Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
92 |
93 |
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi
sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Dengan latar belakang di atas, maka penilaian kinerja guru merupakan suatu
hal yang perlu mendapat perhatian serius khususnya oleh pemerintah daerah.
Evaluasi kinerja guru, merupakan salah satu komponen penting yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah. Sehubungan hal
tersebut maka penelitian ini berkeinginan untuk mengevaluasi kinerja guru
khususnya para guru Sekolah Dasar di Kecamatan Kurun, mengingat kecamatan
tersebut merupakan pusat pendidikan di Kabupaten Gunung Mas.
Secara spesifik tujuan penelitian adalah: (1) Mengetahui dan mengkaji
bagaimanakah kinerja guru Sekolah Dasar di Kecamatan Kurun Kabupaten
Gunung Mas dalam menjalankan tugas pembelajaran yang diwujudkan melalui
kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan
kompetensi sosial; (2) Mengetahui dan mengkaji seberapa besarkan perbedaan
kinerja guru Sekolah Dasar antara yang sudah bersertifikasi pendidik dengan yang
belum bersetifikasi pendidik di di Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas; dan
(3) Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan mendasar baik dari lingkungan
internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja guru Sekolah Dasar
di Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas dalam melaksanakan pembelajaran.
Guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan untuk
terselenggaranya proses pendidikan. Keberadaan guru merupakan pelaku utama
sebagai fasilitator penyelenggaraan proses belajar siswa. Oleh karena itu
kehadiran dan profesionalismenya sangat berpengaruh dalam mewujudkan
program pendidikan nasional. Guru harus memiliki kualitas yang cukup memadai,
karena guru salah satu komponen mikro sisten pendidikan yang sangat strategis
94 |
95 |
96 |
membimbing peserta
didik
memenuhi
standar
Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif (Wirartha,
2005). Lokasi penelitian berada di Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas,
Provinsi
97 |
penelitian menunjukkan
bahwa
secara
keseluruhan
bahwa
98 |
guru tergolong sangat baik, 73,87% tergolong baik, 4,05% tergolong cukup baik,
sementara itu yang rendah atau kurang baik, dan sangat rendah tidak ada.
Secara khusus aspek dari kompetensi profesional guru di Kecamatan
Kurun yang tergolong masih lemah atau di bawah rata-rata adalah; a) penguasaan
akan isu-isu mutakhir dalam bidang yang diajarkan; dan b) kemampuan
menggunakan beragaman teknologi komunikasi. Penguasaan isu-isu mutakhir
terkait bidang yang diajarkan oleh guru merupakan hal yang penting, mengingat
ilmu pengetahuan sekarang ini sangat berkembang pesat, sehingga dibutuhkan
ketekunan guru untuk mengikuti perkembangan tersebut. Jika guru kurang
mengikuti perkembangan ilmu pengetahun di bidang yang diajarkannya, maka
tentunya kualitas kontens dari materi yang diajarkan juga menjadi kurang baik.
Sementara itu pemnguasaan teknologi komunikasi dalam mengajar sekarang ini
menjadi penting, sebagai bentuk dari era keterbukaan yang semakin berkembang
pesat dalam berbagai bidang tidak terkecuali bidang pendidikan. Guru harus
selalu dibekali dengan penguasaan TIK agar kualitas pembelajaran semakin baik.
Tidak hanya itu tentunya perlu didukung oleh ketersediaan fasilitas TIK itu
sendiri.
Jika dilihat tingkat kompetensi guru antara yang sudah bersertifikasi
dengan guru yang belum bersertifikasi, tampak bahwa guru yang bersertifikasi
memiliki kompotensi profesional yang sedikit lebih baik dari yang belum
bersertifikasi. Kompetensi profesional pada guru yang sudah bersertifikasi mulai
dari baik hingga sangat baik, sedangkan guru belum sertifikasi mulai dari cukup
baik hingga sangat baik. Guru yang kompetensi profesionalnya tergolong sangat
baik, yaitu 26,13% pada guru bersertifikasi dan 4,95% pada guru belum
bersertifikasi. Sedangkan untuk golongan baik, terdiri dari 73,87% pada guru
bersertifikasi dan 86,94% pada guru belum bersertifikasi. Untuk golongan sedang
atau cukup baik hanya terdapat pada guru belum bersertifikasi yaitu sebesar
8,11%.
