Вы находитесь на странице: 1из 13

3.

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan berdasarkan IFRS


IAI saat ini masih menggunakan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
(KDPPLK) yang merupakan terjemahan langsung dari Framework for the Preparation and
Presentation of Financial Statements(Framework) yang dirumuskan pada era IASC (pendahulu
IASB). Pada tahun 2010, IASB telah mengganti Framework dengan dokumen baru,
yaituConceptual Framework for Financial Reporting (Conceptual Framework) Dokumen tersebut
belum final, dan karena alasan itulah IAI sepertinya belum berniat mengadopsi Conceptual
Framework.
3.1 DEFINISI KERANGKA KERJA KONSEPTUAL
a. Pengertian Kerangka Kerja konseptual
Kerangka konseptual (conceptual framework): suatu sistem logis dari tujuan-tujuan dan dasardasar yang saling terkait yang dapat mengarah pada standar-standar konsisten dan yang
menentukan sifat, fungsi, dan batasan dari akuntansi keuangan dan laporan-laporan keuangan.
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang terdiri dari
tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi penetapan
standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari akuntansi keuangan
dan laporan keuangan.
Yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan. Sedangkan fundamentals(kaidahkaidah pokok) adalah konsep-konsep yang mendasarai akuntansi keuangan, yakni yang menuntun
kepada pemilihan transaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus dipertanggungjawabkan,
pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta mengkomunikasikannya kepada pihakpihak yang berkepentingan.
Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-konsep lainnya
mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai referensi berulang-ulang
dalam menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi keuangan dan pelaporan.
Kerangka konsepsual diperlukan untuk:
- Mengumumkan lebih banyak standar yang berguna dan konsisten di masa yang akan datang
(dasarnya sama)
- Masalah-masalah praktis yang baru muncul, sehingga dapat dengan cepat dipecahkan dengan
referensi kerangka teori dasar yang sudah ada.
- Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai laporan
keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan komparabilitas antar laporan keuangan
perusahaan.
- Masalah-masalah yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu pada kerangka
teori yang telah ada
B. Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual

Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual FASB (Financial Accounting Standard Board) telah
menerbitkan enam statement of financial accounting concept yang berhubungan dengan
pelaporan keuangan entitas bisnis, yaitu:
- SFAC no. 1 objective of financial reporting by business enterprises, yang menyajikan tujuan dan
sasaran akuntansi.
- SFAC no. 2 qualitative caracteristics of accounting information, yang menjelaskan karakteristik
yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.
- SFAC no. 3 element of financial statement of business enterprises, yang memberikan definisi
dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan dan
beban.
- SFAC no. 5 recognition and measurement in financial statement of business enterprises, yang
menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental serta pedoman tentang informasi.
- SFAC no. 6 element of financial statement, yang menggantikan SFAC no. 3 dan memperluas
SFAC no. 3 dengan memasukkan organisasi-organisasi nirlaba.
- SFAC no. 7 using cash flow information and present value in accounting measurement, yang
memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa depan yang diharapkan dan nilai
sekarang (present value) sebagai dasar pengukuran
C. Tujuan Dasar Kerangka Kerja Konseptual
Tujuan pelaporan keuangan (objectives of financial reporting) adalah untuk menyediakan
informasi:
1. Berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi
untuk membuat keputusan investasi serta kredit;
2. Untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan potensial, serta
pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan;
3. Tentang sumber daya ekonomi, klaimterhadap sumber daya tersebut, dan perubahan di
dalamnya.
* Tujuan(objectives) dimulai dengan lebih banyak berfokus pada informasi yang berguna
bagi para investor dan kreditor dalam membuat keputusan. Fokus ini lalu menyempit
pada kepentingan investor dan kreditor atas prospek penerimaan kas dari investasi
mereka dalam, atau dari pinjaman yang telah mereka berikan ke entitas bisnis.
Pada akhirnya, tujuan berfokus pada laporan keuangan yang menyediakan informasi
yang berguna untuk menilai prospek arus kas yang akan diterima entitas bisnis yaitu
arus kas yang menjadi harapan investor dan kreditor. Pendekatan ini dikenal sebagai
kegunaan keputusan (decision usefulness).
* Dalam menyediakan informasi kepada pemakai laporan keuangan, profesi akuntan
mengandalkan laporan keuangan bertujuan-umum(general-purpose financial statement),
yaitu menyediakan informasi paling bermanfaat dengan biaya minimal kepada berbagai
kelompok pemakai.

