Вы находитесь на странице: 1из 26

TEKNIK EVALUASI HASIL BELAJAR

Disusun oleh:
Kelompok 1

DIAN RATNA SARI (RSA1C414008)


MUHAMMAD SAUKI (RSA1C414010)
SURI MARGI UTAMI (RSA1C41401 )

Dosen Pengampu:
Dr. Dra. Hj. Asni Johari, M.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI PGMIPA-U
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2015/2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, karunia,
serta hidayah-Nya. Karena izin Tuhanlah penulis dapat menuangkan tinta dan
mengukir suatu ilmu pengetahuan dalam bentuk makalah yang berjudul Teknik
Evaluasi Hasil Belajar. Adapun ribuan kata syukur itu juga terucap karena
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa penulis sampaikan banyak terima kasih kepada Ibu Dr. Dra. Hj.
Asni Johari, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Analysis Curriculum and
Teaching Mat. II. Dan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk mengisi
nilai tugas mata kuliah Analysis Curriculum & Teaching Mat. II, tetapi juga untuk
berbagi ilmu pengetahuan tentang teknik evaluasi hasil belajar. Informasi yang
disajikan oleh penulis dalam makalah ini diperoleh dari berbagai sumber seperti
buku dan internet.
Penulis sangat menghargai kritik dan saran dari pembaca sehingga
kedepannya penulis mampu menulis makalah lebih baik lagi. Semoga makalah
atau ilmu ini bisa bermanfaat bagi penulis, terlebih lagi bagi pembaca.

Jambi, September 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I

: PENDAHULUAN...............................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................5

BAB II : PEMBAHASAN..................................................................................6
2.1 Teknik Evaluasi Hasil Belajar......................................................10
2.2 Prinsip-Prinsip Dasar Evaluasi Hasil Belajar...............................12
2.3 Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Sebagai Objek
Evaluasi Hasil Belajar .......................................................................14
2.4 Langkah-Langkah Pokok Evaluasi Hasil Belajar.........................13

BAB III : PENUTUP.........................................................................................22


3.1 Kesimpulan...................................................................................22
3.2 Saran.............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................23

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Evaluasi sangat dibutuhkan dalam berbagai kegiatan kehidupan

manusiasehari-hari, karena disadari atau tidak, sebenarnya evaluasi sudah sering


dilakukan, baik untuk diri sendiri maupun kegiatan social lainnya. Dalam setiap
pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran
yang ia lakukan. Hasil yang dimaksud adalah baik, tidak baik, bermanfaat, atau
tidak bermanfaat, dll. Pentingnya diketahui hasil ini karena iadapat menjadi
salah satu patron bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses
pembelajran yang dia lakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik.
Artinya, apabila pembelajaran yang dilakukannya mencapai hasil yang
baik, pendidik tentu dapat dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran dan
demikian pula sebaliknya.Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui
hasil yangtelah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui
evaluasi.Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil
belajar danevaluasi pembelajaran.
Dalam makalah ini hanya dibicarakan masalah teknik evaluasi hasil belajar, prinsip-prinsip
dasar evaluasi hasil belajar, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai objek evaluasi hasil
belajar serta langkah-langka pokok evaluasi hasil belajar.
1.2.

Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana teknik evaluasi hasil belajar?
2. Apa saja prinsip-prinsip dasar evaluasi hasil belajar?
3. Bagaimana ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai
objek evaluasi hasil belajar?
4. Bagaimana langkah-langkah pokok evaluasi hasil belajar?
a. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui Teknik Evaluasi Hasil Belajar.
2. Mengetahui Prinsip-Prinsip Dasar Evaluasi Hasil Belajar?
3. Mengetahui Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Sebagai
Objek Evaluasi Hasil Belajar?
4. Mengetahui Langkah-Langkah Pokok Evaluasi Hasil Belajar?
4

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teknik Evaluasi Hasil Belajar
Teknik adalah suatu cara yang dapat ditempuh oleh seseorang dalam
melakukan sesuatu. Berarti teknik evaluasi adalah suatu cara yang ditempuh oleh
seseorang dalam mengadakan evaluasi.
Menurut Arikunto (2002: 31) terdapat dua alat evaluasi, yakni teknik tes
dan nontes. Dengan teknik tes, maka evaluasi hasil belajar itu dilakukan dengan

jalan menguji peserta didik. Sebaliknya, dengan teknik nontes maka evaluasi hasil
belajar dilakukan tanpa menguji peserta didik.
A. Teknik Tes
1. Pengertian Tes
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu
tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok
anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak
tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain
atau dengan nilai standar yang ditetapkan.
Pendapat yang lain dikemukakan oleh Rasyid dan Mansur (2008) bahwa
"tes merupakan salah satu cara menaksir besarnya tingkat kemampuan manusia
secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap sejumlah stimulus
atau pertanyaan." Oleh karena itu, agar diperoleh informasi yang akurat
dibutuhkan tes yang handal.
Teknik tes menurut Indrakusuma dalam (Arikunto, 2002: 32) adalah
suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data
atau keterangan-keterangan yang di inginkan seseorang dengan cara yang boleh
dikatakan cepat dan tepat.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tes adalah
suatu cara, prosedur, atau alat yang sistematis dan objektif untuk mengevaluasi
tingkah laku (kognitif, afektif, dan psikomotor) siswa atau sekelompok siswa
berdasarkan nilai standar yang telah ditetapkan.
Dalam kaitan dengan rumusan tersebut, sebagai alat evaluasi hasil belajar,
tes minimal mempunyai dua fungsi, yaitu:
(1) untuk mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi atau tingkat
pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentu; dan
(2) untuk menentukan kedudukan atau perangkat siswa dalam kelompok, tentang
penguasaan materi atau pencapaian tujuan pembelajaran tertentu.
Fungsi (1) lebih dititikberatkan untuk mengukur keberhasilan program
pembelajaran, sedang fungsi (2) lebih dititikberatkan untuk mengukur
keberhasilan belajar masing-masing individu peserta tes.