99 |
dan
c)
kearifan
dalam
mengambil
keputusan.
Kemampuan
mengendalikan diri dalam berbagai situasi dan kondisi merupakan kontrol diri
dalam menjalankan tugas sebagai guru khususnya menghadapi perilaku siswa
yang cenderung negatif. Hal ini perlu bagi guru karena siswa perlu didekati secara
sosial agar siswa merasa dirinya dihargai oleh guru. Satu kata dan tindakan
merupakan wujud komitmen guru agar apa yang diucapkan selalu diwujudkan
dalam tindakan yang tepat. Sedangkan kearifan dalam mengambil keputusan
merupakan suatu sikap kehati-hatian dalam bertindak atau membuat keputusan,
sehingga tidak ada siswa yang merasa dirugikan dari suatu keputusan.
Jika dilihat tingkat kompetensi guru antara yang sudah bersertifikasi
dengan guru yang belum bersertifikasi, tampak bahwa guru yang bersertifikasi
memiliki kompotensi kepribadian yang juga lebih baik dari yang belum
bersertifikasi. Kompetensi kepribadian pada guru yang sudah bersertifikasi mulai
dari baik hingga sangat baik, sedangkan guru belum sertifikasi mulai dari cukup
baik hingga sangat baik. Guru yang kompetensi kepribadiannya tergolong sangat
baik, yaitu 45,95% pada guru bersertifikasi dan 11,26% pada guru belum
bersertifikasi. Sedangkan untuk golongan baik, terdiri dari 54,05% pada guru
bersertifikasi dan 78,38% pada guru belum bersertifikasi. Untuk golongan sedang
atau cukup baik hanya terdapat pada guru belum bersertifikasi yaitu sebesar
10,36%.
100 |
101 |
berpendapat dalam kelas semestinya didengar oleh guru sebagai wujud perhatian
kepada siswanya.
Jika dilihat tingkat kompetensi guru antara yang sudah bersertifikasi
dengan guru yang belum bersertifikasi, tampak bahwa guru yang bersertifikasi
memiliki kompotensi sosial yang juga lebih baik dari yang belum bersertifikasi.
Kompetensi kepribadian pada guru yang sudah bersertifikasi mulai dari baik
hingga sangat baik, sedangkan guru belum sertifikasi mulai dari cukup baik
hingga sangat baik. Guru yang kompetensi sosialnya tergolong sangat baik, yaitu
46,40% pada guru bersertifikasi dan 19,37% pada guru belum bersertifikasi.
Sedangkan untuk golongan baik, terdiri dari 53,60% pada guru bersertifikasi dan
75,68% pada guru belum bersertifikasi. Untuk golongan sedang atau cukup baik
hanya terdapat pada guru belum bersertifikasi yaitu sebesar 4,95%.
102 |
ada yang tergolong rendah dan sangat rendah. Jadi sesungguhnya kinerja dan
profesionalisme guru-guru di Kecamatan Kurun dapat menjadi jaminan bagi
peningkatan kualitas pendidikan sehingga apa yang menjadi visi dan misi
Pemerintah Kabupaten Gunung Mas untuk dalam bidang pendidikan akan
semakin terbuka lebar.
Tingkat kinerja dan profesionalisme guru yang tergolong baik di
Kecamatan Kurun tersebut merupakan kontribusi atau dibentuk oleh keempat
kompetensi guru, yaitu: a) pedagogik sebesar 24%; b) profesional sebesar 25%; c)
kepribadian sebesar 25%; dan d) sosial sebesar 26%. Dari hasil ini dapat
dikatakan bahwa keempat komptensi tersebut memberikan kontribusi yang hampir
seimbang dalam membentuk kinerja guru di Kecamatan Kurun. Oleh sebab itu
peningkatan kinerja guru di Kecamatan Kurun tidak dapat hanya memperhatikan
salah satu aspek kompetensi saja, namun harus memperhatikan kesemua aspek
kompetensi guru secara berimbang dan proporsional.