D. Konsep-Konsep Kerangka Kerja Konseptual


Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
Agar berguna dalam pengambilan keputusan (decision usefulness), informasi akuntansi harus
memiliki dua kualitas yaitu kualitas primer dan kualitas sekunder. Tentu saja terdapat beberapa
kendala untuk mencapai dua kualitas tersebut.
a. Kualitas Primer
Relevansi (relevance) dan keandalan (reliability) harus melekat pada informasi akuntansi.
1. Relevansi
Agar relevan informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan.
Informasi itu mampu mempengaruhi pengambilan keputusan dan berkaitan erat dengan keputusan
yang akan diambil, jika tidak berarti informasi tersebut dikatakan tidak relevan. Informas yang
relevan harus memiliki nilai umpan balik (feed-back value), yakni mampu membantu menjustifikasi
dan mengoreksi harapan masa lalu.
2. Keandalan
Informasi dianggap andal jika dapat diverifikasi, netral, disajikan secara tepat serta bebas dari
kesalahan dan bias (penyimpangan). Realibilitas sangat diperlukan oleh individu-individu yang
tidak memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi isi faktual dari informasi.
- Daya Uji (verifiability): ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen, dengan
menggunakan metode pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang serupa.
- Ketepatan penyajian (representational faithfulness): angka-angka dan penjelasan
dalam laporan keuangan mewakili apa yang benar-benar ada dan terjadi.
- Netralitas(neutrality): informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan sekelompok
pemakai tertentu. Info yang disajikan harus faktual, benar dan tidak biasa.
3.Keberdayaujian (verifiability)
Informasi harus dapat diuji kebenarannya. Dapat diujinya kebenaran informasi akuntansi berdasar
pada keobyektifan dan konsensus. Contoh, keandalan informasi harga perolehan fixed assets
harus diuji berdasar data masa lalu yang terekam pada faktur (keobyektifan). Tetapi keandalan
informasi tentang depresiasi aktiva tetap itu adalah berdasarkan konsensusa mengenai metode
depresiasi yang digunakan, taksiran nilai residu, dan taksiran umur ekonomis.
4. Kenetralan (neutrality).
Informasi akuntansi dimaksudkan untuk memenuhi tujuan berbagai kelompok pemakai. Oleh
karena itu harus bebas dari usaha-usaha untuk memberikan keuntungan lebih kepada kelompok
tertentu.
5. Kejujuran penyajian (representational faithfulness)
Penyajian yang jujur berarti adanya kesesuaian antara fakta dan informasi yang disampaikan.
b. Kualitas Sekunder
Kualitas sekunder yang harus dimiliki informasi akuntansi adalah keberdayabandingan
(comparability) dan konsistensi (consistency).
1. Keberdayabandingan

