Вы находитесь на странице: 1из 17

TUGAS EKONOMI PEMBANGUNAN LANJUTAN

CRITICAL BOOK REVIEW

AGRICULTURAL TRANSFORMATION AND RURAL


DEVELOPMENT

Disusun Oleh :
Mutiara Shifa (8166162017)
Sarah Dina (8166162026)

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI


PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016

KATA PENGANTAR

Pertama-tama, puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelsaikan tugas akhir mata kuliah Ekonomi Pembangunan ini tepat waktu, dan shalawat serta salam
kepada nabi Muhammad SAW sebagai tauladan di muka bumi.
Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampuh mata kuliah Ekonomi Produksi,
Bapak Eko Wahyu Nugroho atas bimbingan dan ilmunya. Serta terimakasih kepada tenan-teman yang
telah membantu penulis baik secara langsung ataupun secara tidak langsung dalam menyelsaikan tugas
ini.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam laporan critical book ini, maka dari itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga laporan critical book ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Medan,

September 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
IDENTITAS BUKU DAN RINGKASAN BUKU.................................................................................3
1.1.
Identitas Buku dan Kriteria Tugas Akhir............................................................3
a. Buku yang Dikritik...................................................................................... 3
b.
Buku Acuan Pemberian Kritik............................................................................4
c. Kriteria Tugas Akhir..................................................................................... 5
1.2.
Ringkasan dan Kritik Buku............................................................................ 6
BAB I............................................................................................................ 6
Pendahuluan.................................................................................................... 6
BAB II........................................................................................................... 8
Optimisasi Ekonomi.......................................................................................... 8
BAB III........................................................................................................ 10
Risiko, Ketidakpastian, dan Pengambilan Keputusan................................................10
BAB IV....................................................................................................... 13
Teori dan Perilaku Konsumen............................................................................ 13
BAB V......................................................................................................... 16
Teori Permintaan............................................................................................ 16
BAB VI........................................................................................................ 17
Penaksiran Fungsi Permintaan............................................................................17
BAB VII...................................................................................................... 17
Teori Produksi............................................................................................... 17
BAB VIII..................................................................................................... 17
TEORI BIAYA............................................................................................... 17
BAB IX....................................................................................................... 17
PENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA........................................................17
BAB X......................................................................................................... 17
STRUKTUR PASAR....................................................................................... 17
BAB XI....................................................................................................... 17
PENETAPAN HARGA DALAM PRAKTIK..........................................................17
BAB XII...................................................................................................... 17
KEPUTUSAN INVESTASI............................................................................... 17
BAGIAN II..........................................................................................................................................17
4

ANALISIS BUKU...............................................................................................................................17
2.1.
Kelemahan buku dibandingkan dengan buku acuan pemberian kritik.......................17
2.2.
Kelebihan buku dibandingkan dengan buku acuan pemberian kritik........................17
BAGIAN III........................................................................................................................................17
KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................................................17
3.1.
Kesimpulan............................................................................................. 17
3.2.
Saran..................................................................................................... 17

BAGIAN I
IDENTITAS BUKU DAN RINGKASAN BUKU

1.1.

Identitas Buku dan Kriteria Tugas Akhir

a. Buku yang Dikritik


Judul Buku

: Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan

No. ISBN

: 978-979-015-814-6

Penulis

: Michael P.Todaro dan Stephen C.Smith

Penerbit

: Erlangga

Tahun Terbit : 2006


Edisi

: 9 (Sembilan)

Tebal Buku

: 622 halaman

Bahasa Teks

: Bahasa Indonesia

Keterangan

: Buku ini ditulis oleh Michael P.Todaro dan Stephen C.Smith, Buku ini berjudul
Ekonomi Pembangunan Edisi 9 tahun 2006 yang diterbitkan oleh Erlangga, buku ini
memiliki tebal 622 halaman. Buku ini terdiri atas 10 BAB, adapun pembahasan yang
akan kami bahas adalah Bagian Kedua Bab 9 (Kesembilan).

b. Buku Acuan Pemberian Kritik


Judul Buku

: Masalah Kebijakan dan Poltik Ekonomika Pembangunan

No. ISBN

: 978-979-075-721-9

Penulis

: Mudrajad Kuncoro
5

Penerbit

: Erlangga

Tahun Terbit : 2010


Tebal Buku

: 466 halaman

Bahasa Teks

: Bahasa Indonesia

Keterangan

: Buku ini ditulis oleh Mudrajad Kuncoro dengan judul Masalah Kebijakan dan Poltik
Ekonomika Pembangunan, yang diterbitkan pada tahun 2010 oleh Erlangga, buku ini
memiliki tebal 466 halaman. Buku ini terdiri atas 16 BAB, adapun pembahasan
kelompok kami yaitu BAB 11 tentang Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

1.2.

