehatan;
d. Pengkoordinasian dan pembinaan tugas bidang kesehatan, meliputi
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, kesehatan masyarakat,
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan dan pengembangan
sumberdaya kesehatan dan promosi kesehatan;
e. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan tugas bidang kesehatan,
meliputi pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, kesehatan masyarakat,
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan dan pengembangan
sumberdaya kesehatan dan promosi kesehatan;
f.

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai tugas dan
fungsinya.

4. Struktur Organisasi
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Dinas Kesehatan Provinsi NTB
dilengkapi dengan struktur organisasi yang telah mengalami beberapa kali
perubahan dan penyesuaian. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun
2011 struktur organisasi Dinas Kesehatan terdiri dari Kepala Dinas yang
membawahi : Sekretariat dengan 3 Sub Bagian, 4 Bidang dengan masingmasing 3 Seksi. Terdapat 6 Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan Kelompok Jabatan
Fungsional. Struktur organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat
sebagai berikut :

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

PERDA: 8/2011

KEPALA DINAS

SEKRETARIIS
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SUB BAG. PROGRAM DAN
PELAPORAN

SUB BAG.
KEUANGAN

BIDANG

SUB BAG. UMUM


DAN KEPEGAWAIAN

BIDANG

BIDANG

BINA PELAYANAN
KESEHATAN

BINA KESEHATAN
MASYARAKAT

SEKSI
PELAYANAN
KESEHATAN DASAR
DAN RUJUKAN

SEKSI
KESEHATAN IBU DAN
ANAK

SEKSI
SURVEILANS
EPIDEMIOLOGI/IMUNI
SASI & KESEHATAN
BENCANA

SEKSI
PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA
KESEHATAN

SEKSI
PEMBIAYAAN
KESEHATAN

SEKSI
KESEHATAN REMAJA
DAN LANJUT USIA

SEKSI
PENGENDALIAN
PENYAKIT

SEKSI
PENDAYAGUNAAN
NAKES

SEKSI
KEFARMASIAN DAN
ALAT KESEHATAN

SEKSI
GIZI MASYARAKAT

SEKSI
PENYEHATAN
LINGKUNGAN

SEKSI
PROMOS IKESEHATAN
DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

PENGENDALIAN PENYAKIT
DAN PENYEHATAN
LINGKUNGAN

BIDANG
PENGEMBANGAN SDMK DAN
PROMOSI KESEHATAN

UPT

Berikut rincian struktur organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara


Barat :
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat
2. Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat
- Kepala Sub.Bagian Keuangan
- Kasubag Umum dan Kepegawaian
- Kasub Bagian Program Dan Pelaporan
3. Kepala Bidang Bina Yankes Dasar dan Rujukan
- Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan
- Kepala Seksi Pembiayaan Kesehatan
- Kepala Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan
4. Kepala Bidang Bina Kesehatan Masyarakat
- Kepala Seksi Kesehatan Ibu dan Anak
- Kepala Seksi Kesehatan Remaja & Lansia
- Kepala Seksi Gizi Masyarakat
5. Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Lingkungan
- Kasi Surveilands Epidemologi / Imunisasi dan Kesehatan Bencana
- Kasi Pengendalian Penyakit

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

- Kasi Penyehatan Lingkungan


6. Kepala Bidang Pengembangan SDMK dan Promosi Kesehatan
- Kepala Seksi Pengembangan Sumberdaya Kesehatan
- Kepala Seksi Pendayagunaan Nakes
- Kepala Seksi Pengembangan SDMK dan Promosi Kesehatan
7. Kepala Balai Labkes Masyarakat Pulau Lombok
- Kepala Sub Bag Tata Usaha
- Kepala Seksi Pengembangan Pelayanan Laboratorium
- Kepala Seksi Pelayanan Laboratorium Kesehatan
8. Kepala Balai Pengembangan Tenaga Kesehatan
- Kepala Sub Bag Tata Usaha
- Kepala seksi Kajian dan Mutu Pelatihan
- Kepala Seksi Penyelenggaraan Pelatihan
9. Kepala Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)
- Kepala Sub Bag Tata Usaha
- Kepala Seksi Pelayanan
- Kepala Seksi Penunjang
10. Kepala AKPER Provinsi
- Kepala Sub. Bagian Tata Usaha
- Kepala Seksi Akademik
- Kepala Seksi Kemahasiswaan
11. Kepala RSUD Provinsi di Sumbawa
- Kepala Sub Bag Tata Usaha
- Kepala Seksi Pelayanan Medis
- Kepala Seksi Penunjang Medis
12. Kepala Balai Labkes Masyarakat Pulau Sumbawa
- Kepala Sub Bag Tata Usaha
- Kepala Seksi Pengembangan Pelayanan Laboratorium
- Kepala Seksi Pelayanan Laboratorium Kesehatan
13. Jabatan Fungsional
Dalam melaksanakan tugasnya di tahun 2015, Dinas Kesehatan Provinsi Nusa
Tenggara Barat didukung oleh 352 orang pegawai

yang

tersebar di Dinas

Kesehatan Provinsi dan UPTD Dinas Kesehatan Provinsi NTB. Jumlah pegawai
tahun 2015 menurun dibandingkan tahun 2014 dengan 441 orang karena 1 UPT
yakni RSU Provinsi Pulau Sumbawa tidak lagi menjadi UPT Dinas Kesehatan
Provinsi NTB sesuai Perda no.12 tahun 2014 tanggal 29 Desember 2014 dan

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Pergub no 22 tahun 2015 tanggal 28 Mei 2015. Adapun rincian Sumber Daya
Manusia (SDM) Dinas Kesehatan Provinsi NTB dan UPTD berdasarkan pendidikan
dan Golongan/Pangkat sebagai berikut :
Tabel. 1.1
Kualifikasi Pendidikan dan Golongan
KUALIFIKASI PENDIDIKAN TERAKHIR

URAIAN
SD

SLTP

SLTA

D1

Pejabat
Eselon 2
Pejabat
Eselon 3
Pejabat
Eselon 4
Jabatan
Fungsional
Staf

12

80

Jumlah

12

84

D2

D3

JUM
LAH

GOLONGAN/PANGKAT

D4

S1

S2

S3

II

III

IV

1
10

20

26

35

13

29

81

11

56

137

42

10

10

24

30

17

48

15

80

14

77

138

231

14

94

210

34

352

Sumber Data Sub Bag Kepegawaian Dinas Kesehatan Provinsi NTB 2015

C. Sarana dan Prasarana Kesehatan


Sarana yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Provinsi NTB dalam mendukung
pelaksanaan pembangunan kesehatan berupa bangunan gedung/kantor, tanah,
kendaraan dinas/operasional, perlengkapan dan peralatan kantor. Selain itu Dinas
Kesehatan Provinsi NTB juga didukung pula oleh 10 Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, 159 Puskesmas se-Nusa Tenggara Barat, 10 RSUD kabupaten/
Kota se- NTB, RSU Mataram, dan RSJ Mataram.
Hasil rekonsiliasi internal barang milik daerah (BMD) pada lingkup Dinas Kesehatan
Provinsi NTB dengan cara membandingkan data BMD pada laporan barang yang
disusun oleh unit akutansi pengguna barang anggaran periode semester II 2015,
dengan hasil sebagai berikut :
Tabel.1.2
Data Barang Milik Daerah (BMD) / Asset yang dikelola oleh Dinas Kesehatan
Provinsi NTB
No

Akun Neraca

Nilai Saldo Akhir


(Rp)

Aset Lancar

A
1

Persediaan
Jumlah A

B
1
2

Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

6.167.714.756
6.167.714.756
115.532.000
6.230.510.783

Ket
Asset pada
Dinas
Kesehatan
(tidak termasuk
UPTD)

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

3
4
5
6
C
1
2
3
4
5

Gedung dan Bangunan


Jalan Irigasi dan Jaringan
Aset tetap lainnya
Kosntruksi dalam pengerjaan
Jumlah B
Aset Lainnya
Tagihan Penjualan Angsuran
Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian
Daerah
Kemitraan dengan pihak ketiga
Aset tak berwujud
Aset lain-lain
Jumlah C
Jumlah A+B+C

6.507.855.200
12.000.000
22.415.777
0
12.888.313.760
0
0
0
0
2.000.000
2.000.000
19.053.028.516

Sumber : Laporan Tahunan Keuangan, 2015

D. Sistematika Penyajian
Pada dasarnya Laporan Akuntabilitas Kinerja ini memberikan penjelasan mengenai
pencapaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015.
Capaian kinerja Tahun 2015 tersebut diperbandingkan dengan Penetapan Kinerja
Tahun 2015 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi. Sistematika
penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas
Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015, sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas latar belakang, aspek strategis
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat, serta struktur organisasi;
Bab II Perencanaan dan Penetapan Kinerja, menjelaskan secara ringkas
dokumen perencanaan yang menjadi dasar pelaksanan program, kegiatan dan
anggaran Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015 meliputi
RPJMD 2013-2018, Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara
Barat 2013 2018, Rencana Kinerja Tahunan dan Penetapan Kinerja Tahun 2015.
Bab III Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015, menjelaskan pencapaian kinerja Dinas
Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat dan realisasi anggarannya.
Bab IV Penutup, menjelaskan simpulan menyeluruh dari Laporan Akuntabilitas
Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015 dan
menguraikan rekomendasi yang diperlukan bagi perbaikan kinerja di masa datang.

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

BAB II
RENCANA KINERJA

Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan lebih efektif, efisien
dan akuntabel, Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat berpedoman pada dokumen
perencanaan yang telah ditetapkan yakni :
1. RPJMD 2013-2018;
2. Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Nusa tenggara Barat 2013-2018
3. Indikator Kinerja Utama (IKU)
4. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2015
5. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015
Kinerja pembangunan bidang Kesehatan yang tertuang dalam RPJMD dan tercantum
dalam Rencana Strategis SKPD (Renstra SKPD) menjadi komitmen Dinas Kesehatan
Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk dapat merealisasikannya. Untuk mencapainya
dilakukan secara bertahap melalui Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dengan sasaran
strategis, indikator kinerja dan target yang akan dicapai dalam satu tahun dan diperkuat
dengan Perjanjian Kinerja (PK).

A. RPJMD 2013 - 2018


Misi Pembangunan Daerah yang tertuang dalam RPJMD yang terkait dengan tugas dan
fungsi Dinas Kesehatan Provinsi NTB adalah Misi ke 4 yaitu Meningkatkan mutu
sumberdaya manusia yang berdaya saing, dengan tujuan meningkatkan aksessibilitas
dan kualitas pelayanan sosial dasar yang berkeadilan gender. Sedangkan sasarannya
adalah :
1). Terwujudnya rencana pembangunan sosial yang berkualitas;
2). Terwujudnya layanan sosial dasar yang bemutu, adil dan terjangkau;
3). Terwujudnya Generasi Emas 2025;
4). Terwujudnya tenaga pelayanan sosial dasar yang memadai dan kompeten;
5). Tersedianya sarana prasarana layanan sosial dasar yang memadai.
Tujuan dan sasaran tersebut terukur melalui indikator kinerja pembangunan daerah di
bidang kesehatan sebagaimana terlihat pada tabel 2.1 berikut :

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tabel.2.1.
Indikator Kinerja Pembangunan Daerah di Bidang Kesehatan
Target Capaian Setiap Tahun
N
o

1.

2.
3.

Indikator Kinerja
Pembangunan
Daerah

Satuan

Kondisi Kinerja
pada Awal
Periode RPJMD
(2012/2013)

Tahun
1

Tahun
2

Tahun
3

Tahun
4

Tahun
5

Kondisi
Kinerja
pada
Akhir
Periode
RPJMD

Cakupan
Jamban
Keluarga
Usia Harapan
Hidup

68,21
(2012)

72

74

76

78

80

80

Tahun

62,47
(2012)

64,50

65,25

65,90

66,60

67,70

67,70

Prevalensi
Kurang Gizi

18,27
(2013)

17,0

16,5

16,0

15,5

15,0

15,0

Sumber : RPJMD Provinsi NTB Tahun 2013-2018

Dalam

rangka

menunjang

pencapaian

target-target

indikator

kinerja

sebagaimana tersebut diatas, maka dilakukan penyusunan Rencana Strategis


(Renstra) Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2013-2018, dengan
indikator kinerja mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD dan secara langsung
menunjukkan kinerja yang akan dicapai dalam lima tahun mendatang. Indikator Kinerja
SKPD Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat yang mengacu pada Tujuan
dan Sasaran RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Barat seperti pada tabel 2.2.
Tabel 2.2.
Indikator Kinerja SKPD yang mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat
Terkait dengan Pokok Bahasan Misi ke 4 RPJMD

No

1
2
3

4
5

Kondisi
Kinerja
pada
awal
periode
RPJMD
(2013)

Target Capaian Setiap Tahun


Tahun
1

Tahun
2

Tahun
3

Tahun
4

Tahun
5

Kinerja
pada
akhir
periode
RPJMD

88.51

88

89

90

91

92

92

Per
100.000
Persen

127.53

148.4

155.8

163.6

172.8

183.5

183.5

100

100

100

100

100

100

100

Persen

90

90

92

93

94

95

95

Persen

27.1

35

50

65

70

80

80

Indikator Sesuai
Tugas dan Fungsi
SKPD

Satuan

Cakupan desa siaga


aktif
Case Natificatin Rate
(CNR)
Penanggulangan
Penderita HIV dan
AIDS
Cakupan Imunisasi
Dasar Lengkap
Cakupan Desa Open
Defecation Free
(ODF)/ Stop Buang
Air Besar
Sembarangan (SBS)

Persen

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

10

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

No

7
8

10

11

12

Kondisi
Kinerja
pada
awal
periode
RPJMD
(2013)

Target Capaian Setiap Tahun


Tahun
1

Tahun
2

Tahun
3

Tahun
4

Tahun
5

Kinerja
pada
akhir
periode
RPJMD

100

100

100

100

100

100

100

Persen
Persen

90.78
89.71

96
90

96
90

96
90

98
90

98
90

98
90

Per
30.000
pddk

Persen

94.1

90

91

92

93

95

95

Persen

72,35

60

70

80

85

90

90

Per
100.000
pddk

28

23

31

38

44

57

57

Indikator Sesuai
Tugas dan Fungsi
SKPD

Satuan

Cakupan Balita Gizi


Buruk Mendapat
Perawatan
Cakupan K4
Cakupan Persalinan
oleh tenaga
kesehatan
Rasio Pusekesmas
Dengan Penduduk

Persen

Presentase
ketersedian obat dan
vaksin
Cakupan masyarakat
yang memiliki
jaminan kesehatan
Rasio Tenaga Medis

Sumber Renstra Dinas Kesehatan Provinsi NTB 2013-2018

B. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) Tahun 2013 2018.


Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat
tahun 2013 2018 merupakan perencanaan jangka menengah Dinas Kesehatan
Provinsi Nusa Tenggara Barat yang berisi tentang gambaran sasaran atau kondisi
hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Nusa Tenggara Barat beserta strategi yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran
sesuai dengan tugas, fungsi dan peran yang diamanahkan.
Penyusunan Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat telah
mengacu pada RPJM Daerah tahun 2013-2018 yang telah ditetapkan pemerintah,
khususnya terkait dengan prioritas pembangunan bidang Kesehatan. Proses
penyusunan juga telah dilakukan secara partisipatif antara unit-unit di bawah Dinas
Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat maupun stakeholder eksternal. Secara
ringkas subtansi Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat
diilustrasikan sebagai berikut :

1. Visi dan Misi


Visi Dinas Kesehatan Provinsi NTB adalah Mewujudkan Masyarakat NTB yang
mandiri untuk hidup Bersih dan Sehat tahun 2018.
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

11

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Terdapat 3 (tiga) kata kunci dalam visi tersebut yaitu :


a. Masyarakat NTB, adalah seluruh warga masyarakat yang hidup dan tinggal
di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat
b. Mandiri, memiliki pengertian bahwa masyarakat NTB yang mempunyai
kemauan dan kemampuan serta kemandirian dalam mengakses upaya
pelayanan kesehatan baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
c. Hidup Bersih dan Sehat, memiliki pengertian kondisi masyarakat NTB yang
memiliki derajat kesehatan optimal yang hidup pada lingkungan yang
berkualitas.
Untuk mencapai masyarakat NTB yang mandiri untuk hidup bersih dan sehat
ditempuh melalui Misi sebagai berikut :
1) Meningkatkan

kemampuan

sumber

daya

manusia

kesehatan

dan

kemandirian masyarakat dalam berprilaku hidup bersih dan sehat


2) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan.
3) Meningkatkan keadaan gizi dan derajat kesehatan keluarga
4) Meningkatkan keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan
5) Meningkatkan kualitas dan ketertiban pengelolaan sumber daya kesehatan.
6) Meningkatkan keterjangkauan dan mutu pelayanan laboraturium kesehatan
masyarakat di Pulau Lombok
7) Meningkatkan keterjangkauan dan mutu pelayanan laboraturium kesehatan
masyarakat di Pulau Sumbawa
8) Meningkatkan keterjangkauan dan mutu pelayanan mata masyarakat.
9) Meningkatkan keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan rujukan yang
sesuai standar di pulau Sumbawa.
10) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan tenaga kesehatan yang
professional dan paripurna.

11) Meningkatkan

kemampuan

dan

keterampilan

lulusan

ahli

madya

keperawatan.

2. Tujuan dan Sasaran


Penetapan tujuan dan sasaran didasarkan pada identifikasi faktor faktor kunci
keberhasilan yang ditetapkan setelah penetapan Visi dan Misi.
Tujuan, Sasaran, dan Indikator dari setiap sasaran serta target kinerja akan
dilaksanakan dalam kurun waktu 5 tahun yang terdapat dalam Renstra Dinas
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

12

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat dituangkan dalam Matrik Rencana


Strategis (RS) tahun 2013 2018 dalam Matrik terlampir (lampiran 1).

C. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)


Indikator Kinerja Utama merupakan indikator kinerja yang dipilih dari sekian banyak
indikator kinerja yang dimiliki Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan
tujuan :
1. Memperoleh informasi kinerja yang penting dan diperlukan dalam menyelenggarakan
manajemen kinerja secara baik
2. Menjadi ukuran keberhasilan dari pencapaian suatu tujuan dan sasaran strategis
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat yang digunakan untuk perbaikan
kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja

Berdasarkan Keputusan Kepala Dnas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat


Nomor: 821.29/37/Proglap/VIII/2014 perihal Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas
Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2014 telah menetapkan 9 (sembilan)
sasaran strategis dengan 9 (sembilan) Indikator Kinerja Utama sebagaimana tabel 2.3.
Tabel 2.3.
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat
Dan Target Tahun 2015
NO
1

SASARAN
STRATEGIS

INDIKATOR
KINERJA

Tersedia dan
terjangkau-nya sarana
penyehatan
lingkungan di
masyarakat yang
memenuhi syarat
dalam rangka
penyediaan sarana
prasarana layanan
sosial dasar yang
memadai.

Cakupan
Keluarga

Jamban

Meningkatnya Usia
Harapan Hidup untuk
mewujudkan Generasi
Emas 2025

Usia Harapan Hidup


(UHH)

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

PENJELASAN
Target

: 74%

Alasan : Peningkatan akses Sanitasi dasar


yang memenuhi syarat kesehatan.

Target : 65,25 Tahun


Alasan : Keberhasilan program kesehatan
dan program pembangunan social ekonomi
pada
umumnya
dapat
dilihat
dari
peningkatan usia harapan hidup dari suatu
negara. mempunyai tingkat pendidikan
yang lebih baik sehingga memperoleh
pekerjaan dengan penghasilan yang

13

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

NO

SASARAN
STRATEGIS

INDIKATOR
KINERJA

PENJELASAN
memadai, yang pada gilirannya akan
meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat dan memperpanjang usia
harapan hidupnya.

Terwujudnya
kemitraan dalam
bidang pangan dan
gizi untuk tercapainya
Generasi Mas 2025

Prevalensi kurang
gizi pada balita

Target

Terbinanya pelayanan
gizi ibu dan balita yang
bermutu untuk
tercapainya Generasi
Emas 2025

Cakupa Balita Gizi


Buruk mendapat
perawatan

Target : 100%

Terwujudnya tenaga
kesehatan ibu dan
anak yang berkualitas

Cakupan persalinan
oleh Tenaga
Kesehatan

Target : 90%

Terlaksananya
penemuan dan
penanganan penderita
penyakit

Penanganan
Penderita HIV/AIDS

Target : 100%

Terlaksananya
penemuan dan
penanganan penderita
penyakit

Case Notification
Rate (CNR) TB
(Tuberculosis)

Target : 155,8/100.000

Terwujudnya Bayi,
Balita, Anak Sekolah
dan Ibu Hamil yang
kebal terhadap
Penyakit dapat
dicegah dengan
Imunisasi (PD3I)

Cakupan Desa UCI

Target : 100%

Terwujudnya
masyarakat yang
mandiri dalam
berperilaku hidup
bersih dan sehat

Cakupan Desa Siaga


Aktif

: 16,5%

Alasan : Untuk mencegah terjadinya Gizi


Buruk diperlukan upaya lebih awal untuk
menanggulangi yaitu dengan penanganan
Gizi Kurang sehingga tidak menjadi Gizi
Buruk.(Balita dengan berat kurang yaitu
Gizi Buruk + Gizi Kurang (<-2 SD)

Alasan : Penanganan dan Pelayanan


terhadap penderita giizi buruk secara
optimal.

Alasan : Untuk mencapai target AKI dan


AKB diperlukan upaya percepatan antara
lain melalui peningkatan cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang berkompeten.

Alasan : Upaya untuk menurunkan angka


kesakitan dan kematian penyakit HIV/AIDS

Alasan: Meningkatkan intensitas dan


efektifitas dalam pengendalian penyakit TB.

Alasan : Untuk mencegah dan mengurangi


penyebaran penyakit menular yang dapat
dicegah dengan Imunisasi (PD3I)

Target : 89%
Alasan : Dengan meningkatkan cakupan
Desa Siaga Aktif diharapkan kegiatankegiatan di masyarakat sesuai dengan
fungsi Desa Siaga sebagai pemberi
pelayanan
kesehatan
dasar,
penanggulangan
bencana
dan
kegawatdaruratan, surveilance berbasis
masyarakat dapat berjalan dengan optimal
sehingga dapat meningkatkan kemandirian
masyarakat untuk hidup sehat.

Sumber: Dokumen IKU Dinas Kesehatan

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

14

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

D. RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015


Rencana kinerja Tahunan (RKT) tahun 2015 salah satu kegiatan tahunan yang
sasarannya berorientasi pada hasil. RKT merupakan indikator kinerja sasaran yang
disesuaikan dengan program, kebijakan, dan sasaran yang telah ditetapkan dalam
Renstra. Oleh karena itu, substansi dari penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT)
adalah target setting dari capaian indikator kinerja sasaran. Rencana Kinerja Tahunan
(RKT) Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2015 diuraikan sebagai
berikut :
Tabel 2.4.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT)
Dinas Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015
No
SASARAN
1 Terlaksananya promosi perilaku
hidup bersih dan sehat
2

Terwujudnya masyarakat yang


mandiri dalam berperilaku hidup
bersih dan sehat

Terlaksananya penemuan dan


penanganan penderita penyakit

INDIKATOR KINERJA
(1). Cakupan penjaringan siswa SD
dan setingkat

TARGET
92%

(2). Cakupan rumah tangga sehat


(3). Cakupan desa siaga aktif

36%
89%

(4). Cakupan posyandu aktif

45%

(5). Case Notification Rate (CNR)

(6). Penanganan penderita DBD


(7). Angka Bebas Jentik (ABJ)
(8). Penemuan Pnemonia pada Balita
(9). Penemuan penderita diare
(10). Penurunan angka kecacatan
penderita kusta tingkat II
(11). Infeksi Menular Seksual (IMS)
diobati
(12). Penanganan penderita HIV dan
AIDS
(13). Annual Paracite Incidence (API)
(14). Acute Flaccid Paralysis (AFP)
rate

(15). Kabupaten dan Kota


melaksanakan penanggulangan PTM

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

155,8/
100.000
pddk
100%
85%
65%
99%
2,4%
100%
100%
0,80%
> 2/
100.000
pdkk anak
usia
<15th
100%

15

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

No

SASARAN

Terselenggaranya system surveilans


epidemiologi dalam
penanggulangan KLB-Bencana

10

11

Terwujudnya bayi, batita, anak


sekolah dan ibu hamil yang kebal
terhadap Penyakit Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I)

Tersedia dan terjangkau-nya sarana


penyehatan lingkungan di
masyarakat yang memenuhi syarat

Tersedia dan terjangkau-nya sarana


air bersih di masyarakat yang
memenuhi syarat

Terbinanya pelayanan gizi ibu dan


balita yang bermutu

Tersedianya zat gizi mikro bagi ibu


hamil, ibu nifas dan balita

Terwujudnya kemitraan dalam


bidang pangan dan gizi
Tersedianya sarana prasarana dan
SOP untuk layanan kesehatan ibu,
anak, dan KB.

INDIKATOR KINERJA

TARGET

(16). Cakupan desa/kelurahan


mengalami KLB yang dilakukan
Penyelidikan Epidemiologi < 24 jam
(17). Cakupan desa UCI
(18). Cakupan Imunisasi Dasar
Lengkap
(19). Cakupan BIAS campak klas 1
(20). Cakupan BIAS DT Klas 1
(21). Cak BIAS DT Klas 2 & 3
(22). Cakupan imunisasi pada Ibu
hamil
(23). Cakupan jamban keluarga
memenuhi syarat

100%

(24). Cakupan desa Open Defecation


Free (ODF)/ Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS)
(25). Persentase KK yang mempunyai
akses terhadap air bersih

50%

100%
92%
96%
96%
96%
85%
74%

78%

(26). Cakupan ASI eksklusif


(27). Cakupan pemberian MP-ASI
pada anak usia 6-24 bulan keluarga
miskin
(28). Cakupan balita gizi buruk
mendapat perawatan
(29). Cakupan Fe3 ibu hamil

82,5%
100%

(30). Cakupan konsumsi garam


beryodium
(31). Cakupan distribusi kapsul
vitamin A
(32). Prevalensi stunting pada balita
(33). Prevalensi kurang gizi pada
balita

60%

(34). Cakupan D/S


(35). Cakupan K 4
(36). Cakupan persalinan di fasilitas
kesehatan (Linfaskes)
(37). Cakupan KB aktif
(38). Cakupan pelayanan ibu nifas
(39). Cakupan KN
(40). Cakupan kunjungan bayi
(41). Cakupan pelayanan anak balita

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

100%
95%

100%
35%
16,5%
82,5%
96%
80%
75%
94%
94%
94%
75%

16

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

No
12

13

14

15

SASARAN
Terwujudnya tenaga kesehatan ibu
dan anak yang berkualitas.

Terjangkaunya remaja dan lanjut


usia terhadap pelayanan kesehatan
yang berkualitas

Terwujudnya kemitraan dalam


penanganan Kekerasan terhadap
anak (KtA) Kekerasan terhadap
Perempuan (KtP), dan gender.

Tersedianya fasilitas kesehatan


yang memadai, berkualitas dan
terjangkau

INDIKATOR KINERJA

TARGET

(42). Cakupan persalinan oleh tenaga


kesehatan (Linakes)

90%

(43). Cakupan komplikasi kebidanan


tertangani
(44). Cakupan neonatal dengan
komplikasi tertangani
(45). Cakupan Kabupaten dan Kota
yang melaksanakan PKPR terstandar

89%

17

Tersedianya fasilitas kesehatan


dengan SDM yang memadai

Terselenggaranya pelayanan
kesehatan yang berkualitas

100%

(46). Cakupan kabupaten dan kota


dengan Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Esensial Terpadu
(PKRET)
(47). Cakupan Kabupaten / Kota
dengan Puskesmas Santun Lansia

100%

(48). Cakupan kabupaten dan kota


yang mampu pelayanan Kekerasan
Terhadap Anak dan Perempuan
(KTAP)
(49). Cakupan pelayanan kesehatan
dasar masyarakat miskin
(50). Visite Rate

100%

(51). Rasio Puskesmas Dengan


Penduduk

16

82%

100%

100%
1,2 kali

1/ 30.000
pddk

(52). Cakupan pelayanan kesehatan


rujukan pasien masyarakat miskin

100%

(53). Rasio tempat tidur RS dengan


penduduk

1/ 1000
pddk

(54). Cakupan Puskesmas yang


memenuhi pola ketenagaan minimal

70%

(55). Cakupan RS yang memenuhi


standar ketenagaan klasifikasi RS

70%

(56). Puskesmas berkinerja baik


(57). Cakupan Puskesmas PONED

82%
60%

(58). Puskesmas yang terakreditasi


(59). Puskesmas yang menerapkan
PPK BLUD
(60).Cakupan pelayanan gawat
darurat level 1 yang harus diberikan di
rumah sakit
(61).Rumah Sakit yang terakreditasi

15%
40%

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

100%

65%

17

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

No

18

19

SASARAN

Tersedianya obat dan perbekalan


kesehatan yang aman, berkhasiat,
bermutu dan memadai

Terselenggaranya jaminan
kesehatan yang berkualitas bagi
seluruh masyarakat

INDIKATOR KINERJA
(62). Cakupan RS PONEK (dibagi
seluruh RS)
(63). Cakupan Puskesmas yang
melaksanakan program kesehatan
jiwa masyarakat.
(64). Persentase ketersedian obat dan
vaksin
(65). Penggunaan antibiotik pada
kasus terpilih

TARGET
80%

(66). Penggunaan injeksi pada kasus


terpilih
(67). Cakupan masyarakat yang
memiliki jaminan kesehatan nasional

2%

34%

91%
4%

70%

20

Terwujudnya Sumber Daya Manusia


Kesehatan yang kompeten

21

Terselenggaranya pendidikan
kesehatan yang berkualitas

(68). Cakupan masyarakat Penerima


Bantuan Iuran ( PBI ) dari pemerintah
provinsi
(69). Persentase tenaga kesehatan
yang memiliki Surat Tanda Registrasi
(STR)
(70). Persentase pendidikan
kesehatan yang terakreditasi

70%

22

Terselenggaranya pelatihan
kesehatan yang berkualitas

(71).Persentase kelulusan uji


kompetensi peserta didik (AKPER
Provinsi)
(72). Persentase pelatihan yang
terakreditasi

23

Terwujudnya perencanaan dan


penggangaran yang baik

(73). Ketersediaan Dokumen


perencanaan dan penganggaran

2 dok

24

Tersedianya data, informasi dan


laporan yang valid dan tepat waktu.