Informasi akuntansi akan lebih bermanfaat jika dapat dibandingkan antara satu perusahaan
dengan perusahaan yang lain dalam satu industri (perbandingan horizontal) atau membandingkan
perusahaan yang sama untuk periode yang berbeda (perbandingan vertikal).
2. Konsistensi
Sebuah entitas dikatakan konsisten dalam menggunakan standar akuntansi apabila
mengaplikasikan perlakuan akuntansi (metode akuntansi) yang sama untuk kejadian-kejadian
serupa, dari periode ke periode.
Kendala-kendala
Terdapat dua kendala yang mempengaruhi tercapainya kualitas informasi seperti yang telah
dijelaskan, yaitu pertimbangan manfaat-biaya dan tingkat materialitas. Dua kendala lainnya yang
kurang dominan tapi merupakan bagian dari lingkungan pelaporan adalah praktek industri dan
konservatisme.
- Pertimbangan manfaat-biaya (cost-effectiveness).
Untuk menghasilkan informasi yang relevan,andal, berdaya banding, dan konsisten
dibutuhkan biaya yang mahal. Oleh karena biaya dan terutama manfaat tidak mudah
diukur, maka mempertimbangkan hubungan manfaat-biaya menjadi masalah.
- Materialitas (materiality)
Berhubungan dengan dampak suatu item terhadap operasi keuangan perusahaan secara
keseluruhan. Suatu item akan dianggap material jika pencantuman atau pengabaian item
tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian seorang pemakai laporan keuangan.
- Praktik industri.(industry practices)
Sifat unik dari sejumlah industri dan perusahaan terkadang memerlukan penyimpangan
dari teori dasar.
- Konservatisme(conservatism)
Berarti jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat kecil kemungkinannya dalam
menghasilkan penetapan laba dan aktiva yang terlalu tinggi. Tujuan dari konvensi ini, jika
diaplikasikan secara tepat adalah menyediakan pedoman yang paling rasional dalam
situasi sulit : jangan menyajikan angka laba bersih dan aktiva bersih yang terlalu tinggi.
Elemen-elemen Laporan Keuangan
SFAC No. 6 menetapkan sepuluh elemen utama laporan keuangan. Cakupannya bukan hanya
perusahaan yang berorientasi laba, tetapi juga organisasi nirlaba. Elemen-elemen laporan
keuangan bagi organisasi yang berorientasi laba meliputi 10 macam, yaitu : aktiva, kewajiban,
ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi kepada pemilik, laba komprehensif, pendapatan, beban,
keuntungan, dan kerugian. Adapun bagi organisasi nirlaba ada 7 macam, yaitu : aktiva, kewajiban,
ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian.
E. Pengakuan dan Pengukuran Kerangka Kerja Konseptual
Kerangka konseptual terdiri dari konsep-konsep yang dipakai untuk mengimplementasikan tujuan
dasar dari tingkat pertama. Konsep-konsep ini menjelaskan apa, kapan, dan bagaimana unsurunsur serta kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan dilaporkan oleh sistem akuntansi.

Asumsi-Asumsi Dasar
Asumsi-asumsi menyediakan satu landasan bagi profesi akuntansi. Jadi, asumsi dasar akuntansi
adalah anggapan-anggapan yang digunakan oleh para akuntan agar akuntansi dapat dipraktikkan.
a) Asumsi entitas ekonomi (economic entity assumption).
Akuntansi memandang bahwa perusahaan merupakan unit yang berdiri sendiri dan terpisah dari
pihak-pihak yang memiliki kepentingan (pemilik, kreditor, karyawan, dan lainnya).
b) Kesinambungan (going concern).
Sebagian besar metode akuntansi di dasarkan pada asumsi kelangsungan hidup yaitu perusahaan
bisnis akan memiliki umur yang panjang.pengalaman mengindikasikan bahwa, meskipun banyak
mengalami kegagalan bisnis, perusahaan dapat memiliki kelangsungan hidup yang panjang.
c) Asumsi unit moneter (monetary unit assumption).
Akuntansi menggunakan unit moneter sebagai alat pengukur suatu obyek atau aktivitas
perusahaan dan menganggap nilai uang adalah stabil dari waktu ke waktu.
d. Asumsi periodisitas (periodicity assumption).
Cara yang paling akurat untuk mengukur hasil operasi perusahaan adalah dengan mengukurnya
pada saat perusahaan tersebut di likuidasi. Namun, pengambil keputusan tidak bisa menunggu
selama itu untuk menerima informasi semacam itu. Asumsi periodisitas (periodicity assumption)
atau periode waktu menyiratkan bahwa aktivitas ekonomi sebuah perusahaan dapat di pisahkan
dalam periode waktu artifisial periode waktu ini bervariasi, tetapi yang paling umum yaitu secara
bulanan, kuartalan
Prinsip-Prinsip Dasar Akuntansi
i.Biaya historis (historical cost).
GAAP mewajibkan sebagian besar aktiva dan kewajiban diperlakukan dan dilaporkan berdasarkan
harga akuisisi.Kos(cost) memiliki keunggulan yang penting dibandingkan penilaian yang lainnya
yaitu dapat diandalkan.
ii.Pengakuan pendapatan.
Pendapatan umumnya diakui jika (1) telah direalisasi atau dapat direalisasikan dan (2) telah
dihasilkan.
iii.Prinsip Penandingan (matching principle).
Beban untuk suatu periode ditentukan dengan mengaitkannya dengan pendapatan tertentu atau
dengan periode tertentu.. Beban diakui :
~ Jika terdapat hubungan langsung atau sebab akibat dengan penjualan produk atau penyerahan
jasa,
~ Pada periode terjadinya, yakni pada saat kas dikeluarkan jika tidak terdapat hub. Langsung atau
sebab akibat dengan penjualan produk atau jasa,
~ Dengan alokasi yang sistematis dan rasional, jika butir 1 dan 2 tidak terpenuhi. Contoh:
depresiasi.

