Вы находитесь на странице: 1из 10

Kerang Hijau (Perna viridis)

Kerang adalah salah satu sumberdaya perikanan yang banyak


diperoleh melalui penangkapan di alam, misalnya kerang hijau, kerang
darah, tiram, dan tridacna. Kerang hijau adalah salah satu kekerangan yang
berhasil dibudidayakan atau sering disebut green mussels, nama latinnya
Perna viridis. Kerang hijau hidup pada
perairan estuary mangrove dan
daerah teluk dengan substrat pasir
berlumpur serta berkadar garam
sedang.
Budidaya
kerang
hijau
terbilang mudah, karena kerang hijau
mampu
bertahan
hidup
dan
berkembang biak pada tekanan
lingkungan yang tinggi dan tanpa
pemberian pakan. Manfaat kerang
hijau tidak hanya sebagai bahan
pangan manusia, tapi juga dapat menjadi bahan baku pakan ternak dan
perikanan, seperti untuk induk ikan dan lobster. Kerang dapat pula sebagai
biofilter atau organisme penyaring yang mampu meningkatkan kualitas
lingkungan. Hal ini tergambarkan dalam konsep IMTA (Integrated MultiTrophic Aquaculture), yaitu metode budidaya yang memafaatkan kerang
sebagai organisme perbaikan lingkungan. Perairan Indonesia yang luas
merupakan potensi dalam pengembangan budidaya kerang hijau. Atas dasar
itulah penyusunan panduan praktik budidaya kerang hijau sebagai pedoman
untuk melaksanakan praktik budidaya kerang hijau yang bertanggungjawab
dan berkelanjutan.
Adapun klasifikasi ilmiah dari kerang hijau menurut Dance (1977)
adalah sebagai berikut:
Filum

: Mollusca

Kelas

: Bivalvia

Subkelas
:
Lamelibranchiata
Superordo : Filibrachiata
Ordo

: Anisomaria

Famili

: Mitylidae

Genus

: Perna

Spesies

: Perna viridis L

Morfologi Kerang Hijau


Jika dibuat sayatan memanjang dan melintang, tubuh kerang akan
tampak bagian-bagian sebagai berikut. Paling luar adalah cangkang yang
berjumlah sepasang, fungsinya untuk melindungi seluruh tubuh kerang.
Mantel, jaringan khusus, tipis dan kuat sebagai pembungkus seluruh tubuh
yang lunak. Pada bagian belakang mantel terdapat dua lubang yang disebut
sifon.Sifon atas berfungsi untuk keluarnya air, sedangkan sifon bawah
sebagai tempat masuknya air.Insang, berlapis-lapis dan berjumlah dua
pasang. Dalam insang ini banyak mengandung pembuluh darah. Kaki pipih.
Bila akan berjalan kaki dijulurkan ke anterior. Di dalam rongga tubuhnya
terdapat berbagai alat dalam seperti saluran pencernaan yang menembus
jantung, alat peredarn, dan alat ekskresi (ginjal) (Kastawi, 2008)
Cangkang kerang terdiri atas tiga lapis, yaitu urut dair luar ke dalam
sebagai berikut:
Periostrakum, merupakan lapisan tipis dan gelap yang tersusun atas
zat tanduk yangdihasilkan oleh tepi mantel; sehingga sering disebut lapisan
tanduk, fungsinya untuk melindungi lapisan yang ada di sebelah dalamnya
dan lapisan ini berguna untuk melindungicangkang dari asam karbonat
dalam air serta memberi warna cangkang..
Prismatic, lapisan tengah yang tebal dan terdiri atas kristal-kristal
kalsium karbonat yang berbentuk prisma yang berasal dari materi organik
yag dihasilkan oleh tepi mantal.
Nakreas merupakan lapisan terdalam yang tersusun atas kristal-kristal
halus kalsium karbonat. merupakan lapisan mutiara yang dihasilkan oleh