(74). Ketersediaan Dokumen profil


kesehatan yang akurat dan tepat
waktu
(75). Ketersediaan Sistem informasi
kesehatan
(76). Ketersediaan Dokumen laporan
(LAKIP, Laporan Tahunan)
(77). Ketersediaan Dokumen DHA
dan PHA
(78). Ketersediaan Website Dinas
Kesehatan Provinsi NTB yang di
update secara berkala
(79). Ketersediaan dokumen data
base tenaga kesehatan
(80). Ketersediaan dokumen usulan
tenaga PTT Pusat dari Kab/kota

1 dok

25

Tersebarnya hasil kegiatan melalui


media teknologi informasi

26

Terpenuhinya proses usulan


kebutuhan SDMK

27

Terwujudnya administrasi
kepegawaian yang tertib

(81).Ketersediaan Tata naskah


kepegawaian yang lengkap dan
akurat

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

2%

60%

98%

87%

1 dok
2 dok
11 dok
1 web

1 dok
1 dok
80%

18

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

No

SASARAN

28

Terwujudnya peningkatan kapasitas


pegawai

(82).Jumlah pegawai yang mengikuti


pelatihan dan bimbingan tehnis

12%

29

Tersedianya dan terpeliharanya


sarana penunjang perkantoran yang
memadai dan administrasi barang
yang tertib

(83).Cakupan penyediaan
perlengkapan kantor yang terpenuhi
sesuai kebutuhan yang diusulkan

100%

(84).Cakupan pemeliharaan
perlengkapan, kendaraan dan gedung
kantor yang sesuai kebutuhan
(85).Ketersediaan sistem catpor
aset/barang berbasis komputer
(SABMN)
(86).Ketersediaan Sistem informasi
pengelolaan keuangan daerah
berbasis komputer (SAI)

100%

30

Terwujudnya pengelolaan
administrasi keuangan yang tertib

INDIKATOR KINERJA

TARGET

100%

100%

Sumber : Dokumen RKT Dinas Kesehatan Prov.NTB, 2015

E. DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA (PK)


Perjanjian kinerja merupakan pernyataan tekad dan janji dalam bentuk kinerja
yang akan dicapai, antara pimpinan instansi pemerintah/unit kerja yang menerima
amanah/tanggung jawab/kinerja dengan pihak yang memberikan amanah/tanggung
jawab/kinerja.

Dengan demikian, perjanjian kinerja ini merupakan suatu janji kinerja

yang akan diwujudkan oleh seorang pejabat penerima amanah kepada atasan
langsungnya. Perjanjian kinerja ini akan menggambarkan capaian kinerja yang akan
diwujudkan oleh suatu instansi pemerintah/unit kerja dalam satu tahun tertentu dengan
mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya.
Perjanjian kinerja pada dasarnya merupakan salah satu komponen dari Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Dinas Kesehatan Provinsi Nusa
Tenggara Barat telah membuat Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2015 yang
memuat tentang :
1. Sasaran Strategis
2. Indikator Kinerja
3. Target

4. Program/Kegiatan dan Anggaran.

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

19

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tabel 2.5.
Perjanjian Kinerja (PK) Dinas Kesehatan Provinsi NTB
Tahun 2015
Sasaran Strategis

Indikator Kinerja

Target

Program/Kegiatan

Anggaran

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Cakupan jamban
keluarga

74 %

1.147.700.000

Cakupan desa Open


Defecation Free
(ODF)/ Stop Buang
Air Besar
Sembarangan
(SBS)

50 %

APBD :
Program Pengembangan
lingkungan sehat

Meningkatnya Usia
Harapan Hidup untuk
mewujudkan Generasi
Emas 2025

Usia Harapan Hidup


(UHH)

65,25
tahun

Terbinanya pelayanan gizi


ibu dan balita yang bermutu
untuk tercapainya Generasi
Emas 2025

Prevalensi kurang
gizi pada balita

16,5 %

Cakupan balita gizi


buruk mendapat
perawatan

100 %

Tersedia dan terjangkaunya


sarana penyehatan
lingkungan di masyarakat
yang memenuhi syarat

APBN
Penyehatan
lingkungan
Dukungan
manajemen dan
pelaksanaan tugas
teknis program P2PL
APBD
Program Peningkatan
keselamatan ibu
melahirkan dan anak
APBD
Program perbaikan
gizi masyarakat
- APBN
Pembinaan gizi
masyarakat
-

1.831.786.000
300.000.000

514.085.132

1.106.296.202

4.537.934.000

Dukungan
manajemen dan
pelaksanan program
bina gizi dan KIA

1.806.920.000

Terwujudnya tenaga
kesehatan ibu dan anak
yang berkualitas

Cakupan persalinan
oleh tenaga
kesehatan (Linakes)

90 %

APBN
Pembinaan pelayanan
kesehatan anak

1.531.625.000

Tersedianya sarana
prasarana dan SOP untuk
layanan kesehatan ibu,
anak, dan KB.

Cakupan K 4

96 %

APBN
Pembinaan pelayanan
kesehatan ibu dan
reproduksi

4.024.947.000

Tersedianya fasilitas
kesehatan yang memadai,
berkualitas dan terjangkau

Rasio Puskesmas
dengan Penduduk

1/30.000
penduduk

APBD
Program upaya
kesehatan
masyarakat
APBN
- Program pembinaan
upaya kesehatan
- Pembinaan upaya
kesehatan kerja dan
olahraga
- Pembinaan
pengembangan dan
pengawasan program
pelayanan tradisional.
Kompelementer dan
alternative

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

276.068.000

3.083.639.000
616.000.000

1.124.868.000

20

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat


Sasaran Strategis
(1)
Terlaksananya penemuan
dan penanganan penderita
penyakit menular

Indikator Kinerja
(2)
Case Notification
Rate (CNR) TBC

Target
(3)
155,8/
100.000
penduduk

Penanganan
penderita HIV/AIDS

100 %

Annual Paracite
Incidence (API)

0,80%

Terwujudnya bayi, batita,


anak sekolah dan ibu hamil
yang kebal terhadap
Penyakit Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I)

Cakupan desa UCI

100%

Cakupan Imunisasi
Lengkap Dasar
(IDL)

92%

Terwujudnya masyarakat
yang mandiri dalam
berprilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS)

Cakupan Desa
Siaga Aktif

89 %

Cakupan Posyandu
Aktif

45%

Terlaksananya Promosi
Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)

Cakupan
penjaringan siswa
SD dan setingkat

92 %

Terlaksananya
perencanaan kebutuhan
tenaga kesehatan

Rasio tenaga medis

Tersedianya obat dan


perbekalan kesehatan yang
aman, berkhasiat, bermutu
dan memadai

Persentase
ketersedian obat
dan vaksin

Terselenggaranya jaminan
kesehatan yang berkualitas
bagi seluruh masyarakat

Cakupan
masyarakat yang
memiliki jaminan
kesehatan nasional

Program/Kegiatan

Anggaran

(4)

(5)

APBD
Program pencegahan
dan penaggulangan
penyakit menular
APBN
Pengendalian
penyakit menular
langsung
APBN
Pengendalian
penyakit tidak
menular
APBN
Pengendalian
penyakit bersumber
binatang
APBN
Pembinaan
surveilans, imunisasi,
karantina dan
kesehatan mantra
APBD
Program promosi
kesehatan dan
pemberdayaan
masyarakat

APBN
Pemberdayaan
masyarakat dan
Promkes

300.000.000

801.064.000

3.038.000.000

685.860.000

300.000.000

7.825.982.820

2.739.900.000

31/
100.000
penduduk

APBD
Program sumber daya
kesehatan

482.596.180

91 %

APBD
Program obat dan
perbekalan kesehatan

302.050.000

APBN
Program kefarmasian
dan alat kesehatan

1.450.910.000

70 %

APBD
Program kemitraan
peningkatan
pelayanan kesehatan
APBN
Pembinaan,
pengembangan
pembiayaan dan JKN

393.700.000

930.000.000

Sumber : Dokumen PK Dinas Kesehatan Prov.NTB, 2015

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

21

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

Pada era reformasi birokrasi seperti saat ini, perbaikan pemerintahan dan sistem
manajemen merupakan agenda penting yang harus dijalankan oleh pemerintah. Perbaikan
sistem manajemen pemerintahan diarahkan pada peningkatan akuntabilitas dan kinerja
yang berorientasi pada hasil (outcome). Untuk itu pemerintah telah menetapkan kebijakan
untuk penerapan sistem pertanggungjawaban yang jelas dan teratur dan efektif yang
disebut dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah merupakan kewajiban instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan
kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui media
pertanggungjawaban yang disebut Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP).
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi NTB menyajikan pengukuran dan evaluasi dari
hasil yang telah dicapai tahun 2015 berdasarkan pada target Indikator Kinerja Utama (IKU),
Rencana Kinerja Tahunan (RKT)

yang telah ditetapkan pada awal tahun 2015,

Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) dan Pengukuran Pencapaian Sasaran dengan


mengacu pada Dokumen Anggaran APBD Tahun 2015.

A. PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA


Pengukuran indikator kinerja dilakukan dengan membandingkan target dengan
capaian indikator. Indikator Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi NTB disusun dalam Indikator
Kinerja Utama (IKU), memuat 7 (tujuh) sasaran dengan 9 (Sembilan) indikator. Berikut
rincian target dan capaian sasaran dan indicator yang termuat dalam IKU Dinas
Kesehatan Provinsi NTB :

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

22

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tabel 3.1.
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat
Dan Pencapaiannya Tahun 2015
No

Sasaran Strategis

Indikator
Kinerja

Satuan

Target

Realisasi

74

75,06

101,43

Tahun

65,25

65,25*

100*

Tersedia dan terjangkaunya sarana penyehatan


lingkungan di masyarakat
yang memenuhi syarat.

Cakupan Jamban
Keluarga

Meningkatnya Usia
Harapan Hidup untuk
mewujudkan Generasi
Emas 2025

Usia Harapan
Hidup (UHH)

Tebinanya pelayanan gizi


ibu dan balita yang
bermutu.

Prevalensi
kurang gizi pada
balita
Cakupa Balita Gizi
Buruk mendapat
perawatan

16,5

17,01

97

100

100

100

Cakupan
persalinan oleh
Tenaga Kesehatan
Penanganan
Penderita
HIV/AIDS
Case Notification
Rate (CNR) TBC
(Tuberculosis)

90

89,7

99,67

100

100

100

Per
100.000

155,8

123

78,95

Cakupan Desa
UCI

100

90

90

Cakupan Desa
Siaga Aktif

89

95,69

107,52

Terwujudnya tenaga
kesehatan ibu dan anak
yang berkualitas
Terlaksananya penemuan
dan penanganan penderita
penyakit Menular

Terwujudnya Bayi, Balita,


Anak Sekolah dan Ibu
Hamil yang kebal terhadap
Penyakit dapat dicegah
dengan Imunisasi (PD3I)
Terwujudnya masyarakat
yang mandiri dalam
berperilaku hidup bersih
dan sehat

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Selain pengukuran terhadap Indikator Kinerja Utama IKU), pengukuran pencapaian


kinerja dilakukan juga melalui pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam
Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2015. Berikut ilustrasi target dan capaiannya dalam tabel
berikut :

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

23

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tabel 3. 2.
Capaian Indikator Sasaran yang ditetapkan dalam
Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2015
Sasaran strategis

No

Indikator Kinerja

Satuan

Target

Realisasi

%
Capaian

Terlaksananya
promosi Perilaku
Hidup Bersi dan
Sehat (PHBS)
Terwujudnya
masyarakat yang
mandiri dalam
berPerilaku Hidup
Bersih dan Sehat
(PHBS)
Tersedianya fasilitas
kesehatan yang
memadai, berkualitas
dan terjangkau

Cakupan penjaringan
siswa SD dan setingkat

Persen

92

92,64

100,67

Cakupan desa siaga aktif

Persen

89

95,69

107,52

Cakupan Posyandu aktif

Persen

45

45,68

101,51

Ratio Puskesmas dengan


penduduk

Penduduk

1/
30.000

1/
30.000

100

Tersedianya sarana
prasarana dan SOP
untuk layanan
kesehatan ibu, anak
dan KB
Terwujudnya tenaga
kesehatan ibu dan
anak yang
berkualitas
Meningkatnya Usia
Harapan Hidup untuk
mewujudkan
Generasi Emas 2025

Cakupan K4

Persen

96

92,24

96,08

Cakupan persalinan oleh


tenaga kesehatan
(Linakes)

Persen

90

89,7

99,67

Usia Harapan Hidup


(UHH)

65,25

65,25*

100*

Terwujudnya
kemitraan dalam
bidang pangan dan
gizi untuk
tercapainya Generasi
Emas 2025
Terwujudnya Bayi,
Batita, Anak Sekolah
dan Ibu Hamil yang
kebal terhadap
Penyakit Dapat
Dicegah Dengan
Imunisasi ( PD3I )
Terlaksananya
penemuan dan
penanganan
penderita penyakit
menular

Prevalensi gizi kurang


pada balita

Persen

16,5

17,01

97

Prosentase balita gizi


buruk mendapat
perawatan

Persen

100

100

100

10

Cakupan imunisasi dasar


lengkap
Cakupan desa UCI

Persen

92

95

103,26

Persen

100

90

90

12

Penanganan penderita
HIV/AIDS

Persen

100

100

100

13

Case Notification Rate


(CNR) TB

Per
100.000
pddk

155,8

123

78,94

14

Annual Paracite Incidence


(API)

Persen

0,8

0,43

186,05

11

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

Tahun

24

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Sasaran strategis

No

Indikator Kinerja

Satuan

Target

Realisasi

%
Capaian

Tersedia dan
terjangkaunya sarana
penyehatan
lingkungan di
masyarakat yang
memenuhi syarat
dalam rangka
penyediaan sarana
prasarana layanan
sosial dasar yang
memadai

15

Cakupan Jamban
keluarga

Tersedia dan
16 Cakupan desa Open
terjangkaunya sarana
Defecation Free (ODF)/
penyehatan
stop buang air besar
lingkungan di
semabarangan (SBS)
masyarakat yang
memenuhi syarat
Terlaksananya
17 Ratio tenaga medis
perencanaan
kebutuhan tenaga
Terselenggarnya
18 Cakupan masyarakat
jaminan kesehatan
memiliki jaminan
yang berkualitas bagi
kesehatan
seluruh masyarakat
Tersedianya obat dan 19 Persentase ketersediaan
perbekalan
obat dan vaksin
kesehatan yang
aman, berkhasiat
bermutu dan
memadai
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi, 2015

74

75,06

101.43

Persen

50

31,75

63,5

Per
100.000
penduduk
Persen

31

18

58,06

70

61,5

87,85

Persen

91

87,93

96,63

Persen

Dari 15 sasaran dan 19 indikator yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja tahun
2015 (tabel 3.3), jumlah indikator yang mencapai target 100% atau lebih (> 100%) adalah
9 indikator, 5 indikator capaiannya antara 90-99,5% dan masih ada 4 indikator yang
capaiannya masih dibawah 90% serta 1 indikator yakni UHH masih menggunakan
estimasi.
Indikator sasaran, yang dituangkan dalam Perjanjian

Kinerja (PK) dan dimuat

dalam LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2015 adalah Indikator
yang tertuang dalam Renstra 2013-2018. Untuk Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK)
dilakukan dengan membandingkan target yang telah ditetapkan dalam Rencana Kinerja
Tahunan (RKT) dengan realisasi yang dicapai sampai akhir tahun 2015 mulai dari
indikator kinerja Input (masukan), Output (keluaran) dan Outcomes (hasil) yang
disampaikan pada lampiran 3.

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

25

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

B. EVALUASI DAN ANALISIS KINERJA


Evaluasi dapat digunakan untuk menilai efektivitas kegiatan, dapat menggunakan
ukuran obyektif dan ukuran kualitatif. Evaluasi (penilaian) adalah kegiatan untuk
membandingkan antara hasil yang telah dicapai dengan rencana yang telah ditetapkan
dan merupakan alat penting untuk membantu mengambil keputusan dari level kebijakan
sampai implementasi.
Menurut WHO evaluasi adalah suatu cara yang sistematis untuk mempelajari
berdasarkan pengalaman dan mempergunakan hasil yang dipelajari untuk memperbaiki
kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan serta meningkatkan perencanaan yang lebih
baik dengan seleksi yang seksama untuk kegiatan dimasa datang. Evaluasi menyangkut
analisa yang kritis mengenai berbagai aspek dari perencanaan dan pelaksanaan program
kegiatan, efisiensi dan aktivitasnya, biaya dan penerimaan masyarakat atau semua pihak.
Tujuan evaluasi untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna perencanaan dan
pelaksanaan program serta memberi masukan dalam pengelolaan sumberdaya untuk
program saat ini dan masa datang. Evaluasi harus dilakukan secara rutin dan digunakan
secara konstruktif, bukan membenarkan tindakan yang telah ada atau sekedar mencari
kekurangan atau kesalahan saja. Semua pelayanan perlu dievaluasi salah satunya
melalui indicator yang ditetapkan.
Evaluasi kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat berpedoman
pada ukuran dan indikator yang terdapat dalam RPJMD dan Renstra Dinas Kesehatan
Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2013 2018 yang telah tertuang dalam Indikator
Kinerja Utama (IKU) dan Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2015. Dalam RPJMD, ada 3
indikator kinerja daerah yang menjadi urusan bidang kesehatan yaitu Usia Harapan
Hidup (UHH), Prevalensi kurang gizi dan cakupan jamban keluarga.
Tabel.3.3.
Capaian Indikator Kinerja Dalam RPJMD Tahun 2015
2015
N0

INDIKATOR

Usia Harapan Hidup/UHH

2
3

SATUAN

2014
TARGET

REALISASI

Tahun

64,9

65,25

NA

Prevalensi Kurang Gizi (WHO)

21,61

16,5

17,01

Cakupan Jamban Keluarga

74.02

74

75,06

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

26

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Usia harapan hidup (Life Expectancy Rate/at birth) adalah rata-rata lamanya hidup
yang akan dicapai oleh penduduk, menunjukkan jumlah tahun hidup yang diharapkan
dapat dinikmati penduduk suatu wilayah. Formula untuk mengetahui UHH dengan
memasukkan informasi jumlah orang yang berhasil mencapai umur tepat 1 tahun dibagi
dengan total tahun orang yang hidup setelah umur tepat 1 tahun. Angka Harapan Hidup
merupakan

alat

untuk

mengevaluasi

kinerja

pemerintah

dalam

meningkatkan

kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada


khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan
program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya seperti kesehatan
lingkungan, kecukupan gizi termasuk program pemberantasan kemiskinan.
Data Usia Harapan Hidup setiap tahun dirilis BPS, untuk tahun 2015 datanya
belum tersedia. Akan tetapi apabila melihat trend kasus kematian bayi yang cenderung
menurun dalam 3 (tiga) tahun terakhir maka diperkirakan Angka Usia Harapan Hidup
NTB akan meningkat di tahun 2015. Berikut gambaran penurunan kasus kematian bayi
dalam 3 (tiga) tahun terakhir :
Grafik 3.1.
Perkembangan penurunan kasus kematian bayi
Tahun 2013-2015
1070

1070

1069
1056

1060
1050
1040
1030
1020
1010

2013

2014

2015

Tahun 2013 Usia Harapan Hidup NTB sebesar 64.7 tahun (dengan perhitungan
baru) mengalami peningkatan pada tahun 2014

menjadi 64,9 tahun atau meningkat

sebesar 0,2 tahun. Dengan demikian, target UHH pada tahun 2014 telah tercapai, yaitu
64,9 tahun (target 64,5 tahun). Sementara untuk UHH tahun 2015 di estimasi mencapai
65,25 tahun. Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencapai target yang telah
ditetapkan, antara lain melalui gerakan AKINO, ASHAR, peningkatan pemberdayaan
masyarakat melalui desa siaga, revitalisasi posyandu, integrasi kegiatan kesehatan
dalam Generasi Emas NTB 2025.

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

27

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Grafik.3.2.
Gambaran Pencapaian Usia Harapan Hidup Provinsi NTB
Tahun 2013 2015

66

64,7

64,5

65
64

64,9

65,25

65,25

62,73

Target

63

Realisasi

62
61

2013

2014

estimasi 2015

Indikator kinerja daerah dalam RPJMD yang berikutnya adalah prevalensi kurang
gizi. Prevalensi kurang gizi diperoleh melalui kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG)
yang dilakukan setiap tahun. Kurang gizi adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan
atau ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir
dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kurang gizi banyak terjadi pada
anak usia kurang dari 5 tahun dan merupakan salah satu indikator pertumbuhan yang
menghubungkan berat badan menurut umur (BB/U) yang berada di bawah -2 Standar
Deviasi (z score). Berikut gambaran prevalensi Kurang Gizi hasil PSG dalam 5 (lima)
tahun, tahun 2011 2015:
Tabel.3.4.
Prevalensi Kurang Gizi di Provinsi NTB Tahun 2011 2015
No

Tahun

Prevalensi Kurang Gizi (%)

1
2
3
4
5

2011
2012
2013
2014
2015

19,44
17,63
18,21
21,61
17,01

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Pada awal RPJMD tahun 2013 prevalensi kurang gizi sebesar 18,21% sehingga
ditetapkan target pada tahun 2014 sebesar 17,0%, akan tetapi pencapaiannya sebesar
21,61%, artinya masih jauh di atas target. Sedangkan target yang ditetapkan untuk tahun
2015 adalah 16,5% dan pencapaiannya adalah 17,01% artinya pencapaian masih
melebihi batas yang diharapkan, begitupula apabila dibandingkan dengan target nasional
(15%). Dalam Renstra Dinas Kesehatan Provinsi NTB, telah direncanakan penurunan
prevalensi kurang gizi secara bertahap dan pada tahun 2018 diharapkan target nasional
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

28

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

tersebut dapat tercapai. Banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan prevalensi


kurang gizi, antara lain :

Pemenuhan gizi yang kurang terutama pada masyarakat miskin karena daya beli
masyarakat terhadap makanan rendah

Pola asuh dalam keluarga, seringkali ditemukan balita yang diasuh oleh bukan orang
tuanya dengan alasan orang tua yang bersangkutan pergi TKI/TKW, cerai, bekerja
diluar daerah atau alasan lainnya

Masih ditemukan penyakit infeksi seperti TB, Diare, ISPA yang sangat erat kaitannya
dengan pertumbuhan balita akibat lingkungan yang kurang bersih dan sehat. Semua
kasus balita gizi buruk yang dilaporkan, disertai dengan penyakit.
Status

gizi

seorang

anak

berkaitan

erat

dengan

pertumbuhan

dan

perkembangannya. Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah provinsi NTB telah


menginisiasi program Generasi Emas NTB (GEN), yang merupakan program terpadu
berbagai sektor dengan fokus tumbuh kembang pada anak. Program GEN merupakan
program jangka panjang Pemerintah Provinsi NTB, dengan tujuan pada tahun 2025 akan
lahir generasi unggul, generasi emas dari NTB. Program ini dimulai dari pemantauan ibu
hamil yang menjadi sasaran yang dilakukan oleh tenaga terlatih GEN, yaitu Kader GEN
dan Pendamping Desa. Disamping itu, terkait dengan pelaksanaan GEN, jajaran Dinas
Kesehatan bekerjasama dengan Perguruan Tinggi Kesehatan se-NTB melaksanakan
kegiatan Aksi Kepedulian yang dikenal dengan program Aksi Mahasiswa untuk Seribu
Hari Pertama Kehidupan, yang merupakan bagian dari program Aksi Seribu Hari atau
disingkat ASHAR. Berikut ini berbagai upaya dilakukan Dinas Kesehatan untuk
mendukung program GEN dan menurunkan prevalensi kurang gizi antara lain :
-

Pembinaan Keluarga Sehat,


Tujuan pembinaan adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan hidup
sehat bagi keluarga-keluarga binaan.
Sasarannya adalah kelompok rentan terhadap masalah kurang gizi seperti ibu hamil,
ibu menyusui, bayi dan balita; dengan melibatkan peran serta tokoh agama, tokoh
masyarakat dan keluarga dalam penanggulangan masalah gizi.
Hasil pembinaan adalah terbinanya keluarga-keluarga binaan melalui penguatan
institusi pelayanan dasar (Posyandu), Kelas Gizi, Kelas Ibu, Kelompok Pendukung
ASI, dll.
Hambatan yang dihadapi antara lain belum semua sektor memberikan kontribusi yang
optimal dalam pembinaan, belum semua kepala keluarga memberikan perhatian
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

29

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

kepada sasaran, dan belum semua sasaran ter-akses dengan pelayanan kesehatan
dan gizi yang standar.
Rencana tindak lanjut adalah memperkuat koordinasi antar sector terkait,
mengaktifkan institusi pelayanan dasar, advokasi kepada kabupaten/kota untuk
penguatan alokasi anggaran program gizi dan KIE yang lebih luas.
- Pembekalan calon supervisor program Aksi Mahasiswa Seribu Hari Pertama
Kehidupan.
Tujuannya

meningkatkan

pengetahuan

dan

keterampilan

mahasiswa

dalam

melakukan pendampingan ibu hamil dan anak baduta.


Target mahasiswa yang dilibatkan dalam program ini 2500 orang, namun untuk 2015
terdaftar sekitar 2170 orang.
Hasil dari kegiatan ini adalah terdampinginya 2000 ibu hamil lebih dalam perawatan
kehamilan serta anak 2 tahun sehingga status gizi dan derajat kesehatan ibu dan
anak meningkat.
Hambatan pelaksanaan yang dihadapi pada tahun 2015 adalah keterlambatan
pencairan dana (APBD Perubahan) sehingga kegiatan pembekalan baru dapat
dilaksanakan pada Nopember 2015, dan kegiatan pendampinganpun menjadi
terlambat.
Rencana selanjutnya pada tahun 2016 kegiatan pendampingan akan diteruskan,
termasuk angkatan II pada pertengahan 2016, sehingga total ibu hamil dan ibu anak
baduta yang akan didampingi tahun 2016 menjadi sekitar 4500 orang.
-

evaluasi pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian KADARZI


Pelaksanaan dilakukan di 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Nusa Tenggara
Barat dan dilakukan secara berkala sebanyak 3 (tiga) kali setahun dengan sumber
pembiayaan dari APBN dan APBD Provinsi NTB.
Hasil evaluasi ditemukan masih ditemukannya kasus gizi buruk sebanyak 337 kasus
sampai dengan tahun 2015 dan masih tingginya prevalensi kurang gizi dan stunting.
Adapun hambatan yang ditemui dilapangan adalah deteksi dini pertumbuhan balita
belum dilakukan sesuai dengan protap yang ada, analisa dan pemanfaatan data
belum dilakukan secara optimal, belum optimalnya penempatan petugas gizi sesuai
dengan kompetensinya dan sarana dan prasarana gizi yang ada belum semua
memenuhi standar dan belum dimanfaatkan secara optimal.
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

30

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tindak lanjut yang dilakukan dengan bimbingan teknis dan monitoring

secara

berkala, meningkatkan kapasitas petugas dalam menganalisa dan memanfaatkan


berbagai data gizi, melengkapi sarana dan prasarana yang ada sesuai dengan
standar.
-

Bekerjasama dengan lintas sektor sector terkait seperti TP PPK, BP3AKB, BPMPD,
Perguruan Tinggi Kesehatan se-NTB, Organisasi Profesi (PERSAGI, IDI, IBI), TOMA,
TOGA, Forum Peduli ASI (FPA), Bappeda, Biro Administrasi Kesra, Biro Hukum, dan
lainnya dalam pembinaan keluarga sasaran, dan pendampingan pada sasaran
prioritas

seperti pengasuh

balita yang mempunyai masalah gizi, ibu hamil

anemia/KEK, ibu menyusui dll. Untuk ibu menyusui lebih ditekankan pada pemberian
makan pada bayi dan anak seperti

Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Eksklusif,

Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dan menyusui sampai anak
berusia 2 tahun atau lebih.
Hasil yang diperoleh sebagai berikut:

Tersedianya kelompok pendukung ASI (KP ASI), motivator dan konselor ASI
diseluruh Kabupaten/Kota se-Nusa Tenggara Barat.

Tersedianya kader-kader terlatih PMBA dan petugas kesehatan terlatih (TPG,


Dokter, Bidan)

Tersosialisasinya program ASHAR dalam mendukung 1000 HPK.

Terlaksananya

salah

satu

Tri

Dharma

Perguruan

Tinggi

(pengabdian

Masyarakat) dalam rangka mendukung program ASHAR.


Hambatan-hambatan yang ditemukan :

Masih gencarnya promosi susu formula melalui berbagai media baik media
elektronik maupun cetak dan kontak langsung kepada konsumen

Belum adanya penegakan law enforcement terkait berbagai pelanggaran aturan


perundangan yang berlaku terutama oleh petugas di fasilitas pelayanan
kesehatan

Belum optimalnya pendampingan terhadap sasaran ibu hamil, ibu menyusui dan
ibu-ibu balita dalam memberikan makanan terhadap anaknya

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dilakukan upaya-upaya:


Menegakkan aturan/regulasi terkait ASI Eksklusif yaitu melaksanakan Pergub
No.9/2012 tentang pemberian ASI Eksklusif

Menegakkan aturan/regulasi terkait ASI Eksklusif yaitu melaksanakan Pergub


No.9/2012 tentang pemberian ASI Eksklusif Advokasi secara intensif kepada
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

31

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

berbagai pemangku kepentingan terkait penegakan law enforcement tentang


peningkatan penggunaan ASI

Meningkatkan upaya pendampingan pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan


dengan melibatkan berbagai lintas sektor terkait

- Melibatkan potensi yang ada di masyarakat


Upaya ini dilakukan melalui
monitoring

keterlibatan dalam perencanaan, pelaksanaan dan

kegiatan PNPM Generasi Sehat dan Cerdas (GSC), Pola Keluarga

Harapan (PKH), dan Alokasi Dana Desa (ADD).


- Meningkatkan surveilans gizi
Surveilans gizi adalah kegiatan pengamatan yang teratur dan terus menerus
terhadap masalah gizi masyarakat dan faktor-faktor yang terkait melauli kegiatan
pengumpulan data/informasi, pengolahan dan anlisis data dan diseminasi informasi
yang dihasilkan. Hal ini merupakan salah satu cara untuk mendeteksi dini berbagai
masalah gangguan pertumbuhan yang dilakukan mulai dari tingkat posyandu oleh
petugas kesehatan dan kader melalui peningkatan kunjungan dan pemantauan balita
di Posyandu.
Hasil dari kegiatan ini digunakan sebagai dasar yang kuat bagi pemangku
kepentingan

untuk

merumuskan

kebijakan,

menyusun

perencanaan,

dan

pengelolaan program yang lebih baik untuk meningkatkan status gizi masyarakat
-

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Para Pengelola Program Gizi mulai


dari Tingkat Kabupaten hingga Puskesmas melalui berbagai Pertemuan dan
Pelatihan yang difasilitasi Dinas Kesehatan Provinsi yang dilaksanakan setiap tahun
bagi petugas kesehatan se-NTB. Dari pertemuan dan pelatihan tersebut diharapkan
tersedia tenaga terlatih sebagai : konselor Menyusui, konselor PMBA, Tim Asuhan
Gizi untuk penanganan gizi buruk, konselor MP-ASI, konselor Pemantauan
Pertumbuhan

Konseling/penyuluhan gizi bagi keluarga khususnya pada kelompok rawan gizi (ibu
hamil, ibu menyusui, bayi dan balita).
Tujuan kegiatan tersebut adalah Meningkatkan KAP (Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku) gizi yang benar dalam rangka meningkatkan status gizi ibu hamil, ibu
menyusui, bayi dan balita. Konseling dilakukan oleh Petugas Kesehatan yang sudah
terlatih,

setiap

konseling

yang

dilakukan

harus

dicatat

dan

dipantau

perkembangannya. Hasil konseling diharapkan meningkatnya pengetahuan, sikap


dan perilaku ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita untuk mengatasi masalah gizi.