iv.Prinsip Pengungkapan Penuh (full disclosure principle)


Mengakui sifat dan jumlah informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan mencerminkan
trade off penilaian, seperti :
~ Hal-hal yang harus diungkapkan karena mempengaruhi keputusan pemakai
~ Kebutuhan untuk menyajikan secara penuh agar informasi dapat dipahami.
~ Catatan atas laporan keuangan umumnya ditujukan untuk memperkuat atau memperjelas pospos yang disajikan dalam bagian utama laporan keuangan dan tahunan
3.2 PERAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Peran Suatu Kerangka Kerja Konseptual
Kerangka kerja konseptual dari tingkat akuntansi, bertujuan untuk menyediakan struktur teori
akuntansi. Pada tingkat tertinggi yang teoritis, menyatakan ruang lingkup dan tujuan pelaporan
keuangan. Pada tingkat konseptual berikutnya mendasar, mengidentifikasi dan mendefinisikan
karakteristik kualitatif informasi keuangan (seperti relevansi, keandalan, komparatif, dan
dimengerti) dan elemen dasar akuntansi (seperti aktiva, kewajiban, ekuitas, biaya pendapatan, dan
keuntungan) . di tingkat operasional yang lebih rendah, kesepakatan kerangka kerja konseptual
dengan prinsip dan aturan pengakuan dan pengukuran elemen dasar dan jenis informasi yang
akan ditampilkan dalam laporan keuangan.
Manfaat kerangka konseptual :
1.Untuk keperluan manajer dalam mengambil keputusan
2.Bagi manajemen dan auditor untuk meyakinkan bahwa informasi disajikan sesuai dengan aturan
yang ditetapkan.
Rerangka konseptual diperlukan pelaporan keuangan (laporan keuangan dan penjelasan
tambahannya)Pelaporan keuangan adalah informasi yang diperlukan untuk keperluan stakeholder
dalam pengambilan keputusan terdiri dari :
- Laporan keuangan
- Catatan singkat (disclosure dan informasi tambahan)
B. Tujuan untuk Kerangka Kerja Konseptual
IASB dan FASB mempertimbangkan kerangka tujuan utama pelaporan keuangan adalah untuk
mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pengguna. informasi tersebut akan dipilih salah
satu dasar kegunaannya dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
Tujuan ini terlihat ingin dicapai akan pelaporan yaitu:
1. berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi
2. berguna dalam menilai prospek arus kas
3. tentang sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya dan perubahan di dalamnya.
Kerangka IASB dikembangkan mengikuti jejak dari pembuat standar AS, FASB, pada periode
1987-2000 FASB menerbitkan laporan konsep tujuh mencakup topik topik berikut:
1. Tujuan dari pelaporan keuangan oleh perusahaan bisnis dan organisasi non-profit
2. Karakteristik kualitatif informasi akuntansi akuntansi yang berguna

