Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DENGAN TETANUs
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya makalah dengan judul Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan Diagnosa Tetanus dapat terselesaikan. Makalah ini di
susun guna memenuhi tugas mata kuliah Keparawatan Medikal Bedah II.
Keperawatan di Indonesia saat ini masih dalam suatu proses
profesionalisasi yaitu terjadinya suatu perubahan dan perkembangan karakteristik
sesuai tuntunan secara global dan local atau otonomi. Untuk mewujudkannya
maka perawat Indonesia harus mampu memberikan Asuhan Keperawatan secara
profesional kepada pasien dan berpartisipasi secara aktif dalam membangun
bangsa dan negara Indonesia tercinta. Sehingga masyarakat (masyarakat umum
dan masyarakat profesional) mengenal dan mengakui eksistensi profesi
keperawatan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak kurniadi s.kep ns m.kep
selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medical Bedah (KMB) II, apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan makalah ini, maka mohon dimaaafkan dan demi
kesempurnaan makalah ini kami memerlukan kritik, saran, maupun masukan dari
dosen mata kuliah dan rekan-rekan. Akhirnya penulis mengharapkan makalah ini
bisa bermanfaat bagi semua.
Kota bima, September 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman
clostiridium tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal
dan diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada
otot masester dan otot rangka
Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4
0,5 milimikron. Kuman ini berspora termasuk golongan Gram positif dan
hidupnya anaerob. Spora dewasa mempunyai bagian yang ber bentuk bulat yang
letaknya di ujung, penabuh genderang (drum stick). Kuman mengeluarkan toksin
yang bersifat neurotoksik. Toksin ini (tetanospasmin) mula-mula akan
menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Toksin mi labil pada
pemaanasan, pada suhu 650C akan hancur dalam 5 menit. Di samping itu dikenai
pula tetanolisin yang bersifat hemolisis, yang perannya kurang berarti dalam
proses penyakit.
1.3 Tujuan
1.Mengetahui Pengertian dari Tetanus
2.Mengetahui Etiologi dari Tetanus
3.Mengetahui Patofisiologi dari Tetanus
4.Mengetahui Tanda dan gejala dari Tetanus
5.Mengetahui Gambaran Umum yang Khas pada Tetanus
6.Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik pada Tetanus
7.Mengetahui Komplikasi pada Tetanus
8.Mengetahui Prognosa dari Tetanus
9.Mengetahui Pencegahan dari Tetanus
10. Mengetahui Penatalaksanaan pada Tetanus
11. Mengetahui Askep pada pasien anak dengan Tetanus
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tetanus
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman
Clostridium tetani, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan
diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot massater dan otot-otot
rangka
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena
mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Kata tetanus diambil daribahasa
Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah
penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan
trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus),
spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan.
Penyakit tetanus addalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh kuman
Cloctradium tetani yang dimanifestasikan berupa kejang otot proksimal, diikuti
oleh kekuatan otot seluruh tubuh. Kekuatan tonos otot ini selalu tampak pada otot
maseter dan otot otot rangka.
2. Etiologi Tetanus
1.Clostiridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh
genderang berspora, golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini
mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik (tetanus spasmin), yang mulamula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Timbulnya
tetanus ini terutama oleh clostiridium tetani yang didukung oleh adanya luka yang
dalam dengan perawatan yang salah.
Faktor predisposisi
1.Umur tua atau anak-anak
2.Luka yang dalam dan kotor
3.Belum terimunisasi
2. Clastradium tetani adalah kuman berbentuk batang, rangping berukuran 25x0,4-0-0,5 milimikron. Kuman ini berspora termasuk dalam golongan gram
positif dan hidup anaerob. Spora dewasamempunyai bagian yang bergenderang
( drum stick). Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neorotoksik. Toksik ini
(tetanuspasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot daqn syaraf ferefer
setempat. Toksin labil pada pemanasan pada suhu 65 derajat celcius akan hancur
dalamwaktu5 menit. Disamping itu dikenal juga tetanolisin yang bersifat
hemolisis yang perannya kurang berani dalam proses hemolisis.
3.Patofisiologi Tetanus
Suasana yang memungkinkan organisme anaerob berploriferasi dapat
disebabkan berbagai keadaan antara lain :
1). Luka tusuk dalam, misalnya luka tusuk karena paku, kuku, pecahan kaleng,
pisau, cangkul dan lain-lain.
2). Luka karena kecelakaan kerja (kena parang0, kecelakaan lalu lintas.
3). Luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga dan tonsil.