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

32

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

- Pemberian suplemen gizi dan PMT bumil KEK


Pemberian suplemen dan PMT tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan,
mempertahankan dan memperbaiki

status gizi Ibu Hamil KEK (Kurang Energi

Kronis), Bayi, Balita dan Ibu Menyusui. Pemberian suplemen gizi (Vitamin A, Tablet
Fe, Taburia) dan PMT Ibu Hamil

di Kabupaten/Kota se Nusa Tenggara Barat.

Beberapa hambatan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah :

Ketersediaan tablet Fe dan PMT Ibu Hamil belum mencukupi sasaran secara
keseluruhan

Masih kurangnya koordinasi lintas sector dan lintas program serta belum
optimalnya peran tokoh agama dan tokoh masyarakat

Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan upaya-upaya :


Berupaya menyediakan ketersediaan suplemen gizi dan PMT Ibu hamil KEK
sesuai dengan jumlah sasaran

Meningkatkan koordinasi lintas sector dan lintas program serta mengoptimalkan


peran tokoh agama dan tokoh masyarakat
Indikator kinerja daerah RPJMD ketiga yang menjadi urusan kesehatan adalah

cakupan jamban keluarga.

Jamban keluarga merupakan salah satu indikator untuk

mengukur perilaku masyarakat menuju lingkungan bersih dan sehat. Kriteria sebuah
jamban dapat dikatakan sebagai jamban sehat adalah closet leher angsa, tidak
menimbulkan bau, septic tank kedap air dan ada resapan. Cakupan Jamban keluarga
dihitung berdasarkan Jumlah Jamban yang ada dibandingkan dengan jumlah Kepala
keluarga. Tahun 2015 cakupan jamban keluarga mengalami peningkatan menjadi 75,06%
dibandingkan tahun 2014 dengan capaian 74.02% dan melampaui target yang ditetapkan
dalam RPJMD dan Renstra yakni 74%. Akan tetapi apabila dibandingkan dengan target
nasional sebesar 80%, maka pencapaian tahun 2015 masih dibawah target. Namun dalam
Renstra Dinas Kesehatan Provinsi NTB telah direncanakan pada tahun 2018 target
nasional tercapai. Capaian cakupan jamban keluarga dalam 3 (tiga) tahun terakhir dapat
dilihat pada gambar berikut:

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

33

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Gambar.3.3.
Cakupan Jamban Keluarga dari tahun 2013-2015

75
73

72

72,35

73

74,02

74

75,06

71
69

target

67

realisasi

65
63
61

2013

2014

2015

Berikut gambaran capaian cakupan jamban keluarga per kabupaten/kota selama tahun
2015 :
Tabel .3.5.
Cakupan Jamban Keluarga Per Kabupaten/Kota Se Provinsi NTB
Tahun 2015
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kabupaten / Kota

% Cakupan jamban (%)

Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Dompu
Kab. Bima
Sumbawa Barat
Lombok Utara
Mataram
Kota Bima
TOTAL

82,68
70,94
65,42
73,62
69,76
79,02
83,43
68,93
99,39
86,52
75,06

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Pada tabel terlihat bahwa 4 kabupaten/kota pencapaiannya mampu melampaui


target nasional dengan pencapaian >80% dan 1 kabupaten pencapaiannya diatas target
dalam RPJMD dan Renstra. Indikator kinerja program yang mempengaruhi cakupan
jamban keluarga antara lain kondisi rumah sehat( rumah sehat dinilai dari jamban, tempat
sampah, SPAL, lantai, dan sarana air bersih). Pada tahun 2015 KK yang memiliki rumah
sehat sebesar 67,11% meningkat dibandingkan tahun 2014 sebesar 62,25%. peningkatan
ini berkorelasi terhadap peningkatan cakupan jamban keluarga. Berikut jumlah KK yang
memiliki kondisi rumah sehat dalam 2 (dua) tahun terakhir :
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

34

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Gambar.3.4.
Persentase KK yang Memiliki Rumah Sehat
Tahun 2014 2015
67,11

68
66
64
62
60
58
56
54
52
50

62,25

2014

2015

Beberapa faktor yang mempengaruhi cakupan jamban keluarga antara lain:


1. Tersedianya akses air bersih yang terjangkau artinya semakin mudah mengakses air
bersih kesadaran masyarakat membangun jamban cukup tinggi.
2. Lingkungan pemukiman yang padat artinya semakin padat lingkungan pemukiman
akan

semakin

kecil

lahan

untuk

membangun

jamban

sehingga

diperlukan

pembangunan MCK Komunal.


3. Kemampuan Ekonomi artinya pembangunan jamban keluarga termasuk pembangunan
padat modal.
4. Potensi lingkungan yang mendukung Buang Air Besar Sembarangan seperti: adanya
aliran sungai, pesisir pantai, kebun dll.
Capaian positif cakupan jamban keluarga dipengaruhi oleh adanya berbagai upaya Dinas
Kesehatan Provinsi NTB dengan melibatkan stakeholder antara lain:
1. Melakukan Pemicuan oleh petugas sanitarian Puskesmas yang didukung oleh Dinas
kesehatan kabupaten/kota dan Provinsi dengan mengundang Tokoh Agama, Tokoh
Masyarakat, dan Masyarakat yang tidak memiliki jamban. Tujuannya adalah merubah
perilaku masyarakat menuju Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). kegiatan
pemicuan dilakukan setiap bulan dan pada 2015 pemicuan dilaksanakan di 100 Desa
2 Kecamatan.
Hasil dari pemicuan tersebut telah tercapai 64 desa yang telah dinyatakan desa
BASNO, sedangkan 34 desa lagi sudah ada peningkatan kepemilikan jamban keluarga
namun setelah di lakukan verifikasi masih ditemukan ada beberapa dusun yang akses
jambannya masih rendah.
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

35

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Beberapa hambatan masih ditemukan saat pemicuan dilaksanakan, yakni


-Masyarakat yang kurang mampu masih membutuhkan stimulan untuk bisa
membangun jamban keluarga.
-Sumber air bersih yang terbatas pada lokasi/ dusun tertentu menyebabkan perilaku
membangun jamban masih rendah.
Rencana Tindak lanjut untuk meningkatkan jamban keluarga adalah
Tetap melakukan pemicuan dan mengupayakan dukungan dana khususnya pada
kelompok masyarakat yang kurang mampu.
2. Memberikan Reward kepada Desa/Kelurahan, Kecamatan yang telah mencapai
BASNO (Buang Air Besar Sembarangan NOL ) sesuai PERGUB no 9 tahun 2013
tentang GERAKAN BASNO.
Jumlah desa yang telah bebas buang air besar sembarangan (ODF) pada tahun 2015
berjumlah 361 desa/kelurahan, meningkat jika dibanding tahun 2014 yang berjumlah
297 desa/kelurahan dengan jumlah kecamatan yang telah mencapai BASNO
meningkat menjadi 7 kecamatan yaitu Kecamatan Wawo dan Wera di Kabupaten
Bima; Kecamatan Cakranegara Kota Mataram, Kecamatan Batulayar Kab. Lombok
Barat, Kecamatan Maluk dan Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat dan kecamatan
Pajo Kabupaten Dompu. Sebagai bentuk apresiasi, untuk desa BASNO diberikan
reward berupa sepeda motor roda tiga dan untuk desa ODF masing-masing wireless
portable.
3. Melakukan koordinasi lintas sektoral khususnya dengan BPMD, PU, BAPPEDA
khususnya dalam program rehabilitasi rumah, pemukiman kumuh dan pembangunan
MCK Komunal. Untuk tahun 2015, Dinas PU telah memberikan bantuan rehabilitasi
rumah

sebanyak 1000 unit. Untuk selanjutnya Dinas Kesehatan tetap berupaya

meningkatkan koordinasi dengan lintas sector untuk mensinergikan program sehingga


desa bersih dan sehat dapat terwujud.
4. Pelatihan petugas sanitarian Puskesmas. Kegiatan ini bertujuan meningkat kapasitas
petugas terutama pada kabupaten yang mendapat bantuan program PAMSIMAS.
Untuk tahun 2015, kegiatan tersebut dilakukan di 6 kabupaten/ kota yakni Lombok
Timur, Lombok Tengah, Lombok Utara, Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu dan
Kabupaten Sumbawa. Kedepannya akan ditingkatkan kerjasama petugas sanitarian
Puskesmas dengan pengelola program PAMSIMAS dalam mengubah perilaku hidup
bersih dan sehat.
5. Penilaian Lomba Bersih dan Sehat (LBS) tingkat Desa bekerja sama dengan TP PKK.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kerjasama lintas sector dan menentukan
kriteria dan indikator dalam lomba bersih dan sehat. Seluruh kabupaten/kota

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

36

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

mengajukan desa/kelurahannya untuk mengikuti lomba tersebut.

Apresiasi tinggi

yang ditunjukkan masyarakat akan mempercepat terwujudnya desa bersih dan sehat.
6. Workshop Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Kegiatan ini melibatkan camat
dan kepala desa dengan dukungan dari UNICEF.
Tujuan workshop STBM adalah untuk mendapatkan informasi kebijakan pemerintah,
mengetahui pendekatan program STBM, mendapatkan pengetahuan membangun
jamban yang merah dan sehat.
Hasil dari workshop ini adalah diperolehnya dukungan para kepala desa untuk
mendukung program STBM melalui dana Desa. Akan tetapi pembangunan sanitasi
membutuhkan anggaran yang besar serta perilaku Hidup Bersih dan Sehat masih
memerlukan waktu untuk mengubahnya. Untuk itu pada pertemuan tersebut
Puskesmas dan Kepala Desa bekerjasama serta masyarakat membuat komitmen
untuk bersama sama mewujudkan desa yang bersih dan sehat. Sebagai bentuk
apresiasi terhadap upaya-upaya yang dilakukan, pada tahun 2014 Provinsi NTB
mendapat penghargaan untuk kegiatan STBM dengan menempati rangking III tingkat
Nasional. Untuk tahun 2015 kegiatan pemberian reward tingkat nasional tidak
diselenggarakan.

Capaian Sasaran Strategis yang mendukung indikator kinerja daerah RPJMD dan termuat
dalam Indikator Kinerja Utama (IKU) serta telah ditetapkan dalam Dokumen Penetapan
Kinerja disampaikan sebagai berikut:

Misi 1

Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia kesehatan dan


kemandirian masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat

Tujuan :
a. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.
Tujuan ini dilaksanakan melalui Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat dengan sasaran strategis yang ingin dicapai adalah :

1. Terlaksananya promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dengan


indiaktor :

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

37

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tabel 3.6.
Capaian Indikator Cakupan Penjaringan Siswa SD dan Setingkat
capaiant
Tahun 2015
ahun
Indikator Kinerja
Satuan
2014
Target Realisasi % capaian

No
1

Cakupan penjaringan
siswa SD dan setingkat

Persen

91,40

92

92,64

100,67

Sumber : Bidang PSDMK&Promkes Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Kegiatan penjaringan kesehatan/skrening kesehatan siswa kelas 1 SD/MI


yang dilaksanakan pada Juli s/d Desember meliputi 8 (delapan)

jenis

pemeriksaan yakni pemeriksaan keadaan umum , penilaian status gizi, kesehatan


gigi dan mulut, pemeriksaan tajam penglihatan (visus), pemeriksaan telinga,
deteksi dini penyimpangan mental emosional dan pemeriksaan penunjang
Laboratorium (kecacingan & anemia) serta pemeriksaan kebugaran jasmani. Dari
laporan 5 (lima) tahun terakhir diketahui bahwa cakupan penjaringan mengalami
peningkatan setiap tahun bahkan di tahun 2014 dan 2015 telah melampaui target.
Berikut gambaran cakupan penjaringan yang dilaksanakan di Provinsi NTB dari
tahun 2011 s/d 2015 :
Grafik.3.5.
Cakupan Penjaringan Siswa SD dan Sederajat
Tahun 2011 s.d. 2015

85,35

86,13

88,57

Target
Penjaringan siswa
SD/MI tahun 2015
92,55 : 92% 92,64

2011

2012

2013

2014

100
80
60
40
20
0

2015

Cakupan penjaringan sudah diatas target yang ditetapkan disebabkan


karena beberapa kabupaten/Kota sudah mengoptimalkan penggunaan dana BOK.
Walaupun cakupan penjaringan sudah melampau target yang ditetapkan namun
pemeriksaan tidak meliputi semua jenis pemeriksaan karena keterbatasan
dana,sarana dan tenaga. Diperkirakan sekolah yang melaksanakan pemeriksaan
kesehatan secara lengkap masih dibawah 50%. Dari hasil penjaringan juga
diketahui bahwa gangguan kesehatan
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

terbesar pada siswa SD adalah


38

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

permasalah kesehatan gigi, untuk itu penanaman PHBS pada anak harus selalu di
berikan di sekolah-sekolah, misalnya melalui penyuluhan tentang bagaimana
menyikat gigi secara baik dan benar dan juga penyuluhan terkait kebersihan
perorangan dan lainnya.
Faktor penyebab tidak semua sekolah melakukan pemeriksaan lengkap
pada kegiatan penjaringan kesehatan anak SD/MI adalah :
-

Sekretariat Tim Pembina UKS (TP UKS) di tingkat Kabupaten/Kota sudah ada
namun koordinasi masing-masing anggota TP.UKS belum optimal sehingga
TP.UKS belum berjalan dengan baik sementara untuk TP.UKS tingkat
Kecamatan belum semua terbentuk. Hanya pada saat event-event tertentu
seperti Lomba Sekolah Sehat yang sudah berjalan.

Keterbatasan sarana laboratorium untuk menunjang pelaksanaan kegiatan


penjaringan di masing -masing Puskesmas.

Sebagian sekolah belum memiliki ruang UKS dan peralatan UKS Kit.

Koordinasi dengan lintas program dari tingkat provinsi, Kabupaten/Kota, dan


Puskesmas belum berjalan secara optimal. Koordinasi lintas Sektor di
berbagai jenjang administrasi masih belum optimal dan adanya anggapan
program UKS

(penjaringan kesehatan anak sekolah) adalah programnya

Dinas Kesehatan.
-

Dukungan pendanaan dari PEMDA untuk kegiatan Program UKS baik di


tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota masih belum memadai karena dana yang
tersedia tidak cukup untuk melakukan kegiatan pokok terutama untuk
melaksanakan

penjaringan

kesehatan

anak

sekolah

SD/MI

sehingga

penjaringan tidak bisa dilaksanakan diseluruh SD/MI yang ada.


-

Belum adanya dukungan dari Lembaga Pendidikan terkait penjaringan


kesehatan anak sekolah.

Upaya-upaya atau langkah-langkah yang sudah dilakukan untuk mencapai target


dalam rangka meningkatkan program kesehatan anak sekolah adalah dengan :
-

Mengembangkan model Akselerasi pembinaan pelaksanaan UKS. Kegiatan


ini merupakan upaya terobosan untuk mempercepat pencapaian tujuan UKS
melalui Akselerasi Pembinaan dan Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah,
dengan menggali, memanfaatkan dan memaksimalisasi semua potensi
sumber daya yang tersedia serta memperkuat kemitraan dengan semua
pemangku kepentingan.

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

39

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Adapun Tujuan dari pembinaan Akselerasi

UKS adalah Meningkatkan

kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga
peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan berkembang secara harmonis dan
setinggi-tingginya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Sedangkan
tujuan khusus dari pengembangkan akselerasi UKS adalah :
Semua TP UKS dan Sekretariat TP UKS berfungsi.
Semua sekolah dan madrasah memiliki minimal 1 guru UKS dan 10%
peserta didik sebagai kader kesehatan aktif
Semua sekolah dan madrasah melaksanakan penjaringan kesehatan
terhadap semua peserta didik kelas 1 SD, 1 SMP, dan 1 SMA
50 % sekolah memiliki ratio jamban dan peserta didik yang sesuai standar
Semua sekolah memiliki sarana CTPS dan tempat sampah yang berfungsi
di semua kelas.
Kegiatan ini dilaksanakan di 2 (dua) Kabupaten/Kota yaitu Kota Mataram dan
Lombok Tengah dengan melibatkan Tim Pembina UKS Provinsi dan Tim
Pembina UKS Kabupaten/Kota. Dalam proses pelaksanaan kegiatan ini
masing-masing

kab/Kota

merumuskan

segala

permasalahan

dalam

pelaksanaan program UKS berdasarkan analisa SWOT dan selanjutnya hasil


pertemuan ini disepakati rencana tindak lanjut jangka pendek (6 bulan) dan
rencana jangka panjang.
Adapun rencana tindak lanjut sebagai berikut :

Membentuk POKJA Akselerasi UKS kab.Lombok Tengah dan Kota


Mataram yang beranggotakan unsur TP.UKS Kabupaten dan Lintas
Sektor/Program terkait antara lain : Bappeda, BPLH, BKP, Dinas
Pertanian, TP.PKK dan BPPKB serta lintas program di lingkungan Dinas
Kesehatan Kab.Lombok Tengah dan Kota Mataram.

Membuat

Surat

Keputusan

Bupati

dalam

pelaksanaan

dan

pengembangan Akselerasi Program UKS di Kab.Lombok Tengah dan


Kota Mataram.
Menetapkan konsep pelaksanaan Model Akselerasi UKS local spesifik
disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan sumber daya yang dimiliki
oleh Kab.Lombok Tengah dan Kota Mataram.
Tahapan-tahapan kegiatan program akselerasi UKS adalah :

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

40

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

o Orientasi/sosialisasi TP UKS mengenai SKB 4 menteri dan peran


masing-masing sector dalam UKS
o Mengupayakan kurikulum UKS diintegrasikan kedalam kurikulum
muatan local.
o Mengintegrasikan program masing-masing sektor disekolah kedalam
program akselerasi UKS, seperti : BKP dan Dinas Pertanian
(Pembudayaan Pangan B2SA, kantin sehat dan kebun sekolah) :
BPLH , ( Sekolah berwawasan Adi Wiyata) dll.
o Orientasi pengembangan UKS kepada guru-guru UKS SD,SMP,SMA
sederajat.
o Mengembangkan gerakan dan kegiatan inovatif , Stimulan TP UKS
kecamatan dan sekolah model PHBS.
o Memanfaatkan dana BOS untuk peningkatan dan pengembangan
UKS di sekolah melalui kebijakan Dinas DIKPORA.
Namun dalam pelaksanaannya rencana tindak lanjut yang telah dibuat hanya
beberapa yang dapat dilaksanakan karena kendala masih lemahnya
koordinasi Tim Pembina UKS kab/Kota. Hal ini menjadi catatan penting dari
Tim Pembina UKS Provinsi untuk evaluasi perencanaan di tahun mendatang.
- Melaksanakan Pembinaan dan fasilitasi PHBS Sekolah di 10 Kab/Kota.
Adapun kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan penerapan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah dalam rangka pengembangan
pembentukan Sekolah Promosi Kesehatan serta menyamakan persepsi
dalam rangka Pengembangan strategi dan implementasi peningkatan PHBS
di Sekolah model Promosi Kesehatan.
Kegiatan ini dilaksanakan melalui supervisi atau kunjungan langsung ke
sekolah-sekolah di 10 Kab/Kota dengan memberikan bimbingan teknis
kepada guru UKS, khususnya sekolah yang telah ditunjuk sebagai sekolah
model Promosi Kesehatan. Kegiatan ini untuk mengetahui gambaran
pelaksanaan Penerapan PHBS di sekolah.
- Konsultasi dan koordinasi pembelajaran pembinaan UKS
Kegiatan ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur, dimana Prov.Jawa Timur
merupakan salah satu provinsi terbaik dalam program pembinaan kesehatan
anak sekolah.
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah

untuk memperoleh gambaran

bagaimana pelaksanaan dan pembinaan UKS di Jawa Timur serta untuk


Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

41

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

menambah wawasan Penanggungjawab/ TP UKS. Prov.NTB dan TP UKS


Kab/Kota dalam upaya peningkatan pelaksanaan UKS di Provinsi NTB.
Selain itu pula kegiatan ini untuk mendapatkan gambaran secara langsung
pelaksananan pembinaan UKS di TP UKS Jawa Timur dan Tim pelaksana
UKS disekolah-sekolah yang menjuarai lomba UKS di tingkat Nasional
sehingga dapat diterapkan di Provinsi NTB.
Adapun hasil kunjungan ke TP UKS Prov.Jawa Timur dapat dirangkum
sebagai berikut :
Tim Pembina UKS merupakan Pembina, Koordinator dan pelaksana
program UKS di Provinsi yang harus menjadi penggerak Pelaksanaan UKS
di kab/Kota
Mendapat kiat-kiat untuk meraih sukses di Lomba Lingkungan Sekolah
Sehat Tingkat Nasional, yakni memenuhi penilaian administrasi 30%,
semua indikator penilaian dipenuhi, perlu keseragaman TP UKS, dan
memperbanyak slogan-slogan dan logo-logo UKS, serta Launching UKS .
UKS tidak dapat dilaksanakan oleh satu sektor saja, keterlibatan sector
terkait sangat menentukan suksesnya program UKS.

Mengoptimalkan TUPOKSI masing-masing sector sesuai dengan Peraturan


bersama antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan,,
Menteri Agama, dan Menteri dalam Negeri Nomor : 6/X/PB/2014, Nomor :
73 Tahun 2014, Nomor : 41 Tahun 2014, Nomor 81 Tahun 2014 Tentang
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah.

2. Terwujudnya masyarakat yang mandiri dalam berperilaku hidup bersih dan


sehat, dengan indikator :

No
1
2

Tabel 3.7.
Capaian Indikator Cakupan Desa Siaga dan Posyandu Aktif
Capaian
Tahun 2014
tahun
Indikator Kinerja
Satuan
Target Realisasi
% capaian
2014
Cakupan desa siaga
aktif
Cakupan posyandu
aktif

Persen

95,34

89

95.69

107,52

Persen

43,29

45

45,68

101,51

Sumber : Bidang PSDMK&Promkes Dinas Kesehatan Prov.NTB, 2015

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

42

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

2.1. Cakupan Desa Siaga Aktif


Desa siaga aktif adalah desa yang masyarakatnya memiliki
kepedulian, kemampuan dan kesiapan dalam mengenal dan mengatasi
masalah kesehatannya secara mandiri dan dapat mengakses pelayanan
kesehatan yang bermutu. Desa siaga aktif dibagi menjadi empat kategori
yaitu pratama, madya, purnama dan mandiri. Desa siaga aktif dihitung
dengan membagi desa siaga aktif yang ada dengan jumlah desa.
Pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan melalui desa siaga
turut mendukung penurunan angka kematian ibu dan bayi, sehingga
diharapkan berkontribusi positif terhadap capaian target Usia Harapan
Hidup (UHH) Provinsi NTB. Sampai tahun 2015, dari 1.136 Desa/
Kelurahan yang ada di NTB, yang sudah dibentuk menjadi Desa Siaga baru
berjumlah 1.087 Desa/Kelurahan (95,69%). Capaian tersebut melampaui
dari target yang ditetapkan yakni 52%.
Perkembangan cakupan Desa Siaga aktif 5 tahun terakhir tahun
2011 s/d 2015 dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Grafik.3.6.
Perkembangan Cakupan Desa Siaga Aktif Tahun 2011 s.d. 2015

Target Th.2015 : 89%


100
80

95,72

97,1

88,51

60

95,34

95,69

2014

2015

40
20
0

2011

2012

2013

Walaupun dari grafik terlihat capaian desa siaga aktif telah mencapai
target, namun Desa Siaga Aktif sebagian besar masih masuk kategori Desa
Siaga aktif Pratama dan Madya (86,27%) sedangkan yang masuk kategori
Purnama dan Mandiri baru mencapai 9,42%. Masih rendahnya cakupan
Desa Siaga Aktif Purnama dan Mandiri ini disebabkan beberapa hal :
a. Banyak desa/kelurahan yang mengalami pemekaran sehingga belum
dibentuk menjadi desa siaga.
b. Tenaga terlatih di tingkat Kabupaten/Kota dan Puskesmas sebagian
besar mengalami mutasi dan tenaga penggantinya belum dilatih.

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

43

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

c.

Tenaga pengelola program Desa Siaga di Poskesdes kurang memadai


antara lain :
- Belum semua bidan desa dilatih pengembangan desa siaga. Bidan
Desa yang telah dilatih sebagian mengalami mutasi dan penggantinya
belum mendapat pelatihan pengembangan desa siaga
- Tidak semua bidan desa tinggal di desa tempatnya bertugas karena
faktor keamanan, tidak ada bangunan poskesdes atau ikut suami
tinggal di wilayah desa lainnya.

d. Banyak desa/kelurahan mengalami pergantian pimpinan (kepala


desa/lurah) dan belum mendapatkan pelatihan/orientasi desa siaga
sehingga kurang paham tentang desa/kelurahan siaga.
e. Rendahnya pengetahuan dan kemampuan kader dalam pelaksanaan
program desa siaga. Kader-kader kesehatan masih banyak yang dipilih
berdasarkan hubungan kekeluargaan dengan tokoh-tokoh di desa tanpa
mempertimbangkan kemampuan kader baik dari segi pendidikan,
ketersediaan waktu, dan semangat pengabdian serta masih banyak
kaderkader yang droup out. Pelatihan atau orientasi kader poskesdes
juga sangat terbatas.
f.

Pokjanal desa/kelurahan siaga mulai dari tingkat provinsi sampai


desa/kelurahan belum berfungsi sebagaimana mestinya.

g. Belum adanya sistim pelaporan yang jelas.


h. Koordinasi antara pengelola program Desa Siaga (fasilitator) di desa
dengan perangkat desa masih belum berjalan dengan baik.
i.

Koordinasi dengan lintas Sektor di berbagai jenjang administrasi masih


belum optimal, dimana adanya anggapan bahwa Desa Siaga
merupakan program kesehatan.

j.

Forum

desa/kelurahan

siaga

banyak

yang

tidak

aktif

karena

pengurusnya vakum, pimpinannya memiliki kesibukan lain dan belum


dilakukan resufle pengurus.
k. Dukungan anggaran APBD II untuk pengembangan desa siaga masih
sangat minim. Hanya beberapa Kabupaten/Kota yang mendapat
dukungan pendanaan dari APBD II dan jumlahnya masih sangat kecil,
yang diperuntukkan untuk sosialisasi, SMD, pelatihan kader, sementara
dukungan pendanaan untuk menunjang keaktifan Desa Siaga tidak ada.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mempercepat pengembangan desa
siaga aktif terutama tingkat purnama dan mandiri di Provinsi Nusa Tenggara
Barat antara lain :
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

44

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

a. Peningkatan kapasitas tenaga promosi kesehatan dan sumber daya


manusia di desa siaga.
Pengembangan desa siaga sangat tergantung pada pemahaman
petugas kesehatan di puskesmas, bidan desa dan kader kesehatan di
desa tentang desa siaga dan langkah-langkah pengembangan desa
siaga. Oleh karena itu dilakukan peningkatan kapasitas pihak-pihak
tersebut melalui pelatihan atau orientasi.
Pelatihan koordinator program promosi kesehatan di puskesmas.
Pelatihan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan koordinator program promosi kesehatan di puskesmas
tentang manajemen program promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat dalam rangka pengembangan desa siaga di desa.
Harapannya setelah mengikuti pelatihan, mereka mampu melakukan
pemberdayaan masyarakat dengan baik sehingga pengembangan
desa/kelurahan siaga di wilayahnya berjalan lebih baik dan lebih cepat.
Pada akhir pelatihan semua peserta latih membuat rencana tindak
lanjut yang akan mereka lakukan di tempat kerja masing-masing
antara lain :
- Melakukan identifikasi masalah kesehatan di puskesmas,
- melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat,
- menjalin kemitraan dengan organisasi dan komponen masyarakat
di puskesmas dalam rangka pengembangan desa siaga,
- kampanye kesehatan dan gerakan masyarakat.
Orientasi bidan desa.
Bidan desa merupakan promotor pengembangan desa siaga karena
bidanlah satu-satunya tenaga kesehatan terdepan dan tinggal
membaur

dengan

masyarakat

desa.

Orientasi

bidan

desa

dimaksudkan agar bidan desa memahami tentang desa siaga, cara


mengembangkan

desa

siaga

dan

bagaimana

memfasilitasi

pengembangan desa/kelurahan siaga. Pada akhir pelatihan semua


peserta latih membuat rencana tindak lanjut yang akan mereka
lakukan di tempat kerja masing-masing antara lain :
- Melakukan langkah-langkah pengembangan desa siaga,
- Melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat,
- Survei Mawas diri (SMD) dan Musyawarah Masyarakat Desa
(MMD)

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

45

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

- Advokasi kepada kepala desa agar mendukung pengembangan


desa siaga.
Orientasi kader kesehatan di desa.
Berjalan tidaknya pengembangan desa siaga di desa sangat
tergantung pada kader kesehatan di desa. Kader merupakan
pelaksana desa siaga di desa atau kelurahan. Atas dasar itulah
kader kesehatan di desa diberikan orientasi tentang desa siaga.
Tujuannya adalah agar

kader kesehatan di desa memiliki

pemahaman dan keterampilan yang baik tentang kebijakan desa


siaga dan langkah-langkah pengembangan desa/kelurahan siaga.
Pada akhir pelatihan semua peserta orientasi membuat rencana
tindak lanjut yang akan mereka lakukan di tempat kerja masingmasing antara lain :
- melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat,
- sosialisasi SMD dan MMD dalam pengembangan desa siaga.
b. Peningkatan dukungan pemerintah desa dalam pengembangan desa
siaga.
Pemerintah desa merupakan pihak yang paling bertanggungjawab
terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat desa. Namun
demikian kesadaran pemerintah desa tentang hal ini masih rendah. Atas
dasar itu dilakukan advokasi kepada pemerintah desa agar lebih
memperhatikan

pengembangan

desa

siaga

di

desanya

dengan

mengalokasikan dana ADD.


Pertemuan advokasi di laksanakan di 10 kabupaten/kota se-NTB
dengan peserta sebanyak 22 orang terdiri dari : Ketua Asosiasi Kepala
Desa kabupaten/kota, kepala desa perwakilan, Bappeda, BPMPD, PKK,
pengelola program di DInas Kesehatan Provinsi NTB dan lintas sektor
terkait. Narasumber dalam pertemuan ini adalah Kepala DInas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala BPMPD Kabupaten/Kota yang
menjelaskan tentang petunjuk teknis ADD dan Dinas Kesehatan Provinsi
NTB.
Pertemuan ini bertujuan menumbuhkan komitmen kepada desa
dan lintas sektor terkait dalam mengembangkan desa siaga. Hasilnya
adalah terwujudnya komitmen tertulis kepala desa mengalokasikan ADD
untuk pengembangan desa siaga, UKBM dan kegiatan kesehatan di
wilayahnya.