Ringkasan dan Kritik Buku Michael P.Todaro


Bagian ke 2
BAB 9

I.

Arti Penting Kemajuan Sektor Pertanian dan Pembangunan Daerah Pedesaan


Suatu strategi pembangunan ekonomi yang dilandaskan pada prioritas pertanian dan
ketenagakerjaan paling tidak memerlukan tiga unsur pelengkap dasar, yakni 1.Percepatan pertumbuhan
output melalui serangkaian penyesuaian teknologi, institusional, dan insentif harga yang khusus
dirancang untuk meningkatkan produktifitas para petani kecil; 2. Peningkatan permintaan domestic
terhadap output pertanian yang dihasilkan dari strategi pembangunan perkotaan yang berorientasikan
pada upaya pembinaan ketenagakerjaan serta 3. Diversifikasi kegiatan pembangunan daerah pedesaan
yang bersifat padat karya.
Tanpa pembangunan daerah pedesaan yang integrative, pertumbuhan industry tidak akan
berjalan dengan lancar dan pada gilirannya, segenap ketimpangan tersebut akan memperparah masalah
masalah kemiskinan ketimpangan pendapatan serta pengangguran.
II.

Pertumbuhan Sektor Pertanian : Masa Lalu dan Tantangan Masa Kini


Organisasi Pangan Sedunia yang bernaung PBB berulang kali telah memperingatkan akan

adanya bencana kekurangan pangan yang gawat. Penyebab utama dari semakin memburuknya kinerja
7

pertanian di negara negara dunia ketiga adalah terabaikannya sector yang sangat penting ini dalam
perumusan prioritas pembangunan oleh pemerintah negara negara berkembang itu sendiri.
Langkah pertama yang harus ditempuh dalam rangka lebih memahami hal hal yang dibutuhkan
guna menyukseskan pembangunan pertanian dan pedesaan adalah upaya pemahaman secara
komperhensif atas hakikat atau sifat dasar system pertanian di berbagai wilayah negara negara dunia
ketiga yang sangat beragam itu, khususnya mengenai aspek aspek ekonomi yang tergantung dalam
proses transisi dari pola pertanian subsisten menjadi pola pertanian komersial.
III.

Struktur Sistem Agraria di Negara Berkembang

Tiga Sistem Pertanian


Langkah pertama untuk memahami apa yang dibutuhkan untuk memajukan pertumbuhan dan
mendorong pembangunan di pedesaan adalah memahami permasalahan dari sistem agraria di beragam
negara berkembang dan aspek ekonomi yang mendasari pergeseran pola dari pertanian subsisten, yakni
hasil pertanian hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, ke pertanian komersial. Pada tahun 2008,
ahli ekonomi pertanian dari Bank Dunia bernama Alain de Janvry beserta rekannya membuat Laporan
Pembangunan Dunia yang salah satu bagiannya menyatakan bahwa disamping majunya sistem agraria
di negara berkembang, terdapat tiga situasi berbeda di balik hal tersebut.
Pertama, pertanian masih menjadi faktor utama yang berkontribusi untuk pertumbuhan ekonomi
di negara agraris.Hal ini ditunjukkan dengan besarnya pengaruh sektor pertanian pada Pendapatan
Domestik Bruto (PDB).Bank Dunia memperkirakan bahwa pertanian memberi kontribusi sebesar 32%
pada pertumbuhan PDB secara rata-rata pada negara-negara agraris, dimana sekitar 417 juta penduduk
tinggal.Lebih dari dua per tiga penduduk tinggal di desa, seperti misalnya penduduk sub-gurun Sahara,
Afrika, Laos, dan Senegal.
Kedua, kebanyakan penduduk pedesaan di dunia sekitar 2,2 milyar tinggal di negara
yang tengah bertransformasi, dengan indikator persentase penduduk miskin di pedesaan sangat tinggi
(sekitar 80%) namun sektor pertanian hanya memberi peran kecil pada pertumbuhan PDB (sekitar 7%).
Hal ini terjadi pada negara-negara di Asia Tenggara, Afrika Utara, dan Timur Tengah, serta Guatemala.
Ketiga, negara perkotaan, dimana migrasi desa-kota telah mencapai titik dimana penduduk yang
miskin dapat ditemui di kota, dan sektor pertanian menyumbang kontribusi yang lebih kecil terhadap
pertumbuhan output. Hal ini terjadi di negara Amerika Latin dan Karibia, serta di Eropa Timur dan Asia
Tengah dengan jumlah penduduk pedesaan sekitar 225 juta jiwa.
8