3. Unsur-unsur laporan keuangan


4. Kriteria untuk pengakuan dan pengukuran unsur-unsur
5. Penggunaan arus kas dan menyajikan informasi nilai dalam pengukuran akuntansi.
IASB memiliki konsep laporan hanya satu, kerangka atas penyusunan dan penyajian laporan
keuangan. itu dikeluarkan oleh IASC, organisasi pendahulu ke IASB, pada tahun 1989 dan
kemudian diadopsi oleh IASB pada tahun 2001. kerangka menggambarkan konsep-konsep dasar
dengan yang laporan keuangan disusun. Ini berfungsi sebagai panduan untuk tidak menyasar
langsung dalam IAS atau IFRS atau interpretasi. IASB menyatakan bahwa kerangka:
- Menentukan tujuan laporan keuangan
- Mengidentifikasi karakteristik kualitatif yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna
- Mendefinisikan elemen dasar laporan keuangan dan konsep untuk pengakuan dan
pengukuran mereka dalam laporan keuangan.
IAS 1 penyajian laporan keuangan dan 8 IAS kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi
dan menangani kesalahan dengan penyajian laporan keuangan dan membuat reverance untuk
framework. IAS 8 mengatur bahwa dalam ketiadaan standar IASB atau interpretasi yang secara
khusus berlaku untuk transaksi, bahkan atau kondisi lain, manajemen harus kita pertimbangan
dalam mengembangkan sebuah menerapkan akuntansi yang menghasilkan informasi yang:
- Relevansi dengan keputusan ekonomi membuat kebutuhan pengguna
- Handal, dalam laporan keuangan:
a. setia merupakan posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas
b. mencerminkan substansi ekonomi dari transaksi, acara lainnya dan kondisi, dan bukan
hanya bentuk hukum
c. adalah netral, yaitu. bebas dari bias
d. adalah tepat
e. secara lengkap dalam semua hal yang material
IAS 8 (ayat 11) menyediakan hirarki pernyataan akuntansi. Hal ini membutuhkan bahwa dalam
membuat penilaian yang diperlukan dalam ayat 10. Manajemen akan merujuk kepada, dan
mempertimbangkan penerapan, sumber-sumber berikut, dalam urutan:
~ persyaratan dan bimbingan dalam Standar dan interpretasi berurusan dengan masalah
yang sama dan terkait dan
~ definisi, kriteria pengakuan dan pengukuran konsep untuk aset, kewajiban,penghasilan
dan beban pada framework tersebut.
C. Pengembangan Kerangka Konseptual
Pengaturan standar berdasarkan aturan dan prinsip. Pengaturan standar ada yang dipengaruhi
prinsip dan ada yang dipengaruhi aturan dari lingkungan pengambilan keputusan.
PERBEDAAN
* PRINSIP
1.Standar berdasar prinsip prinsip akuntansi
2.Baku dan berlaku umum

3.Prinsip adalah keyakinan yang kuat dan tidak dapat diubah


4.Dampaknya harus membuat estimasi misalnya : Jika terjadi banjir maka rumahnya akan
digenangi sehingga harus pindah rumah ( mengungsi )
* RULES
1.Standar berdasar aturan/ persyaratan rinci
2.Lingkupnya hanya untuk kelompok tertentu dimana akuntansi dilaksanakan
3.Konsisten
4.Akurat (siapapun yang mengukur hasilnya sama sehingga informasinya netral )
5.Ada adjusment karena lingkungan para stakeholdernya berbeda beda
6.Dipengaruhi politik ( pihak yang dominan seperti pada teori Private Interst )
Contoh Principle based : IFRS termasuk principle karena digunakan semua negara ( standarnya
berlaku secara internasional )
Contoh Rules Based : seperti PSAK di Indonesia atau USGAAP di Amerika
D. Kritik terhadap Kerangka Konseptual
Standar dapat digunakan untuk mengelompokkan elemen akuntansi dalam laporan
keuangan(neraca dan laba rugi).
Kerangka konseptual dikritik karena masih ada masalah pendefinisian dan pengukuran. Di dalam
pengukuran masih ada hal yang tidak jelas seperti persediaan yang diukur berdasarkan beberapa
metode, atau IFRS yang menyarankan pengukuran berdasarkan current cost bukan historical cost.
1.Masalah interpretasi : beberapa metode menghasilkan hasil yang berbeda beda.
2.Hanya tergantung pada pengamatan yang terjadi /tidak disusun secara terstruktur sehingga tidak
memenuhi standar.
Deskripsi : dari hasil pengamatan lalu dijelaskan sampai pada kondisi tersebut.
Preskriptive : kebalikan dari deskripsi dijelaskan karena penyebabnya dijelaskan lebih dulu.
3.Kelemahan rule based antara lain :
a. Dipengaruhi krlompok dominan (sesuai dengan llingkungan dimana kelompok itu
berada)sehingga standarnya tidak berlaku umum.
b. Kelemahan dalam pendefinisian yaitu pendefinisian elemen elemen tertentu yang sulit
ditentukan kepastianny.
E. Kerangka Konseptual Untuk Standar Auditing
Salah satu pemakai laporan keuangan adalah auditor. Yang perlu dilakukan auditor adalah
memeriksa laporan keuangan dan memberi pendapat. Tujuannya untuk meyakinkan laporan
keuangan disusun sesuai aturan yang berlaku.
Karena ada kritikan maka ada masalah yang ditimbulkan yaitu :
Karena standarnya banyak terdapat kelemahan (padahal tugas auditor adalah memberi pendapat
tentang kesesuaian laporan keuangan dengan standar) maka dengan pendapat wajar pun tidak
dapat dijadikan pedoman utama. Pekerja auditor tidak cukup hanya memberi pendapat kewajaran
sehingga akuntan publik harus melakukan hal hal berikut agar laporan audit masih dapat
digunkan :
1.Pengambil keputusansan mendapat informasi yang lengkap