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

46

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

c. Peningkatan koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam Kelompok


Kerja Operasional Desa Siaga.
Pengembangan desa/kelurahan siaga bukan hanya menjadi tugas Dinas
Kesehatan saja, melainkan menjadi tanggung jawab berbagai SKPD dan
pihak-pihak terkait dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat. Hasil pertemuan berupa draft susunan kepengurusan
POKJANAL Desa Siaga yang rencananya akan diterbitkan dengan SK
Bupati/Walikota dan juga dihasilkan rencana kerja Pokjanal Desa Siaga.
d. Pengembangan desa siaga model.
Pada

tataran

konsep,

desa

siaga

merupakan

program

pemberdayaan yang sangat ideal. Tetapi ketika akan diimplementasikan,


seringkali membingungkan. Oleh karena itu dikembangkanlah model
desa siaga di Desa Aikmel Utara Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok
Timur. Dasar pemilihan Desa Aikmel adalah tingginya dukungan Camat
AIkmel, Kepala Desa Aikmel Utara dan jajarannya serta potensi
masyarakat desa.
Pengembangan desa siaga model diawali dengan sosialisasi di
tingkat desa, dilanjutkan dengan Survey Mawas Diri (SMD) dan
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD). Hasil MMD di bawa ke rapat
koordinasi di tingkat Kabupaten Lombok Timur untuk mendesiminasikan
kebutuhan masyarakat agar mendapat bantuan/dukungan pemerintah
kabupaten dan SKPD. Berikutnya dilakukan kegiatan-kegiatan di desa
berupa :
- pembentukan peraturan desa tentang KTR,
- pemindahan kandang ternak kolektif ke tempat yang lebih jauh dari
pemukiman,
- gotong royong pembersihan lingkungan,
- pengadaan bak sampah, kampanye melalui media kesehatan dan
lain-lain.
Semua rangkaian kegiatan tersebut dilakukan secara bersama-sama
antara Dinas Kesehatan Provinsi NTB, Dinas Kesehatan Kabupaten
Lombok Timur, Puskesmas Aikmel, Camat Aikmel, Pemerintah Desa
Aikmel Utara, BPD Aikmel Utara dan tokoh masyarakat. Hasil dari
serangkaian kegiatan pengembangan desa siaga model ini adalah
terpilihnya Desa Aikmel Utara sebagai pemenang I Lomba Desa PHBS
Tingkat Provinsi NTB Tahun 2015 yang dilaksanakan oleh TP PKK
Provinsi NTB.
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

47

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

2.2. Cakupan Posyandu Aktif


Posyandu merupakan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM) tertua dan terpopuler di Indonesia termasuk di NTB, yang
dilaksanakan

dari,

oleh,

untuk

dan

bersama

masyarakat

untuk

pemberdayaan masyarakat dan mempercepat penurunan angka kematian


ibu, angka kematian bayi dan angka kematian balita.
Jumlah posyandu sampai tahun 2015 sebanyak 7.005 unit,
meningkat dibandingkan tahun 2014 dengan 6.910 unit. Penambahan
Posyandu disebabkan oleh pemekaran wilayah dan kebutuhan masyarakat
terhadap

pelayanan

posyandu.

Kegiatan

utama

posyandu

adalah

kesehatan ibu anak, KB, penanggulangan diare, gizi dan imunisasi.


Pelaksana utama posyandu adalah kader yang difasilitasi oleh petugas
kesehatan dari puskesmas.
Cara memperoleh data Posyandu Aktif adalah berpedoman pada
Buku Pedoman Pengelolaan Posyandu dari Kemenkes R.I yang membagi
Posyandu menjadi 4 kategori : Posyandu Pratama, Madya, Purnama dan
Mandiri. Cakupan Posyandu aktif diperoleh dengan cara membandingkan
Posyandu kategori Purnama dan Mandiri dengan jumlah Posyandu
seluruhnya.
Perkembangan cakupan Posyandu Aktif di Provinsi NTB dari tahun 2011
s/d 2015 dapat dilihat pada grafik berikut :
Grafik.3.7.
Perkembangan Posyandu Aktif Tahun 2011-2015
Target Posyandu aktif
Thn.2015 : 45%
45,68
43,29

60

40

20

38,16
24,44

25,45

2011

2012

2013

2014

2015

Pada Grafik terlihat bahwa prosentase Posyandu aktif dari tahun


2011 sampai dengan tahun 2015 mengalami peningkatan. Keberhasilan
pengembangan posyandu menunjukkan komitmen tinggi Pemerintah
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

48

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Provinsi NTB dan Pemerintah Kabupaten/Kota Se-NTB. Hal ini terlihat dari
penyediaan anggaran setiap tahun untuk pengelolaan posyandu, insentif
kader, peningkatan kapasitas kader, dan penyiapan sarana prasarana
posyandu. Selain itu dukungan dari PNPM dan Biaya Operasional
Kesehatan (BOK) yang ada di puskesmas memiliki kontribusi besar dalam
terlaksananya pelayanan posyandu dengan baik.
Walaupun Pencapaian Posyandu Aktif sudah mencapai target yang
ditetapkan tetapi sebagian besar posyandu masih tergolong Posyandu Aktif
Purnama (41,1%) sedangkan untuk kategori Posyandu aktif Mandiri baru
mencapai 4,6%. Masih rendahnya pencapaian Posyandu aktif mandiri ini
disebabkan beberapa hal, yaitu :
a. Pokjanal posyandu sebagai wadah koordinasi pengelolaan posyandu
belum berfungsi dengan optimal. Akibatnya kegiatan pengembangan
posyandu masih parsial belum terpadu dan saling bersinergi antar
instansi belum berfungsi sebagaimana ketentuan yang ada.
b. Sarana prasarana pendukung untuk tingkat Provinsi, Kabupaten/ Kota,
Puskesmas dan Posyandu secara umum masih belum memadai karena:
- Sekretariat beserta sarana dan prasarana Pokjanal di seluruh jenjang
administrasi belum ada.
- Masih banyak Posyandu yang tidak memiliki tempat khusus untuk
menyelenggarakan Posyandu.
- Alat timbang yang ada di Posyandu yang sudah lama tidak pernah
ditera ulang secara rutin sehingga hasil penimbangan tidak valid.
- Masih banyak Posyandu yang tidak memiliki buku bantu/ media
seperti : KMS, Buku KIA, Buku SIP, media penyuluhan, Buku Register
dan alat penyuluhan edukatif (APE).
c. Belum semua kader posyandu mendapatkan pelatihan sehingga
sebagian kader memiliki kemampuan dan keterampilan yang rendah
d. Tenaga kader yang aktif di masing-masing Posyandu kurang dari 50%.
e. Pemahaman masyarakat dan tokoh masyarakat terhadap kegiatan dan
pengembangan posyandu masih sebatas penimbangan bayi dan balita
setiap bulan.
f.

Dukungan pemerintah desa, organisasi masyarakat dan swasta terhadap


posyandu masih kurang.

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

49

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

g. Belum adanya peran yang jelas dari masing-masing Tim Pokjanal di


berbagai tingkatan, dimana adanya anggapan Posyandu adalah
Programnya Dinas Kesehatan.
h. Format pemantauan untuk mengevaluasi kinerja Posyandu belum ada.
i.

Sistim pencatatan dan pelaporan di Posyandu belum optimal karena


banyak kader yang belum terlatih.

j.

Dukungan dana operasional Posyandu baik dari Pusat, Pemerintah


Provinsi dan Kabupaten/Kota belum tersedia secara konsisten setiap
tahun.

k.

Belum ada kegiatan pembinaan dan pemantauan posyandu secara


terpadu oleh Pokjanal Posyandu.

Upaya upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan Posyandu aktif,


antara lain :
1. Peningkatan koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam Kelompok
Kerja Operasional Posyandu (POKJANAL).
Dalam rangka meningkatkan koordinasi antar anggota POKJANAL
Posyandu dilakukan pertemuan koordinasi. Pertemuan ini diintegrasikan
dengan Pertemuan Pokjanal Desa Siaga. Pertemuan dilaksanakan di 10
kabupaten/kota se-NTB pada bulan Nopember tahun 2015 dengan
peserta pertemuan sebanyak 22 orang dari lintas program dan lintas
sektor.
Hasil pertemuan berupa draft susunan kepengurusan POKJANAL
Posyandu yang rencananya akan diterbitkan dengan SK Bupati/Walikota.
Juga dihasilkan rencana kerja Pokjanal Posyandu seperti pertemuan
berkala

Pokjanal

Posyandu

Kab/Kota,

pelatihan/refersing

kader

posyandu, pembinaan posyandu, lomba posyandu tingkat kab/kota dan


fasilitasi posyandu bekerjasama dengan PNPM dan PKK.

2. Pemberian Reward Kader Posyandu Berprestasi


Maju tidaknya posyandu sangat tergantung pada kinerja kader. Turunnya
masalah kesehatan berupa turunnya angka kematian ibu dan bayi serta
masalah gizi dimasyarakat karena intervensi melalui posyandu. Kondisi
tersebut menjadi pertimbangan Pemerintah Provinsi NTB melalui Dinas
Kesehatan Provinsi NTB memberikan reward berupa dana kepada kader
posyandu berprestasi.
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

50

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Kriteria yang digunakan adalah posyandu yang tidak ada kematian ibu
dan bayi serta kasus gizi buruk.

Jumlah posyandu yang memenuhi

kriteria dan menerima dana reward adalah 2.804 posyandu dengan


jumlah kader sebanyak 9.997 orang. Distribusi dananya sudah dilakukan
pada bulan Nopember s.d Desember 2015 oleh Puskesmas.
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota melakukan pemantauan. Hasil
pemantauan menunjukkan bahwa distribusi berjalan dengan baik.
Beberapa catatan yang ditemukan antara lain : pembagian dana reward
kader dilakukan di puskesmas atau kantor desa, adanya penggantian
kader yang meninggal dengan kader baru berdasarkan SK Kepala Desa,
dan penerimaan uang menggunakan surat kuasa untuk kader yang
berhalangan hadir. Dana untuk reward kader posyandu berprestasi
bersumber dari APBD Dinas Kesehatan Provinsi NTB.

3. Pengembangan DaI Kesehatan Masyarakat.


Pemerintah Provinsi NTB mengembangkan posyandu bersaing untuk
mengoptimalkan kualitas pelaksanaan posyandu. Dalam pelaksanaan
posyandu bersaing, peran tokoh agama dalam hal ini daI sangat penting
karena sesuai dengan karakteristik masyarakat NTB yang agamais.
Peran dai diangkat oleh Dinas Kesehatan Provinsi NTB untuk
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat dan mengajak
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu.
Pada tahun 2015, dilakukan perekrutan dan pembekalan kepada 25
orang Dai dari Kabupaten/Kota Se-NTB. Masing-masing kabupaten/kota
diwakili oleh 5 orang dai. Pemateri pada saat pembekalan daI adalah
pengelola program KIA, Gizi, Pengendalian Penyakit, BPJS dan
pengelola program promosi kesehatan. Untuk melengkapi wawasan para
Dai, materi pembekalan juga disampaikan oleh Pejabat Kanwil
Kementerian Agama NTB, Ketua Forum Pondok Pesantren dan DaI
kesehatan masyarakat yang sudah aktif. Pembekalan Dai dilaksanakan
di BPTK Mataram pada bulan Maret 2015.
Hasil pembekalan adalah adanya peningkatan pengetahuan Dai tentang
kesehatan dan tumbuhnya komitmen DaI untuk menjadi mitra Dinas
Kesehatan Provinsi NTB dalam memberikan penyuluhan dan edukasi
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

51

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

kesehatan

kepada

masyarakat

di

wilayahnya.

Dai

yang

sudah

mendapatkan pembekalan dikukuhkan dengan SK Kepala Dinas


Kesehatan Provinsi NTB untuk selanjutnya diberikan biaya transport
untuk melakukan tugasnya. Selanjutnya Dai ini dikenal dengan nama Dai
Kesehatan

Masyarakat.

Selain

dana

transport,

DaI

kesehatan

masyarakat juga diberikan baju koko yang dapat digunakan ketika


menjalan tugas. Semua anggaran untuk kegiatan pembekalan sampai
dengan biaya transport dai bersumber dari APBD Dinas Kesehatan
Provinsi NTB.

4. Lomba Posyandu
Lomba posyandu merupakan salah satu kegiatan rutin setiap tahun.
Kegiatan

ini

bertujuan

memilih

posyandu

yang

berprestasi

dan

memberikan reward atas prestasinya tersebut. Koordinator lomba


posyandu adalah TP PKK Provinsi NTB. Dinas Kesehatan Provinsi NTB
dalam hal ini Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
terlibat sebagai anggota Tim Penilai Lomba Posyandu.

b. Meningkatnya pendayagunaan Tenaga Kesehatan


Tujuan ini dapat dicapai melalui program Sumber daya kesehatan dengan sasaran
strategisnya adalah terlaksananya perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan,
dengan indikator:
Tabel 3.8.
Capaian Indikator Ratio Tenaga Medis
Capaian
Tahun 2015
tahun
Indikator Kinerja
Satuan
Target Realisasi % capaian
2014

No
1

Rasio Tenaga Medis

Per
100.000
penduduk

16

31

18

58,06

Sumber : Bidang PDSMK&Promkes Dinas Kesehaatn Provinsi NTB, 2015

Indikator proses yang hendak dicapai dalam mewujudkan pencapaian


indikator

Indonesia

sehat

pada

bidang

sumberdaya

kesehatan

adalah

meningkatkan rasio tenaga kesehatan. Indikator rasio tenaga medis per jumlah
penduduk menunjukkan tingkat pelayanan yang dapat diberikan secara langsung
oleh tenaga medis dibandingkan jumlah penduduk. Dalam Kepmenkes Nomor 1202
tahun 2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 telah diatur tentang rasio
tenaga medis berdasarkan jumlah penduduk. Ratio tenaga medis dihitung dengan
cara melihat standar rasio tenaga medis dibagi 100.000 dikali jumlah penduduk,
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

52

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

sedangkan capaian rasio dihitung dengan cara jumlah tenaga medis yang existing
dibagi dengan jumlah tenaga medis berdasarkan rasio dikali standar rasio tenaga
ratio. Berikut gambaran sebaran tenaga medis di Provinsi NTB dan rasionya :
Tabel.3.9.
Data Sebaran Tenaga Medis dan Rationya di Provinsi NTB
Tahun 2013 - 2015
Ratio (31/100.000
penduduk)
Target
Realisasi
23
17

Tahun

Jumlah
penduduk

2013

4.648.385

Indikator
ratio
medis
57

2014

4.667.676

57

645

31

16

2015

4.773.795

57

872

38

18

Sebaran Tenaga
Medis (existing)
773

Sumber : Bidang PSDMK&Promkes Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Pada tabel terlihat bahwa capaian indikator ratio tenaga medis cenderung
fluktuatif dan belum mencapai target baik REnstra maupun nasional. Hal ini
dipengaruhi oleh ketersediaan data Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK).
Data SDMK adalah bahan utama yang dipergunakan untuk mendapatkan
perhitungan rasio tenaga kesehatan tersebut. Untuk memperoleh data yang valid,
reliable dan tepat waktu maka diperlukan proses pengumpulan dan pengolahan
data yang baik dan berkesinambungan. Akan tetapi hingga saat ini belum diperoleh
gambaran yang akurat mengenai kondisi SDM Kesehatan yang ada di wilayah
Provinsi NTB. Dukungan pembiayaan menjadi masalah dalam pendataan tersebut.
Pembiayaan pendataan dan pengolahan data SDM Kesehatan sejak tahun 2009
berasal dari pembiayaan dana dekonsentrasi APBN dan di dukung oleh
pembiayaan dari APBD. Namun sejak tahun 2013 program Pengembangan SDMK
khususnya Pendayagunaan Tenaga Kesehatan hanya memperoleh pembiayaan
kegiatan dari dana APBD sehingga biaya operasional kegiatan pendataan dan
pengolahan data SDM Kesehatan terbatas. Kondisi tersebut menyebabkan proses
pendataan dan pengolahan data SDMK hanya bisa menjangkau sampai dengan
fasyankes milik pemerintah saja.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Dinas Kesehatan Provinsi
meningkatkan keterlibatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota dalam pengumpulan
data sampai ke tingkat fasilitas kesehatan milik swasta dan mendorong peningkatan
penyediaan biaya operasional melalui dana APBD Provinsi dan Kab/Kota maupun
dana APBN. Upaya lain yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi NTB adalah
dengan menyusun Dokumen Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja, mengatur
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

53

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Penempatan Dokter/drg PTT ke kabupaten/kota, melakukan pembinaan terhadap


tenaga medis termasuk pengembangan karir dan memberikan reward untuk
menjaga motivasi mereka dalam memberikan pelayanan.

Misi 2

Meningkatkan kemampuan masyarakat


penyakit dan penyehatan lingkungan

dalam

pengendalian

Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pengendalian penyakit dan


penyehatan lingkungan dilakukan melalui program pencegahan dan penanggulangan
penyakit menular dan pengembangan lingkungan sehat, dengan sasaran strategis yang
ingin dicapai dalam Perjanjian Kinerja (PK) adalah :
1). Terlaksananya penemuan dan penanganan penderita penyakit menular,
2). Terwujudnya bayi, batita, anak sekolah dan ibu hamil yang kebal terhadap Penyakit
Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
3). Tersedia dan terjangkaunya sarana penyehatan lingkungan di masyarakat yang
memenuhi syarat
Pencapaian indikator sasaran strategis yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja (PK)
diuraikan sebagai berikut :
Tujuan :
a. Meningkatkan intensitas dan efektifitas dalam pengendalian penyakit
Sasaran yang ingin dicapai adalah terlaksananya penemuan dan penanganan
penderita penyakit Menular, dengan indicator :
Tabel .3.10.
Capaian Indikator CNR, Penanganan HIV/AIDS Dan API
No
1
2
3

Indikator Kinerja
Case Notification Rate
(CNR)
Penanganan penderita
HIV dan AIDS
Annual Paracite
Incidence (API)

Satuan

Capaian
tahun
2014

Target

Realisasi

% capaian

Per
100.000

139

155,8

123

78,95

Persen

100

100

100

100

Persen

0,71

0,8

0,43

53,75

Tahun 2014

Sumber : Bidang P2&PL Dinas Kesehatan Prov.NTB, 2015

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

54

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

1.1. Cakupan Case Notification Rate (CNR)

Tujuan penemuan dan penanggulangan penyakit TB adalah menurunkan angka


kesakitan

dan

kematian

akibat

TB

dalam

rangka

pencapaian

tujuan

pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.


Salah satu indikator kinerja pengendalian penyakit TB adalah Angka Notifikasi
Kasus atau Case Notification Rate (CNR), yakni angka yang menunjukan jumlah
pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu
wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan
kecenderungan (trend) penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut.
Perhitungan CNR dilakukan dengan cara membandingkan jumlah pasien TB
(semua tipe) yang dilaporkan dengan jumlah penduduk dikali 100.000. Berikut
gambaran pencapaian CNR dapat dilihat pada grafik berikut :

Kasus/100.000 penduduk

Grafik 3.8.
CNR TB Provinsi NTB Th. 2008 - 2015

150
100
50
0

2008

2009

2010

2011
2012
Tahun

2013

2014

2015

Dari grafik terlihat sejak tahun 2013, CNR Provinsi NTB mengalami trend
penurunan. Hal ini disebabkan menurunnya penemuan kasus baru di layanan
kesehatan terutama puskesmas sebagai layanan primer. Pencapaian ini
menggambarkan hasil yang kurang baik dimana seharusnya capaian CNR
meningkat 5% tiap tahun. Pada tabel 3.12 terlihat dari 155,8 target yang
ditetapkan untuk CNR, terealisasi 123 atau 78,95%, artinya belum mencapai
target. Diharapkan tidak hanya puskesmas tetapi juga layanan primer lain
seperti klinik swasta, dokter praktek swasta, dan Rumah Sakit dapat menjaring
kasus baru TB lebih banyak lagi.
Beberapa upaya telah dilakukan terkait denganpPenurunan capaian CNR ini
yakni

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

55

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Telah dilakukan evaluasi di tingkat Provinsi NTB yang dihadiri oleh


seluruh Kepala Bidang Dinas Kesehatan Kab/Kota yang membawahi
pengendalian penyakit TB yang dilaksanakan pada tanggal 6-8 Desember
2015 di M Hotel Mataram.
Pertemuan evaluasi tersebut menghasilkan kesepakatan, antara lain akan
dilakukan usaha-usaha untuk akselerasi penemuan kasus BTA positif,
screening TB pada populasi tertentu (lapas/rutan), sosialisasi TB-HIV di
tingkat puskesmas untuk menurunkan stigma dan diskriminasi, sosialisasi
TB MDR di tingkat puskesmas, dan membentuk jejaring kolaborasi TBHIV untuk memeriksa TB pada semua pasien HIV.

Pembinaan oleh Dinas Kesehatan Provinsi NTB juga telah dilakukan baik
oleh Kepala Bidang Bina P2PL, Kepala Seksi Pengendalian Penyakit,
serta Wasor TB ke seluruh Dinas Kesehatan Kab/kota.
Masalah yang teridentifikasi antara lain, beberapa tenaga terlatih TB
puskesmas yang dipindahtugaskan ke tempat/program lain, kerja rangkap
petugas TB puskesmas sehingga tidak fokus pada program TB, wasor
puskesmas dan wasor dinas kesehatan kab/kota yang masih belum
terlatih, dan dukungan anggaran yang rendah di beberapa kab/kota. Hal
ini sudah didiskusikan dengan stakeholder di dinas kesehatan kab/kota
untuk selanjutnya melakukan koordinasi dengan pemerintah kab/kota
masing-masing.

Pelatihan bagi petugas laboratorium dengan tujuan untuk meningkatkan


kualitas diagnostik laboratorium. Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 1014 Desember 2015, dengan jumlah peserta 12 petugas laboratorium dari
puskesmas yang ada di wilayah Provinsi NTB. Selanjutnya laboran yang
terlatih ditunjuk sebagai petugas pemeriksa diwilayah kerja Puskesmas
masing-masing.

1.2. Penanganan penderita HIV dan AIDS

Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es, jumlah kasus yang


ditemukan sangat sedikit dibandingkan dengan kenyataannya. HIV/AIDS patut
mendapat perhatian serius dari semua pihak mengingat ekses yang dapat
ditimbulkan bagi masyarakat luas. Untuk mengetahui persentase kasus yang
ditangani Dinas Kesehatan Provinsi NTB adalah dengan cara membandingkan

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

56

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

jumlah kasus yang ditangani dibandingkan dengan jumlah kasus yang


ditemukan.
Pada tahun 2015, jumlah penemuan kasus baru sebanyak 58 kasus HIV baru
dan 95 kasus AIDS. Semua penemuan ini sudah mendapatkan penanganan
konseling pada saat dilakukan pemeriksaan darah. Semua penderita yang
ditemukan di layanan VCT dipastikan mendapat penanganan minimal konseling
karena sebelum dilakukan pemeriksaan/test setiap klien yang akan diperiksa
mendapatkan konseling terlebih dahulu. Sampai saat ini jumlah layanan VCT
sebanyak 32 layanan di seluruh wilayah Provinsi NTB.
Tabel.3.11.
Jumlah Kasus Ditemukan dan Ditangani
Tahun

Kasus HIV/AIDS
Ditemukan

Kasus Ditangani

Persen Yang
Ditangani (%)

2013

135

135

100

2014

126

126

100

2015

154

154

100

Sumber : Bidang P2&PL Dinas Kesehatan Prov.NTB, 2015

Permasalahan yang masih dihadapi adalah


Pendanaan terutama dari APBD II masing-masing kabupaten/ kota masih
sangat rendah sehingga masih bergantung dari dana donor. Hal ini terjadi
karena komitmen beberapa pemerintah kabupaten/kota masih kurang
sehingga menganggap HIV/AIDS bukan prioritas masalah kesehatan
Penerapan RAD dan Strada yang masih lemah dalam upaya pencegahan
HIV/AIDS di pemerintah kabupaten/kota.
BPJS masih belum jelas dalam pembiayaan pemeriksaan tertentu
Lemahnya pengawasan dan informasi bagi perilaku seksual menyimpang
Layanan IMS dan HIV/AIDS masih kurang terutama di P. Sumbawa
Upaya-upaya yang sudah dilakukan :
Membangun sistem rujukan terutama rujukan ARV di P. Sumbawa, dengan
tujuan untuk mendekatkan layanan ARV bagi ODHA dengan harapan semua
ODHA yang memenuhi syarat ARV mendapatkan pengobatan ARV dan
meningkatkan ketaatan minum obat ARV pada ODHA. Tujuan akhir dari
sistem rujukan adalah memutuskan rantai penularan melalui penjaringan
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

57

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

kasus sebanyak-banyaknya, pemberian pelayanan ARV sesuai prosedur, dan


perubahan perilaku dari perilaku seksual berisiko ke perilaku seksual yang
aman.
Melatih tenaga kesehatan di tingkat puskesmas untuk menambah layanan
IMS dan VCT, Untuk pelatihan IMS dilaksanakan pada tanggal 5-10 Oktober
2015 bertempat di Puskesmas Karang Taliwang untuk 25 orang dengan hasil
dibukanya 5 layanan IMS baru di puskesmas. Sedangkan untuk menambah
layanan VCT telah dilakukan Pelatihan Konselor dengan peserta 20 orang
dari fasyankes primer yang dilaksanakan pada tanggal 2-7 November 2015 di
Hotel Mataram Square dan Pelatihan Intervensi Penurunan Stigma dan
Diskriminasi (IPSD) dengan peserta 25 orang dari fasyankes primer yang
dilaksanakan tanggal 9-14 November 2015 bertempat di Hotel Grand Legi
Mataram. Hasil dari pelatihan ini diharapkan dapat menambah layanan VCT
sekaligus juga meningkatkan kualitas VCT yang sudah ada
Penambahan fasilitas CST/ARV di RSUD Kota Mataram dan RSUD Patuh
Patut Patjuh
Tersedianya media informasi dan promosi tentang IMS dan HIV/AIDS dalam
bentuk informasi lewat poster atau souvenir dengan pesan waspada
HIV/AIDS yang diberikan saat peringatan Hari AIDS Sedunia.
Peralatan diagnostik CD4 sudah tersedia di RSUD provinsi NTB, BLKM P.
Lombok, RSUD Praya, RSUD Selong, RSUD Patut Patuh Patjuh, dan RSUD
Sumbawa Barat
Penyediaan reagen pemeriksaan HIV/AIDS
Implementasi SUFA sejak Mei 2015 untuk memotong jalur penularan dari
ODHA. Hasil peningkatan kunjungan VCT terutama untuk mendapatkan
informasi, konseling, dan test HIV khususnya pada populasi kunci.
Selanjutnya diharapkan dengan implementasi SUFA, pemberian ARV dapat
diberikan sedini mungkin sehingga ODHA yang sudah minum ARV dan
merubah perilaku seks menjadi aman tidak menularkan lagi ke anggota
keluarganya.
Penjaringan kasus lebih intensif melalui kolaborasi TB-HIV dan kolaborasi
IVA-IMS yang dilakukan di fasyankes primer atau puskesmas yang sudah
terlatih kolaborasi TB-HIV, pemeriksaan deteksi kanker cervix metode IVA
dan pelayanan IMS. Hasil penemuan kasus HIV dari kolaborasi kegiatankegiatan tersebut sampai saat ini masih rendah jika dibandingkan dengan
VCT mobile pada kelompok populasi kunci karena Provinsi NTB termasuk

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

58

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

populasi dengan prevalensi HIV/AIDS yang rendah. Akan tetapi kegiatan ini
bertujuan untuk melindungi populasi berisiko rendah seperti ibu rumah tangga
dan anak-anak dari penularan HIV/AIDS.
Melakukan distribusi kondom ke kelompok-kelompok kunci
Tindak lanjut kegiatan :
Peningkatan SDM melalui pelatihan IMS dan VCT yang direncanakan melalui
dana APBN dan Dana donor GF-ATM komponen AIDS setiap tahunnya untuk
petugas-petugas kesehatan terutama di fasyankes primer atau puskesmas
Menambah jumlah layanan IMS dan VCT terutama di P. Sumbawa dengan
target jangka panjang semua puskesmas memiliki layanan IMS dan VCT
sesuai standard akreditasi puskesmas. Saat ini di P. Sumbawa baru terdapat
6 layanan IMS di puskesmas dari 68 puskesmas yang ada di P. Sumbawa
dan 5 VCT yang hanya ada di rumah sakit umum daerah setempat.
Meningkatkan penjaringan kasus melalui layanan VCT mobile dan ANC bumil
terpadu. Untuk VCT mobile dilaksanakan oleh fasyankes yang sudah memiliki
layanan VCT bekerja sama dengan LSM yang aktif dalam pengendalian
HIV/AIDS, pejangkau lapangan, stake holder dan aparat setempat. VCT
mobile dilaksanakan di daerah-daerah hot spot seperti tempat hiburan dan
cafe-cafe dengan target penemuan kasus HIV secara dini sebelum timbul
AIDS.

Peningkatan koordinasi dengan lintas program dan lontas sektor, Keterlibatan


lintas program dalam pengendalian HIV/AIDS antara lain dengan promosi
kesehatan untuk meningkatkan awareness tentang bahaya penularan
HIV/AIDS terutama pada populasi dengan seksual aktif, dengan KIA untuk
penemuan dini HIV pada ibu hamil dengan tujuan memutus rantai penularan
dari ibu ke anak, dan yankes untuk memberikan layanan kesehatan yang
berkualitas bagi ODHA dan populasi berisiko. Untuk lintas sektor terutama
bertujuan untuk kampanye kewaspadaan penularan HIV/AIDS melalui
perilaku seks yang aman dan mobilisasi populasi kunci untuk pemeriksaan
rutin HIV di layanan VCT. Lintas sektor yang perlu dilibatkan antara lain
Dikpora untuk perlindungan anak sekolah, disnakertrans untuk perlindungan
tenaga kerja terutama yang bekerja jauh dari keluarga, dinas perhubungan
untuk perlindungan para pengendara baik angkutan umum maupun angkutan
barang, dan stake holder yang berperan di daerah-daerah hotspot.

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

59

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Keterlibatan unsur masyarakat melalui LSM, toma, dan toga untuk


membangun kewaspadaan terhadap penularan HIV/AIDS tanpa memberikan
stigma atau diskriminasi terhadap ODHA sehingga diharapkan munculnya
kesadaran untuk perilaku seksual yang aman dan memberikan suport bagi
populasi berisiko untuk merubah perilaku seksualnya menjadi lebih aman dan
melakukan pemeriksaan HIV secara rutin dan sukarela.

1.3. Annual Paracite Incidence (API)

Indikator keberhasilan pengendalian penyakit malaria adalah penurunan Annual


Parasite Incidence (API) sampai di bawah 1.