seluruh permukaan mantel. Dilapisan ini, materi organik yang ada lebih
banyak daripada di lapisan prismatic. Lapisan initampak berkilauan dan
banyak terdapat pada tiram/kerang mutiara. Jika terkena sinar, mampu
memancarkan keragaman warna. Lapisan ini sering disebut sebagai lapisan
mutiara(Saadah, 2010).
Alat pernapasan kerang berupa insang dan bagian mantel. Insang
kerang berbentuk W dengan banyak lamella yang mengandung banyak
batang insang. Pertukaran O2 dan CO2 terjadi pada insang dan sebagian
mantel. Mantel terdapat di bagian dorsal meliputi seluruh permukaan dari
cangkang dan bagian tepi. Antara mantel dan cangkang terdapat rongga
yang di dalamnya terdapat dua pasang keping insang, alat dalam dan kaki.
Alat peredaran darah sudah agak lengkap dengan pembuluh darah terbuka.
System pencernaan dari mulut sampai anus (Saadah,2010). Sistem sarafnya
terdiri dari 3 pasang ganglion yang saling berhubungan yaitu ganglion
anterior terdapat di sebelah ventral lambung, ganglion pedal terdapat pada
kaki, ganglion posterior terdapat di sebelah ventral otot aduktor posterior.

Sistem reproduksi
Kerang berkembang biak secara kawin. Umumnya berumah dua dan
pembuahannya internal. Telur yang dibuahi sperma akan berkembang
manjadi larva glosidium yang terlintang oleh dua buah katup. Ada beberapa
jenis yang dari katupnya keluar larva panjang dan hidupsebagai parasit pada
hewan lain, misalnya pada ikan. Setelah beberapa lama larva akan keluar
dan hidup sebagaimana nenek moyangnya (Saadah, 2010). Dalam
reproduksinya, Hewan ini memiliki alat kelamin yang terpisah atau diocious,
bersifat ovipora yaitu memiliki telur dan sperma yang berjumlah banyak dan
mikroskopik. Induk kerang hijau yang telah matang kelamin mengeluarkan
sperma dan sel telur kedalam air sehingga bercampur dan kemudian terjadi
pembuahan, telur yang telah dibuahi tersebut setelah 24 jam kemudian
menetas dan tumbuh berkembang menjadi larva kemudian menjadi spat
yang masih bersifat planktonik hingga berumur 15-20 hari kemudian benih/
spat tersebut menempel pada substrat dan akan menjadi kerang hijau
dewasa (Induk) setelah 5 6 bulan kemudian.

Kebiasaan makan dan cara makan

Kerang hijau makan dengan cara menyaring makanan yang terlarut di


dalam air (filter feeder) (Riani, 2004). Kerang hjau digolongkan dalam
kelompok filter feeder, karena kerang hijau memperoleh makanan dengan
cara menyaring partikel-partikel atau organisme mikro yang berada dalam
air dengan menggunakan sistem sirkulasi. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Vikaly (1989) yang menyatakan semua bivalva lamelli branch
termasuk filter feeder. Cilia khusus terletak antara filamen insang yang
berfungsi menghasilkan aliran air yang memindahkan air ke dalam bagian
inhalent pada mantle cavity (rongga mantel) dan ke arah atas ke dalam
rongga exhalent (Martin, 2005).
Partikel makanan atau material tersuspensi lainnya yang berukuran
lebih besar dari ukuran tertentu disaring dan air oleh cilia insang dan
dihimpun pada bagian rongga inhalent berhadapandengan lamellae insang.
Material ini kemudian dipindahkan oleh cilia lainnya ke arah tepi bagian
ventral insang atau di bagian dasar organ yang berbentuk huruf-W dimana
terletak alur makanan (food grooves). Setelah berada di food grooves,
makanan bergerak ke arah depan hingga mencapai palps, yang berada di
sisi mulut. Material berukuran halus dibawa oleh cilia ke dalam mulut.
Partikel yang lebih kasar dihimpun di tepi palps dari secara periodik
dikeluarkan oleh proses kontraksi otot ke dinding mantel (Martin, 2005).

Kandungan Gizi kerang Hijau


Kerang hijau (Perna viridis) merupakan salah satu jenis kerang yang
digemari masyarakat, memiliki nilai ekonomis dan kandungan gizi yang
sangat baik untuk dikonsumsi,yaitu terdiri dari 40,8 % air, 21,9 % protein,
14,5 % lemak, 18,5 % karbohidrat dan 4,3 % abu sehingga menjadikan
kerang hijau sebanding dengan daging sapi, telur maupun daging
ayam.Meskipun daging kerang hijau hanya sekitar 30% dari bobot
keseluruhan (daging dancangkang), tetapi dalam 100 gr daging kerang hijau
mengandung 100 kalori yang tentunya sangat bermanfaat untuk ketahanan
tubuh manusia. Selain itu, pada daging kerang hijau juga terdapat zat yang
dapat membantu meningkatkan kerja organ hati dalam tubuh
manusia.Sedangkan ekstrak daging kerang hijau bermanfaat sebagai anti
rematik dan arhtritis (penyakit radang sendi). Selain untuk konsumsi