Di samping itu, perbedaan wilayah di dalam suatu negara juga memainkan peran yang tidak
kalah penting.Seperti misalnya di India terdapat wilayah yang memiliki latar yang berbeda, misalnya
Punjab yang modern dan Bihar yang masih semi-feodal. Ataupun di Indonesia, misalnya wilayah Jawa
yang sangat modern dengan pertanian yang kuat dan Kalimantan yang masih belum begitu maju.

Pertanian ala petani di Amerika Latin, Asia, dan Afrika


Di kebanyakan negara berkembang, faktor sejarah memainkan peran penting pada kepemilikan
lahan untuk petani kecil maupun besar.Hal ini berlaku di Amerika Latin dan beberapa negara di Asia.Di
wilayah tersebut terdapat ketimpangan kepemilikan lahan yang sangat jelas terlihat. Di Afrika, faktor
sejarah dan ketersediaan tanah yang belum terpakai menghasikan pola dan struktur pertanian yang
berbeda. Walaupun petani harus berjuang untuk mempertahankan hidupnya serta tingkah laku petani
yang jatuh miskin di Asia dan Amerika Latin, sistem agraria di negara tersebut tetap berbeda satu sama
lain.

Pola Pertanian di Amerika Latin: Kemajuan dan Tantangan terhadap Kemiskinan


Di Amerika Latin, seperti di Asia dan Afrika, struktur agraria tidak hanya bagian dari sistem
produksi tetapi juga dasar dari ekonomi, sosial, dan organisasi politik di kehidupan pedesaan secara
keseluruhan. Struktur agraria telah ada di Amerika Latin sejak masa kolonial dan masih berkembang
pada beberapa wilayah dengan adanya sistem dualisme pertanian yang disebut dengan
latifundiominifundio.Latifundios adalah kepemilikan lahan pertanian dengan area yang besar, dan
dapat menyediakan lapangan kerja untuk lebih dari 12 orang, walaupun beberapa unit usaha dapat
menampung karyawan sampai ribuan tenaga kerja.Minifundios adalah unit usaha pertanian terkecil
yang hanya dapat menampung satu keluarga (2 orang pekerja), dengan pola pendapatan, akses pasar,
dan tingkat teknologi serta jumlah modal tertentu yang berbeda menurut masing-masing negara atau
wilayah.
Wilayah dengan kondisi lahan pertanian yang buruk, dengan jumlah kaum minoritas yang
tinggi, cenderung memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi.Kesenjangan ekstrim di wilayah pedesaan
ini juga terjadi.Hal ini disebabkan oleh sulitnya akses kredit bagi kaum miskin dan kekuasaan kaum elit
yang sangat kuat sehingga fasilitas negara dapat dikuasai hanya untuk mereka saja. Terlebih, urbanisasi
kaum terdidik masih tinggi, sehingga penduduk di desa yang masih ada hanyalah mereka yang berusia
tua, berkelamin wanita, dan kaum pribumi saja. Faktor-faktor inilah yang masih menjadi masalah di
9

negara berpendapatan menengah di Amerika Latin dan membutuhkan penanganan dari masyarakat dan
pemerintah setempat.