API Provinsi NTB sudah

mencapai dibawah 1 sejak tahun 2011 dan 3 (tiga) kab/kota yaitu Kota
Mataram, Kab. Lombok Barat, dan Kota Bima secara nasional sudah dinyatakan
eliminasi malaria sejak April 2014. Begitupula untuk tahun 2015, dari target
0,8, terealisasi 0,43 yang artinya capaian sangat baik karena melampaui
target yang ditetapkan walaupun tiga kabupaten lain yakni Kab. Lombok Barat,
Kab. Lombok Tengah, dan Kab. Sumbawa masih belum bisa dinyakatan
eliminasi malaria walaupun API masing-masing sudah kurang dari 1 karena
masih ada kasus indigenous malaria. Perhitungan API didasarkan pada jumlah
kasus positif dibagi jumlah penduduk dikali 1000. Berikut gambaran pencapaian
API di Provinsi NTB :
Grafik.3.9.
Gambaran Pencapaian API di Provinsi NTB
6
5

4
3
2

4,98

5,02
3,42
2,01
0,99

1
0

0,87

0,65

0,71

0,43

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi NTB


untuk penurunan Angka Kesakitan Malaria antara lain, pembinaan managemen
program oleh Kepala Bidang P2PL, Kepala Seksi Pengendalian Penyakit, dan
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

60

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Pengelola Program Malaria ke semua kab/kota baik yang masih endemis


malaria maupun yang API di bawah 1.
Untuk

mencegah

penularan,

Dinas

Kesehatan

Provinsi

NTB

telah

mendistribusikan kelambu berinsektisida untuk semua rumah di daerah endemis


malaria dan juga khusus untuk ibu hamil di daerah rendah kasus malaria, obat
anti malaria terbaru DHP (dihidropiperaquine) juga diberikan untuk memutus
rantai

penularan.

Penyuluhan

Pemberantasan

Sarang

Nyamuk

(PSN)

dianjurkan dilakukan terus menerus dilaksanakan oleh puskesmas-puskesmas


dan dinas kesehatan kab/kota

b. Meningkatkan sensitifitas petugas dalam pemantauan penyakit potensial wabah,


bencana dan aksebilititas pelayanan imunisasi.
Sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya bayi, batita, anak sekolah dan ibu
hamil yang kebal terhadap Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I),
dengan indikator :

No
1
2

Tabel 3.12.
Capaian Cakupan Desa UCI dan IDL Provinsi NTB
Capaian
Tahun 2015
Indikator Kinerja
Satuan
tahun 2014
Realisasi
Target
% capaian
90,6
90
90
Cakupan desa UCI
Persen
100
Cakupan Imunisasi
Dasar Lengkap

Persen

89.3

92

95

103,26

Sumber : Bidang P2&PL Dinas Kesehaatn Prov.NTB, 2015

Sebuah desa dikategorikan desa Universal Child Immunization (UCI) apabila


desa/kelurahan tersebut 80% Bayinya telah mendapat Imunisasi Dasar Lengkap
(IDL) dalam waktu satu tahun. Cakupan desa UCI diperoleh dengan cara
membandingkan

jumlah

desa/kelurahan

UCI

dengan

jumlah

desa/kelurahan

keseluruhan.
Untuk cakupan IDL diperoleh dengan membandingkan jumlah bayi yang
mendapatkan Imunisasi semua antigen meliputi Hb0 1 kali,BCG 1 kali,DPT Hb Hib 3
kali,Polio 4 kali,Campak 1 kali, pada umur 0 sampai 11 bulan dalam setahun dengan
jumlah bayi (0-11 bl) dalam satu tahun.
Pada tabel 3.14 terlihat bahwa cakupan desa UCI pada tahun 2015 menurun
dibandingkan tahun 2014. Menurunnya capaian Universal Child Imunisasi (UCI)
karena adanya penolakan dari kelompok masyarakat tertentu terhadap imunisasi.
Sebaliknya cakupan IDL meningkat pada tahun 2015 dan melampaui target yang
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

61

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

ditetapkan. Target nasional untuk IDL adalah 83%, artinya pencapaian tahun 2015
sebesar 95% telah melampaui target nasional.
Program imunisasi diadakan dengan tujuan seluruh sasaran mempunyai
kekebalan terhadap semua penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Kabupaten Sumbawa adalah satu-satunya kabupaten dengan cakupan IDL belum
mencapai target, capaiannya adalah 74,4%. Beberapa permasalahan dalam
pencapaian cakupan imunisasi lengkap terutama di Kabupaten Sumbawa adalah :
Sasaran masih terpaku pada sasaran proyeksi pusat yang tidak sesuai dengan
kondisi lapangan sehingga masih ada sasaran yang tidak terdata.
Keterlambatan distribusi vaksin dari Pusat ke Provinsi terutama vaksin BCG
menyebabkan pemberian pada sasaran sering tidak tepat waktu.
Distribusi vaksin (Cold Chain) dari Kabupaten/Kota sampai pada sasaran sering
tidak sesuai dengan SOP (Standard Operasional Prosedur). Hal tersebut sangat
berpengaruh terhadap kualitas vaksin sehingga masih

terjadi peningkatan

penyakit PD3I antara lain penyakit campak.


Beberapa upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan untuk mengoptimalkan pelayanan
imunisasi adalah :
Melakukan advokasi, sosialisasi dan koordinasi untuk meningkatkan peran serta
masyarakat khususnya tingkat Puskesmas
Advokasi dilakukan khususnya pada kepala wilayah Kecamatan dan Kelurahan
Desa setempat diharapkan ada pembinaan dan penggerakan masyarakat oleh
Kecamatan, Kelurahan dan TP PKK melalui jajarannya di tingkat Dusun
Sosialisasi kegiatan
Sosialisasi kepada TOGA TOMA dan masyarakat umum khususnnya dilakukan
pada tingkat Kecamatan oleh Puskesmas dengan mengumpulkan masyarakat
dalam pertemuan ataupun menggunakan kesempatan pada acara lintas program
dan sektor terkait dan kegiatan masyarakat setempat
Mengoptimalkan penggerakan masyarakat untuk ke Posyandu setempat dengan
cara pendekatan kepada TOMA dan TOGA setempat khususnya pada peringatan
satu hari sebelum dilaksanakan Posyandu. Diharapkan informasi kegiatan
Posyandu untuk bulan bersangkutan dapat mengingatkan agar membawa sasaran
ke posyandu setempat sesuai dengan jadwal kegiatan Posyandu, sehingga
diharapkan seluruh sasaran bisa datang ke posyandu setempat
Mengoptimalkan pelayanan imunisasi di Posyandu dengan menyiapkan tenaga
vaksinasi pada setiap pelaksanaan posyandu dengan mengutamakan tenaga

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

62

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

kesehatan setempat baik petugas Pustu maupun petugas Bidan di Desa untuk
menghindari kekosongan tenaga pelaksana imunisasi
Melakukan sweeping
Target IDL maupun UCI yang belum tercapai ditingkatkan dengan melakukan
kunjungan rumah pada sasaran yang tidak hadir saat jadwal pemberian imunisasi
dengan melibatkan kader, pemuka masyarakat dan aparat desa

Melakukan evaluasi pelaksanaan khususnya pada setiap selesai pelaksanaan


posyandu sehingga dapat diketahui berapa persen sasaran yang telah
mendapatkan pelayanan imunisasi dan siapa sasaran yang tidak datang untuk
dapat ditindaklanjuti dengan pelaksanaan sweeping
c. Meningkatkan aksesibiltas masyarakat terhadap sarana penyehatan lingkungan dan
air bersih.
Sasaran yang

ingin dicapai adalah tersedia dan terjangkau-nya sarana

penyehatan lingkungan di masyarakat yang memenuhi syarat, dengan


indikator:

No
1

Tabel 3.13.
Capaian Cakupan Desa Open Defecaion Free (ODF)
Capaian
Tahun 2015
Indikator Kinerja
Satuan
tahun 2014 Target Realisasi % capaian
Cakupan desa Open
Persen
27,65
50
31,75
63,5
Defecation Free (ODF)/
Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS)

Sumber : P2&PL Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Cakupan

desa Open Defecation Free (ODF)/ Stop Buang Air Besar

Sembarangan (SBS) dimaksud adalah seluruh desa mempunyai akses untuk buang
air besar di jamban dibandingkan jumlah penduduk di wilayah tersebut. Pada table
terlihat bahwa tahun 2015 cakupan ODF lebih tinggi dibandingkan tahun 2014, akan
tetapi belum mencapai target.
Jumlah desa yang telah bebas buang air besar sembarangan (ODF) pada
tahun 2015 berjumlah 361 desa/kelurahan, meningkat jika dibanding tahun 2014 yang
berjumlah 297 desa/kelurahan dengan jumlah kecamatan yang telah mencapai
BASNO meningkat menjadi 7 kecamatan yaitu Kecamatan Wawo dan Wera di
Kabupaten Bima; Kecamatan Cakranegara Kota Mataram, Kecamatan Batulayar Kab.
Lombok Barat, Kecamatan Maluk dan

Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat dan

kecamatan Pajo Kabupaten Dompu. Sebagai bentuk apresiasi, untuk desa BASNO
diberikan reward berupa sepeda motor roda tiga dan untuk desa ODF masing-masing
wireless portable.
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

63

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Upaya lain dilakukan dengan kegiatan pengkajian pengembangan lingkungan


seperti pelatihan pengusaha sanitasi dan fasilitator STBM, penyediaan alat dukung
pemasaran sanitasi untuk kecamatan ODF, penyediaan alat dukung untuk lingkungan
bersih sehat, penyediaan alat dukung forum kab/kota sehat, Penyuluhan kepada
masyarakat supaya terbiasa buang air besar di jamban, CTPS, menggunakan air
yang berkualitas, dan mengolah sampah dan limbah, penyediaan alat cetak buis
beton, sosialisasi Gerakan Indonesia Bersih dan pembangunan fisik MCK.

MisiTujuan
3 :

Meningkatnya keadaan gizi dan derajat kesehatan keluarga

Tujuan
a. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan gizi bagi kelompok rawan gizi
Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi bagi kelompok rawan gizi dilakukan
melalui program perbaikan gzi masyarakat serta bina gizi dan kesehatan masyarakat
ibu dan anak. Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah terbinanya pelayanan gizi
ibu dan balita yang bermutu, dengan indikator :

No
3

Tabel 3.14.
Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Capaian
Tahun 2015
Indikator Kinerja
Satuan
tahun 2014
Target Realisasi % capaian
100
100
100
100
Cakupan balita gizi
Persen
buruk mendapat
perawatan
Sumber : Bidang Binkesmas Dinas Kesehatan Prov.NTB, 2015

Kejadian kasus gizi buruk dapat digunakan untuk mengantisipasi kejadian


kurang gizi dengan mengefektifkan pekan penimbangan sehingga terdeteksi secara
dini dengan intervensi yang lebih cepat dan tepat. Jika kondisi gizi buruk terjadi
pada masa golden period perkembangan otak (0-3 tahun), dapat dibayangkan jika
otak tidak dapat berkembang sebagaimana anak yang sehat, dan kondisi ini akan
irreversible ( sulit untuk dapat pulih kembali). Apabila fase akut tertangani namun
tidak di follow up dengan baik maka anak tidak dapat 'catch up' dan mengejar
ketinggalannya, dalam jangka panjang kondisi ini berdampak buruk terhadap
pertumbuhan maupun perkembangannya, bahkan dapat mengakibatkan 'stunting'
(postur tubuh kecil pendek).
Cakupan balita Gizi Buruk yang mendapat Perawatan adalah Balita Gizi Buruk
yang dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas pelayanan kesehatan dan
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

64

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

masyarakat sesuai dengan tata laksana gizi buruk. Kasus balita gizi buruk yang
mendapat perawatan diperoleh dengan cara menghitung proporsi kasus balita gizi
buruk yang mendapat perawatan dibagi jumlah kasus balita gizi buruk yang
ditemukan di suatu wilayah pada periode tertentu.
Data perkembangan kasus gizi buruk sampai dengan bulan Desember 2015
mencapai 337 kasus, menurun dibandingkan tahun 2014 dengan 436 kasus. Semua
kasus yang ditemukan baik tahun 2014 maupun 2015 dapat ditangani (100%
tertangani), artinya cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan realisasinya
mencapai target yang ditetapkan. Berikut gambaran pencapaiannya tahun 2014 dan
2015 :
Tabel.3.15.
Jumlah Penemuan Kasus Gizi Buruk Berdasarkan
Kabupaten/Kota Tahun 2014- 2015
2014
No.

Kabupaten/Kota

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Kota Mataram
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Lombok Utara
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Bima
NTB

Kasus
ditemukan

Mendapat
Perawatan

43
87
33
120
26
2
37
40
37
11
436

43
87
33
120
26
2
37
40
37
11
436

%
Mendapat
perawatan
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

Kasus
ditemu
kan
29
47
45
98
15
4
28
31
29
11
337

2015
Mendapat
perawatan
29
47
45
98
15
4
28
31
29
11
337

%
mendapat
perawatan
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

Sumber : Bidang Binkesmas Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Pada kasus gizi buruk yang ditemukan, sebanyak 55,24% disertai dengan
penyakit penyerta seperti cacat bawaan,

TuBerculosis, Pneumonia, Jantung

Bawaan, Down Syndrom dll. Salah satu intervensi yang diberikan untuk
mengantisipasi terjadinya kasus gizi buruk adalah diadakannya Buffer Stock MP-ASI
dan sudah disalurkan ke Kabupaten/Kota. Pengadaan dan pendistribusian Buffer
Stock MP-ASI dianggarkan melalui APBD Provinsi.

NO.

Tabel.3.16.
Jumlah buffer stok MP-ASI yang tersedia per Kabupaten/Kota
Tahun 2014 dan 2015
MP-ASI
KABUPATEN/
KOTA

2014 (sumber APBD)


Tersedia =23.250 kg

2015 (sumber APBN)


Tersedia = 13.750 kg

1.
2.

Kota Mataram
Lombok Barat

2.102
1.000

812
785

3.

Lombok Tengah

1.500

1.299

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

65

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

4.

Lombok Timur

3.500

2.001

5.

Lombok Utara

1587,6

774

6.

Sumbawa Barat

1.000

895

7.

Sumbawa

1.500

2.868

8.
9.
10.

Dompu
Bima
Kota Bima

1.500
5.000
3.470

553
3.089
674

NTB

22.159,6

13.750

Sumber : Bidang Binkesmas Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Kegiatan lain yang telah dlaksanakan untuk menurunkan kasus gizi buruk adalah :

Program Generasi Emas NTB (GEN)


Merupakan

sebuah grand strategi untuk membentuk manusia NTB yang

bertaqwa, cerdas, sehat dan produktif.

Program ini bersifat lintas sektoral,

dimana sektor kesehatan menjadi salah satu sektor strategis. Salah satu
kegiatan

yang mendukung GEN adalah Aksi Seribu Hari/ASHAR/1000 Hari

Pertama Kehidupan. Kegiatannya berupa pendampingan

ibu hamil oleh

mahasiswa Peguruan Tinggi Kesehatan. Pada tahun 2015 sudah dilatih 2170
mahasiswa dari 18 perguruan tinggi kesehatan yang ada di NTB. Para
mahasiswa akan mendampingi ibu hamil pada periode 1000 HPK tersebut.

Pemantauan Status Gizi (PSG)


Bertujuan untuk tersedianya informasi status gizi balita dan perilaku keluarga
sadar gizi (KADARZI) secara berkala sampai pada tingkat kecamatan. Kegiatan
ini berupa pengumpulan data antropometri, ASI Eksklusif, garam beryodium dll,
dengan sampel keluarga yang mempunyai balita yang dilakukan mulai bulan Juni
s.d. Desember setiap tahun.

Pelaksanaan Surveilans Gizi


Merupakan

kegiatan pengamatan yang teratur dan terus menerus terhadap

masalah gizi masyarakat dan faktor-faktor yang terkait melalui kegiatan


pengumpulan data/informasi, pengolahan dan analisis data serta diseminasi
informasi yang dihasilkan. Kegiatan ini dilakukan bekerjasama dengan Dinas
Kesehatan kabupaten/kota dan Puskesmas setempat.

Peningkatan kapasitas petugas


Pelatihan ini ditujukan untuk peningkatan kapasitas petugas dalam tata laksana
gizi buruk dengan melibatkan tim asuhan gizi Puskesmas yang terdiri dari dokter,
perawat/bidan dan petugas gizi. Kegiatan tersebut dilakukan setiap tahun dengan
metode teori, praktek dan studi kasus gizi buruk di Puskesmas dan rumah sakit.
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

66

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Hasil pelatihan diharapkan petugas dapat melakukan pemantauan pertumbuhan


balita dan membuat formula gizi buruk.

b.

Meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan ibu, anak, dan KB


Kebijakan ini diharapkan dapat tercapai dengan Kebijakan Program Peningkatan
Keselamatan Ibu melahirkan dan anak. Sasaran strategis yang ingin dicapai adalah

1. Tersedianya sarana prasarana dan SOP untuk layanan kesehatan ibu, anak,
dan KB dengan indikator :

No
1

Indikator Kinerja
Cakupan K 4

Tabel 3.17.
Pencapaian Indikator Cakupan K4
Capaian
Tahun 2015
Satuan
tahun 2014 Target Realisasi
% capaian
91,80
96
92,24
96,08
Persen

Sumber : Bidang Binkesmas Dinas Kesehatan Prov.NTB, 2015

Indikator cakupan K4 menggambarkan cakupan pelayanan antenatal


secara lengkap oleh tenaga kesehatan (memenuhi standar pelayanan dan
menempati waktu yang ditetapkan) yakni paling sedikit 4 kali dengan distribusi 1
kali pada trimester ke-1 dan 1 kali pada trimester ke-2 serta 2 kali pada trimester
3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pelayanan ini diberikan
sebagai perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko,
pencegahan dan penanganan komplikasi.
Cakupan K4 diperoleh dengan cara membandingkan jumlah ibu hamil
yang mendapatkan pelayanan internal minimal 4 kali sesuai standar oleh tenaga
kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan jumlah
sasaran ibu hamil disuatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Jumlah sasaran
ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui Proyeksi, dihitung berdasarkan
pekiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan rumus 1,10 angka kelahiran
kasar (CBR) jumlah penduduk.
Pada tabel di atas terlihat bahwa cakupan kunjungan ibu hamil K4 tahun
2015 meningkat dibandingkan tahun 2014, akan tetapi belum mencapai target
yang ditetapkan. Untuk tingkat nasional cakupan K4 ditarget sebesar 72%,
artinya target yang ditetapkan Dinas Kesehatan Provinsi NTB dalam Renstra
lebih tinggi dari target nasional. Capaian yang positif merupakan kontribusi dari
upaya-upaya yang sudah dilakukan antara lain :
-

kemitraan bidan dengan dukun

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

67

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Kemitraan ini merupakan bentuk kerjasama bidan dengan dukun yang


menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan mengaluhfungsihkan
peran dukun dari penolong persalinan menjadi mitra dalam :

Mendata ibu hamil diwilayahnya, termasuk ibu hamil beresiko tinggi

Membawa ibu hamil ke tenaga kesehatan untuk pemeriksaan kehamilan,


melakukan persalinan serta nifas

Merawat ibu dan bayi pasca nifas berdasarkan kesepakatan antara bidan
dan dukun dengan melibatkan unsur masyarakat

Memberikan penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan

Dalam kemitraan, kader dan tokoh masyarakat juga dilibatkan terutama


dalam pendataan ibu hamil sebelum umur kehamilan mencapai 12 minggu
(Trimester I). Sampai dengan tahun 2015 dukun yang menjadi mitra bidan
berjumlah ....orang yang tersebar di 10 kabupaten/kota.

Meningkatkan jumlah kelas ibu hamil


Tujuan

pelaksanaannya

adalah

untuk

meningkatkan

pengetahuan,

mengubah perilaku dan sikap ibu agar memahami tentang kehamilan,


perubahan tubuh, keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan,
persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi, mitos/adat/kepercayaan,
penyakit menular dan akte kelahiran.
Kegiatan ini dilaksanakan di Puskesmas dengan dikoordinir oleh bidan
setempat. Jumlah Puskemas yang menyelenggarakan kelas Ibu Hamil di
tahun 2014 adalah 116 Puskesmas meningkat menjadi 158 Puskesmas di
tahun 2015, sedangkan kelas ibu dan balita adalah 10 kelas di 10 kab/kota.
-

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)


P4K dengan stiker adalah upaya terobosan untuk meningkatkan K4 sekaligus
percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi, dengan tujuan
meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan
bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarkat dalam
merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi
dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi sehat. Tahun
2015 jumlah keluarga ibu hamil yang terpasang stiker P4K adalah 109.269
rumah yang tersebar di 10 kabupaten/kota dan Lombok timur merupakan
kabupaten dengan jumlah terbanyak yakni 28.356 rumah. Hal ini wajar
mengingat Kabupaten Lombok Timur adalah kabupaten dengan jumlah
penduduk terbanyak. Stiker tersebut memuat informasi tentang lokasi tempat
tinggal ibu hamil, identitas, taksiran persalinan, penolong persalinan,

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

68

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

pendamping dan fasilitas tempat persalinan serta calon donor darah berserta
transportasi yang akan digunakan dan pembiayaannya.

2. Terwujudnya tenaga kesehatan ibu dan anak yang berkualitas, dengan


indikator :

No
1

Tabel 3.18.
Pencapaian Indikator Cakupan Persalinan oleh Linakes
Capaian
Tahun 2015
Indikator Kinerja
Satuan
tahun 2014
Target Realisasi % capaian
Cakupan persalinan
Persen
90
89,93
89,7
110,9
oleh tenaga
kesehatan (Linakes)
Sumber : Bdang Binakesmas Dinas Kesehatan Prov.NTB, 2015

Indikator ini menggambarkan perkiraan proporsi persalinan yang ditangani


oleh tenaga kesehatan dan kemampuan manajemen program KIA dalam
pertolongan persalinan sesuai standar. Target RPJMD dan Renstra tahun 2015
untuk cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah 90%. Adapun sampai
dengan Bulan Desember 2015 capaian Indikator ini sebesar 89,7%, artinya
capaian tahun 2015 belum mencapai target. Akan tetapi apabila dibandingkan
dengan target nasional yakni 75% maka pencapaian tersebut telah melampaui
target nasional. Sebagi informasi bahwa target untuk indikator cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan sama dengan cakupan persalinan di fasilitas
pelayanan kesehatan. Data cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan per
Kabupaten/Kota dapat dilihat pada tabel berikut:

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tabel.3.19.
Cakupan Persalinan oleh Tenaga kesehatan
Menurut Kabupaten/Kota s.d. Desember 2015
Target 2015 (90%)
Kabupaten/Kota
Cakupan s/d Desember 2015 (%)
Kota Mataram
89,27
Lombok Barat
94,63
Lombok Utara
80,46
Lombok Tengah
85,62
Lombok Timur
96,57
Sumbawa Barat
86,37
Sumbawa
79,26
Dompu
93,25
Bima
88,37
Kota Bima
91,81
NTB
89,7

Sumber : Binkesmas Dinas Kesehatan Prov.NTB, 2015

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

69

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Persalinan oleh tenaga kesehatan akan menurunkan resiko kematian bagi


ibu dan bayinya, yang berarti berpengaruh langsung terhadap pencapaian
indikator Usia Harapan Hidup (UHH). Tahun 2014 jumlah kematian ibu adalah
111 kasus mengalami penurunan tahun 2015 menjadi 95 kasus dengan proporsi
sebesar 93,2 per 100.000 kelahiran hidup. Apabila dibandingkan dengan angka
nasional yakni 359 per 100.000 kelahiran, maka capaian sebesar 93,2 per
100.000 kelahiran jauh melampaui angka nasional, dengan kata lain capaian
tersebut sangat baik. Jumlah kematian ibu dibandingkan dengan jumlah
kelahiran hidup pada tahun 2014 dan 2015, sebagaimana tabel berikut.
Tabel 3.20.
Jumlah Kematian Ibu Dibandingkan Dengan Jumlah Kelahiran Hidup
Per Kabupaten/Kota Tahun 2014 dan 2015
No

Kabupaten/
Kota

2014
Kasus
Jumlah
Kematian Ibu
Kelahiran
Hidup
9
8.381

2015
Kasus
Jumlah
Kematian
Kelahiran
Ibu
Hidup
10
8.422

Mataram

Lombok Barat

14.247

13.739

Lombok Utara

4.652

4.391

Lombok Tengah

18

19.277

16

18.425

Lombok Timur

37

25.921

28

26.457

Sumbawa Barat

2.995

2.813

7
8

Sumbawa
Dompu

15
2

9.925
5.496

10
12

8.838
5.387

Bima

9.765

10.013

10

Kota Bima

3.296

3.450

111

103.955

95

101.935

NTB
Proporsi
(per 100.000 KH)

107

93,2

Sumber : Binkesmas Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Untuk jumlah kematian bayi, tahun 2014 sebanyak 1.069 kasus, menurun di
tahun 2015 menjadi 1.056 kasus dengan proporsi 10,19 per 1.000 kelahiran
hidup. Angka kematian bayi Indonesia hasil SDKI 2012 adalah 32 per 1.000
kelahiran dan data terbaru untuk angka kematian bayi belum dirilis. Apabila
capaian tahun 2015 dibandingkan dengan hasil SDKI, maka capaian tersebut
sangat baik. Jumlah kematian bayi dibandingkan dengan jumlah kelahiran hidup
pada tahun 2014 dan 2015, sebagaimana tabel berikut.

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

70

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tabel 3.21.
Kematian Bayi Tahun 2014-2015
A.

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kabupaten/ Kota
Mataram
Lombok Barat
Lombok Utara
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa Barat
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Bima
NTB

Proporsi (per 1.000 KH)

2014
Kasus Kematian Jumlah Kelahiran
Bayi
Hidup
39
60
40
199
482
21
73
33
100
22
1.069

8.381
14.247
4.652
19.277
25.921
2.995
9.925
5.496
9.765
3.296
103.955
10,3

Kasus
Kematian
Bayi
34
42
82
192
460
28
75
35
91
17
1.056

2015
Jumlah
Kelahiran
Hidup

8.422
13.739
4.391
18.425
26.457
2.813
8.838
5.387
10.013
3.450
101.935

10,19

Sumber : Binkesmas Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2014

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang mencapai target dan


berpengaruh positif terhadap penurunan angka kematian ibu dan bayi merupakan
kontribusi dari kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dengan baik, seperti
kegiatan yang telah dilaksanakan untuk meningkatkan cakupan K4 yakni P4K,
kemitraan bidan dengan dukun serta kelas ibu hamil. Kegiatan lain yang
berkontribusi signifikan adalah penggiatan gerakan AKINO dan ASHAR,
peningkatan kualitas atau kompetensi bidan melalui Pelatihan Penanganan Gawat
Darurat Obsetri dan Neonatal (PPGDON), evaluasi pelayanan KIA, bidan
koordinator dan bidan desa, pemberian reward kepada bidan yang mencapai
AKINO, meningkatkan Audit Maternal Perinatal (AMP) serta penambahan jumlah
bidan desa.
- Menggiatkan Gerakan AKINO (Angka Kematian Ibu Nol);
Akino adalah bagian dari gerakan 3A (ABSANO, ADONO,AKINO), yang
merupakan program unggulan pemerintah Provinsi NTB. AKINO berfokus pada
upaya peningkatan aspek supply, demand dan komitmen para stakeholder.
Keluarannya adalah tidak terjadinya kematian ibu di tingkat desa/kelurahan.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mendukung pencapaian AKINO adalah
peningkatan pelayanan antenal (ANC) K1/K4, pelayanan ini merupakan
pelayanan pada ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
dilakukan sesuai dengan standar pelayanan antenatal/ kebidanan yang
dilakukan 4 kali selama kehamilan. Pelayanan ini diberikan sebagai

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

71

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan
dan penanganan komplikasi.
Menggiatkan pelayanan kesehatan ibu nifas. Pelayanan ini merupakan
pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari
pasca bersalin oleh tenaga kesehatan yang bertujuan untuk

deteksi dini

komplikasi pada ibu nifas, dengan melakukan kunjungan nifas minimal


sebanyak 3 kali.
Peningkatan penanganan komplikasi maternal.
Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga
sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan harus ditolong oleh tenaga
kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan ditangani.
Diperkirakan sekitar 15-20 % ibu hamil akan mengalami komplikasi
kebidanan.
-

Gerakan ASHAR
Aksi Seribu Hari Pertama Kehidupan atau ASHAR adalah upaya untuk
memperkuat program pelayanan kesehatan dan gizi bagi ibu dan anak pada
periode seribu Hari Pertama Kehidupan atau 1000 HPK. Periode 1000 HPK
adalah periode mulai hamil (9 bulan = 270 hari) sampai dengan anak usia 2
tahun (24 bulan = 730 hari). Di periode ini terjadi pertumbuhan sel otak yang
pesat (90 %) dan tumbuh kembang anak yang optimal. Kegagalan memberikan
asupan gizi dan pelayanan kesehatan yang baik di periode ini akan memberi
dampak yang tidak baik bagi perkembangan anak di masa depan, dan
kegagalan tersebut bersifat irreversible atau tidak dapat diperbaiki.
ASHAR bukan program baru, melainkan upaya merevitalisasi atau
memperkuat program yang sudah ada serta menginisiasi kegiatan baru yang
berkontribusi besar terhadap pelayanan kesehatan dan gizi bagi ibu dan anak di
masa 1000 HPK tersebut. Salah satu pendekatannya adalah integrasi seluruh
program dari berbagai komponen masyarakat dan aparat yang bermuara di
desa / kelurahan dengan fokus perhatian pada 1000 HPK.
Dalam ASHAR akan diakselerasi pelaksanaan program unggulan seperti
AKINO dan juga perbaikan gizi berbasis desa. ASHAR adalah reorientasi atau
perluasan dari AKINO. Jika dalam AKINO fokus perhatian lebih banyak pada
Ibu, atau Kematian Ibu, maka dalam ASHAR akan dirangkaikan dengan
indikator Kematian Bayi dan Kekurangan Gizi (Gizi Buruk dan Stunting).
Diharapkan angka-angka tersebut dapat tuntas di tingkat Desa/Kelurahan.
Beberapa kegiatan yang direncanakan untuk menjabarkan ASHAR, meliputi :

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

72

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Gerakan/aksi kepedulian, seperti aksi mahasiswa 1000 untuk HPK, aksi


kader untuk 1000 HPK dan lain-lain
Memperkuat program unggulan yang mengarah kepada 1000 HPK antara
lain pemberian MMN (multi Micro Nutrient), kelas ibu, P4K, dan lain-lain
Advokasi 1000 HPK kepada stakeholder

Pelatihan Penanganan Gawat Darurat Obsetri dan Neonatal (PPGDON)


Pelatihan PPGDON ditujukan bagi Bidan di desa karena masih banyak (74%)
bidan di desa belum terlatih kompetensi dasar kebidanan. Pelatihan PPGDON
dilaksanakan oleh P2KS (Pusat Pelatihan Klinis Sekunder) dan organisasi
profesi. Pelatihan PPGDON dilaksanakan selama 6 hari.
Hasilnya pada tahun 2015 telah terlatih sebanyak 20 bidan desa
Rencana tindak lanjut dari hasil pelatihan adalah dilaksanakannya evaluasi
pasca pelatihan dan supervisi fasilitatif oleh bidan coordinator dan organisasi
profesi

evaluasi pelayanan KIA, bidan koordinator dan bidan desa


tujuannya mengetahui pelaksanaan pelayanan KIA pasca pelatihan teknis.
Hasilnya tersampaikannya informasi terbaru mengenai kebijakan teknis
pelayanan KIA dan feedback capaian program terbaru.
rencana tindak lanjutnya adalah perbaikan pelayanan, sistem pelatihan dan
pembinaan lebih lanjut.

pemberian reward kepada bidan yang mencapai AKINO


Reward

Bagi Bidan

AKINO diberikan kepada bidan desa yang berhasil

mempertahankan tidak adanya kematian ibu di desanya selama minimal 5 tahun


berturut-turut. Reward yang diberikan berupa Pin Emas dan Piagam
Penghargaan yang diserahkan pada saat peringatan Hari Kesehatan Nasional
(HKN). Desa yang telah mencapai AKINO pada tahun 2015 mencapai 92,3%
persen atau 1048 desa dari 1.135 desa yang ada ,meningkat dibandingkan
tahun 2014 yang mencapai 91,21 persen atau 1.038 desa.