2.Harus mempertimbangkan atau melibatkan resiko bisnis klien


3.Menekankan kegiatan internal auditor yang bertujuan untuk lebih meyakinkan keabsahan
3.3 PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM (GAAP)
Praktik akuntansi harus dilaksanakan mengacu pada Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum
(PABU). Berlaku Umum mempunyai makna bahwa laporan keuangan suatu perusahaan bisa
dimengerti oleh siapapun dengan latar belakang apapun. Dalam hal ini Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 paragraf 9 dan 10 menyatakan bahwa laporan keuangan yang
dibuat berdasarkan standar akuntansi tetap bisa memenuhi kebutuhan semua pengguna yang
meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan
kreditor lainnya, pemerintah serta lembaga lembaganya, dan masyarakat. Bayangkan jika tidak
ada PABU maka sebuah entitas akuntansi harus membuat laporan keuangan dalam banyak format
karena banyaknya pihak yang berkepentingan.
Meski demikian, berhubung investor merupakan penanam modal yang secara relatif mempunyai
resiko yang lebih besar, maka laporan keuangan entitas akuntansi, khususnya perusahaan,
berdasarkan standar akuntansi keuangan akan mengandung lebih banyak informasi untuk
kepentingan investor. Demikian juga, aturan - aturan yang dibuat lebih banyak dimaksudkan agar
laporan keuangan memberikan informasi yang memenuhi kepentingan investor.
Dalam konteks yang lain, PABU membantu para akuntan dalam menerapkan prinsip prinsip yang
konsisten pada organisasi yang berbeda. PABU merupakan standar yang harus diikuti dimanapum
profesi akuntan berada, kecuali jika keadaan membenarkan adanya pengecualian terhadap
standar yang ada. Jika manajemen merasa bahwa keadaan yang dihadapi tidak memungkinkan
adanya ketaatan terhadap standar yang ada, pengecualian dapat dilakukan, tentu saja disertai
dengan pengungkapan yang memadai.
Bentuk dari PABU mencakup konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk merumuskan
praktik akuntansi yang berlaku umum pada saat tertentu. Dengan pengertian yang hampir sama,
Miller (1985) menyatakan prinsip akuntansi berlaku umum (GAAP) merupakan rajutan dari
berbagai aturan dan konsep. Aturan dan konsep ini awalnya dikembangkan dari praktik tetapi telah
ditambah dan dikurang oleh badan yang punya otoritas. Metode akuntansi harus dapat memenuhi
paling sedikit satu dan biasanya beberapa kondisi-kondisi berikut ini, untuk dapat dikualifikasikan
sebagai suatu metode yang berlaku umum. Kondisi tersebut antara lain:
Metode tersebut akan benar-benar digunakan dalam kasus-kasus yang jumlahnya cukup
signifikan, di mana terdapat kondisi yang memungkinkan untuk menggunakan metode tersebut.
Metode tersebut mendapat dukungan yang diberikan melalui pernyataan-pernyataan dari
lingkungan akuntansi professional, atau badan-badan yang berwenang lainnya.
Metoda tersebut mendapat dukungan secara tertulis dari sejumlah pengajar dan pemikir
akuntansi terkemuka.
Prinsip akuntansi beraku umum mengacu pada berbagai sumber. Sumber acuan prinsip akuntansi
berlaku umum di Indonesia menurut IAI adalah sebagai berikut:

a.Prinsip akuntansi yang ditetapkan dan/atau dinyatakan berlaku oleh badan pengatur
standar dari Ikatan Akuntan Indonesia;
b.Pernyataan

dari

badan,

yang

terdiri

dari

pakar

pelaporan

keuangan,

yang

mempertimbangkan isu akuntansi dalam forum publik dengan tujuan menetapkan prinsip
akuntansi atau menjelaskan praktik akuntansi yang ada dan berlaku umum, dengan syarat
dalam prosesnya penerbitan tersebut terbuka untuk dikomentari oleh publik dan badan
pengatur standar dari Ikatan Akuntan Indonesia tidak menyatakan keberatan atas
penerbitan pernyataan tersebut;
c.Pernyataan