Cara kerja toksin
Toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui sumbu limbik masuk ke
sirkulasi darah dan masuk ke Susunan Saraf Pusat (SSP). Toksin bersifak antigen ,
sangat mudah diikat jaringan syaraf dan bila dalam keadaan terikat tidak dapat
lagi dinetralkan oleh toksin spesifik. Toksin yang bebas dalam darah sangat
mudah dinetrakan oleh antitoksin spesifik.
Tetanus disebabkan neurotoksin (tetanospasmin) dari bakteri Gram positif
anaerob, Clostridium tetani, dengan mula-mula 1 hingga 2 minggu setelah
inokulasi bentuk spora ke dalam darah tubuh yang mengalami cedera (periode
inkubasi). Penyakit ini merupakan 1 dari 4 penyakit penting yang manifestasi
klinis utamanya adalah hasil dari pengaruh kekuatan eksotoksin (tetanus, gas
ganggren, dipteri, botulisme).
Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia dan
hewan peliharaan dan di daerah pertanian. Tempat masuknya kuman penyakit ini
bisa berupa luka yang dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal,
tertanamnya benda asing atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang
dangkal dan kecil atau luka geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari
tangan atau jari kaki yang berhubungan dengan patah tulang jari dan luka pada
pembedahan.
2.4 Tanda dan Gejala pada Tetanus
Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari. Timbulnya gejala klinis biasanya
mendadak yang didahului oleh ketegangan otot pada rahang dan leher. Timbul
kesukaran membuka mulut, (trismus) karena spasmus otot masseter. Kejang
ototini akan berlanjut kekuduk dinding perut dan sepanjang tulang belakang. Bila
serangan toksik sedang sering tampak rimus sardonikus karena spasmus otot
muka dengan gambaran alis tertarik keatasdan sudut mulut tertarik keluar
dankebawah , bibir tertekan kuat pada gigi . Gambaran umum yang khas pada
tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus ,tungkaidalam keadaan
ektensi, lengan kaku dan tangan mengapel, biasanya kesadaran tetap baik.
Secara umumdalam kurun waktu kurang lebih 48 jam penyakit tetanus menjadi
nyata
4
3. Imunisasi :
- Belum pernah - Nilai 10
- Mungkin pernah - 8
- Pernal > 10 th yang lalu - 4
- Pernah < 10 th yang lalu - 2
- Imunisasi lengkap - 0
4. Faktor penyerta :
- Trauma yg mengancam jiwa - Nilai 10
- Trauma berat - 8
- Trauma sedang - 4
- Trauma ringan - 2
- A.S.A derajat 1 - 1
Faktor-faktor yg mempengaruhi prognosa penyakit :
5. Derajat spasme :
- Epistotonus - Nilai 5
- Reflek spasme umum - 4
- Reflek terbatas - 3
- Spastisitas umum - 2
- Trismus - 1
6. Frekue3nsi spasme :
- Spontan > 3 x / 15 menit - Nilai 5
- Spontan < 3 x / 15 menit - 4
- Kadsang-kadang spontan - 3
- < 6 x / 12 jam - 1
7. Suhu Badan :
- > 38,9 derajat celcius - Nilai 10
- 38,3 38,9 derajat celcius - 8
- 37,8 38,2 derajat celcius - 4
- 37,2 37, 7 derajat celcius - 2
- 37,7 37,1 derajat celcius - 0
8. Pernapasan :
- Tracheostomy - Nilai 10
- Henti napas setiap konvulsi - 8
- Henti napas kadang setelah konvulsi - 4
- Henti napas hanya selama konvulsi - 2
- Normal - 0
2.5 Gambaran Umum yang Khas pada Tetanus
1). Badan kaku dengan epistotonus
2). Tungkai dalam ekstensi
6
5.Pengobatan terlambat
6.Periode trismus dan kejang yang semakin sering
7.Adanya penyulit spasme otot pernafasan dan obstruksi jalan nafas
2.9 Pencegahan pada Tetanus
Pencegahan penyakit tetanus meliputi :
1). Anak mendapatkan imunisasi DPT diusia 3-11 Bulan
2). Ibu hamil mendapatkan suntikan TT minimal 2 X
3). Pencegahan terjadinya luka & merawat luka secara adekuat
4). Pemberian anti tetanus serum.