Meningkatkan Audit Maternal Perinatal (AMP)


Setiap kasus kematian baik ibu maupun bayi selalu dilakukan Audit Maternal
dan Perinatal (AMP) untuk mengetahui penyebab kematian sehingga dapat
dilakukan feed back untuk perbaikan pelayanan. Untuk tahun 2015 AMP
diadakan sebanyak 20 kali di 10 kab/kota.
Hasilnya di fasilitas pelayanan kesehatan sudah banyak perbaikan baik berupa
perbaikan fasilitas maupun peningkatan kapasitas petugas kesehatan seperti

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

73

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

dokter, bidan maupun perawat.

Selanjutnya dampaknya terlihat dari kasus

kematian ibu yang makin menurun.


Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan adalah melakukan pembinaaan teknis
maupun manajemen secara berkala dan terus menerus, melakukan peningkatan
kapasitas petugas kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan pelaksanaan
program ditingkat implementasi secara terpadu.

- Penambahan jumlah bidan desa.


Penambahan jumlah bidan desa merupakan upaya untuk peningkatan kuantitas
pemberi pelayanan. Jumlah bidan desa dari 1.859 orang tahun 2014, dan tahun
2015 menjadi 1.955 orang.
Rencana selanjutnya adalah meningkatkan pemanfaatkan bidan lapis sebagai
tenaga motivator bekerjasama dengan dukun. Beberapa kabupaten melakukan
orientasi sebelum bidan ditempatkan di desa.
-

Pengusulan pengadaan alat kesehatan melalui anggaran DAK dan APBD

Pencetakan dan Pengandaan Buku KIA, Kartu Ibu, Agenda Bidan Desa dan
Kohort Ibu.

Misi 4

Meningkatkan keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan

Tujuan :
a. Meningkatkan aksesibiltas fasilitas kesehatan dan kualitas pelayanan kesehatan
Program Upaya Kesehatan Masyarakat adalah program yang kegiatannya bertujuan
untuk meningkatkan aksesibiltas fasilitas kesehatan dan kualitas pelayanan
kesehatan dengan sasaran strategis adalah tersedianya fasilitas kesehatan yang
memadai, berkualitas dan terjangkau, dengan indikator :

No
3

Tabel 3.22.
Capaian Indikator Ratio Puskesmas dengan Penduduk
Capaian
Tahun 2015
Indikator Kinerja
Satuan tahun 2014
Realisasi
Target
% capaian
Per
Ratio Puskesmas
1
1
1
100
30.000
Dengan Penduduk
pddk
Sumber : Bina Yankes Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Provinsi Nusa Tenggara Barat saat ini memiliki jumlah penduduk 4.773.795
jiwa dengan jumlah puskesmas sebanyak 159 buah yang tersebar di Pulau Lombok
dan Sumbawa. Ketersediaan puskesmas yang ada sekarang apabila dibandingkan
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

74

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

dengan jumlah penduduk yang ada sudah terpenuhi yang terlihat dari rasio
Puskesmas dengan penduduk pada tabel 3.24. Akan tetapi apabila ditelaah lebih
cermat, ketersediaan Puskesmas di Pulau Lombok berbeda dengan Pulau
Sumbawa. Jumlah penduduk Pulau Lombok adalah 3.352.988 jiwa dengan jumlah
Puskesmas yang ada sebanyak 90 buah. Apabila dibandingkan dengan standar
yang ada (rasio 1/30.000) maka rasio puskesmas dengan jumlah penduduk Pulau
Lombok belum terpenuhi. Idealnya dengan jumlah penduduk yang ada sekarang
dibutuhkan 111 puskesmas, artinya untuk dibeberapa kabupaten/kota memberi
peluang ada 2 puskesmas dalam 1(satu) kecamatan. Sedangkan untuk di Pulau
Sumbawa dengan jumlah penduduk 1.420.807 jiwa, Puskesmas yang ada adalah 69
buah. Apabila dibandingkan rasio puskesmas dengan penduduk maka ketersediaan
Puseksmas untuk Pulau Sumbawa sudah terpenuhi. Namun dengan kondisi
geografis yang sulit dan terdapatnya beberapa daerah terpencil di pulau Sumbawa
maka masih memungkinkan adanya penambahan Puskesmas.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, beberapa upaya telah dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Provinsi NTB yakni dengan memfasilitasi Dinas Kesehatan
kabupaten/kota untuk memenuhi ketersediaan puskesmas yang ada melalui
pengusulan Dana Alokasi Khusus (DAK). Selain itu, beberapa Puskesmas diusulkan
peningkatan status yakni dari Puskesmas Non Perawatan menjadi Puskesmas
Perawatan, peningkatan status dari Puskesmas Pembantu (PUSTU) menjadi
Puskesmas, serta penyediaan peralatan kesehatan maupun untuk pemeliharaan
puskesmas.

b. Meningkatkan kualitas pengelolaan pelayanan kefarmasian dan alkes


Tujuan ini dapat dicapai melalui Program Obat dan Perbekalan Kesehatan dengan
sasaran strategisnya adalah tersedianya obat dan perbekalan kesehatan yang
aman, berkhasiat, bermutu dan memadai dengan indikator :
Tabel 3.23
Capaian Indikator Ketersediaan Obat dan Vaksin
No
1

Indikator Kinerja
Persentase
ketersedian obat dan
vaksin

Satuan

Capaian tahun
2014

Persen

98,79

Target
91

Tahun 2015
% capaian
96,63

Realisasi
87,93

Sumber : Seksi Kefarmasian&Alkes Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Dalam rangka mencapai AKINO dan mensukseskan Sistem Jaminan Sosial


Nasional maka ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang berkualitas,

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

75

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

pelayanan kefarmasian yang bermutu serta penggunaan obat yang rasional merupakan
salah satu faktor yang secara tidak langsung berkontribusi didalamnya. Data
ketersediaan obat dan vaksin merupakan data ketersediaan obat dan vaksin yang ada
di Puskesmas dan dilaporkan setiap bulannya. Ketersediaan obat dan vaksin sulit
dilakukan karena data yang digunakan adalah data real yang ada di Puskesmas.
Capaian program ketersediaan obat dan vaksin diperoleh berdasarkan laporan
Puskesmas terkait jumlah jenis obat yang tersedia dari 20 jenis obat dasar yang harus
tersedia di Puskesmas. Adapun target nasional yang harus dicapai pada tahun 2015
adalah sebesar 77% sedangkan target RPJMD dan Renstra tahun 2015 adalah
sebesar 91%. Berdasarkan table 3.25 realisasi capaian tahun 2015 telah melampaui
target nasional yang telah ditetapkan namun masih berada di bawah target RPJMD
maupun Renstra. Berikut trend capaian kegiatan persediaan obat dan perbekalan
kesehatan dalam 3 (tiga) tahun terakhir :
Grafik 3. 10
Trend Realisasi Capaian Program
Ketersediaan Obat & Vaksin
Tahun 2013 - 2015
120,0%
100,0%
80,0%

100%
98,79%

95%
94,1%

87,93%
77%

60,0%

Realisasi

40,0%

Target

20,0%
0,0%

2013

2014

2015

Permasalahan yang dihadapi dalam pengadaan obat dan vaksin Tahun 2015
adalah adanya penurunan alokasi anggaran pengadaan obat yang berasal dari dana
APBD I, APBD II dan DAK sehingga jumlah obat yang disediakan terbatas. Selain itu
juga ada beberapa jenis

obat-obatan yang tidak

dapat

diadakan karena adanya

kekosongan obat di pabrik. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap ketersediaan
obat dan vaksin di Provinsi NTB.

Adapun tindak lanjut yang dilakukan terkait permasalahan di atas adalah


mendorong kabupaten/kota untuk meningkatkan alokasi anggaran pengadaan obat,
melakukan monev penggunaan obat secara rasional di kabupaten/kota dan melakukan
koordinasi lintas sektor dan lintas program yang terkait. Selain itu, kegiatan yang telah

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

76

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

dilakukan untuk mendukung ketersediaan obat dan vaksin di kab/kota baik melalui
APBN maupun APBD yakni:
a. Kegiatan dari dana APBD : Pengadaan obat buffer.
b. Kegiatan dari dana APBN :
-

Distribusi obat ke Kabupaten/Kota. Pendistribusian obat ke kabupaten/kota


(instalasi Farmasi Kabupaten/kota) bertujuan untuk ketersediaan obat dan vaksin
di kabupaten/kota.

Pertemuan Pemutakhiran Data Kefarmasian dan Alat Kesehatan.


Pertemuan ini diselenggarakan agar data mengenai program Kefarmasian dan
Alat Kesehatan tetap up to date. Dimana pertemuan ini mengundang semua
pengelola profil Kefarmasian

dari kabupaten/kota dan provinsi dengan

menghasilkan buku Profil Kefarmasian dan Alkes Provinsi NTB Tahun 2015.
-

Pertemuan Harmonisasi dan Integrasi Perencanaan Kebutuhan Obat (RKO)


dengan peserta yaitu pengelola instalasi obat kab/kota dan provinsi dan
pengelola obat program yang ada di provinsi. Pertemuan ini dilakukan dengan
out put yaitu petugas instalasi farmasi di kabupaten/kota tersosialisasi aplikasi
e logistik dan tersusunnya rencana/usulan kebutuhan obat kabupaten/kota.

Pertemuan Peningkatan Kemampuan SDM dalam

Implementasi Sistem

Elektronik Pada Binwasdal Alkes dan PKRT. Pertemuan ini mengundang tenaga
kefarmasian yang ada di rumah sakit dan dinas kesehatan kabupaten/kota dan
provinsi. Pertemuan ini dilakukan agar tenaga kefarmasian yang ada di rumah
sakit dan dinas kesehatan kabupaten/kota dan provinsi dapat melakukan
Binwasdal Alkes dan PKRT melalui system elektronik seperti e report, e info
dll.
-

Sampling Alkes dan PKRT yaitu melakukan sampling beberapa jenis alkes dan
PKRT yang beredar dan digunakan di wilayah Provinsi NTB untuk kemudian diuji
kualitas mutu dan keamanannya di laboratorium.

Pertemuan Advokasi Peningkatan Mutu Pelayanan Kefarmasian dilaksanakan


dengan mengundang apoteker/pengelola obat rumah sakit, puskesmas dan
dinas kesehatan kabupaten/kota. Adapun hasil atau output dari pertemuan ini
adalah tersosialisasinya peran dan tanggung jawab seorang apoteker,
penggunaan obat secara rasional dan terwujudnya pelayanan kefarmasian yang
optimal di saryankes.

Pertemuan Sosialisasi Makanan Jajanan Anak Sekolah diselenggarakan dengan


mengundang para pengawas sekolah dan nakes kabupaten kota serta provinsi.

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

77

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Hasil dari pertemuan ini adalah tersosialisasinya makanan jajanan anak sekolah
yang sehat dan aman di lingkup sekolah dan nakes

c. Meningkatkan kualitas pengelolaan jaminan kesehatan


Tujuan ini ditempuh melalui Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
dengan Sasaran strategis adalah terselenggaranya jaminan kesehatan yang
berkualitas bagi seluruh masyarakat, dengan indikator :
Tabel 3.24.
Pencapaian Indikator Cakupan Masyarakat yang Memiliki JKN
Capain
Tahun 2014
No
Indikator Kinerja
Satuan tahun 2014
Realisasi
% capaian
Target
Cakupan masyarakat
Persen
51
65
1
61,4
94,61
yang memiliki jaminan
kesehatan nasional
Sumber : Seksi Pembiayaan Kesehatan Dinas Kesehatan Prov.NTB, 2015

Kesehatan adalah program prioritas pemerintah Provinsi seperti tercantum dalam


salah satu misinya yakni meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang
berkeadilan, terjangkau dan berkualitas. Sebagai bentuk dukungan terhadap program
prioritas, salah satunya adalah dengan membiayai Penyelenggaraan Jaminan
Kesehatan. Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada awal 2014 terdiri dari
peserta Askes, TNI Polri, Jamsostek dan Peserta Jamkesmas (PBI), namun dengan
berlakunya UU SJSN No 40 tahun 2004 kepesertaan JKN bertambah dengan peserta
dari Penerima Bantuan Iuran Daerah dan pekerja Mandiri (pekerja Bukan Penerima
Upah dan Bukan Pekerja). Bentuk dukungan Pemerintah terhadap program prioritas
ditunjukkan juga dengan mengcover masyarakat dan ibu hamil yang belum memiliki
jaminan kesehatan di Provinsi NTB, yang kemudian dinamakan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) NTB bersama dengan Bupati/Walikota se-Provinsi NTB. Kuota peserta
JKN NTB yang tidak terdaftar dalam kepesertaan Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah
41.376 jiwa dan 90.632 jiwa dari peserta ibu hamil, bayi resiko tinggi dan masyarakat
miskin, sehingga total kepesertaan adalah 132.008 jiwa. Berikut rinciannya :
Tabel 3.25.
Gambaran Kepesertaan Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN
Provinsi NTB Tahun 2015

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

78

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat


NO

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

KABUPATEN /KOTA

KOTA MATARAM
KAB.LOBAR
KAB.LOMBOK UTARA
KAB.LOTENG
KAB.LOTIM
KOTA BIMA
KAB.BIMA
KAB.DOMPU
KAB.SUMBAWA
KSB
PROV NTB

PBI APBN

PBI NTB

138.207
348.356
122.482
432.921
638.952
50.394
220.631
102.638
161.091
43.886
2.259.558

PBI KAB/KOTA

12.083
16.385
5.640
25.364
29.628
4.565
13.275
6.517
14.381
4.170
132.008

5.673
5.540
9.821
1.751
1.423
23.338
1.230
48.776

TOTAL PBI
155.963
370.281
137.943
460.036
668.580
56.382
233.906
109.155
198.810
49.286
2.440.342

Sumber : Seksi Pembiayaan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Adapun rincian peserta Jaminan Kesehatan Nasional secara keseluruhan di


Provinsi NTB baik PBI, Non PBI maupun Non JKN sampai 31 Desember 2015 sebagai
berikut :
Tabel 3.26.
Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional di Provinsi NTB
Tahun 2015
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

KABUPATEN / KOTA
KOTA MATARAM
KAB.LOBAR
KAB.LOMBOK UTARA
KAB.LOTENG
KAB.LOTIM
KOTA BIMA
KAB.BIMA
KAB.DOMPU
KAB.SUMBAWA
KSB
PROV NTB

JUMLAH PENDUDUK
419.641
620.412
205.064
881.686
1.130.365
161.854
628.136
312.125
425.212
166.160
4.950.655

NON PBI
150.065
47.474
15.595
76.420
100.455
40.510
44.199
32.508
60.070
32.574
599.870

PBI
155.963
370.281
137.943
460.036
668.580
56.382
233.906
109.155
198.810
49.286
2.440.342

NON JKN
113.613
202.657
51.526
345.230
361.330
64.962
350.031
170.462
166.332
84.300
1.910.443

Sumber : Seksi Pembiayaan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Dari tabel terlihat jumlah penduduk NTB yang menjadi peserta Jaminan
Kesehatan Nasional adalah 3.040.212 jiwa (non PBI dan PBI) atau 61,4% dari jumlah
penduduk. Capaian 61,4% tahun 2015 apabila dibandingkan dengan target RPJMD
dan Renstra untuk tahun 2015 sebesar 70%, maka pencapaian tersebut masih
dibawah target. Sedangkan secara nasional diharapkan pada tahun 2018 universal
covered atau jumlah masyarakat yang memiliki jaminan kesehatan dapat tercapai
90%. Untuk itu, secara bertahap Dinas Kesehatan Provinsi NTB berusaha mencapai
target tersebut yang tertuang dalam Renstranya.

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

79

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Penyediaan pembiayaan bagi ibu hamil dan bayi resiko tinggi adalah bentuk
komitmen Pemerintah Daerah untuk mendukung penurunan angka kematian ibu dan
bayi. Diharapkan dengan adanya jaminan pembiayaan, masyarakat dapat lebih mudah
mengakses pelayanan kesehatan. Besar dana yang telah disiapkan oleh Pemerintah
Provinsi sebesar Rp.9.545.443.200 untuk masyarakat miskin diluar JKN Pusat.
Sedangkan dana yang disiapkan Pemerintah Provinsi untuk sharing ibu hamil dan bayi
resiko tinggi adalah Rp.10.454.401.200.
Total realisasi dana sharing provinsi dan kab/kota adalah Rp.29.932.324.950 dari
Rp.30.454.245.600 yang ditargetkan karena Kabupaten Bima mengirim 51% dan Kota
Bima 99%. Total iuran peserta PBI NTB yang dibayarkan ke BPJS Kesehatan sampai
dengan tanggal 31 Desember 2015 adalah Rp.25.289.122.525 dengan kuota 125.817
jiwa dari 132.008 jiwa yang ditargetkan. Untuk lebih lengkapnya realisasi dana sharing
JKN NTB dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel.3.27.
Dana Sharing Jamkesmas Provinsi Tahun 2015
NO.

KABUPATEN / KOTA

TARGET
DANA SHARING

REALISASI DANA SHARING YG


SUDAH DITRANSFER KE BKSPJK

1
2

PROVINSI
KOTA MATARAM

19.999.844.400
959.596.650

19.999.844.400
959.596.650

100
100

LOMBOK BARAT

1.249.586.550

1.249.586.550

100

LOMBOK TENGAH

2.017.932.900

2.017.932.900

100

5
6

LOMBOK TIMUR
LOMBOK UTARA

2.254.746.450
439.483.500

2.254.746.450
439.483.500

100

SUMBAWA BARAT

355.162.650

355.162.650

100
100

SUMBAWA

1.220.172.300

1.220.172.300

100

DOMPU

518,267.550

518.200.000

100

10

BIMA

1.066.756.800

544.932.000

51

11

KOTA BIMA

372.695.850

372.600.000

99

30.454.245.600

29.932.324.950

98

JUMLAH

Sumber : Seksi Pembiayaan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Beberapa permasalahan yang menyebabkan target belum tercapai adalah


a. Peserta Mutasi tambah kurang (Cut off) belum berjalan sesuai dengan kesepakatan
bersama.
b. Pemberlakuan kartu berlaku setiap awal bulan
c. Pemberlakuan kartu BPJS untuk peserta mandiri berlaku 14 hari setelah mendaftar
dan kartu jadi.
d. Adanya peraturan BPJS tentang Bayi baru lahir peserta PBI harus masuk master file
meskipun belum lahir (sudah terdaftar saat masih dalam kandungan). Namun
penentuan menjadi peserta PBI harus mendapat rekomendasi dari kementerian
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

80

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

sosial dengan waktu yang tidak jelas, sehingga jika ada bayi yang lahir dengan
kondisi sakit dan harus mendapat perawatan, maka bayi tersebut tidak dapat
terbiayai.
e. Masih rendahnya Peserta JKN di Provinsi NTB disebabkan adanya peraturan direksi
BPJS bahwa peserta JKN mandiri diharuskan mendaftarkan semua orang yang ada
dalam Kartu Keluarga. Hal ini cukup memberatkan masyarakat karena jumlah premi
yang harus dibayar cukup besar, sedangkan kemampuan masyarakat dengan
ekonomi menengah kebawah sangat terbatas.
Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan dan
meningkatkan pencapaian target antara lain :
a. Pertemuan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional Tingkat Provinsi NTB
Kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan kebijakan pengembangan
pembiayaan
Pelaksanaan

kesehatan

dan

jaminan

kesehatan

dan

Program

Penguatan

Jaminan Kesehatan Nasional yang diikuti oleh Lintas Sektor dan

Lintas Program di Tingkat Provinsi NTB, Kepala Dinas Kesehatan dan Direktur
RSUD Kabupaten/Kota se-NTB sebanyak 61 orang.
Pada pertemuan ini regulasi yang terkait pelaksanaan JKN seperti PP no.12
tahun 2013 tentang JKN,

Perpres no.32/2014 tentang pengelolaaan dan

pemanfaatan dana kapitasi JKN di FKTP milik Pemda, Permenkes RI no.19/2014


tentang penggunaan dana kapitasi JKN untuk jasa pelayanan kesehatan dan
dukungan biaya operasional FKTP milik Pemda dapat tersosialisasi. Selanjutnya
pada pertemuan disepakati bahwa sebelum kebijakan atau regulasi dilaksanakan,
BPJS diharapkan melakukan sosialisasi terlebih dahulu.
b. Monitoring dan Evaluasi dalam rangka Advokasi dan Sosialisai Pelaksanaan JKN
2015
Kegiatan ini dilaksanakan di 10 kabupaten/kota dan RS Se-NTB masingmasing 2 kali. Monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap tindak lanjut PKS antara
Pemerintah Daerah dan BPJS Kesehatan tahun 2015, pelaksanaan JKN di
Puskesmas dan RS.
Hasil monev pelaksanaan JKN di Puskesmas diketahui bahwa pelaksanaan
JKN di Puskesmas dan RS berjalan dengan baik. Sedangkan hasil monev terhadap
tindak lanjut PKS antara Pemda dengan BPJS ditemukan bahwa :
- Pemda telah memasukkan iuran jaminan kesehatan bagi penduduk yang
didaftarkan ke dalam DIPA (APBD) TAHUN 2015
- Masa berlaku Perjanjian Kerjasama TMT 1 (satu)-(Januari)-(2015), migrasi data
peserta telah berhasil dilakukan.

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

81

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

- Jumlah data sesuai SK Kepala Daerah Provinsi NTB sesuai dengan data yang
sudah masuk ke BPJS sampai dengan tanggal 31 Desember 2014.
- Identitas peserta by name, by address, by NIK
- Mutasi tambah/kurang peserta dgn mekanisme cut off per tanggal 25 bulan
berjalan untuk didaftarkan sebagai peserta aktif pada tanggal 1 bulan berikutnya.
Kecuali untuk kasus-kasus yang membutuhkan pelayanan faskes lanjutan.
- Tahapan pembayaran iuran sesuai perjanjian kerjasama telah dilaksanakan
dengan tertib
Sebagai tindak lanjut dari hasil monitoring dan evaluasi dibentuk tim pertimbangan
klinis yang melibatkan kedua belah pihak dan unsur terkait lainnya.
c. Pertemuan Diseminasi Pola Pembayaran Jaminan Kesehatan Nasional di Provinsi
NTB tahun 2015
Pertemuan diseminasi bertujuan untuk membuat rencana tindak lanjut
pelaksanaan

JKN

dan

rencana

tahun

2016,

mensosialisasikan

kebijakan

pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan terkait regulasi tarif


baru serta penguatan pelaksanaan JKN. Pertemuan ini melibatkan Lintas Sektor dan
Lintas Program di Tingkat Provinsi NTB, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
dan Pengelola JKN Kab/Kota sebanyak 30 orang.
Hasil pertemuan disepakati tentang :
-

pokok-pokok fungsi pembiayaan kesehatan, melliputi biaya yang diperlukan,


dana yang dibelanjakan, cara pembayaran, penganggaran, menetapkan apa
yang dibiayai, Evaluasi efektivitas, efisiensi, sustainability pembiayaan dan Politik
pembiyaaan kesehatan (sosialisasi &advocacy)

Peserta JKN, kepesertaan PBI (PBI APBN sebanyak 86.425.565 Jiwa dan PBI
APBD sebanyak 10.365.336 jiwa), kepesertaan bukan penerima upah sebanyak
12.379.596 jiwa, Pekerja penerima upah (PNS,TNI, Polri, Swasta, BUMN)
sebanyak 31.362.764 jiwa dan Bukan pekerja sebanyak 4.895.635 jiwa.

Penguatan suplai pelayanan Kesehatan di fasilitas kesehatan yaitu dengan


Penguatan SDM Kesehatan dengan cara Perencanaan Tenaga SDM Kesehatan,
Pemenuhan SDM Kesehatan

terutama Tim Based (Tim Nusantara Sehat),

Internsip Dokter, Pegawai Tidak Tetap serta Pelatihan Aparatur dan Tenaga
Kesehatan.
-

Pokok Penyesuaian Yang Saat Ini Sedang Dilakukan yakni Optimalisasi


penerapan kapitasi,Solusi masalah kapitasi di DTPK, Kepulauan & Pegunungan,
Perdesaan,

melakukan

Eliminasi

konterproduktif

kapitasi

dengan

UKM,

Sinergitas UKM dan UKP dalam kapitasi, Pembobotan lebih fair jaspel menurut
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

82

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

kategori nakes, Perluasan pemanfaatan kapitasi (dukungan opr) dan Penguatan


strukturisasi sistem rujukan
d. Pertemuan evaluasi JKN tahun 2015
Tujuannya untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan JKN, menginventaris jumlah
FKTP dan FKTR yang telah bekerjasama dengan BPJS serta kesiapan pendanaan
program JKN tahun 2016 oleh Pemprov dan Pemkan/Pemkot. Kegiatan tersebut
melibatkan Lintas Sektor dan Lintas Program di Tingkat Provinsi NTB, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Pengelola JKN Kab/Kota sebanyak 30 orang.
Pada pertemuan disepakati beberapa hal pokok yakni :
-

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan harus diikuti dengan pembenahan sistem


pelayanan kesehatan, mencakup pengembangan faskes, penguatan sistim
rujukan, pengembangan akreditasi faskes, pengembangan SDM, farmasi, alkes,
standarisasi biaya dan tariff serta penyusunan regulasi

Efisiensi dan efektifitas sistim pelayanan kesehatan terutama sistim rujukan


melalui penyusunan pedoman sistim rujukan, penerapan insentif dan disinsentif
pada faskes, serta pengawasan dan pembinaan sistim rujukan

Pengelolaan data PBI bagi peserta yang mengalami perubahan satus dengan
cara penyampaian usulan perubahan oleh peserta ke Dinas Sosial dan Catatan
Sipil yang selanjutnya diteruskan ke Kemensos RI dan Kemenkes RI, kemudian
Kemenkes RI menyampaikan peubahan tersebut ke BPJS untuk ditindaklanjuti.

Pertemuan tersebut juga menyepakati tentang kepesertaan Penerima Bantuan


Iuran (PBI) masyarakat miskin NTB yang menunggu SK pemimpin daerah dan
melakukan vervali data JKN NTB untuk penggantian status kepesertaan.

Selain indikator kinerja sasaran tersebut diatas diuraikan juga indikator kinerja kegiatan
sebagai pendukung Pencapaian Kinerja Sasaran yang dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan termasuk 5 UPTD Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai
berikut :
1. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat
Urusan Kesehatan yang diselenggarakan pada Dinas Kesehatan melalui 12 program
pokok dan 22 kegiatan, sebagaimana tabel berikut.

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

83

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tabel 3.28.
Indikator Kinerja Kegiatan Urusan Kesehatan
Pada Dinas Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015
NO.
A.

PROGRAM

SASARAN
PROGRAM

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA


KEGIATAN

URAIAN

TARGET

REALISASI

Pengadaan
obat dan
Perbekalan
Kesehatan

Jenis bahan
obat-obatan
yang diadakan

1 paket
33jenis

1 paket
23 jenis

Peningkatan
pemerataan
obat dan
perbekalan
kesehatan
Peningkatan
Kesehatan
Masyarakat

Jumlah/Jenis
sarana
pendukung
obat yang
didakan
Peserta
pertemuan
koordinasi
- Tim Kerja
TPKJM
- Tim Kerja
Sarkes CTKI
- Tim Kerja
Kesja
- sistim
rujukan
yankes

1 paket
46 item

1 paket
46 item

20 org

20 org

25 org

25 org

15 org

15 org

15 org

15 org

Laporan hasil
koordinasi
Mobil
ambulance
yang
diserahkan
kepada
masyarakat
Bangunan
MCK yang
diserahkan
kepada
masyarkat
Perahu Puskel
yang
diserahkan ke
masyarakat

5 Laporan

5 Laporan

1 unit

1 unit

1 unit

1unit

1 unit

1 unit

25 org

25 org

1 Laporan

1 Laporan

Dinas Kesehatan
1

2.

Obat Dan
Perbekalan
Kesehatan

Upaya
Kesehatan
Masyarakat

Meningkat
nya kuantitas
dan kualitas
obat dan
perbekalan
kesehatan
bagi
masyarakat

Meningkat
nya kualitas
layanan
kesehatan
dasar
masyarakat

Pembinaan
dan fasilitasi
kesehatan
remaja

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

Peserta
evaluasi
pelaksanaan
SKB
Kesehatan
Remaja Tk
provinsi
Laporan
evaluasi
pelaksanaan

84

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

NO.

3.

PROGRAM

Promosi
Kesehatan
dan
Pemberdayaa
n Masyarakat

SASARAN
PROGRAM

Meningkat
nya kapasitas
masyarakat
dalam
membangun
kesehatan
mandiri

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA


KEGIATAN

URAIAN

TARGET

REALISASI

SKB Program
Kesehatan
Remaja
Buku
pedoman
kelas remaja
yang dicetak

40 jenis

40 jenis

200 jilid

200 jilid

20 set

20 set

10
kab/kota

10 kab/kota

3 unit

3 unit

1 kali

0 kali

1 th

0 th

Laporan hasil
kegiatan NTB
Expo
Petugas
supervisi ke
kab/kota

1 laporan

0 laporan

10 orang

10 orang

Kab/kota yang
dibina dan
disupervisi

10
kab/kota

kab/kota

Laporan hasil
pembinaan ke
Kab/Kota
Jumlah nakes
dinilai untuk
nakes teladan

10 laporan

10 laporan

12 org

12 org

Format catpor
kesehatan
remaja yang
dicetak
Kit PKPR yang
diadakan
Kegiatan
monev
Puskesmas
PKPR
Laptop untuk
reward
puskesmas
PKPR
Pengembang
Pameran NTB
an Media
Expo yang
Promosi Dan
diikuti
Informasi
Sadar Hidup
Bahan
Sehat
pameran dan
bahan kimia
yang diadakan

Monitoring;
Evaluasi Dan
Pelaporan

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

85

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

NO.