dari

badan,

yang

terdiri

dari

pakar

pelaporan

keuangan,

yang

mempertimbangkan isu akuntansi dalam forum publik dengan tujuan menginterpretasikan


atau menetapkan prinsip akuntansi atau menjelaskan praktik akuntansi yang ada berlaku
umum, atau pernyataan yang tersebut pada butir b yang penerbitannya tidak pernah
dinyatakan keberatan dari badan pengatur standar dari Ikatan Akuntan Indonesia tetapi
belum pernah secara terbuka dikomentari oleh publik;
d.Praktik atau pernyataan resmi yang secara luas diakui sebagai berlaku umum karena
mencerminkan praktik yang lazim dalam industri tertentu, atau penerapan dalam keadaan
khusus dari pernyataan yang diakui sebagai berlaku umum, atau penerapan standar
akuntansi internasional atau standar akuntansi yang berlaku umum di wilayah lain yang
menghasilkan penyajian substansi transaksi secara lebih baik.
Praktek akuntansi yang sangat dinamis seringkali akan menemui kondisi dan atau situasi yang
belum diatur dalam PABU. Dalam situasi baru, sudah pasti tidakada prinsip-prinsip yang berlaku
umum. Jika entitas-entitas yang berbeda menerapkan kebijakan yang berbeda-beda, maka tidak
terdapatmekanisme untuk menilai prinsip mana yang berlaku umum. (Pada praktiknya, bukanlah
suatu hal yang tidak mungkin bahwa kesemuanya akan dianggap sebagai prinsip-prinsip yang
berlaku umum). Disisi yang lain, sebuah rekomendasi dari badan yang menetapkan standar
secara otomatis akan dianggap menjadi berlaku umum tanpa melihat praktik-praktik lainnya, tidak
peduli seberapa tidak populernya rekomendasi yang diberikan tersebut.
Profesi akuntansi telah mengembangkan standar yang berlaku umum dan diterima universal.
Standar ini dinamakan sebagai prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Standar ini
diperlukan sebagai patokan atau pedoman dalam penyusunan laporan keuangan yang baku.
Dengan adanya standar ini, pihak manajemen selaku pengelola dana dan aktivitas perusahaan
dapat mencatat, mengikhtisarkan, dan melaporkan seluruh hasil kegiatan operasional maupun
financial perusahaan secara baku dan transparan.
Laporan keungan yang telah disusun manajemen berdasarkan standar atau prinsip akuntansi
yang berlaku umum ini merupakan salah satu bentuk dari pertanggung jawaban manajemen
kepada investor selaku pemilik dana.
Dalam konteks standar akuntansi yang berlaku umum, ada dua konsep yang harus dipenuhi.
1.Konsep entitas usaha

Membatasi data ekonomi dalam sistem akuntansi terhadap data yang berhubungan langsung
dengan kegiatan usaha. Perusahaan dianggap sebuah entitas yang terpisah dari pemilik, kreditur,
dan pihak yang berkepentingan lainnya. Misalnya, seorang konsultan perorangan yang sekaligus
sebagai seorang kepala keluarga, harus memisahkan antara perusahaannya sebagai konsultan
dan keuangan keluarganya.
2.Konsep biaya
Bahwa nilai suatu aset dicatat berdasarkan nilai perolehannya. Bukan berdasarkan nilai pasar,
atau nilai penawaran. Konsep biaya ini didukung dengan dua konsep lain, yaitu:
~ Konsep objektivitas, yang melandaskan pencatatan dan pembukuan laporan akuntansi pada
bukti objektif.
~ Konsep unit pengukuran yang mensyaratkan data ekonomi dicatat dalam satuan mata uang. Bila
di Indonesia kita menggunakan rupiah (Rp.) tetapi di negara lain tentunya disesuaikan dengan
jenis mata uang yang dipegang negara yang bersangkutan.