2. Bentuk Tes
Menurut Sudjana (2008: 35), tes hasil belajar dapat dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu sebagai berikut.
1) Tes Lisan (Oral Test)
Tes lisan adalah suatu bentuk tes yang menuntut jawaban dari peserta didik
dalam bentuk bahasa lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan
kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan ataupun perintah yang diberikan.
Tes lisan dapat digunakan untuk mengetahui taraf peserta didik untuk masalah
yang berkaitan dvengan kognitif, yaitu pengetahuan dan pemahaman. Tes lisan
dapat berupa individual dan kelompok. Tes individual, yaitu suatu tes yang
diberikan kepada seorang siswa, sedangkan tes kelompok, yaitu suatu tes yang
diberikan kepada kepada sekolompok siswa secara bersamaan.
2) Tes Tertulis (Written Test)
Tes tertulis adalah suatu tes yang menuntut siswa memberikan jawaban
secara tertulis. Tes tertulis dapat dibedakan menjadi tes esai atau uraian dan tes
objektif.
a. Tes Uraian
Tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam
bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan
alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan
menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini siswa
dituntut untuk mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan. Tes uraian
layaknya tes yang lain, memiliki keunggulan dan kelemahan sendiri.
Adapaun keunggulan pemakaian tes uraian, yaitu:
(1) dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi;
(2) dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, dengan baik dan benar sesuai
dengan kaidah-kaidah bahasa;
(3) dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berpikir logis,
analitis, dan sistematis;
(4) mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving); dan
(5) mudah membuat soalnya sehingga guru dapat secara langsung melihat proses
berpikir siswa.

Adapun kelemahan tes uraian, yaitu:


(1) sampel tes sangat terbatas, karena tidak dapat menguji semua bahan yang telah
diberikan, seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui
sejumlah pertanyaan;
(2) sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat
pertanyaan, maupun dalam memerikasanya; dan
(3) tes ini biasanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang terbatas,
pemeriksanya memerlukan waktu yang lama sehingga tidak praktis bagi kelas
yang jumlah siswanya relatif banyak.
Bentuk tes uraian dibedakan atas (a) uraian bebas (free essay), (b) uraian
terbatas, dan (c) uraian berstruktur.
a) Uraian Bebas
Dalam uraian bebas, jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada
pandangan siswa itu sendiri.
Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas ini tepat
digunakan apabila bertujuan untuk:
(1) mengungkap pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat
diketahui luas dan intensitasnya;
(2) mengupas suatu persoalanyang kemungkinan jawabannya beranekaragam
sehingga tidak ada satu pun jawaban yang pasti.
(3) Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari
berbagai segi atau dimensinya.
Kelemahan dari tes uraian bebas adalah sukar menilainya karena jawaban
siswa bisa bervariasi, sulit menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif karena
bergantung pada guru sebagai penilainya.
b) Uraian Terbatas
Dalam bentuk uraian terbatas, pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal
tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan bisa dari segi (a) ruang
lingkupnya, (b) sudut pandang menjawabnya, dan (c) indikator-indikatornya.
Dilihat dari keterbatasa pertanyaannya, maka tes ini jauh lebih mudah dan
tepat dalam mengevaluasi jawaban siswa, karena kriteria jawaban yang benar
telah diketahui oleh guru.
c) Uraian Berstruktur

Bentuk tes uraian yang ketiga adalah tes uraian berstruktur. Soal
berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif dan soal-soal esai.
Soal berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat
terbuka dan bebas menjawabnya. Soal yang berstruktur berisi unsur-unsur (a)
pengantar soal, (b) seperangkat data, dan (c) serangkaian subsoal.
b. Tes Objektif
Tes objektif adalah tes tertulis yang menuntut siswa memilih jawaban
yang telah disediakan atau memberikan jawaban singkat. Tes ini digunakan
untuk mengukur penguasaan siswa pada tingkatan batas tertentu. Ruang
lingkupnya cenderung luas. Tes ini terdiri atas beberapa bentuk soal, antara
lain meliputi (a) jawaban singkat, (b) benar-salah, (c) menjodohkan, dan (d)
pilihan ganda.
a) Bentuk Soal Jawaban Singkat
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban
dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dapat
dinilai benar atau salah. Tes bentuk soal jawaban singkat cocok untuk mengukur
pengetahuan yang berhubungan dengan istilah terminologi, fakta, prinsip, metode,
prosedur, dan penafsiran data yang sederhana. Ada dua bentuk soal jawaban
singkat, yaitu (1) bentuk pertanyaan langsung dan (2) bentuk pertanyaan tidak
lengkap.
Melihat

karakteristik

soal

jawaban

singkat

tersebut,

maka

keunggulanbentuk soal ini, yaitu:


(1)
(2)
(3)
(4)

menyusun soal relatif mudah;


kecil kemungkinan siswa memberi jawaban dengan cara menebak;
menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat; dan
hasil penilaiannya cukup objektif.
Adapun kelemahan yang dimiliki soal jawaban singkat, yaitu:

(1) kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi;


(2) memerlukan waktu yang agak lama untuk mengevaluasi meskipun tidak
selama bentuk uraian;
(3) menyulitkan pemeriksaan, apabila jawaban siswa membingungkan pemeriksa.
b. Bentuk Soal Benar-Salah (True-False)
Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa

pernyataan. Sebagian pernyataan merupakan pernyataan yang benar dan sebagian


lagi merupakan pernyataan yang salah. Pada umumnya, bentuk soal benar-salah
dapat diapakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan
prinsip. Jawaban yang diharapkan dapat diarahkan untuk memberi tanda silang
(X), memberikan tanda rumput (), atau menulis salah satu huruf (B atau S) untuk
jawaban yang dianggap tepat.
Adapun keunggulan dari bentuk soal ini, yaitu:
(1) pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat dan objektif; dan
(2) soal dapat disusun dengan mudah.
Adapun kelemahan dari bentuk soal ini, yaitu:
(1) kemungkinan menebak dengan benar jawaban setiap soal adalah 50%.
(2) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi karena hanya
menuntut daya ingat dan pengenalan kembali.
(3) Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan
(benar-salah).
c. Bentuk Soal Menjodohkan
Bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan pilihan ganda.
Perbedaannya

adalah

pilihan

ganda

terdiri

atas

stem

dan

option,

kemudian testee tinggal memilih salah satu option yang diberikan. Sedangkan
bentuk

menjodohkan

terdiri

atas

kumpulan

soal

dan

kumpulan

jawaban yang keduanya disusun pada dua kolom yang berbeda. Kolom sebelah
kiri menunjukkan kumpulan soal dan kolom sebelah kanan menunjukkan
kumpulan jawaban. Jumlah alternatif jawaban harus dibuat lebih banyak
dari jumlah soal untuk mengurangi kemungkinan siswa menjawab betul dengan
menebak.
Adapun keunggulan bentuk soal menjodohkan, yaitu:
(1) penilaian dapat dilakukan dengan cepat dan efektif;
(2) tepat digunakan untuk mengukur kemampuan mengidentifikasi; dan
(3) dapat mengukur pokok bahasan yang luas.
Terlepas dari hal itu, bentuk soal menjodohkan juga memiliki kelemahn, yaitu:
(1) hanya dapat mengukur hal-hal yang berdasarkan fakta dan hafalan; dan

10

(2) sukar untuk menentukan pokok bahasan yang mengukur hal-hal berhubungan.
d. Bentuk Soal Pilihan Ganda
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar
dan paling tepat. Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas:
- stem
: pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang
akan ditanyakan;
- option
: sejumlah pilihan atau alternatif jawaban;
- kunci
: jawaban yang benar dan paling tepat; dan
- distractor : jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban.
(pengecoh) (Sudjana, 2008: 48).
Adapaun keunggulan soal pilihan ganda, yaitu:
(1) materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan pengajaran
yang telah diberikan;
(2) jawaban dapat dikoreksi (dievaluasi) dengan mudah dan cepat dengan kunci
jawaban; dan
(3) jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga
penilaiannya bersifat objektif.
Terlepas dari itum kelemehan tes ini, yaitu:
(1)
(2)
(3)
(4)

kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban sangat besar;


daya nalar siswa kurang;
proses berpikir siswa tidak dapat dilihat secara nyata; dan
cenderung menyusun soal lebih sulit dan lama.

3. Tes Tindakan atau Perbuatan (Performance Test)


Tes perbuatan adalah bentuk tes yang menuntut jawaban siswa dalam
bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Peserta didik bertindak sesuai dengan
apa yang diperintahkan dan ditanyakan.
B. Teknik Nontes
Hasil belajar selain dievaluasi melalui teknik tes, dapat juga dievaluasi
melalui teknik nontes. Kenyataan di lapangan adalah guru cenderung lebih banyak
menggunakan teknik tes dalam melakukan evaluasi hasil belajar siswa,
dibandingkan dengan teknik nontes.
Evaluasi dengan menggunakan teknik tes hanya mengacu pada aspekaspek kognitif (pengetahuan) berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh siswa setelah
menyelesaikan pengalaman belajarnya. Jika dibandingkan dengan teknik tes,
teknik nontes jauh lebih komprehensif, dalam artian dapat digunakan untuk
11