PROGRAM

SASARAN
PROGRAM

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA


KEGIATAN

URAIAN

Pengemb.
Upaya
Kesehatan
Bersumber
Masyarakat
(Seperti
Posyandu,
Polindes, Dan
Uks) Dan
Generasi
Muda

Kader
posyandu
yang
mendapat
insentif

Peningkatan
dan pengemb.
PHBS

Peserta
pertemuan
LP/LS
pembinaan
dan Evaluasi
Kinerja Desa
PHBS dan
UKS
Hasil
pembinaan
dan evaluasi
kinerja desa
PHBS dan
fasilitasi PHBS
anak sekolah
Kab/kota yang
dilakukan
pembinaan
dan evaluasi
kinerja desa
PHBS
Kab/kota yang
dilakukan
pembinaan
dan fasilitasi
PHBS anak
sekolah
Dai Lapangan
yang dilatih/
diberikan
pembekalan
Laporan
pembekalan
dai lapangan
Baju seragam
dai kesehatan
lapangan yang
diadakan

Penguatan
Kapasitas
Desa Siaga

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

TARGET

REALISASI

1 th
9.997org

1 th
9.997org

20 org

20 org

2 laporan

2 laporan

10
kab/kota

10 kab/kota

10
kab/kota

10 kab/kota

30 orang

30 orang

1 laporan

1 laporan

30 orang

30 orang

86

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

NO.
4.

5.

PROGRAM
Perbaikan
Gizi
Masyarakat

Pengembang
an
Lingkungan
Sehat

SASARAN
PROGRAM
Meningkat
nya Kualitas
Gizi
Masyarakat

Meningkat
nya Kualitas
Lingkungan

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA


KEGIATAN

URAIAN

TARGET

REALISASI

Penanggulang
an Kurang
Energi Protein
(KEP);
Anemia Gizi
Besi;
Gangguan
Akibat Kurang
Yodium
(GAKY);
Kurang
Vitamin A;
dan
Kekurangan
Zat Gizi Mikro
Lainnya

Buffer Kapsul
Vit.A Merah,
Biru dan
Iodina test
yang diadakan

1 paket

1 paket

Monev
pemberdayaa
n masyarakat
untuk
pencapaian
KADARZI

2 kali

2 kali

Pemberdaya
an
masyarakat
untuk
pencapaian
keluarga
sadar gizi

Buku bina
keluarga sehat
yg dicetak
Buku panduan
program aksi
gen yang
dicetak
Calon
supervisor
program aksi
mahasiswa
untuk GEN
yang dibekali
Laporan
Sosialisasi
program GEN
di kabupaten
Printer untuk
sekretariat
GEN
Jumlah
peserta
pertemuan
- teknis GEN
-teknis tk kab
-pel data kab
Rakor tim
lapangan
diadakan
Web GEN
diadakan

200 buku

Buku

2500 buku

Buku

48 orang
4 Kab

Orang
4 Kab

1 laporan

1 laporan

1 unit

1 unit

KK yang
menggunakan
air bersih

monitoring
sarana akses
air bersih
Laporan hasil

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

3 kl/75 0rg
3 kl/60 org
1 kl/50 org
1 kali
10 desa
1 pkt
1 kali,
@ 2 org,
10
kab/kota
1 laporan

3 kl/75 org
3 kl/60 org
1 kl/50 org
1 kali
10 desa
1 pkt
1 kali,
@ 2 org,
10 Kab/Kota
1 laporan

87

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

NO.

PROGRAM

SASARAN
PROGRAM
Menurunnya
kasus
kesakitan
akibat
penyakit
berbasis
lingkungan

6.

Pencegahan
dan
Penanggula
ngan
Penyakit
Menular

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA


KEGIATAN

KK yang
menggunkana
jamban
memenuhi
syarat

Menurunnya
resiko
penularan
penyakit
pada daerah
bencana

Sarana
tempat umum
yang
mmenuhi
persyaratan
kesehatan

Menurunnya
Jumlah
Penyakit
Menular

Pelayanan
Vaksinasi
Bagi Balita
Dan Anak
Sekolah

URAIAN

TARGET

REALISASI

monitoring
Anggota Tim
Pemicuan
desa

10 kali,
100 desa

10 kali
100 desa

1 laporan

1 laporan

2 unit
(dompu
dan KSB)

2 unit
(Dompu dan
KSB)

1 kali,
@2 org,10
kab/kota
4 kl/100 ds
6 kl/100 ds

1 kali,
@2 org,
10 kab/kota
4 kl/ 100 ds
6 kl/100 ds

1 kali,
@1 org
10
kab/kota
1 kali,
@2 org,
10
kab/kota
20 org

1 kali,
@1 0rg,
10 kab/kota

1 th

1 th

25.000 box
30.000 box
7.000 box
1 kali,
@1 org
10
kab/kota
1 kali
@ 1 org
10
kab/kota
1 kali
5 kab

25.000 box
30.000 box
7.000 box
1 kali
@1 org
10 kab/kota

1 th
40 box
1 th

1 th
40 box
1 th

Laporan hasil
pemicuan
desa
Kendaraan
roda 3
diserahkan
kepada
masyarakat
Monevkegiatan
- BASNO
- pemicuan
-pemicuan
Tk kec
Bintek klinik
sanitasi yang
dilaksanakan
Monev
sanitasi
tempat umum
Peserta
koodinasi
LP/LS
kegiatan
Injection Polio
Vaksin
ADS/alat
suntik yang
diadakan
ADS 0,05 ml
ADS 0,5 ml
ADS 5 ml
Mapping desa
UCI

Bimtek monev
program
imunisasi
Pencegahan
Penularan
Penyakit
Endemik/
Epidemik

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

Daerah
transmigrasi
yang dibina
Reagen TB
yang diadakan
Stik RDT

1 kali,
@2 org,
10 kab/kota
20 org

1 kali
@1 org
10 kab/kota
1 kali
5 kab

88

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

NO.

PROGRAM

SASARAN
PROGRAM

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA


KEGIATAN

Peningkatan
surveilance
Epidemiologi
dan
Penanggulang
an wabah

Peningkatan
Dan
Penanggulang
an KLB
Bencana

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

URAIAN

TARGET

REALISASI

Malaria yg
diadakan
Reagen VDRL
yang diadakan
Reagen TPHA
yang diadakan
Alat sero
survei yang
diadakan
Laporan hasil
survey
Buku
monitoring
faktor resiko
Penyakit Tidak
Menular
(PTM) dicetak
Jumlah
pemeriksaan
sampel di
laboratorium
Peserta
Internal Tim
TGC Tk
Provinsi dan
Kab/Kota yang
hadir
Buku
pedoman
penanggulana
gn KLB yang
dicetak
Agenda kerja
sulvailens,
KLB dan
bencana yang
dicetak
Bimtek hasil
analisis faktor
resiko
peningkatan
penyakit
menular/
Surveilans
epidemiologi
Logistik
penanggulang
an KLB
diadakan
Makanan dan
minuman bagi
pengungsi dan
petugas di
posko
kesehatan
bencana yang

250 test

250 test

1 th
15 vial
1 th
2 kit
1 th

1 th
15 vial
1 th
2 kit
1 th
15 jenis

1 laporan

1 laporan

1 pkt

1 pkt

1 th

1th
1.204
sampel

2 kali
@30 org

2 kali
@ 30 org

50 buku

50 buku
2 jenis

70 bh

70 bh

1 kali,
@1 org
10
kab/kota
1 laporan

1 kali,
@ 1 org
10 kab/kota
1 laporan

1 th
1 jenis

1th
1 jenis

1 th

1 tahun

89

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

NO.

7.

8.

9.

10.

PROGRAM

Pengadaan,
peningkatan
sarana dan
prasarana
rumah
sakit/rumah
sakit
jiwa/rumah
sakit
paru/rumah
sakit mata
Kemitraan
peningkatan
pelayanan
kesehatan

Peningkatan
Pelayanan
Kesehatan
lansia

Peningkatan
keselamatan
ibu
melahirkan

SASARAN
PROGRAM

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA


KEGIATAN

Pengelolaan
obat yang
baik di
instalasi
farmasi
provinsi

Pembangun
an gudang
obat/apotik

Meningkat
nya status
kesehatan
masyarakat
miskin

Kemitraan
ansuransi
kesehatan
masyarakat

Meningkat
nya
efektivitas
pelayanan
kesehatan
lansia

Menurunnya
angka
kematian ibu
dan bayi

Pelayanan
pemeliharaan
kesehatan

Pelayanan
kesehatan ibu
dan anak

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

URAIAN

TARGET

REALISASI

4 orang/
12
kejadian

4 orang/
8 kejadian

12 laporan
(12 kali
turun)

5 laporan
(5 kali turun)

1 unit
192 m2

1 unit
192 m2

61 orang

61 orang

Manlak JKN
yang dicetak

1 th

Jumlah
petugas
secretariat
JKN Prov dan
kab/Kota
Frekuensi
pembinaan
Kelompok
lansia

45 orang

Tidak
terealisasi
karena tidak
ada juknis
dari
Kemenkes
RI
43 orang

12 kali

12 kali

Lansia Kit
yang diaakan
Jumlah catpor
lansia dicetak
Jumlah KMS
lansia dicetak
Bidan Peserta
Pelatihan
PPGDON

25 pkm

25 pkm

154 pkm

154 pkm

2627 lbr

2627 lbr

20 orang

20 orang

tersedia
Jumlah
petugas
kab/Kota dan
Puskesmas
dalam
penanggulang
an KLB
Laporan hasil
penanggulang
an bencana
KLB
Gudang obat
yang dibangun

Peserta
sosialisasi
JKN

90

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

NO.

PROGRAM

SASARAN
PROGRAM

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA


KEGIATAN

URAIAN

TARGET

REALISASI

Laporan hasil
pelatihan
Buku KIA
yang dicetak
Modul
pelatihan yang
dicetak
Kartu ibu yang
dicetak
Agenda Bidan
desa yang
dicetak
Kohor ibu
yang dicetak
Peserta
pertemuan ,
Bidan
coordinator
dan Bidan
Desa se prov
NTB
Peserta
rakerkesda

1 laporan

1 laporan

20.000
buku
20 paket

20.000 buku

35.000
buku
500 buku

35.000 buku

1.170 buku

1.170 buku

280 orang

280 org

73 orang
10
kab/kota

40 orang

Tidak
terealisasi
karena
perubahan
jadwal
sehingga
waktu tidak
cukup untuk
dilaksanakan
akibat
kejadian
force majeur
(letusan
anak rinjani)
31 org

47 orang
1 unit

46 org
1 unit

1 dokumen

1
dokumen

30 orang

30 orang

dan anak

11.

Kebijakan
dan
Manajemen
Pembangun
an
Kesehatan

Meningkat
nya Kualitas
Kesehatan
Masyarakat

Pengemb.
sistem perenc.
dan
penganggaran
pelaksanaan
dan
pengendalian,
pengawasan
dan
penyempurnaan administrasi
keuangan,
serta hukum
kesehatan
Peserta
pertemuan
DHA
Pserta MPU
Laptop SImda
APBD yang
diadakan
Pengembang
Profil
an sistem
Kesehatan
informasi
yang disusun
kesehatan
daerah
Peserta
pertemuan
evaluasi
Sistem
Informasi
Kesehatan
Daerah
(SIKDA)

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

20 pkt

500 buku

91

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

NO.

12.

PROGRAM

Sumber
Daya
Kesehatan

SASARAN
PROGRAM

Meningkat
nya Kualitas
SDM
Kesehatan

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA


KEGIATAN

Pemenuhan
Kebutuhan
Tenaga
Kesehatan
Terutama
Untuk
Pelayanan
Kesehatan Di
Puskesmas
Dan
Jaringannya
Serta Rumah
Sakit
Kab/Kota
Terutama
Didaerah
Terpencil Dan
Bencana
Termasuk
Desa Siaga

Pembinaan
Tenaga
Kesehatan
Termasuk
Pengembang
an Karir
Tenaga
kesehatan

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

URAIAN

TARGET

REALISASI

Jasa internet
yang dibayar
Dokumen
analisis
jabatan dan
analisis beban
kerja

1 th

1 th

1 dokumen

1 dokumen

Dokter/dokter
gigi PTT yang
ditempatkan
Dokter/dokter
gigi PTT yang
dipulangkan
Peserta
pertemuan
Koordinasi
pengelola
SDMK

81 orang

22 0rg orang

18 orang

18 orang

33 orang

33 orang

Peserta
sosialisasi/des
iminasi
program tugas
belajar
Peserta rapat
koordinasi
KIDI provinsi
Pembekalan
dan
pemberangkat
an peserta
intersip
Peserta
akreditasi
pelatihan
Bimtek dan
supervisi

20 orang

20 org

25 orang

25 orang

4 kali

3 kali

40 orang

40 org

25
pelatihan

16 pelatihan

92

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

NO.

PROGRAM

SASARAN
PROGRAM

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA


KEGIATAN

URAIAN

TARGET

REALISASI

15 org

15 org

12 orang

12 orang

2 kali
4 kab/kota

2 kali
4 kab/kota

akreditasi
pelatihan
Peserta rakor
hasil kegiatan
bimtek dan
supervis
akreditasi
pelatihan
Nakes,
Dokter/dokter
gigi,
nutrisionis,
bidan perawat
dan kesmas
teladan yang
mendapat
reward
Monev
pelayanan
pemeriksaaan
kesehatan
mata

2. UPTD Balai Kesehatan Mata Masyarakat


Urusan Kesehatan yang diselenggarakan pada UPTD Balai Kesehatan Mata
Masyarakat melalui 4 program pokok dan 9 kegiatan, sebagaimana tabel berikut.
Tabel 3.29.
Indikator Kinerja Kegiatan Urusan Kesehatan
Pada Balai Kesehatan Mata Masyarakat Tahun 2015
NO.

PROGRAM

SASARAN PROGRAM

KEGIATAN

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA


URAIAN

1.

Upaya
Kesehatan
Masyarakat

Meningkatnya
Pelayanan
Kesehatan
Masyarakat

Pengadaan
peralatan
dan
perbekalan
kesehatan
termasuk
obat
generik
esensial

Penyediaan
biaya ope rasional dan
pemelihara

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

Obat dan
BHP mata
yang
diadakan
Bahan kimia
dan bahan
habis pakai
untuk operasi
dalam gedung
yang
diadakan
Dokter
Spesialis
Mata dan
THT yang

TARGET

REALISASI

60 jenis
350 orang

60 jenis
350 orang

62 jenis
350 orang

62 jenis
350 orang

1 orang

1 orang

93

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat


NO.

PROGRAM

SASARAN PROGRAM

KEGIATAN

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA


URAIAN

an

2.

3.

Pelayanan
Kesehatan
Penduduk
Miskin

Pengadaan;
Peningkatan
Sarana
Dan
Prasarana
Rumah
Sakit/Rumah
Sakit
Jiwa/Rumah
Sakit
ParuParu/Rumah
Sakit Mata

Meningkatnya
Pelayanan
Kesehatan
untuk
Penduduk
Miskin

Meningkatnya
Kualitas
Pelayanan
Kesehatan

Pelayanan
Operasi
Katarak

Pengadaan
Alat-Alat
Kesehatan
Rumah
Sakit

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

dibiayai
Residen
dokter
spesialis mata
yang biayai

TARGET

REALISASI

1 orang

1 orang

Bintek
pelayanan
mata yang
dilaksanakan

2 kali
4 kab/kota

2 kali
4 kab/kota

Monev
pelayanan,
pemeriksaan
kesehatan
Mata
Bahan kimia
dan bahan
habis pakai
untuk
pelaksanaan
operasi
katarak yang
diadakan
Bahan kimia
dan bahan
habis pakai
untuk
pelaksanaan
operasi
katarak yang
diadakan
Penjaringan
refraksi yang
dihasilkan
Evaluasi hasil
refraksi yang
didapatkan
Slip lamp
yang
diadakan

2 kali
4 kab/kota

2 kali
4 kab/kota

47 Jenis
150 orang

47 Jenis
150 orang

58 Jenis
150 orang

58 Jenis
150 orang

1 th
80 orang

1 th
80 orang

1 th
80 dok

1 th
80 dok

1 unit

1 unit

Alat catarak
chalazion &
hordeolum set
yang
diadakan
Alat snellen
projector yang

1 paket

1 paket

1 buah

1 buah

94

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat


NO.

PROGRAM

SASARAN PROGRAM

KEGIATAN

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA


URAIAN

Pengadaan
BahanBahan
Logistik
Rumah
Sakit

4.

5t

5.

Pemeliharaan
Sarana
Dan
Prasarana
Rumah
Sakit/Rumah
Sakit
Jiwa/Rumah
Sakit
ParuParu/ Rumah
Sakit Mata

Kemitraan
peningkatan
pelayanan
kesehatan

Meningkatnya
Kualitas
Pelayanan
Kesehatan

Terlayaninya
pasien dengan
baik

Pemelihara
an
Rutin/
Berkala
Ruang
Operasi

Pemelihara
an rutin/
berkala
alat
kesehatan
Kemitraan
alih
teknologi
kedokteran
dan
kesehatan

diadakan
Tensimeter
yang
diadakan
Steteskop
yang
diadakan
Bahan obatobatan dan
bahan habis
pakai Mata
dan THT
untuk
pelaksanaan
operasi yang
diadakan
Ruangan
operasi yang
dikultur
(disterilisasi)
Ruang rekam
medic
dibangun
Ruang rekam
medic yang
dibangun
Plang nama
yg dibuat
alat-alat
kedokteran
mata dan
THT yang
dipelihara
Alat
kedokteran
yang
dipelihara
Hasil Study
banding yang
dilaksanakan

TARGET

REALISASI

5 buah

5 buah

7 buah

7 buah

52 Jenis
310 orang

52 Jenis
310 orang

310 orang
310 orang
1 ruangan
3 kali
50 m2

1 ruangan
3 kali
50 m2

1 unit
35 m2

1 unit
35 m2

1 unit

1 unit

1 buah

1 buah

12 kali

12 kali

1 th
5 bh

1 th
5 bh

1 dok

1 dok

Sumber : UPTD BKMM Mataram - Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Pada tahun 2015, Balai Kesehatan Mata Masyarakat telah melayani pasien
sebanyak 23.047 orang dari 15.000 yang ditargetkan. Bila dibandingkan dengan
pelayanan tahun 2014 sebanyak 22.610 orang, terjadi penurunan sebesar persen.
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

95

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Khusus operasi katarak yang dilaksanakan baik di dalam dan di luar gedung sebanyak
2.075 orang dibanding tahun 2014 sebanyak 952 orang. Secara lengkap capaian
indikator kinerja, sebagaimana tabel berikut.
Tabel 3.30.
Capaian kinerja indikator program BKMM Tahun 2014-2015
No.
1.

2.
3.
4.
5.

Indikator Program
Sterilisasi kultur
peralatan medis dan
ruangan
Cakupan skreening
penyakit mata
Cakupan operasi
katarak
Cakupan kunjungan
Cakupan Operasi
pterygium dan operasi
lainya

Satuan

2014

2015

Kali

Target
4

Realisasi
3

Orang

1.650

2.000

1.650

Orang

1.052

1.500

2.075

Orang

22.610

20.000

23.047

Orang

357

500

200

Sumber : UPTD BKMM Mataram - Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Pada tahun 2015, BKMM melakukan kerja sama dalam pelayanan dengan
berbagai pihak antara lain dengan melaksanakan screening penderita katarak
dibeberapa RSU dan puskesmas, antara lain: Puskesmas pemenang, Lombok Utara;
Puskesmas Labuapi-Lombok Barat; Puskesmas Praya-Lombok Tengah; Puskesmas
Aikmel-Lombok Timur; RSUD Sondosia Kab.Bima; Puskesmas Sumbawa Barat, RSUD
Provinsi Sumbawa. Jumlah pasien yang di screenig sebanyak 2000 Orang.
Disamping itu BKMM melaksanakan Operasi Katarak dalam kegiatan Bakti
Sosial Bersama dengan DKK (dana kemanusiaan kompas ) yang dilakukan di kab/kota
se Nusa Tenggara Barat kecuali Mataram dan Lombok Barat sebanyak 1.200 Orang,
PERBANAS yang di lakukan di Kabupaten lombok Tengah sebanayak 30 Orang,
WALUBI/KODAM yang dilakukan di Purwakarta Jawa Barat sebanyak 591 orang,
WALUBI/KODAM yang dilakukan di Jombang Jawa Timur sebanyak 1000 Orang dan
dalam rangka Hari Kesehatan Nasioanl yang di adakan di Sumbawa Besar sebanyak
180 Orang.

3. UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Pulau Lombok


Urusan Kesehatan yang diselenggarakan pada UPTD Balai Laboratorium Kesehatan
Pulau Lombok melalui 3 program pokok dan 5 kegiatan, sebagaimana tabel berikut.

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

96

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tabel 3.31
Indikator Kinerja Kegiatan Urusan Kesehatan
Pada Balai Laboratorium Kesehatan Pulau Lombok Tahun 2015
NO.

1.

2.

PROGRAM

SASARAN
PROGRAM

KEGIATAN

Obat dan
Perbekalan
Kesehatan

Meningkatnya
Pelayanan
Kesehatan
pada
Masyarakat

Pengadaan
Obat dan
Perbekalan
Kesehatan

Upaya
Kesehatan
Masyarakat

Meningkatnya
Pelayanan
Kesehatan
Dasar
Masyarakat

Pengadaan
Peralatan
Dan
Perbekalan
Kesehatan
Termasuk
Obat Generik
Esensial

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA


URAIAN

TARGET

REALISASI

Item bahan obatobatan /


reagensia dan
alat laboraturium
habis pakai untuk
pemeriksaan
hasil laboratorium
yang diadakan
Radiologi X Ray
yang diadakan

3225 item

3204 item

1 unit

1 unit

Defiblrilator yang
diadakan
Electrical Safety
yang diadakan
Vital Sign
Simulator yang
diadakan
Temperatur and
Presure Logger
yang diadakan
Anak timbangan
1 5 kg yang
diadakan
Anak timbangan
1 mg 2 kg yang
diadakan
Analitik balance
yang diadakan

1 unit

1 unit

1 unit

1 unit

1 unit

1 unit

1 unit

1 unit

1 set

1 set

1 set

1 set

1 unit

1 unit

Digital Hygro
yang diadakan

1 unit

1 unit

Thermometer
digital yang
diadakan
Gas Flow
analyzer

1 unit

1 unit

1 unit

1 unit

O2 meter yang
diadakan

1 unit

1 unit

Spectrophotometer
yang diadakan

1 unit

1 unit

Alat ukur dan alat


kerja ATEM yang
diadakan
Digital
Stopwatch yang
diadakan

1 set

1 set

1 unit

1 unit

97

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

NO.

SASARAN
PROGRAM

PROGRAM

KEGIATAN

Peningkatan
kesehatan
masyarakat
3.

Standarisasi
pelayanan
kesehatan

Meningkatnya
Kualitas
Pelayanan
Kesehatan
Masyarakat

Penyusunan
Standar
Pelayanan
Kesehatan

Evaluasi dan
pengembanga
n standar
pelayanan
kesehatan

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA


URAIAN

TARGET

REALISASI

Petugas
laboratorium
puskesmas yang
dilatih
Iuran Komite
Akreditasi
Laboratorium
Kesehatan
(KALK) yang
dibayarkan
Jasa pengawasa
Akkreditasi ISO
17025-2005 yang
dibayarkan

60 org

20 org

1 th

1 th

1 org

1 org

Jasa Nara sumber


Akkreditasi Tim
penilai akreditasi
dari KAN yang
dibayar
Publikasi dan
promosi BKLM
Pulau Lombok

3 org

3 org

1 th
2 kali

1 th
,1 kali

1 th

1 th

Iuran Komite
Akreditasi
Nasional (KAN)
yang dibayarkan
Sumber : UPTD BalabKes Pulau Lombok - Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Pada tahun 2015 UPTD Balabkesmas Pulau Lombok telah memberikan


pelayanan pemeriksaan kesehatan pada 6 bidang pemeriksaan, yaitu pemeriksaan
Hematologi 3.426 sampel, Kimia Klinik 16.298 sampel, Mikrobiologi 4.762 sampel dan
Imunoserologi

3.426

sampel, toksikologi 3.391 sampel, kimia kesehatan 11.555

sampel. Pemeriksaan yang dilaksanakan karena adanya kerjasama Balai Laboratorium


Kesehatan Masyarakat Pulau Lombok dengan instansi pemerintah maupun swasta
bidang kesehatan untuk melakukan pemeriksaan, sementara bidang Kimia Kesehatan
karena adanya peningkatan permintaan pemeriksaan sampel air dan udara. Jumlah
pelayanan laboratorium berdasarkan jumlah parameter yang diperiksa masing-masing
bidang pemeriksaan, sebagaimana tabel berikut.

Tabel 3.32.
Jumlah Pelayanan Laboratorium berdasarkan Jumlah Parameter
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

98

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Yang Diperiksa Masing-masing Bidang Pemeriksaan


pada Balabkesmas Pulau Lombok Tahun 2014-2015
B.

No.

Bidang Pemeriksaan
Hematologi
Kimia Klinik
Mikrobiologi
Imunoserologi
Toksikologi
Kimia Kesehatan
Pemeriksaan
Laboratorium
Pengabdian Masyarakat
Pemeriksaan Mobil Keliling
JUMLAH

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

2015

2014
3.560
15.361
5.980
3.617
2.174
12.722
575

Target
3.979
16.896
4.995
3.979
2.283
10.406
250

Realisasi
3.426
16.298
4.762
3.426
3.391
11.555
200

43.328

42.788

43.040

Sumber : UPTD BalabKes Pulau Lombok - Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Jumlah kunjungan pasien ke BLKM tahun 2015 sebanyak 4.743 orang lebih
tinggi dibanding pada 2014 sebanyak 4.680 orang. Meningkatnya jumlah kunjungan
disebabkan pada tahun 2015 pemeriksaan kimia kesehatan dan toksikologi meningkat
cukup signifikan karena ada kewajiban setiap usaha dan kegiatan yang mempunyai
limbah produksi harus diperiksa di Laboratorium yang terakreditasi Internasional (ISO
17025-2008) dan BLKM Pulau Lombok adalah Laboratorium Penguji yang satusatunya terakreditasi ISO 17025-2008 di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sementara
untuk pemeriksaan toksikologi meningkat karena BLKM Pulau Lombok merupakan
laboratorium yang ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan RI sebagai Laboratorium
pemeriksa projustisia/ Narkoba di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Capaian indikator
kinerja program pada Balabkesmas Pulau Lombok Tahun 2015, sebagaimana tabel
berikut.
Tabel 3.33.
Capaian Kinerja Indikator Program Balabkesmas
Pulau Lombok Tahun 2014-2015
2015
No.
1.
2.
3.
4.

Indikator Program

2014

Kunjungan pasien
Parameter pelayanan
laboratorium
Pelayanan medis terbatas
Pelayanan radiologi

Target

Realisasi

4.680

5.147

4.743

44.890

42.788

43.040

733

650

620

168

370

361

Sumber : UPTD BalabKes Pulau Lombok - Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Pada tahun 2015, BLKM Provinsi NTB juga melaksanakan pendidikan dan
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

99

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

pelatihan secara internal dan eksternal yang meliputi proses fasilitasi institusi
pendidikan dalam mendidik siswa atau mahasiswa maupun tenaga laboratorium
pemerintah ataupun swasta dalam bentuk:
- Praktik kerja lapangan (PKL) kerjasama dengan Poltekes, Unizar, Stikes Yarsi,
UNW, AMM, SMK Yarsi, STTL Mataram, Unram, Unmuh dan Medica Farma
Husada.
- On job training (OJT). Bimbingan pada semua tenaga laboratorium puskesmas se
Kota Mataram, jumlah peserta

20 orang selama 3 hari dan pada UPTD

Laboratorium , 4 orang dari Balai Lingkungan Hidup Lombok Barat serta 25 (dua
puluh lima) Tenaga Laboratorium Puskesmas se Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Yang dari swasta dari Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan sejumlah 5 orang.
Sementara untuk Pendidikan dan Pelatihan Eksternal BLKM P.Lombok telah
melaksanakan peningkatan mutu tenaga Teknik dan Administrasi sebanyak 6 orang
melalui magang di Balai Laboratorium Kesehatan diluar provinsi maupun di Provinsi
NTB seperti Pemantapan Mutu Eksternal di Jakarta, pelatihan Uji Profisiensi untuk
persiapan Laboratorium Kalibrasi, Pelatihan pembuatan Reagen Ziehl Neelsen BBLK
Jawa Barat - pelatihan fasilitator Mikroskopis TB di BBLK Jawa Barat, Pelatihan
Pengolahan limbah lingkungan di UGM Jogjakarta, Pelatihan K3. Untuk mengetahui
kepuasan pelanggan, BLKM juga melakukan survey Survey Kepuasan Pelanggan,
diperoleh hasil survey indeks kepuasan masyarakat sebesar 72,00 masuk dalam
kategori baik sehingga

masih diperlukan peningkatan pelayanan untuk lebih

meningkatkan kepuasan pelanggan, seperti tindak lanjut masukan pelanggan yang


bersifat membangun.
4. UPTD

Balai

Laborartorium

Kesehatan

Masyarakat

(Balabkesmas)

Pulau

Sumbawa
Urusan Kesehatan yang diselenggarakan pada UPTD Balai Laborartorium Kesehatan
Masyarakat Pulau Sumbawa melalui 1 program pokok dan 1 kegiatan utama,
sebagaimana tabel berikut.
Tabel 3.34.
Indikator Kinerja Kegiatan Urusan Kesehatan Pada Balai
Laborartorium Kesehatan Masyarakat Pulau Sumbawa Tahun 2015
NO.

1.

PROGRAM

Obat
dan
Perbekalan
Kesehatan

SASARAN
PROGRAM

Meningkatnya
Pelayanan
Kesehatan
yang Merata,
Murah
dan

KEGIATAN

Pengadaan
Obat
dan
Perbekalan
Kesehatan

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA


URAIAN

Jenis bahan
obat-obatan
media
reagensia dan
bahan

TARGET

99
jenis

REALISASI

99jenis

100

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat


NO.

SASARAN
PROGRAM

PROGRAM

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA

KEGIATAN

URAIAN

Bermutu

TARGET

REALISASI

laboraturium
habis pakai
yang diadakan

Sumber: UPTD Balabkes Pulau Sumbawa - Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

UPTD Balabkesmas Pulau Sumbawa pada tahun 2015 telah memberikan


pelayanan pemeriksaan kesehatan pada 4 bidang pemeriksaan yaitu pemeriksaan
Hematologi 664 orang, Kimia Klinik 1.708 sampel, Mikrobiologi 179 sampel dan
Imunoserologi 219 sampel. Jumlah kunjungan selama tahun 2015 adalah sebanyak
2.770 orang, sebagaimana tabel berikut.
Tabel 3.35
Jumlah Pelayanan Laboratorium berdasarkan Jumlah Parameter Yang Diperiksa
Masing-masing Bidang Pemeriksaan
pada Balabkesmas Pulau Sumbawa Tahun 2014-2015
Jumlah Paramater Yang Diperiksa
No.