Fragmentasi dan Subdivisi Lahan Petani di Asia


Masalah pokok bidang pertanian di Asia adalah banyaknya orang yang bekerja pada lahan yang
sangat sempit.Selama abad 20 berjalan, kondisi pedesaan di kawasan Asia semakin memburuk. Prof.
Gunnar Myrdal mengidentifikasikan tiga elemen yang saling berkaitan dan membentuk pola
kepemilikan lahan tradisional, yang dibagi menjadi :

1. Penindasan yang dilakukan bangsa Eropa.


2. Pengenalan transaksi ekonomi yang serba menggunakan uang secara besar-besaran serta
meningkatnya kekuatan pemilik uang yang bertindak sebagai rentenir.
3. Laju pertumbuhan penduduk Asia yang sangat cepat.

Pertanian Subsisten dan Perluasan Perladangan di Afrika


Seperti halnya di Asia dan Amerika Latin pola pertanian subsistem pada sebidang lahan yang
sempit merupakan cara hidup sehari-hari dari sebagian besar keluarga petani di Afrika. Akan tetapi,
struktur dan organisasi sistem perekonomian sangatlah berbeda.Sebagian besar petani di daerah tropis
Afrika masih mengarahkan hasil pertaniannya untuk kehidupan subsisten, kecuali di daerah perkebunan
bekas jajahan. Karena input variabel yang utama dalam pertanian Afrika adalah keluarga dan tenaga
kerja pedesaan, maka sistem pertanian di Afrika didominasi oleh tiga karakteristik utama :
1. Masih sangat pentingnya pola pertanian subsisten bagi masyarakat pedesaan.
2. Eksistensi atau ketersediaan sebidang lahan yang luasnya melebihi dari cukup untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar yang masih memungkinkan berlangsungnya pola pertanian
berpindah serta membuat tanah bukan merupakan suatu instrumen kekuatan ekonomi dan politik bagi
pemiliknya.
3. Adanya hak bagi setiap keluarga guna memanfaatkan lahan dan air di dalam dan sekitar
wialyah kampung halamannya, dan sama sekali tidak boleh dijamah oleh keluarga-keluarga lain
meskipun mereka berasal dari satu suku.
Pertanian subsisten merupakan budaya tradisional Afrika danmemiliki produktivitas yang rendah, hal
ini merupakan hasil dari kombinasi faktor sejarah yang mencegah pertumbuhan output:

10

1. Walaupun ada banyak lahan potensial yang belum terjamah, hanya wilayah yang kecil dan
tertentu saja yang dapat dikelola oeh keluarga petani dengan hanya memakai alat-alat tradisional.
Penggunaan hewan sebagai alat bantu pertanian juga tidak memungkinkan karena gangguan dari faktor
alam,seperti cuaca kering dan penyakit menular, maupun faktor manusia yang belum dapat mengelola
hewan tersebut.
2. Dengan area kelola pertanian yang kecil dan memakai alat tradisional, area ini cenderung
diolah secara intensif. Akibatnya, terjadi diminishing return terhadap bertambahnya tenaga kerja.
Kesuburan tanah juga akan habis seiring dengan penggunaan lahan tersebut. Disini, petani di Afrika
hanya memakai kotoran hewan untuk mengembalikan kesuburan tanah mereka untuk kemudian lahan
tersebut ditanami kembali.
3. Tenaga kerja adalah input yang langka pada saat musim sibuk masa tanam, dan panen. Di
saat bersamaan, kebanyakan tenaga kerja ini tidak memiliki skill memadai. Karena di Afrika hujan
jarang terjadi, permintaan akan tenaga kerja pada saat musim hujan akan tumbuh sangat tinggi melebihi
semua penawaran tenaga kerja yang tersedia.
IV.

Peran Penting Kaum Wanita


Masalah utama yang terjadi pada saat ini, terutama di Asia dan Afrika, adalah peran wanita