mengevaluasi berbagai aspek dari individu atau kelompok siswa sehingga tidak
hanya berorientasi pada aspek kognitif saja, tetapi juga pada aspek yang lain
seperti afektif dan psikomotor. Adapun jenis teknik nontes yang dimaksud, yaitu
wawancara, kuesioner, skala, observasi, studi kasus, dan sosiometri.
1. Wawancara
Wawancara suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali.
Wawancara dibagi dibedakan atas dua kategori, yaitu pertama, wawancara
berstruktur, yaitu wewancara yang dilakukan dengan mempersiapkan pertanyaanpertanyaan lebih awal sebelum menanyakannya kepada siswa. Kedua, wawancara
bebas (tak berstruktur), yaitu wawancara yang dilakukan tanpa mempersiapkan
pertanyaan lebih awal, namun pewawancara bebas dan secara langsung bertanya
kepada siswa terkait materi tertentu.
2. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori.
Dari segi yang memberikan jawaban, kuesioner dibagi menjadi kuesioner
langsung dan kuesioner tidak langsung. Kuesioner langsung adalah kuesioner
yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya. Sedangkan
kuesioner tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang yang
dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai
jawaban adalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga
atau anggota keluarganya.
Ditinjau dari segi cara menjawab maka kuesioner terbagi menjadi
kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertututp adalah daftar
pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya
memberikan tanda silang (X) atau cek () pada awaban yang ia anggap sesuai.
Sedangkan kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab
diperkenankan memberikan jawaban dan pendapatnya secara terperinci sesuai
dengan apa yang ia ketahui.
3. Skala
12

Skala adalah alat untuk mengukur nilai sikap, minat, perhatian, dan
sebagainya, yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden
dan hasilnya dalam bentung rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang
ditentukan. Skala dapat dibedakan menjadi dua, yaitu skala pendidikan (rating
scale) dan skala sikap.
a. Skala pendidikan
Mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seseorang melalui
pernyataan perilaku individu pada suatu titik kontinuum atau suatu kategori yang
bermakna nilai. Titik atau kategori diberi nilai rentangan mulai dari yang tertinggi
sampai terendah. Rentangan dapat dalam bentuk huru (A, B, C, D, E), angka (4, 3,
2, 1, 0), atau 10, 9, 8, 7, 6, 5. Sedangkan rentangan kategori bisa tinggi, sedang,
rendah, atau baik, sedang, kurang.
b. Skala sikap
Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek
terlalu. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak
(negatif), dan netral. Ada tiga komponen sikap yaitu kognisi, afeksi, dan konasi.
Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek atau stimulus
yang dihadapinya, afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek
tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap
objek tersebut.
Skala sikap yang sering digunakan yaitu skala Likert. Dalam skala ini,
pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik penyataanpositif maupun negatif,
dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak
setuju, atau sangat tidak setuju.
4. Observasi
Observasi atau pengamatan digunakan untuk mengukur tingkah laku siswa
atau sekelompok siswa. Melalui pengamatan dapat diketahui bagaimana sikap dan
perilaku siswa, kegiatan yang dilakukannya, tingkat partisipasi dalam suatu
kegiatan, proses kegiatan yang dilakukannya, kemampuan, bahkan hasil yang
diperoleh dari kegiatannya.

13

Ada tiga jenis observasi, yaitu (a) observasi langsung, (b) observasi
dengan alat (tidak langsung), dan (c) observasi partisipasi. Observasi langsung
adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam
situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat. Observasi tidak
langsung adalah pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat
pengamatan. Observasi partisipasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan
melibatkan diri dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok
yang diamati.
5. Studi Kasus
Studi kasus digunakan untuk memperoleh data mengenai pribadi siswa
secara mendalam dalam kurun waktu tertentu. data yang dikumpulkan merupakan
kasus yang dialami oleh siswa. Pada umumnya kasus-kasus yang menjadi
permasalahan, yaitu kegagalan belajar, tidak dapat menyesuaikan diri, gangguan
emosional, frustasi, dan sering membolos serta kelainan-kelainan perilaku siswa.
Data hasil penilaian melalui alat-alat penilaian tersebut sangat bermanfaat, baik
bagi guru maupun bagi siswa, dalam upaya memperbaiki proses dan hasil belajarmengajar di sekolah.
6. Sosiometri
Sosiometri digunakan untuk memperoleh data mengenai hubungan sosial
siswa di kelasnya atau dalam kelompoknya.
Selain teknik tes tesebut di atas, dilihat dari tujuannya, tes dapat dibedakan
menjadi beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut.

1. Tes Kecepatan (Speed Test)


Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes (testee) dalam hal
kecepatan berpikir atau keterampilan, baik yang bersifat spontanitas (logik)
maupun hafalan dan pemahaman dalam mata pelajaan yang telah dipelajarinya.
Waktu yang disediakan untuk menjawab atau menyelesaikan seluruh materi tes ini
relatif singkat dibandingkan dengan tes lainnya, sebab yang lebih diutamakan

14

adalah waktu yang minimal dan dapat mengerjakan tes itu sebanyak-banyaknya
dengan baik dan benar, cepat dan tepat penyelesaiannya. Tes yang termasuk
kategori tes kecepatan misalnya tes intelegensi, dan tes ketrampilan bongkar
pasang suatu alat.