manusia daging kerang hijau digunakan pula sebagai alternatif pengganti


tepung ikan (Anonimus 2008).
Bivalvia seperti kerang hijau memiliki keunggulan sebagai bioindikator
untuk memonitor substansi organik yang terdapa dilaut karena memiliki
distribusi yang luas, hidup menetap, mudah disampling, memiliki toleransi
terhadap salinitas yang luas, resisten terhadap stress dan bahan berbagai
kimia yang terakumulasi dengan jumlah besar merupakan konsep
MusselWatch (Goldberg , 1978) Kerang hijau memiliki distribusi yang luas
pada wilayah Asia pasifik dan memiliki nilai komersial sebagai seafood yang
telah terkenal dibelahan dunia. Kerang hijau telah digunakan sebagai
biological indocator unuk memonitor kandungan residu pestisida
organochlorine pada beberapa negara Asia seperti Thailand (Martin, 2005).
Bivalva moluska Perna viridis digunakan sebagai bioindikator dan atau
biomonitoring karena insangnya yang merupakan organ respirasi dan
kelenjar digestif dipergunakan sebagai spesimen eksperimen pengukur
respon perubahan oksidatif.
Kerang hijau memiliki kemampuan ketahanan terhadap perubahan
suhu dan kandungan logam beracun yang terkandung dalam perairan,
sehingga dapat disimpulkan, bivalva merupakan model yang representatif
untuk studi pengaruh dalam mekanisme pertahanan menggunakan
antioksidan (Verlecar, 2006).
Perna viridis merupakan excellent bioindikator untuk studi tembaga
(Cu) dan timah (Pb). Perna viridis digunakan untuk mengamati kandungan
cadnium, mercury dan zinc. Pada jaringan insang Perna viridis, terjadi
regulasi metabolisme parsial sehingga mengakumulasi zinc. Hal yang sama
terjadi pada akumulasi logam berat lain (Phillips, 1985).

Habitat dan Potensi kerang hijau


Faktor lingkungan yang mempengaruhi kelangsungan hidup kerang
hijau adalah suhu, salinitas, tipe dasar perairan, kedalaman, kekeruhan, arus
dan oksigen terlarut. kerang hijau tumbuh baik pada perairan yang memiliki
salinitas 27-35 o/oo, temperatur antara 27-32C, arus yang tidak begitu
keras dan hidup pada kedalaman 1-7 m serta mengambil protein nabati
sebagai makanannya. Perna viridis menyebar luas di perairan laut dan

toleran terhadap perairan yang terkontaminasi logam serta dapat bertahan


terhadap fluktuasi salinitas dan suhu.
Perna viridis atau green mussels atau yang lebih dikenal dengan
kerang hijau, merupakan salah satu jenis kerang yang banyak dipasarkan.
Kerang hijau hidup pada daerah perairan estuari, teluk, dan daerah
mangrove dengan substrat pasir berlumpur serta salinitas yang tidak terlalu
tinggi. Kerang hijau menjadi salah satu komoditas yang ramai dibudidayakan
karena caranya yang tidak terlalu sulit. Selain itu, kerang hijau mampu
bertahan hidup dan berkembang biak pada tekanan ekologis yang tinggi
tanpa mengalami gangguan dan tanpa diberi pakan.
Cara Budidaya
Budidaya kerang hijau dapat dilakukan dengan menggu-nakan 4
macam metoda yaitu: metoda tancap (post method), rakit apung (raft
method), rakit tancap/rak (rack method) dan tali rentang (long line method).
Namun secara umum para nelayan menggunakan metode yang kedua yaitu
Rakit Tancap. Metode ini digunakan dengan gabungan dua cara metode
tancap dan Rakit apung yang digabung menjadi satu. Berikut cara
menggunakan Metode rakit tancap dalam pembudidayaan hewan karang
tersebut:
1. Tancapkan bambu yang sudah disediakan hingga dasar air.
2. Usahakan Lokasi rakit sudah di hitung dan anda rancang
berdasarkan tinggi dan rendahnya air guna mengendalikan saat
mengalami pasang surutnya air laut serta menghindari rakit agar
tidak mengalami kekeringan.
3. Kemudian sediakan tali kolektor untuk ditempatkan pada rakit
tancap.
4. Jarak antara tali satu ke tali yang lain berkisar antara 100 cm.
5. Tunggu hingga 5-6 bulan anda akan mendapatkan hasil dari kerang
hijau tersebut mencapai 20-25 kg/ tali kolektor.
Kerang hijau dapat dipanen setelah berumur 5-6 bulan masa
pemeliharaan. Ukuran kerang hijau dapat dikonsumsi adalah 6-8 cm. Modal
untuk memulai usaha ini juga terbilang minim, cukup dengan hanya
beberapa ryas bamboo dan bibit kerang. Salah satu pembudidaya kerang
hijau malah menjelaskan bahwa budidaya kerang hijau lebih menguntungkan
daripada melaut mencari ikan. Tetapi menjadi petani tambak kerang sangat
tergantung pada tengkulak. Sosok tengkulak dibutuhkan untuk menjual
kerang hijau yang masih segar. Jika tidak ada tengkulak, maka kerang yang