dalam sektor pertanian. Dalam beberapa kasus, kaum wanita melakukan sekitar 70 persen tugas
pertanian, dan dalam satu kasus bahkan hampir mencapai 80 persen dari keseluruhan pekerjaan. Pada
umumnya, yang dikerjakan adalah pekerjaan-pekerjaan kasar dengan menggunakan peralatan yang
serba sederhana atau bahkan pimitif dan memerlukan banyak waktu, sekedar untuk mencukupi
keperluan subsisten keluarganya, seperti misalnya mencabuti rumput liar, menanam bibit, dan
memanen hasil panen untuk dikonsumsi secepatnya.Sementara kaum pria atau para suami mencoba
mencari pekerjaan sambilan di perkebunan atau di kota-kota.Selama ini kaum wanita telah memberikan
kontribusi yang besar dan penting dalam ekonomi pertanian, khususnya dalam sektor tanaman pangan
yang cepat menghasilkan uang.
Di berbagai kawasan di negara-negara berkembang jerih payah kaum wanita selama berjam-jam
setiap harinya dalam menghasilkan produk tanaman komersial tetap saja tidak mendapatkan imbalan
atau upah.Sementara sumber penghasilan dari produksi pertanian komersial meningkat, kontrol kaum
wanita terhadap sumber-sumber ekonomi itu justru menurun.Hal ini dikarenakan sebagian besar

11

sumber daya rumah tangga, seperti tanah dan input-input lainnya dialihkan dari budidaya tanaman
pekarangan ke produksi pertanian komersial itu.
Program-program pengembangan yang dijalankan pemerintahan negara-negara berkembang
selama ini hanya terfokus pada kaum pria saja, sehingga ketimpangan akses ke berbagai sumber daya
ekonomi antara kaum pria dan wanita semakin lama semakin besar.Karena itu, kontribusi wanita bagi
pendapatan keluarga dengan sendirinya merosot.
Program-program yang disponsori pemerintah belum memberikan perhatian yang memadai
kepada kaum wanita. Di banyak negara berkembang, seorang wanita hanya dapat melakukan suatu
kontrak atau transaksi ekonomi jika disertai oleh tanda tangan sang suami. Sedikit sekali kaum wanita
yang terlibat dalam program-program pelatihan dan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah.Berbagai macam kendala kultural dan sosial masih menghalangi integrasi kaum wanita ke
dalam program-program pengembangan pertanian di banyak negara-negara berkembang.Secara umum,
keterlibatan kaum wanita dalam berbagai macam proyek pembangunan dan program-program
peningkatan kesejahteraan masih sangat terbatas; jadi tidak mengherankan jika proyek atau program itu
sendiri banyak yang gagal mencapai sasarannya.Yang tidak kalah pentingnya bahwa segala macam
usaha kaum wanita masih dianggap tidak perlu diberi imbalan atau upah, padahal tetes keringat kaum
pria mendapat imbalan.
Pentingnya peranan dan fungsi ekonomi kaum wanita tersebut dibuktikan oleh keberhasilan
yang sangat mengesankan dari program-program pembangunan yang melibatkan partisipasi mereka
secara penuh. Sehubungan dengan begitu pentingnya peranan kaum wanita dalam peningkatan
kemakmuran masyarakat pertanian, maka setiap program atau proyek pembangunan haruslah
melibatkan mereka agar kaum wanita juga memperoleh manfaat dan kesempatan yang sama besarnya
dengan yang diterima oleh kaum pria.
V. Mikroekonomi Perilaku Petani dan Pembangunan Agrikultur

Transisi Penghidupan Sendiri Petani menjadi Petani Komersial Terspesialisasi


Terdapat tiga tahapan umum dalam evolusi produksi agrikultur.Tahap pertama merupakan
murni, produktifitas-rendah, kebanyakan petani yang menghidupi dirinya sendiri (subsistence), hal ini
masih lazim dilakukan di Afrika.Tahap kedua disebut beragam atau agrikultur keluarga campuran
(mixed family agriculture) dimana sebagian kecil hasil produksi digunakan sebagai konsumsi sendiri
12

dan sebagian lagi dijual untuk kepada sektor komersil.Tahap ketiga merepresentasikan petani modern,
yang secara eksklusif terlibat dalam produktifitas-tinggi spesialisasi agrikultur dalam pasar komersial.