2. Tes Kemampuan (Power Test)


Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes dalam mengungkapkan
kemampuannya (dalam bidang tertentu) dengan tidak dibatasi secara ketat oleh
waktu yang disediakan. Kemampuan yang dievaluasi bisa berupa kognitif maupun
psikomotorik. Soal-soal biasanya relatif sukar menyangkut berbagai konsep dan
pemecahan masalah dan menuntut peserta tes untuk mencurahkan segala
kemampuannya baik analisis, sintesis dan evaluasi.
3. Tes Hasil Belajar (Achievement Test)
Tes ini dimaksudkan untuk mengevaluasi hal yang telah diperoleh dalam
suatu kegiatan. Tes Hasil Belajar (THB), baik itu tes harian (formatif) maupun tes
akhir semester (sumatif) bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran dalam suatu kurun waktu tertentu. Makalah ini
akan lebih banyak memberikan penekanan pada tes hasil belajar ini.
4. Tes Kemajuan Belajar (Gains/Achievement Test)
Tes kemajuan belajar disebut juga dengan tes perolehan adalah tes untuk
mengetahui kondisi awal testee sebelum pembelajaran dan kondisi akhir testee
setelah pembelajaran. Untuk mengetahui kondisi awal testi digunakan pre-tes dan
kondisi akhir testi digunakan post-tes.
5. Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah evaluasi yang ditujukan untuk menelaah
kelemahan- kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
Tes diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang
dialami peserta didik berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya. Tes diagnostik

15

memerlukan sejumlah soal untuk satu bidang yang diperkirakan merupakan


kesulitan bagi peserta didik. Soal-soal tersebut bervariasi dan difokuskan pada
kesulitan.
Tes diagnostik biasanya dilaksanakan sebelum suatu pelajaran dimulai. Tes
diagnostik diadakan untuk menjajaki pengetahuan dan keterampilan peserta didik
yang telah dikuasai mereka, apakah peserta didik sudah mempunyai pengetahuan
dan keterampilan tertentu yang diperlukan untuk dapat mengikuti suatu bahan
pelajaran lain. Oleh karena itu, tes diagnostik semacam itu disebut juga test of
entering behavior.
6. Tes Selektif
Tes selektif adalah evaluasi yang digunakan untuk memilih siswa yang
paling

tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.

7. Tes Penempatan
Tes penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan
siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.
Pada umunya tes penempatan dibuat sebagai prates (pretest). Tujuan
utamanya adalah untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu program
belajar dan sampai di mana peserta didik telah mencapai tujuan
pembelajaran (kompetensi dasar) sebagaimana yang tercantum dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mereka. Dalam hubungan dengan tujuan
yang pertama masalahnya berkaitan dengan kesiapan siswa menghadapi
program yang baru, sedangkan untuk yang kedua berkaitan dengan
kesesuaian program pembelajaran dengan siswa.
8. Tes Formatif
Tes formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan
meningkatan proses belajar dan mengajar.
Tes formatif dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar siswa selama
proses belajar berlangsung, untuk memberikan balikan (feed back) bagi
penyempurnaan

program

belajar-mengajar,

serta

untuk

mengetahui
16

kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan, sehingga hasil belajarmengajar menjadi lebih baik. Soal-soal tes formatif ada yang mudah dan ada pula
yang sukar, bergantung kepada tugas-tugas belajar (learningtasks) dalam program
pengajaran yang akan dinilai. Tujuan utama tesformatif adalah untuk memperbaiki
proses belajar, bukan untuk menentukan tingkat kemampuan anak. Tes formatif
sesungguhnya merupakan criterion-referenced test. Tes formatif yang diberikan
pada akhir satuan pelajaran sesungguhnya bukan sebagai tes formatif lagi, sebab
data-data yang diperoleh akhirnya digunakan untuk menentukan tingkat hasil
belajar siswa. Tes tersebut lebih tepat disebut sebagai subtes sumatif. Jika
dimaksudkan untuk perbaikan proses belajar, maka maksud itu baru terlaksana
pada jangka panjang, yaitu pada saat penyusunan program tahun berikutnya
9. Tes Sumatif
Tes sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan
kemajuan belajar siswa. Tes sumatif diberikan saat satuan pengalaman belajar
dianggap telah selesai.
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk menetapkan apakah seorang
siswa berhasil mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan atau
tidak. Tujuan tes sumatif adalah untuk menentukan angka berdasarkan
tingkatan hasil belajar siswa yang selanjutnya dipakai sebagai angka rapor. Ujian
akhir dan ulangan umum pada akhir semester termasuk ke dalam tes sumatif.
Hasil tes sumatif jga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran.
Tes sumatif termasuk norm-referencedtest. Cakupan materinya lebih luas dan
soal-soalnya meliputi tingkat mudah, sedang, dan sulit

2.2 Prinsip-Prinsip Dasar Evaluasi Hasil Belajar


Menurut Rubiyanto (2005:12) evaluasi memiliki beberapa prinsip, di
antaranya adalah sebagai berikut:
1. Prinsip totalitas, keseluruhan, atau komprehensif
Evaluasi hasil belajar harus dilakukan untuk menggambarkan perkembangan
atau perubahan tingkah laku peserta didik secara menyeluruh. Artinya,
evaluasi mempu mengungkapkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

17

2. Prinsip kesinambungan
Evaluasi yang baik dilakukan secara teratur, berkesinambungan dari waktu ke
waktu,

terencana

dan

terjadwal.

Evaluasi

yang

demikian

akan

menggambarkan perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu.