2.10 Penatalaksanaan pada Tetanus
1.Penatalaksanaan medis
Empat pokok dasar tata laksana medik : debridement, pemberian antibiotik,
menghentikan kejang, serta imunisasi pasif dan aktif, yang dapat dijabarkan
sebagai berikut :
a. Diberikan cairan intravena dengan larutan glukosa 5% dan NaCl fisiologis
dalam perbandingan 4 : 1 selama 48-72 jam selanjutnya IVFD hanya untuk
memasukan obat. Jika pasien telah dirawat lebih dari 24 jam atau pasien sering
kejang atau apnea, diberikan larutan glukosa 10% dan natrium bikarbonat 1,5%
dalam perbandingan 4 : 1 (jika fasilitas ada lebih baik periksa analisa gas darah
dahulu). Bila setelah 72 jam bayi belum mungkin diberi minum peroral/sonde,
melalui infus diberikan tambahan protein dan kalium.
b. Diazepam dosis awal 2,5 mg intravena perlahan-lahan selama 2-3 menit,
kemudian diberikan dosis rumat 8-10 mg/kgBB/hari melalui IVFD (diazepam
dimasukan ke dalam cairan infus dan diganti setiap 6 jam). Bila kejang masih
sering timbul, boleh ditambah diazepam lagi 2,5 mg secara intravena perlahanlahan dan dalam 24 jam berikutnya boleh diberikan tembahan diazepam 5
mg/kgBB/hari sehingga dosis diazepam keseluruhannya menjadi 15
mg/kgBB/hari. Setelah keadaan klinis membaik, diazepam diberikan peroral dan
diurunkan secara bertahap. Pada pasien dengan hiperbilirubinemia berat atau bila
makin berat, diazepam diberikan per oral dan setelah bilirubin turun boleh
diberikan secara intravena.
c. ATS 10.000 U/hari, diberikan selama 2 hari berturut-turut dengan IM. Perinfus
diberikan 20.000 U sekaligus.
d. Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis, intravena selama 10 hari.
Bila pasien menjadi sepsis pengobatan seperti pasien lainnya. Bila pungsi lumbal
tidak dapat dilakukan pengobatan seperti yang diberikan pada pasien meningitis
bakterialis.
e. Tali pusat dibersihkan/kompres dengan alcohol 70%/Betadine 10%.
f. Perhatikan jalan napas, diuresis, dan tanda vital. Lendir sering dihisap.
2. Penatalaksanaan keperawatan
Perawatan intensif terutama ditujukan untuk mencukupi kebutuhan cairan dan
nutrisi, menjaga saluran nafas tetap bebas, mempertahankan oksignasi yang
adekuat, dan mencegah hipotermi. Perawatan puntung tali pusat sangat penting
untuk membuang jaringan yang telah tercemar spora dan mengubah keadaan
anaerob jaringan yang rusak, agar oksigenasi bertambah dan pertumbuhan bentuk
vegetatif maupun spora dapat dihambat. setelah puntung tali pusat dibersihkan
dengan perhydrol, dibutuhkan povidon 10% dan dirawat secara terbuka.
Perawatan puntung tali pusat dilakukan minimal 3 kali sehari
MASALAH
pengetahuan
Jalan nafas
Keluarga kurang
mendapat
informasi dan
pengalaman
tentang
penyakitnya
Kurang
pengetahuan
Mekanisme
koping tidak
adekuat
cemas
Cedera fisik
DATA OBYEKTIF
- Sekresi pada mulut (+
+)
- Posisi terlentang
dengan tangan diikat
- Pernafasan spontan
dan agak ngorok
- Pemeriksaan paru Rh
-/-, wh -/- RR 24 kali/menit
Invasi kuman ke
otot bergaris
Otot pernafasan
terserang/spasme
lairng
Suhu tubuh
11
Rangsangan air
liur/sekresi ++
DATA SUBYEKTIF
- KLien mengatakan
terasa sakit, pegalpegal seluruh
tubuuh, dan kaku.
Kekakuan pada
mulut dan lidak
DATA OBYEKTIF
- Klien gelisah
- Klien selalu
menggerakkan kaki
sehingga sering kali
kaki menggelantung
- Tangan kanan dan kiri
terfiksasi, tangan kiri
terpasang infus
- Klien tidur terlentang
dengan dipasang
pengaman pad
atempat tidur.
DATA SUBYEKTIF
DATA OBYEKTIF
- Muka dan dada
berkeringan, suhu
akral hangat
- Suhu tubuh 395 oC,
nadi 96
kali/mnt/takhikardia
- Baju terbuka
- Lab.leuskosit (tae)
12
Sulit
menelan
13
Bersihan jalan
nafas
Tetanus
Toksin pada Otot
motoik/sensoris
normal
Peningkatan
refleks pad
anggota gerak
yang terkena
luka
Kompresi tulang
Gelisah
Cedera fisik
Eksotoksin
Pembuluh
darah/jaringan
(neutropil,
limposit
meningkat)
Metabolisme
meningkat
Hiperpireksia
14
G.Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sekret yang
berlebihan pad ajalan nafas atas.
2. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penanganan penyakitnya
berhubungan dengan keterbatasan informasi
3. Risiko terjadinya cedera fisik berhubungan dengan serangan kejang berulang.
4. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi eksotoksin
5. Risiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan
dengan ketidakmampuan menelan
II. Perencanaan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sekret yang
berlebihan pada jalan nafas atas.
Bersihan Jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret pada jalan nafas
Tujuan : Jalan nafas bersih
Kriteria ;
- pernafasan spontan (hidung dan mulut)
- RR 16-20 kali/mnt
- Tidak ada sianosis
Rencana Tindakan
1. Monitor tanda-tanda vital;
terutama pernafasan
2. Monitor bersihan jalan nafas :
sputum, mulut, stridor, ronchii
3. Atur posisi klien : kepala
hiperekstensi
4. Atur posisi klien :
Trendelenburk
Rasional
Pernafasan merupakan
karakteristik utama yang
terpengaruh oleh adanya sumbatan
jalan nafas
Pemantauan kepatenan jalan nafas
penting untuk menentukan
tindakan yang perlu diambil
3. Meminimalkan resiko sumbatan
jalan nafas oleh lidah dan sputum
4. Merupakan mekanisme postural
drainage, memfasilitasi
pengeluaran secret paru
5. Rangsangan fisik dapat
meningkatkan mobilitas secret dan
merangsang pengeluaran secret
lebih banyak
6. Eliminasi lendir dengan suction
15
INTERVENSI
1. Identifikasi tingkat pengetahuan
klien dan keluarga
2. Hindari proteksi yang berlebihan
terhadap klien , biarkan klien
melakukan aktivitas sesuai dengan
kemampuannya.
3. ajarkan pada klein dan keluarga
tentang peraawatan yang harus
dilakukan sema kejang
4. jelaskan pentingnya
mempertahankan status kesehatan
yang optimal dengan diit, istirahat,
dan aktivitas yang dapat menimbulkan
kelelahan.
5. jelasakan tentang efek samping obat
(gangguan penglihatan, nausea,
vomiting, kemerahan pada kulit,
synkope dan konvusion)
6. jaga kebersihan mulut dan gigi
secara teratur
RASIONAL
1. Tingkat pengetahuan penting
untuk modifikasi proses
pembelajaran orang dewasa.
2. tidak memanipulasi klien
sehingga ada proses
kemandirian yang terbatas.
3. kerja sama yang baik
akanmembantu dalam proses
penyembuhannnya
4. status kesehatan yang baik
membawa damapak pertahanan
tubuh baik sehingga tidak timbul
penyakit penyerta/penyulit.
5. efek samping yang ditemukan
secara dini lebih aman dalam
penaganannya.
6. Kebersihan mulut dan gigi
yang baik merupakan dasar
16salah satu pencegahan terjadinya
infeksi berulang.
RASIONAL
1. Penemuan faktor pencetus untuk
memutuskan rantai penyebaran toksin
tetanus.
2. Tempat yang nyaman dan tenang dapat
mengurangi stimuli atau rangsangan yang
dapat menimbulkan kejang
4. efektivitas energi yang dibutuhkan
untuk metabolisme.
5. lidah jatung dapat menimbulkan
obstruksi jalan nafas.
5. tindakan untuk mengurangi atau
mencegah terjadinya cedera fisik.
Rencana Tindakan
Rasional
18
BAB III
19
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman
clostiridium tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal
dan diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada
otot masester dan otot rangka
Tetanus disebabkan neurotoksin (tetanospasmin) dari bakteri Gram positif
anaerob, Clostridium tetani, dengan mula-mula 1 hingga 2 minggu setelah
inokulasi bentuk spora ke dalam darah tubuh yang mengalami cedera (periode
inkubasi). Penyakit ini merupakan 1 dari 4 penyakit penting yang manifestasi
klinis utamanya adalah hasil dari pengaruh kekuatan eksotoksin (tetanus, gas
ganggren, dipteri, botulisme).
Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia dan
hewan peliharaan dan di daerah pertanian. Tempat masuknya kuman penyakit ini
bisa berupa luka yang dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal,
tertanamnya benda asing atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang
dangkal dan kecil atau luka geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari
tangan atau jari kaki yang berhubungan dengan patah tulang jari dan luka pada
pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA
20
21