Pertanian Subsisten: Keengganan Risiko, Ketidapastian, dan Kelangsungan Hidup


Pada pertanian subsisten klasik, kebanyakan output diproduksi untuk keperluan konsumsi
keluarga.Output dan produktifitas yang dihasilkan rendah, serta menggunakan alat pertanian
sederhana.Modal yang digunakan untuk investasi minimal; tanah dan tenaga kerja merupakan faktor
pokok produksi.Tenaga kerja setengah menganggur hampir sebagian besar tahun dan hanya bekerja
ketika musim panen.
Teori tradisional dua faktor neoklasik memberikan beberapa pengertian yang mendalam
terhadap ekonomi subsisten agrikultur, dimana tanah berjumlah tetap, tenaga kerja merupakan satusatunya variabel input, dan memaksimalkan keuntungan. Namun sayang teori ini tidak menjelaskan
mengapa petani kecil sering kali menentang inovasi teknologi yang dapat membantu dalam pertanian
maupun perkenalan bibit-bibit baru. Menurut teori, pada umumnya orang akan cenderung
menggunakan metode produksi yang meningkatkan output dengan cost yang diberikan atau
meminimumkan cost dengan output tingkat tertentu, namun teori ini berdasarkan asumsi dimana petani
memiliki pemahaman sempurna. Oleh karena itu teori ini gagal diterapkan kepada lingkungan
agrikultur subsisten. Terlebih lagi jika akses untuk mendapatkan informasi tidak sempurna, biaya yang
harus dibayarkan untuk mendapatkan informasi akan semakin mahal.
Agrikultur subsisten kemudian dapat dikatakan usaha yang memiliki risiko tinggi dan
ketidakpastian. Di daerah dimana pertanian sangat kecil dan panen sangat bergantung kepada curah
hujan, rata-rata output akan rendah, dan pada tahung yang buruk, para petani akan terancam bahaya
kelaparan. Pada keadaan tersebut, petani akan lebih memikirkan kelangsungan hidupnya dibandingkan
keuntungan yang didapatkan. Dengan demikian petani akan enggan untuk meninggalkan teknologi
tradisional yang mereka gunakan dan mengganti dengan yang baru karena walaupun keuntungan yang
didapatkan mungkin akan tinggi, tetapi risiko yang dipertatuhkan akan lebih tinggi pula.

Ekonomi Bagi Hasil dan Faktor Pasar yang Saling Terkait


Bagi hasil terjadi ketika petani menggunakan tanah milik orang lain (landowner) sebagai ganti
dari sebagian hasil output makanan. Bagian pemilik tanah dapat bervariasi tergantung ketersediaan
tenaga kerja lokal dan input lainnya. Alfred Marshall mengobservasi bahwa sistem bagi hasil akan
13

menimbulkan inefisiensi karena ketika petani hanya dibayarkan sebagian dari hasil marjinalnya, secara
rasional usaha yang dilakukan akan semakin menurun. Pandangan ini kemudian ditantang oleh Steven
Cheung dengan teorinya yang disebut monitoring approach dimana menurut Steven Cheung, pemilik
tanah yang profit-maximizing akan mengeluarkan kontrak yang mengharuskan usaha yang memadai
serta penetapan pembagian output. Jika pekerjaan pemilik tanah tidak sebanding dengan hasil yang
didapatkan, maka ia akan digantikan dengan pemilik lain yang mau bekerja keras.
Screening hypothesis merupakan pandangan dimana orang dengan kemampuan lebih tinggi
akan cenderung lebih memilih perjanjian sewa murni, karena dengan demikian petani yang memiliki
kemampuan tinggi (high-ability farmer) akan mendapat nilai penuh dari produk marjinalnya.
Namun Radwan Ali Shaban mengidentifikasikan petani yang memanen dari lahannya sendiri
dengan petani yang menggunakan sistem kontrak bagi hasil. Dia menemukan bahwa petani dengan
kontrak bagi hasil akan menggunakan sedikit input dan akan menghasilkan output lebih sedikit
dibandingkan dengan yang menggunakan lahan sendiri.
Pendekatan terakhir menyarankan bahwa bagi hasil secara relatif efektif. Jika pemilik tanah
(landlord) membayar penyewa tanah (tenant) secara adil, dan akan efisien apabila penyewa tanah
memberikan usaha terbaiknya.
Faktor pasar yang saling terkait merupakan keadaan dimana fungsi penawaran saling
bergantung, biasanya disebabkan karena berbagai input yang berbeda disediakan oleh supplier yang
sama.