3. Prinsip Oblejtivitas
Evaluasi yang baik harus terlepas dari kepentingan subyek. Hasil evaluasi
tersebut harus menggambarkan kondisi peserta didik secara obyektif.
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa
pada hakikatnya dalam melakukan proses penilaian (evaluasi) guru harus
memperhatikan prinsip-prinsip penilaian agar tujuan penilaian dapat tercapai
dengan baik. Prinsip-prinsip penilaian itu antara lain: objektif, transparan,
berkesinambungan, dan menyeluruh.
Prinsip-prinsip Evaluasi menurut Rubiyanto, Rubini, dan Sri Hartini
a) Keterpaduan
Evaluasi merupakan komponen Intelegensi dalam program pengajaran
disamping tujuan instruksionalnya dan materi, serta metode mengajar,
karena itu perencanaan evaluasi harus sudah ditetapkan pada waktu
menyusun suatu pengajaran sehingga dapat disesuaikan secara harmonis.
b) Keterlibatan Siswa
Prinsip ini berkaitan erat dengan metode belajar CBSA (Cara Belajar
Siswa Aktif) yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif, siswa mutlak
untuk dapat mengetahui sejauh mana siswa berhasil dalam kegiatan belajar
mengajar yang dijalani secara aktif, siswa membutuhkan evaluasi.
c) Koherensi
Dengan prinsip koherensi dimaksudkan evaluasi harus berkaitan dengan
materi pengajaran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah
kemampuan yang hendak diukur.
d) Pedagosis
Disamping sebagai alat penilai hasil/ pencapaian belajar, evaluasi juga
perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku di tinjau
dari segi pedogosis. Hasil evaluasi hendaknya dirasakan sebagai gambaran
yakni sebagai penghargaan bagi yang berhasil tetapi merupakan hukum
bagi yang kurang berhasil.

18

e) Akuntabilitas
Sejauh mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan
pertanggung jawaban.
Di bawah ini ada beberapa pakar yang mengungkapkan prinsip
dasar Evaluasi hasil belajar berdasarkan penilaiannya yaitu :
- Wiersma dan Jurs berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses
yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi
pengambilan keputusan tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan
pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan
mengukur dan menilai. Kedua pendapat di atas secara implisit menyatakan
bahwa evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas daripada pengukuran
dan testing.
- Ralph W. Tyler, yang dikutip oleh Brinkerhoff dkk. Mendefinisikan
evaluasi sedikit berbeda. la menyatakan bahwa evaluation as the process of
determining to what extent the educational objectives are actually being
realized. Sementara Daniel Stufflebeam (1971) yang dikutip oleh Nana
Syaodih S., menyatakan bahwa evaluation is the process of delineating,
obtaining and providing useful information for judging decision alternatif.
Demikian juga dengan Michael Scriven (1969) menyatakan evaluation is
an observed value compared to some standard. Beberapa definisi terakhir
ini menyoroti evaluasi sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang
diperoleh
-

dari

proses

pengumpulan

dan

pengolahan

data.

Sementara itu Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan

pengukuran sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau


karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu
menurut aturan atau formulasi yang jelas, sedangkan penilaian adalah
suatu

proses

untuk

mengambil

keputusan

dengan menggunakan

informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang


menggunakan tes maupun nontes. Pendapat ini sejalan dengan pendapat
Suharsimi Arikunto yang membedakan antara pengukuran, penilaian, dan
evaluasi. Arikunto menyatakan bahwa mengukur adalah membandingkan
sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan

19

menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan


ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Hasil pengukuran yang
bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund (1971)
yang menyatakan Measurement is limited to quantitative descriptions of
pupil behavior. Pengertian Evaluasi yang ditekankan pada penentuan
nilai suatu obyek juga dikemukakan oleh Nana Sudjana. la menyatakan
bahwa penilaian adalah proses menentukan nilai suatu obyek dengan
menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti Baik, Sedang, Jelek.
Seperti juga halnya yang dikemukakan oleh Richard H, Lindeman (1 967)
The assignment of one or a set of numbers to each of a set of person or
objects according to certain established rules
2.3 Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Sebagai Objek Evaluasi Hasil

Belajar
a. Ranah kognitif adalah ranah yang mencakupkegiatan otak. aspek Tujuan
aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai
pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan
demikian aspek kognitif adalah sub-taksonomi yang mengungkapkan
tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan
sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Evaluasi hasil belajar
kognitif dapat dilakukan dengan menggunakan tes objektif maupun tes
uraian. Klasifikasi ranah kognitif menurut Bloom :
1 Pengetahuan (C1) : mengingat ;meningat kembali akan hal-hal yang
pernh dipelajari. Misalnya : siswa mampu menyebutkan nama semua
2

sekretaris jendral PBB pertama.


Pemahaman (C2) ; memahami sesuatu, setelah sesuatu itu diketahui
atau di ingat. Siswa mampu menguraikan dalam kata kata sendiri

karangan berdasarkan struktur gambar yang masih acak.


Penerapan (C3) : kesanggupan untuk menerapkan atau menggunakan
ide ide umum, metode, prinsip, rumus, teori dan sebagainya dalam
situasi yang baru dan konkrit. C3 ini umumnya menggunakan

20

pendekatan pemecahan masalah. Dan melalui pendekatan ini siswa di


hadapkan pada suatu masalah yang perlu dipecahkan di hadapkan pada
suatu masalah yang perlu dipecahkan menggunakan pengetahuan yang
telah dimilikinya. Misalnya : siswa mampu menghitung jumlah liter
cat yang dibutuhkan untuk mencat semua dinding di suatu ruang dan
jumlah uang yang harus dikeluarkan. Data mengenai ukuran ukuran
ruang, kuantitas cat yang diperlukan untuk setiap m3 dan harga cat per
4

kaleng @ 2 liter disajikan.