Bidang Pemeriksaan
2013

2014
664

1.

Hematologi

331

2.

Kimia Klinik

1.025

1.708

3.

Mikrobiologi

119

179

4.

Imunoserologi

171

219

1.646

2.770

Total

Sumber : Balabkesmas Pulau Sumbawa, Dinas Kesehatan Provinsi NTB 2015

Dari tabel di 4.25, total sampel yang dilakukan pemeriksaan laboratorium pada
tahun 2015 adalah sebanyak 2.770 sampel. Bidang pemeriksaan yang paling sering
dilakukan pemeriksaan laboratorium adalah bidang Kimia Klinik yaitu sebanyak 1.708
sampel, disusul oleh bidang Hematologi 664 sampel, kemudian bidang imunologi
sebanyak 219 sampel dan bidang yang paling sedikit pemeriksaanya adalah bidang
Mikrobiologi 179 sampel. Bila dibandingkan dengan tahun 2014 yang berjumlah 1.646
sampel maka dapat dilihat adanya peningkatan sebanyak 1.124 atau 68 %
dibandingkan tahu 2014. Hal ini disebabkan oleh Sumber Daya Manusia yang
semakin meningkat dengan adanya penambahan tenaga yakni 2 orang Dokter, 1
orang Apoteker, 2 orang Perawat dan 1 orang Rekam Medik sehingga terjadi
peningkatan baik dari segi kualitas maupun kuantitas pelayanan pemeriksaan
Laboratorium dan adanya kegiatan Bakti Sosial menyebabkan keberadaan Balai
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

101

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Laboratorium Kesehatan Masyarakat Pulau Sumbawa semakin dikenal oleh


masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Sumbawa.

5. Akademi Perawat Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat


Urusan Kesehatan yang diselenggarakan pada Akademi Perawat Kesehatan
Provinsi NTB melalui 1 program pokok dan 1 kegiatan Utama, sebagaimana tabel
berikut.
Tabel 3.36.
Indikator Kinerja Kegiatan Urusan Kesehatan
Pada Akademi Perawat Kesehatan Tahun 2015
NO
PROGRAM
.
1.

SASARAN
PROGRAM

KEGIATAN

Pendidikan Meningkatnya Pelaksanaan


Tenaga
pelaksanaan
Proses
Kesehatan
program
Belajar
pendidikan
Mengajar
tenaga
(BLUD)
kesehatan

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA


URAIAN
TARGET REALISASI
Siswa yang
belajar:
Tk. I

102 org

102 orang

Tk. II

122 org

122 orang

TK. III

135 org

134 orang

Proses belajar
mengajar
Pendidikan
Tenaga
Kesehatan yang
dilaksanakan

12 buan

12 bulan

Sumber : UPTD AKPER Provinsi NTB- Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Pada tahun ajaran 2015/2016, Akademi Perawat Kesehatan Provinsi NTB setingkat
Diploma III merupakan institusi pendidikan tenaga kesehatan yang memiliki siswa sebanyak
361 orang (regular dan non regular) semester Gasal pada Tingkat I sebanyak 102 orang,
Tingkat II sebanyak 120 orang dan Tingkat III sebanyak 135 orang. Jumlah mahasiswa non
regular yang belum lulus yaitu 4 orang berasal dari Dinas Kesehatan Lombok Timur 3 orang,
Dinas Kesehatan Lombok Tengah 1 orang. Perkembangan jumlah siswa regular dan non
regular sebagaimana tabel berikut.

Tabel 3.37.
Jumlah siswa Reguler dan Non Regular Akademi Perawat Provinsi NTB
Tahun Ajaran 2014/2015 2015/2016
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

102

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Jenis Kelamin
Laki
Perempuan

No.

Tahun
Akademik

Semester

Tingkat

2013/2014

Gasal

40

82

122

II

48

83

131

III

57

94

151

III Progsus

13

23

36

40

82

122

II

48

83

131

III

57

94

151

III Progsus

12

23

35

38

64

102

II

39

81

120

III

50

85

135

III Progsus

130

231

361

2013/2014

Genap

2014/2015

Gasal

Jumlah siswa tahun akademik 2015/2016

Jumlah

Sumber : Akademi Perawat Provinsi NTB, Dinas Kesehatan Provinsi NTB 2015

Tabel 3.38.
Tingkat Kelulusan Mahasiswa AKPER Provinsi NTB
Tahun 2013 2015
Tingkat Kelulusan
No.

Tahun
Target

Jumlah

Keterangan

1.

2013

150

148

99

2.

2014

113

113

100

3.

2015

188

175

93

2 orang tidak memenuhi syarat ujian


akhir karena SKS tidak mencukupi

12orang
Kuliah

Blm lulus Beberapa Mata

Sumber : Akademi Perawat Provinsi NTB, Dinas Kesehatan Provinsi NTB 2014

Dalam rangka penjaringan mahasiswa baru, Akademi Perawat Provinsi NTB melakukan
kerjasama dengan Dinas Kesehatan Lombok Timur, Dinas Kesehatan Lombok Tengah
dan Dinas Kesehatan Lombok Barat. Selain itu Akper Provinsi NTB juga melakukan
kerjasama dalam rangka praktik mahasiswa dengan:
1.

Rumah Sakit dr R Soedjono Selong

2.

Rumah Sakit Umum Patut Patuh Pacu Lombok Barat

3.

Rumah Sakit Umum Daerah Praya

4.

Dinas Kesehatan Lombok Timur (praktik di Puskesmas)

5.

Rumah Sakit Umum Syaiful Anwar Malang

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

103

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

6.

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

7.

STKIP Hamzawardi Selong ( Praktik Lab Biologi dan Fisika).

Akademi Perawat Provinsi NTB tahun 2014 melaksanakan kegiatan pengabdian


masyarakat melalui praktik kerja lapangan di Desa Leming Kecamatan Terara
Kabupaten Lombok Timur dan kegiatan donor darah di PMI Selong.

6. UPTD Balai Pengembangan Tenaga Kesehatan (BPTK) Mataram

Urusan Kesehatan yang diselenggarakan pada UPTD Balai Pengembangan


Tenaga Kesehatan Mataram melalui 1 program pokok dan 1 kegiatan, sebagaimana
tabel berikut.
Tabel 3.39.
Indikator Kinerja Kegiatan Urusan Kesehatan
Pada Balai Pengembangan Tenaga Kesehatan Mataram Tahun 2015
No
1.

Program
Peningkatan
Kapasitas
Sumber
Daya
Aparatur

Sasaran
Program

Capaian Indikator Kinerja


Uraian
Target
Realisasi

Kegiatan

Meningkatnya Pendidikan
kapasitas
dan
sumber daya pelatihan
kesehatan
formal

Peserta
pertemuan
Tim
pengendali
mutu instirusi
Diklat BPTK
Mataram
Peserta dan
panitia
Pertemuan
Nasional
Asosiasi
Bapelkes
Indonesia
(ABI) 2014

40
orang

30
orang

40 orang

30 orang

Sumber: UPTD BPTK Mataram - Dinas Kesehatan Provinsi NTB 2015

Penyelenggaran
Pengembangan

pelatihan
Tenaga

dan

pertemuan

Kesehatan

Mataram

yang

dilaksanakan

selama

tiga

di

tahun

Balai

terakhir,

sebagaimana tabel berikut.

Tabel 3.40.
Jumlah Penyelenggaraan Pelatihan dan Non Pelatihan
di Balai Pengembangan Tenaga Kesehatan Mataram Tahun 2014-2015
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

104

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat


C.

Pelaksana
No.

Pemerintah
2013 2014 2015

Kegiatan

Non Pemerintah
2013
2014
2015

1.

Pelatihan

42

40

11

2.

Pertemuan (Non Pelatihan)

112

53

16

14

45

154

91

24

23

56

10

Jumlah

Sumber : UPTD BPTK Mataram - Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Pelatihan yang dilaksanakan oleh BPTK

bekerjasama dengan Badan

Pusat Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPSDMK), Dinas Kesehatan Provinsi


NTB, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se-NTB dengan menyiapkan Fasilitator,
Narasumber dan Master of Trainer, sedangkan SKPD/lembaga donor/LSM yang
menggunakan tempat /ruang pertemuan BPTK antara lain BKP, Pertanian dan
swasta. Jumlah Kegiatan Pelatihan dan Non Pelatihan di BPTK sebagaimana tabel
berikut.
Tabel 3.41
Jumlah Kegiatan Pelatihan dan Non Pelatihan di BPTK Tahun 2015
Kerjasama
No

Kegiatan

BPTK

Dikes
Prov
NTB

Dikes
Kab/Kota

Non
Dikes

Swasta

Jumlah

1.

Pelatihan

13

2.

Non Pelatihan

21

Jumlah

10

10

34

Sumber: Balai Pengembangan Tenaga Kesehatan Mataram Provinsi NTB, 2015

BPTK Mataram bekerja sama dengan pihak eksternal dalam menyiapkan


fasilitator/Nara Sumber yang pelaksanaanya dilakukan di luar BPTK seperti:
Pelatihan BCLS dan BTLS yang dilaksanakan oleh Persatuan Perawat Nasional
Indonesia Provinsi NTB (PPNI); Pelatihan Tutor Layanan

Jarak Jauh (LJJ) di

Jakarta oleh pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jakarta.

C. REALISASI ANGGARAN

Sumber pembiayaan kegiatan Dinas Kesehatan Provinsi NTB tahun 2015 berasal
dari APBD Tk.I dan APBN dalam bentuk dana dekonsentrasi. Total anggaran yang
dikelola anggaran Dinas Kesehatan Provinsi NTB dengan 5 UPTD adalah
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

105

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Rp.61.449.505.108

dengan

rincian

Belanja

Tidak

Langsung

(BTL)

sebesar

Rp.30.232.625.777 dan Belanja Langsung (BL) sebesar Rp.31.216.929.331. Berikut


gambaran pembiayaan RSJ Provinsi berdasarkan sumbernya:
Tabel 3.42.
Sumber Pembiayaan/Anggaran Dinas Kesehatan Provinsi NTB
Tahun 2015
2014
Belanja

Pagu
(Rp)

2015
Realisasi

Keuangan
(%)

Fisik
(%)

Pagu
(Rp)

Realisasi
Keuangan (%)

Fisik
(%)

APBD
- Belanja Tidak
Langsung (BTL)
- Belanja Langsung
(BL)

77.009.565.000

68.065.071.127

88,39

61.449.505.108

56.894.943.128

92,59

30.314.350.200

27.386.394.934

90,34

30.232.625.777

29.004.182.496

95,94

46.695.214.800

40.678.676.193

87,12

31.216.929.331

27.890.760.632

89,34

APBN

23.999.903.000

20.411.568.000

85,05

23.569.145.000

18.047.616.040

76,57

101.009.468.000 88.476.639.127
85.018.650.108
74.942.559.168
JUMLAH
Sumber : Bagian keuangan dan Perencanaan Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2015

Pada tabel terlihat bahwa tahun 2015 alokasi anggaran untuk Dinas Kesehatan
dan UPTD mengalami penurunan sebesar 15,83% dibandingkan tahun 2014 karena RSU
Manambai yang pada tahun 2014 masih menjadi UPTD tetapi sejak dikeluarkannya perda
tanggal 29 Desember 2014 dan Pergub tanggal 28 Mei 2015 tidak lagi menjadi UPTD
Dinas Kesehatan Provinsi NTB. Alokasi dan realisasi APBD Dinas Kesehatan dan UPTD
dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 3. 43.
Alokasi dan realisasi belanja tidak langsung dan belanja langsung
APBD Tahun 2015
No
1
2

5
6

Dinas/UPTD
Dinas Kesehatan
Provinsi NTB
Balai
Perngembangan
Tenaga Kesehatan
Masyarakat
(BPTKM) Mataram
Balai Kesehatan
Mata Mataram
(BKMM)
Balai Laboraturium
Kesehatan
Masyarakat P.
Lombok
Akper Pemerintah
Provinsi NTB
Balai Laboraturium
Kesehatan
Masyarakat P.
Sumbawa
Jumlah

Belanja Tidak
Langsung

Belanja
Langsung

Total Belanja

Realisasi
Belanja

22.057.227.054

16.858.476.101

38.915.703.155

37.225.699.088

95,66

681.670.000

1.779.956.700

2.461.626.700

2.059.611.030

83,67

2.834.781.623

3.739.615.380

6.574.397.003

5.485.491.181

83,44

1.798.000.000

4.319.659.200

6.117.659.200

5.594.603.813

91,45

2.476.327.100

3.381.564.950

5.857.892.050

5.077.578.354

86,68

384.570.000

1.137.657.000

1.522.227.000

1.451.959.664

95,38

31.216.929.331

30.232.625.777

61.449.505.108

56.894.943.128

92,59

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

106

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Realisasi anggaran APBD Dinas Kesehatan Provinsi NTB tahun 2015 mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2014 dan tergolong baik dengan capaian >90%. Rincian
realisasi APBD tahun 2015 selengkapnya sebagai berikut :
Tabel 3.45.
Realisasi APBD Dinas Kesehatan Provinsi NTB dan UPTD
Tahun 2015

No

Program/Kegiatan

Alokasi
(Rp)

Realisasi (Rp)

DINAS KESEHATAN PROVINSI NTB


1
Program Pelayanan Administrasi
1.313.330.339
1.101.058.878
Perkantoran
2
Program Peningkatan Sarana dan
1.019.521.100
971.583.900
Prasarana Aparatur
3
Program Peningkatan Kapasitas
162.518.300
101.234.085
Sumber Daya Aparatur
4
Program Peningkatan Pengembangan
41.800.000
41.702.350
Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan
Keuangan
5
Program Obat dan Perbekalan
984.935.000
872.167.800
Kesehatan
6
Program Upaya kesehatan masyarakat
697.342.530
662.283.175
7
Promosi kesehatan dan pemberdayaan
7.772.780.820
7.714.418.600
masyarakat
8
Perbaikan Gizi masyarakat
677.902.700
593.289.760
9
Program Pengembangan Lingkungan
947.700.000
934.869.500
Sehat
10 Program Pencegahan dan Penyakit
457.166.004
418.139.075
Menular
11 Program Pengadaan Peningkatan
500.000.000
461.642.500
Sarana Prasarana RS/RSJ/RS Paru/ RS
Mata
12 Program Kemitraan Peningkatan
373.300.900
332.987.800
Pelayanan Kesehatan
13 Program Peningkatan Pelayanan
186.062.000
175.704.000
Kesehatan Lansia
14 Peningkatan keselamatan ibu
489.040.132
482.653.000
melahirkan dan anak
15 Kebijakan dan Manajemen
738.180.096
414.171.320
Pembangunan Kesehatan
16 Program Sumber Daya Kesehatan
496.896.180
440.251.475
UPTD BALAI PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN (BPTKM) MATARAM
1
Program Pelayanan Administrasi
447.812.100
413.560.580
perkantoran
2
Program Peningkatan Sarana dan
1.199.130.700
975.144.300
Prasarana Aparatur
3
Program Peningkatan Kapasitas
133.013.900
128.566.350
Sumber Daya Aparatur
UPTD BALAI KESEHATAN MATA MATARAM (BKMM)
1
Program Pelayanan Administrasi
609.278.690
565.112.262
perkantoran
2
Program Peningkatan Sarana dan
284.606.000
218.634.632
Prasarana Aparatur
3
Program Peningkatan Kapasitas
37.415.380
36.855.380
Sumber Daya Aparatur
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

%
83,84
95,30
62,29
99,77

88,55
94,97
99,25
87,52
98,65
91,46
92,33

89,20
94,43
98,65
56,11
88,60
92,35
81,32
96,66

92,75
76,82
98,50

107

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

program peningkatan Pengembangan


35.250.000
24.720.600
Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan
Keuangan
5
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
546.416.685
514.545.000
6
Program Pelayanan Kesehatan
420.086.125
418.352.907
Penduduk Miskin
7
Program pengadaan, peningkatan
1.652.562.500
801.801.800
sarana dan prasarana rumah
sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paruparu/rumah sakit mata
8
Program pemeliharaan sarana dan
124.000.000
101.130.000
prasarana rumah sakit/rumah sakit
jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit
mata
9
Program Kemitraan Peningkatan
30.000.000
27.759.200
Pelayanan Kesehatan
UPTD BALAI LABORATURIUM KESEHATAN MASYARAKAT P. LOMBOK
1
Program Pelayanan Administrasi
589.203.200
553.996.220
Perkantoran
2
Program Peningkatan Sarana dan
574.873.000
390.031.236
Prasarana Aparatur
3
Program Peningkatan Kapasitas
69.225.000
46.499.946
Sumber Daya Aparatur
4
Program Peningkatan Kapasitas
18.360.000
17.100.000
Pengelola keuangan Daerah
5
Program Obat dan Perbekalan
753.684.200
752.485.535
Kesehatan
6
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
2.218.313.800
2.188.706.000
7
Program standarisasi pelayanan
96.000.000
64.432.400
kesehatan
UPTD AKPER PEMERINTAH PROVINSI NTB
1
Program Pelayanan Administrasi
783.821.300
677.052.635
Perkantoran
2
Program Peningkatan Sarana dan
226.457.000
207.224.250
Prasarana Aparatur
3
Program Peningkatan Kapasitas
139.000.000
88.100.000
Sumber Daya Aparatur
4
Program Peningkatan Pengembangan
35.000.000
24.500.000
Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan
Keuangan
5
Program Pendidikan Tenaga Kesehatan
2.197.286.650
1.824.309.117
UPTD BALAI LABORATURIUM KESEHATAN MASYARAKAT (BLKM) P. SUMBAWA
1
Program Pelayanan Administrasi
453.344.300
440.843.259
Perkantoran
2
Program Peningkatan Sarana dan
527.612.700
514.442.655
Prasarana Aparatur
3
Program Obat dan Perbekalan
156.700.000
156.698.750
Kesehatan
TOTAL DIKES + UPTD
61.449.505.108
56.894.943.128

70,13

94,17
99,59
48,52

81,56

92,53

94,02
67,85
67,17
93,14
99,84
98,67
67,12

86,38
91,51
63,38
70,00

83,03
97,24
97,50
99,99
92,59

Sumber : Laporan Keuangan Dinas Kesehatan Prov. NTB, 2015

Untuk dana APBN pada tahun 2015 terjadi penurunan sebesar 1,79%
dibandingkan tahun 2014 (tabel 3.42). Penurunan anggaran terjadi pada program
dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis kementerian kesehatan, program
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan serta program kefarmasian dan alat
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

108

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

kesehatan. Akan tetapi dukungan APBN untuk program prioritas nasional dan daerah
seperti penurunan kasus gizi buruk, prevalensi kurang gizi, AKI dan AKB sangat besar
yang terlihat dari penganggarannya yang mengalami peningkatan cukup signifikan yakni
dari Rp.9.026.627.000 tahun 2014 menjadi 11.930.511.000 pada tahun 2015 atau
meningkat sebesar 32,17%. Alokasi anggaran dan realisasi APBN tahun 2015
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

No
1

2
3
4
5
6

Tabel 3.46.
Realisasi Dana APBN/Dekonstrasi Dinas Kesehatan Provinsi NTB
Tahun 2015
Alokasi
Realisasi
Program
(Rp)
(Rp)
Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Kementerian
Kesehatan
Program Bina Gizi dan Kesehatan
Masyarakat Ibu dan Anak
Program Pembinaan Upaya Kesehatan
Program Pengendalian Penyakit dan PL
Program Kefarmasian dan Alkes
Program Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan (PPSDMK)
Jumlah

3.998.599.000

3.344.158.000

83,63

11.930.511.000

9.596.256.745

80,43

1.762.356.000
5.001.972.000
875.707.000
0

1.286.339.096
3.087.910.050
732.951.549
0

72,99
61,73
83,70
0

23.569.145.000

18.047.616.040

76,57

Sumber : Laporan Keuangan Dinas Kesehatan Provinsi NTB,2015

D. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)


Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki 5 UPTD yang merupakan
unit penyumbang bagi pendapatan asli daerah. Semua pendapatan diperoleh dari
retribusi pelayanan kesehatan kecuali BPTK yang diperoleh dari sewa penginapan dan
AKPER Selong yang bersumber dari pembayaran SPP. Rincian target dan realisasi PAD
UPTD dapat dilihat pada tabel berikut :

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

109

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tabel 3.47.
Target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah ( PAD )
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2015

No
1
2
3

Target
(Rp)

Dinas/UPTD

2014
Realisasi
( Rp )

Dinas Kesehatan
0
25.472.070
Provinsi NTB
Balai Kesehatan Mata
1.849.720.780
4.199.356.505
Masyarakat (BKMM)
Balai Pelatihan
Tenaga Kesehatan
400.000.000
455.845.600
(BPTK)
Balai Laboraturium
Kesehatan P.
800.000.000
1.181.588.455
Lombok.
AKPER (Akademi
Perawat ) Provinsi
2.197.282.650
1.496.944.473
NTB
Balai Laboraturium
Kesehatan P.
78.000.000
109.500.000
Sumbawa.
RSUD P.Sumbawa
1.421.958.670
4.653.772.856,5
Total
6.746.962.100 12.122.479.959,5
Sumber : Laporan Keuangan Dinas Kesehatan Prov NTB ,

2015
Realisasi
( Rp )

Target
( Rp )

(%)

46.021.250

227,00

1.900.000.000

3.651.277.100

192,17

113,96

150.000.000

181.703.058

121,13

147,70

900.000.000

1.237.803.740

137,93

68,13

2.197.286.650

2.299.577.378

104,65

140,30

93.600.000

168.851.000

180,39

327,28
179,67
2015

5.240.886.650

7.585.233.976

144,73

Pada tabel di atas terlihat bahwa pendapatan tahun 2015 secara total mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2014. Akan tetapi apabila ditelaah lebih lanjut, tingginya
pencapaian tahun 2014 dipengaruhi oleh realisasi pendapatan RSUD P.Sumbawa.
Namun jika RSUD P.Sumbawa tidak diperhitungkan, maka pencapaian realisasi
pendapatan tahun 2014 hanya sebesar 139,78%, sehingga pendapatan tahun 2015
lebih tinggi dibandingkan tahun 2014, sedangkan pada tahun 2015, RSUD P.Sumbawa
tidak lagi menjadi UPTD Dinas Kesehatan Provinsi NTB.
Dinas Kesehatan Provinsi NTB adalah koordinator atau leading sektor dibidang
kesehatan,

tidak

memberikan

pelayanan

kesehatan

secara

langsung

kepada

masyarakat, sehingga tidak memiliki target pendapatan. Akan tetapi tahun 2015, Dinas
Kesehatan masih memperoleh pendapatan yang diperoleh dari penjualan hasil kebun
RSK sepolong.
Secara keseluruhan pencapapaian PAD tahun 2015 semua UPTD melampaui
target dan meningkat dibandingkan tahun 2014 kecuali BKMM dan Balabkes P.Lombok.
Penurunan realisasi BKMM dan Balabkes P.Sumbawa dibandingkan tahun 2014
disebabkan oleh tingginya target pendapatan yang ditetapkan dan penurunan
pemeriksaan.
Semua pendapatan yang diperoleh oleh UPTD melalui mekanisme penyetoran,
artinya semua pendapatan yang diperoleh disetorkan ke kas daerah kecuali APKER

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

110

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Selong karena telah menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah (PPK-BLUD). Penerapan PPK-BLUD memberikan fleksibiltas bagi AKPER
Selong untuk mengelola pendapatannya terutama untuk membiayai operasional
kegiatannya. Diharapkan dengan fleksibiltas tersebut, kualitas pelayanan semakin
meningkat, sehingga kepuasan masyarakat dapat tercapai.

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

111

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

BAB IV
PENUTUP

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan


Provinsi NTB memuat pencapaian kinerja baik kinerja kegiatan maupun kinerja
keuangan selama 1 (satu) tahun dalam rangka mencapai visi misi yang telah
ditetapkan.
Hasil evaluasi pada indicator kinerja terlihat sebagian besar indicator
mencapai target bahkan beberapa indicator melampaui target dalam Renstra dan
nasional, seperti cakupan K4, cakupan jamban keluarga, desa siaga aktif. Cakupan
K4 dari 96 yang ditargetkan, terealisasi 100,48, sedangkan target nasional hanya
72%. Untuk cakupan jamban keluarga, dari 74% yang ditargetkan, tercapai 75,06%
dan untuk desa siaga aktif terrealisasi 95,69% dari 89% yang ditargetkan. Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) juga mengalami penurunan.
Tahun 2014 AKB adalah 1.069 bayi, turun menjadi 1.056 tahun 2015, sedangkan
untuk AKB dari 111 ibu menjadi 95 ibu. Akan tetapi beberapa indikator juga belum
mencapai target yang ditetapkan, misalnya indikator prevalensi kurang gizi dan
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan. Prevalensi kurang gizi yang ditargetkan
tahun 2015 adalah 16,5%, terealisasi 17,01%, sedangkan untuk cakupan persalinan
oleh tenaga kesehatan dari 90% yang ditargetkan, terealisasi 89,7%.
Pencapaian kinerja keuangan ditinjau dari realisasi keuangan tergolong baik
dengan realisasi 92,59%. Jumlah anggaran yang dikelola Dinas Kesehatan Provinsi
NTB dengan 5 UPTD adalah Rp. 61.449.505.108 anggaran yang dikelola dengan
terealisasi Rp.56.894.943.128.
Dalam melaksanakan program kegiatan untuk mencapai target kinerja yang
ditetapkan tidak lepas dari hambatan dan permasalahan baik dari internal maupun
eksternal.

Permasalahan internal yang dihadapi antara lain kurangnya monitoring

evaluasi pelaksanaan program, kurangnya jumlah dan kapasitas SDM pelaksana


program. Secara eksternal antara lain lemahnya koordinasi dengan pihak terkait baik
pemegang kebijakan di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten/kota.

Dinas Kesehatan Provinsi NTB akan meminimalkan hambatan dari


faktor eksternal dan faktor internal. Untuk itu, akan dilakukan upaya
peningkatan kinerja di lingkup Dinas Kesehatan Provinsi NTB, pembangunan
budaya kerja yang kondusif, penegakan disiplin pegawai dan diimbangi dengan
peningkatan kesejahteraan pegawai guna mengoptimalkan setiap sumber daya
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

112

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 - 2018.
Dengan tersusunnya LAKIP ini, diharapkan dapat memberikan gambaran
kinerja Dinas Kesehatan Provinsi NTB kepada fihak-fihak terkait baik sebagai stake
holder ataupun lainnya yang telah ikut mengambil bagian dalam berpartisipasi aktif
membantu pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan Provinsi NTB
yang dijiwai semangat kebersamaan untuk mencapai visi pembangunan kesehatan
di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) periode 2013-2018 Mewudkan
Masyarakat Nusa Tenggara Barat Yang Mandiri Untuk Hidup Bersih dan Sehat
Tahun 2018

A.

Simpulan
1.

Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan instansi


Pemerintah yang diberikan tugas untuk membantu Gubernur dalam
melaksanakan
berdasarkan

urusan
asa

pemerintahan

otonomi,

tugas

daerah

bidang

pembantuan

dan

kesehatan
dekonstrasi.

Sebagaimana dalam Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor


21 tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja DinasDinas Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Dalam melaksanakan

tugasnya, tanggungjawab dan amanah untuk melakukan perumusan


kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan bidang kesehatan Dinas
Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat berlandaskan pada tujuan,
sasaran dan program kerja yang ditetapkan baik dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2013-2018,
Rencana Kerja Pemerintah (RKP), Kontrak Kinerja Dinas Kesehatan
Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan Gubernur, maupun Rencana
Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun 2013-2018.
2. Dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas
Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015 ini diuraikan
berbagai keberhasilan maupun kegagalan capaian strategis Dinas
Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun anggaran 2015.
Berbagai capaian strategis tersebut tercermin dalam capaian Indikator
Kinerja Dinas Kesehatan provinsi NTB, maupun analisis kinerja
berdasarkan tujuan dan sasaran.
Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

113

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

a.

Hasil capaian kinerja sasaran yang ditetapkan, beberapa indikator sudah


memenuhi target malah melebihi, dari yang ditargetkan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Meskipun demikian, berbagai pencapaian
target indikator kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat
secara keseluruhan sangat ditentukan oleh komitmen, keterlibatan dan
dukungan aktif segenap komponen aparatur Negara serta seluruh
komponen masyarakat.

B.

Saran
1. Dalam rangka memperkuat tugas dan fungsi Dinas Kesehatan Provinsi
Nusa Tenggara Barat, perlu dukungan pembiayaan kesehatan yang
memadai yang ditekankan pada upaya-upaya promotif dan preventif
untuk mengatasi perilaku kesehatan masyarakat yang rendah.
2. Diperlukan terobosan baru agar pelaksanaan program kerja dan
anggaran menjadi lebih efektif berupa program dan kegiatan yang
mengarah langsung ke sasaran
3. Penyusunan

rencana

pelaksanaan

program

dan

kegiatan

guna

pencapaian target indikator kinerja yang telah ditetapkan akan dilakukan


secara lebih cermat dengan mempertimbangkan tujuan organisasi secara
tepat dan kemampuan sumber daya yang tersedia serta kemampuan
yang ada termasuk berbagai faktor yang mempengaruhi perubahan
alokasi anggaran tahun berjalan, langkah percepatan pelaksanaan
kegiatan pada awal tahun anggaran dan perkembangan masalahmasalah aktual di bidang kesehatan.
4. Agar pelaksanaan program dan kegiatan dapat dilaksanakan secara
optimal sesuai dengan target indikator kinerja yang telah ditetapkan,
maka optimalisasi mekanisme manajemen internal organisasi di Dinas
Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat akan ditingkatkan untuk secara
pro aktif memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan berbagai kegiatan
yang dilaksanakan.
5. Upaya koordinasi dan peningkatan kerjasama dengan berbagai instansi
terkait, baik di Provinsi dengan kabupaten / Kota.

Terkait program

kesehatan akan dilakukan dengan lebih intensif, mengingat berbagai


pencapaian target indikator yang telah ditetapkan hanya dapat dilakukan
dengan melibatkan segenap instansi pemerintah baik pusat, provinsi dan
kabupaten/kota, serta masyarakat.

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

114

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

6. Agar implementasi Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) benar-benar


efektif, perlu segera

direalisasikan sinergitas antara laporan kinerja

dan laporan keuangan sebagai satu kesatuan, sehingga realisasi


anggaran yang digunakan untuk melakukan kegiatan berbanding lurus
dengan out put maupun out comes kegiatan yang bersangkutan. Dengan
sinergitas tersebut, kinerja organisasi dari setiap lembaga pemerintah
yang dibiayai oleh APBN/APBD benar-benar terukur, bermanfaat dan
akuntabel.
7. Menjadikan LAKIP sebagai ukuran kinerja organisasi pemerintah secara
nyata dan akuntabel.

Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015

115

Вам также может понравиться