3.4 PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN


Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan pemerintah disebut dengan
pengguna laporan keuangan pemerintah. Dalam hal ini, pengguna laporan keuangan pemerintah
dapat juga diidentifikasikan dengan menelusuri siapa pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
pemerintah (stakeholder), yang mana berdasarkan penelitian Drebin et al. (1981) dalam Jones dan
Pendlebury (2000) menjelaskan bahwa stakeholder pemerintah tersebut dapat dikelompokkan
sebagai berikut: pembayar pajak, pemberi dana bantuan (hibah), investor, pengguna jasa,
karyawan, pemasok, dewan legislatif, manajemen (pemerintah itu sendiri), pemilih dan badan
pengawas.
Begitupula dalam Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, dinyatakan bahwa terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan
keuangan pemerintah, namun tidak terbatas pada:
1.Masyarakat;
2.Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;
3.Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman;
4.Pemerintah.
Pemakai laporan keuangan sektor publik dapat diidentifikasikan dengan menelusuri siapa yang
menjadi stakeholder organisasi. Drebin et al (1981) mengidentifikasikan terdapat sepuluh
kelompok pemakai laporan keuangan. Lebih lanjut Drebin menjelaskan keterkaitan antar kelompok
pemakai laporan keuangan tersebut dan menjelaskan kebutuhannya. Kelompok pemakai laporan
keuangan tersebut adalah :
a.Pembayar pajak (taxpayers)
b.Pemberi dana bantuan (granlurx)
c.Investor

d.Pengguna jasa (fee-paying service recipients)


e.Karyawan/ pegawai
f.Pemasok (vendor)
g.Dewan legislatif
h.Manajemen
i.Pemilih (voters)
j.Badan pengawas (oversight bodies)
Pengklasifikasian tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa pembayar pajak, pemberi dana
bantuan, investor, dan pembayar jasa pelayanan merupakan sumber penyedia keuangan
organisasi, karyawan dan pemasok merupakan penyedia tenaga kerja dan sumber daya material,
dewan legislative, dan manajemen membuat keputusan alokasi sumber daya, dan aktivitas
mereka semua diawasi oleh pemilih dan badan pengawas, termasuk level pemerintahan yang
lebih tinggi.Anthony mengklasifikasikan pemakai laporan keuangan sektor publik menjadi lima
kelompok, yaitu:
1. Lembaga pemerintah (governing bodies)
2. Investor dan kreditor
3. Pemberi sumber daya (resourceproviders)
4. Badan pengawas (oversight bodies)
5. Konstituen
Pengklasfikasian pemakai laporan keuangan yang dilakukan Anthony adalah dengan
mempertimbangkan semut organisasi nonbisnis, bukan untuk organisasi pemerintahan saja,
sedangkan Drebin et al mengklasifikasikan pemakai laporan keuangan untuk sektor pemerintahan
saja. Jika dibandingkan dengan analisis Drebin et al., Anthony memasukkan pembayar pajak,
pemilih, dan karyawan dalam satu kelompok yang ia sebut konstituen. Ia mengelompokkan
pemberi dana bantuan dan pembayar jasa sebagai pemberi sumber daya, investor dan kreditor
dikelompokkan menjadi satu.
HAK & KEBUTUHAN PEMAKAI LAPORAN KEUANGAN
Hak pemakai laporan keuangan:
1.Hak untuk mengetahui
~ Mengetahui kebijakan pemerintah
~ Mengetahui keputusan yg diambil pemerintah
~ Mengetahui alasan dilakukannya suatu kebijakan & Keputusan tertentu.
2.Hak utk diberi informasi, meliputi hak utk diberi penjelasan secara terbuka atas
permasalahan tertentu yg menjadi perdebatan publik.
3.Hak utk didengar aspirasinya
Hak ini muncul sbg akibat konsekuensi pertanggungjawaban & pengelolaan publik
(accountability & stewardship).
Kebutuhan Pemakai Laporan Keuangan:
1.Masyarakat pengguna pelayanan publik.
Biaya, harga, & kualitas pelayanan.
2.Masyarakat pembayar pajak & pemberi bantuan
Penggunaan dana

3.Kerditur & Investor


Menghitung tingkat risiko, likuiditas, & solvabilitas
4.Parlemen & Kelompok Politik
Pengawasan, mencegah bias LK & penyelewengan
5.Manajer Publik
SIM, perencanaan, pengendalian, & pengukuran kinerja
6.Pegawai
Informasi gaji & manajemen kompensasi

SUMBER :
http://muntiawardhani29.blogspot.co.id/2013/03/kerangka-konseptual.html
http://www.warsidi.com/2015/01/kerangka-konseptual-pelaporan-keuangan.html

Вам также может понравиться