AnalIsis (c4) : kemampuan untuk menguraikan suatu bahan atau
keadaan menurut bagian bagian bagian yang lebih kecil dan mampu
memahami hubungan di anataranya ; misalnya ;siswa mampu
menempatkan suatu kumpulan bunga berjumlah 20 kuntum dalam

empat kategori, menurut pilihannya sendiri.


Sintesis (C5) ; Kebalikan dari kemampuan analysis, mencakup
kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru, yang
dinyatakan dengan membuat suatu rencana. Dinyatakan dengan
membuat suatu rencana, misal ; siswa mampu memberikan uraian
lisan tentang perlunya pelatihan rencana bisnis, dengan berpegang
pada suatu kerangka yang mengandung pembukaan, inti, ringkasan

pembahasan dan kesimpulan.


Evaluasi (C6) : Jenjang yang paling tinggi dalam ranah kognitif. Yaitu
kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi,
nilai, atau ide.kriteria yang digunakan untuk mengadakan evaluasi
bersifat intern ( berasal dari untuk mengadakan evaluasi bersifat intern
( berasal dari keadaan yang dievaluasi itu sendiri) dan ekstern (berasal
dari luar keadaan yang di evaluasi tersebt. Misal ; mahasiswa PGSD
mampu mengadakan evaluasi tertulis, terhadap contoh perumusan TP
yang diberikan. Karangan berjumlah maksimal 2 halaman folio
bergaris dan minimal 1 halaman. Tujuan belajar kognitif dapat
dinilai melalui tes lisan dan tertulis baik tes objektif maupun yang
subjektif.

21

b. Ranah Afektif. Tujuan dilaksanakannya penilaian hasil relajar afektif


dalah untuk mengetahui capaian hasil belajar dalam hal penguasaan
domain afektif dari kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh setiap
peserta didik setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Teknik
pengukuran dan penilaian hasil belajar afektif terdiri atas dua yakni teknik
testing, yaitu penilaian yang menggunakan tes sebagai alat ukurnya, dan
teknik non- testing, yaitu teknik penilaian yang menggunakan bukan tes
sebagai alat ukurnya.
Berkaitan dengan sikap dan nilai, dan sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya apabila ia telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi.
Ciri-ciri belajar afektif akan tampak pada siswa pada berbagai tingkah
laku, seperti perhatinnya perhatiannya pada mata pelajarannya IPA agama
akan meningkatkan pelajarannya IPA agama akan meningkatkan
kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran agama disekolah.
Untuk menilai tujuan belajar siswa yang berhubungan dengan sikap dan
nilai, maka perlu dikumpulkan data siswa dengn cara, misalnya dengan
meneliti tingkah laku siswa, juga pendapat atau komentar siswa mengenai
sesuatu.
c. Ranah

psikomotorik

Merupakan

ranah

yang

berkaitan

dengan

keterampilan (skiil) atau kemampuan bertindak setelah seseorang


menerima pengalaman belajar tertentu. Tidak semua tujuan belajar
psikomotor dapat diukur dengan tes, melainkan tujuan belajar yang
bersifat keterampilan ini dapat diukur dengan kemampuan atau
keterampilan siswa dalam mengerjakan sesuatu.
Dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus
mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada
saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik,
atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta
didik.Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan
observasi atau pengamatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur
atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah
laku peserta didik ketika praktik,kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi
peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar. Tes
22

untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur


penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta
didik.
2.4 Langkah-langkah Pokok dalam Evaluasi Hasil Belajar
Sekalipun tidak selalu sama, namun pada umumnya para pakar dalam
bidang evaluasi pendidikan merinci kegiatan evaluasi ke dalam enam langkah
pokok.
1. Menyusun rencana evaluasi hasil belajar
Sebelum evaluasi hasil belajar dilaksanakan, harus disusun lebih
dahulu perencanaannya secara baik dan matang. Perencanaan hasil belajar itu
umumnya mencakup enam jenis kegiatan, yaitu sebagai berikut.
a.

Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi


Perumusan tujuan evaluasi hasil belajar itu penting sekali, sebab tanpa
tujuan yang jelas maka evaluasi hasil belajar akan berjalan tanpa arah dan
pada gilirannya dapat mengakibatkan evaluasi menjadi kehilangan arti dan
fungsinya.

b. Menetapkna aspek-aspek yang hendak dievaluasi. Misalnya apakah aspek


c.

kognitif, aspek afektif ataukah aspek psikomotorik.


Memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan dalam
melaksanakan evaluasi, misalnya apakah evaluasi itu akan dilaksanakan
dengan menggunakan teknik tes ataukah teknik nontes. Jika teknik yang
akan dipergunakan itu adalah teknik nontes, apakah pelaksanaannya
dengan menggunakan pengamatan (observasi), melakukan wawancara

(interview), menyebarkan angket.


d. Menyusun alat-alat pengukur yang akan dipergunakan dalam pengukuran
dan penialain hasil belajar peserta didik, seperti butir-butir soal tes hasil
belajar (pada evaluasi hasil belajar yang menggunakan teknik tes). Daftar
check (check list), rating scale, panduan wawancara (interview guide) atau
daftar angket (questionnaire), untuk evaluasi hasil belajar yang
menggunakan teknik nontes.
e. Menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan pegangan
atau patokan untuk memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi.
23

Misalnya apakah yang akan dipergunakan Penilaian Beracuan Patokan


(PAP) ataukah akan dipergunakan Penilaian beracuan kelompok atau
f.

Norma (PAN).
Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri
(kapan dan seberapa kali evaluasi hasil belajar itu akan dilaksanakan).

2. Menghimpun data
Dalam evaluasi hasil belajar, wujud nyata dari kegiatan menghimpun
data adalah melaksanakan pengukuran, misalnya dengan menyelenggarakan
tes hasil belajar (apabila evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik tes),
atau melakukan pengamatan, wawancara atau angket dengan menggunakan
instrumen-instrumen tertentu berupa rating scale, check list, interview guide
atau questionnaire (apabila evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik
nontes).
3. Melakukan verifikasi data
Data yang telah berhasil dihimpun harus disaring lebih dahulu sebelum
diolah lebih lanjut. Proses penyaringan itu dikenal dengan istilah penelitian
data atau verifikasi data. Verifikasi data dimaksudkan untuk dapat
memisahkan data yang baik (yaitu data yang dapat memperjelas gambaran
yang akan diperoleh mengenai diri individu atau sekelompok individu yang
sedang dievaluasi) dari data yang kurang baik (yaitu data yang akan
mengaburkan gambaran yang akan diperoleh apabila data itu ikut serta
diolah).
4. Mengolah dan menganalisis data
Mengolah dan menganilisis hasil evaluasi dilakukan dengan maksud
untuk memberikan makna terhadap data yang telah berhasil dihimpun dalam
kegiatan evaluasi. Untuk keperluan itu maka data hasil evaluasi perlu disusun
dan diatur demikian rupa sehingga dapat berbicara. Dalam mengolah dan
menganalisis data hasil evaluasi itu dapat dipergunakan teknik statistik.
5. Memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan

24

Penafsiran atau interpretasi terhadap data hasil evaluasi belajar pada


hakikatnya adalah merupakan verbalisasi dari makna yang terkandung dalam
data yang telah mengalami pengolahan dan penganalisisan itu. Atas dasar
interpretasi terhadap data hasil evaluasi itu pada akhirnya dapat dikemukakan
kesimpulan-kesimpulan tertentu. Kesimpulan-kesimpulan hasil evaluasi itu
sudah barang tertentu mengacu kepada tujuan dilakukannya evaluasi itu
sendiri.
6. Tindak lanjut hasil evaluasi
Bertitik tolak dari data hasil evaluasi yang telah disusun, diatur, diolah,
dianalisis dan disimpulkan sehingga dapat diketahui apa makna yang
terkandung di dalamnya maka pada akhirnya evaluator akan dapat mengambil
keputusan atau merumuskan kebijakan-kebijakan yang dipandang perlu
sebagai tindak lanjut dari kegiatan evaluasi tersebut.
BAB III
PENUTUP
1.1.

Kesimpulan
1. Teknik evaluasi hasil belajar ada dua jenis yaitu terdapat dua alat evaluasi,
yakni teknik tes dan nontes. Dengan teknik tes, maka evaluasi hasil
belajar itu dilakukan dengan jalan menguji peserta didik. Sebaliknya,
dengan teknik nontes maka evaluasi hasil belajar dilakukan tanpa menguji
peserta didik.
2. Prinsip-prinsip dasar evaluasi hasil belajar ada tiga yaitu prinsip totalitas,
keseluruhan, atau komprehensif, prinsip kesinambungan dan prinsip
oblejtivitas
3. Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Sebagai Objek Evaluasi Hasil
Belajar. Ranah psikomotorik Merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skiil) atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah Afektif Berkaitan dengan
sikap dan nilai, dan sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya
apabila ia telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Sedangkan
Ranah

psikomotorik

Merupakan

ranah

yang

berkaitan

dengan
25

keterampilan (skiil) atau kemampuan bertindak setelah seseorang


menerima pengalaman belajar tertentu.
4. Mengetahui Langkah-Langkah Pokok Evaluasi Hasil Belajar
1. Menyusun rencana evaluasi hasil belajar
2. Menghimpun data
3. Melakukan verifikasi data
4. Mengolah dan menganalisis data
5. Memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan
6. Tindak lanjut hasil evaluasi.
1.2.

Saran
Dalam melakukan evaluasi hendaklah harus menggalakan kejujuran
peserta didik agar tidak membuka buku atau mencontek,agar diperoleh hasil
evaluasi hasil belajar peserta didik yang benar-benar sesuai dengan
kemampuan peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Rubiyanto, Rubino dan Sri Hartini. 2005. Evaluasi Pendidikan. Surakarta:


Program Akta Mengajar FKIP UMS
Ali Imron,Prof.Dr.2012.Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah.Jakarta:
Bumi Aksara
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset
Arikunto, Suharsimi.1995. Dasar-Dasar evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara
1995

26

Вам также может понравиться