Transisi kearah Pertanian Campuran (Diversified Farming)


Pertanian campuran menggambarkan secara logis tahap transisi dari pertanian subsisten kearah
pertanian dengan spesialisasi produksi karena pada petani kecil, ketergantungan eksklusif terhadap
suatu tanaman tertentu dapat lebih berbahaya dibandingkan subsisten murni, karena resiko fluktuasi
harga juga dimasukkan kedalam ketidakpastian alam.Pada tahap ini, hasil panen pokok tidak lagi
mendominasi output pertanian.
Sukses atau tidaknya usaha tersebut, tidak hanya bergantung dari kemampuan serta ketrampilan
petani dalam meningkatkan produktifitasnya namun juga diukur dari sosial, komersial, dan kondisi
institusional.

Dari Keberagaman kepada Spesialisasi: Pertanian Komersial Modern

14

Pertanian terspesialisasi merupakan tahap terakhir dan tahap termaju dalam kepemilikan
individual pada ekonomi campuran pasar. Dalam pertanian terspesialisasi, ketersediaan pangan untuk
keluarga serta surplus pasar bukanlah lagi tujuan utama, melainkan keuntungan ekonomi murni.
Singkatnya, seluruh produksi untuk pasar.
VI. Kebutuhan Pokok Strategi Agrikultural dan Pembangunan Desa
Memperbaiki Agrikultur Berskala Kecil
o Dalam kebanyakan negara berkembang, teknologi dan inovasi merupakan prasyarat untuk perbaikan
yang berkelanjutan dalam tingkat output dan produktifitas.
o Kebijakan institusional dan penetepan harga agar tercipta insentif ekonomi
o Beradaptasi dengan kesempatan dan hambatan baru

Kondisi Pembangunan Desa


Terdapat tiga kesimpulan mengenai realisasi orang-berorientasi strategi pembangunan pertanian dan
pedesaan, yaitu:

o Pembaruan tanah
o Kebijakan yang mendukung
o Objektifitas pembangunan yang terintegrasi
Kritik :
1. Bahasa yang digunakan agak susah dipahami karena merupakan buku terjemahan dari
bahasa asing.
2. Buku ini membahas transformasi pertanian dan pembangunan pedesaan secara luas,
sehingga kita harus dapat mengkaji hal-hal mana yang sesuai yang dapat diadopsi untuk
dapat diterpakan di Indonesia.
3. Pembahasan pada bab ini lebih banyak membahas yang terjadi di negara-negara maju
untuk dapat diterpakan di negara berkembang, sementara tidak semua hal yang terjadi
di negara maju dapat diterapkan di negara berkembang.

15

BAGIAN II
ANALISIS BUKU

2.1 Kelemahan buku dibandingkan dengan buku acuan pemberian kritik

Buku Mudrajad Kuncoro membahas sebatas kondisi yang terjadi di Indonesia tanpa ada negara lain
sebagai pembanding.

Tidak ada studi kasus sebagaimana yang ada pada buku acuan.

Buku ini tidak memiliki edisi revisi yang membuat buku tersebut lebih terkini sesuai dengan
kondisi yang terjadi saat ini.

Buku ini juga masih banyak mengadopsi dari buku acuan.

2.2 Kelebihan buku dibandingkan dengan buku acuan pemberian kritik

Bahasa yang digunakan oleh penulis mudah dimengerti pembaca sehingga


dengan cepat dapat memahami maksud penulis.

16

BAGIAN III
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1.

Kesimpulan
Buku ini memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan sebagai buku teks bagi para mahasiswa, akan
tetapi hal itu dianggap wajar karena memang sulit untuk menemukan hal yang nyaris sempurna di
muka bumi ini. Buku ini juga ditulis oleh salah satu dosen tetap fakultas ekonomika dan bisnis dari
salah satu universitas terbaik di Indonesia yaitu Universitas Gajah Mada. Beliau adalah bapak
Mudrajad Kuncoro.

1.2.

Saran
Saran saya terhadap buku ini yaitu semoga akan terbit edisi revisi yang memperbaiki mengenai tulisan
yang salah ketik yang sering dijumpai pada beberapa pembahasan, selain itu juga menggunakan rumus
atau persamaan ekonomi umum agar mudah bagi pembaca khususnya mahasiswa untuk memahami
materi yang dibaca pada buku yang luar biasa ini.

17

Вам также может понравиться