didapat akan sulit dijual ke pasar karena membutuhkan waktu yang cukup
lama.
Kerang hijau hanya bertahan semalam setelah di panen, maka harus
dengan sigap menjual hasil tangkapannya itu, karena biasanya kerang hanya
laku dijual bila kerang masih tertutup. Tangkapan kerang juga dipengaruhi
oleh cuaca dan iklim, contohnya saja bila kerang dibudidayakan dan dipanen
sekitar bulan Juni, pendapatan dapat mencapai 5 juta, sedangkan bila bulan
lainnya hanya 2 juta hingga 3 juta karena hanya sisa-sisa panen.
Penanggulangan penyakit

Walaupun menguntungkan, karena Perna viridis adalah kerang yang


bersifat biofiltrasi, maka ia akan menyerap kandungan yang ada di
lingkungannya terutama logam berat. Pengendapan logam berat pada
kerang secara terus menerus akan berbahaya bila dikonsumsi oleh
masyarakat. Pemerintah sebaiknya melakukan pengawasan terhadap

pembuangan limbah industri maupun limbah rumah tangga ke perairan laut,


mengingat banyak limbah industri yang dibuang ke perairan laut yang
menyebabkan akumulasi logam berat dan pencemar lain pada biota semakin
tinggi. Perlu adanya pengolahan limbah buangan industri sebelum akhirnya
dialirkan ke laut, untuk mengurangi konsentrasi logam berat maupun bahan
pencemar lain yang masuk kedalam perairan laut. Masyarakat harus lebih
selektif dalam memilih dan mengkonsumsi biota laut terutama kerang hijau,
karena sifat kerang hijau tersebut dapat mengakumulasi logam berat di
lingkungan perairan laut. Masyarakat umumnya tidak mengkonsumsi kerang
hijau di perairan Ngemboh dalam jumlah banyak meskipun analisa logam
berat tidak melebihi ambang batas yang ditentukan oleh pemerintah.

Analisis Usaha
Berikut merupakan contoh analisa usaha untuk kerang hijau:

REFERENSI
Anonim.
Diakses
pada
tanggal
29
september
2016.
http://www.berkebunonline.com/2015/08/trik-budidaya-kerang-hijau/

Anonim.
Diakses
pada
tanggal
29
september
http://1001budidaya.com/budidaya-kerang-hijau/

2016.

Anonim.
Diakses
pada
tanggal
29
september
http://probisnis.net/budidaya-kerang-hijau-menguntungkan/

2016.

Eshmat, Ervany M., Gunanti Mahasri, dan Boedi Setya Rahardja. 2014.
Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) pada
Kerang Hijau (Perna viridis L.) di Perairan Ngemboh Kabupaten Gresik
Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 6. No. 1, April.
Padjali, Imran Ode, dan Nofdi Usman. 2012. Budidaya Kerang Hijau (Perna
viridis). Laporan: Ternate.
Rustam, M. Hatala. 2015. Kerang hijau, bibitnya dari alam. WWF-Indonesia.
Jakarta Selatan
Tim Perikanan WWF-Indonesia. 2015. Budidaya Kerang Hijau (Perna viridis).
WWF-Indonesia: Jakarta Selatan
Warta Agro. Diakses tanggal 29 september 2016. Untung dari Budidaya
Kerang
Hijau.
http://wartaagro.com/berita-untung-dari-budidayakerang-hijau/

Вам также может понравиться