Jika dikaji lebih jauh mengenai kinerja dan profesionalisme antara guru
yang sudah bersertifikasi dengan guru yang belum bersertifikasi, maka hasil
penelitian menunjukkan bahwa guru yang bersertifikasi lebih baik dari guru yang
belum bersertifikasi. Secara kuantitatif nilai rata-rata untuk kinerja guru yang
bersertifikasi sebesar 16,77 dan untuk guru yang belum bersertifikasi sebesar
15,56. Secara statistik dengan Uji T (Independent Sample T Test), terdapat
perbedaan yang nyata antara kinerja guru yang bersertifikasi dengan yang belum
bersertifikasi. Hal ini sebagaimana yang ditunjukan oleh nilai t hitung > ttabel (4,885
> 2,262) dan P value (0,001 < 0,05). Artinya bahwa nilai kuantitatif bahwa kinerja
guru yang bersertifikasi lebih tinggi dari yang belum bersertifikasi adalah benar.
Tabel 4.2. Kontribusi Kompetensi Guru terhadap Pembentukan Kinerja dan
Profesionalisme Guru di Kecamatan Kurun
Guru belum
Guru Bersertifikasi
bersertifikasi
No
Kompetensi
Rerata
%
Rerata
%
1 Pedagogik
4,07
24
3,78
24
2 Profesional
4,14
25
3,83
25
3 Kepribadian
4,28
26
3,95
25
4 Sosial
4,28
25
4,00
26
Jumlah
16,77
100
15,56
100
103 |
Namun yang juga menarik dari hasil evaluasi kinerja dan profesionalisme
guru baik yang bersertifikasi maupun yang belum bersertifikasi adalah tidak
adanya kompetensi yang dominan atau tidak dominan dalam membentuk kinerja
guru. Keempat kompetensi yang dievaluasi baik untuk guru yang bersertifikasi
dan belum bersertifikasi hampir sama besar berkontribusi terhadap pembentukan
kinerja dan profesionalisme guru di Kecamatan Kurun.
Hal ini tentunya akan memenjadi hal yang baik bagi Pemerintah Kota
Kecamatan Kurun untuk mengembangkan kinerja dan profesionalisme gurunya.
Dengan kondisi seperti yang disebutkan diatas, program-program dapat menjadi
efisiensi dan efektif karena dapar relatif homogen antara berbagai kualifikasi guru
tersebut.
wilayah
perkota, sementara
di
daerah
104 |
dimana
banyak
para
guru
di
perkotaan
yang
terbatas
105 |
106 |
Simpulan
1) Fasilitas pendidikan terutama sekolah di Kabupaten Gunung Mas mulai dari
tingkat Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas
(SMA/MA/SMK) sudah tersedia di seluruh wilayah kecamatan, sehingga
memungkinkan setiap anak untuk bersekolah. Hal ini tentu sangat baik bagi
upaya menuntaskan wajib belajar, minimal sekolah dasar di Kota Palangka
Raya.
2) Ketersediaan tenaga pendidik/guru di Wilayah Kabupaten Gunung Mas mulai
dari tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah
Menengah Atas sudah cukup memadai untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Kabupaten Gunung Mas. Namun yang tampak masih menjadi
kendala adalah penyebaran guru antara di wilayah perkotaan dengan di luar
perkotaan masih belum merata. Hal ini akan dapat berdampak terhadap
ketidak seimbangan kualitas siswa antar kedua wilayah dimaksud.
107 |
108 |
sekolah di luar pusat perkotaan, maupun antar sekolah negeri dengan sekolah
swasta.
3) Perlu peran aktif dari Pemerintah Kota melalui Dinas Pendidikan secara
periodik dan berkesinambungan untuk meningkatkan kinerja dan
profesionalisme guru.
Daftar Pustaka
Darling, L. dan Hammond. 2000. Teacher Quality and Student Achievement: A
Review of State Policy Evidence. Education Policy Analysis Archives.
Volume 8 Number 1.
Hoy, W.K dan Miskell C.G. 2001. Educational Administration: Theory, research,
dan pratice. New York: Mc Graw-Hill Inc.
Kane, J.S. 1986. Performance Distribution Assessment. Baltimore: The Johns
Hopkins University Press.
Nana Sudjana. 2002. Dasar-dasar Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Riduwan. 2009. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Schacter. 2006. The Economics of Education Revised Edition. New York:
Macmillan Publishing Company.
Suryadi Prawirosentono. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan, Kiat Membangun
Organisasi Kompetitif Menjelang Perdagangan Bebas. Yogyakarta: BPFE.
Sutermesiter, Robert A. 1986. People and Productivity. New York: Mc Graw-Hill
Book Company.
Suyanto dan Djihad Hisyam. 2007. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia Mellenium III. Yogyakarta: Adicita.
Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wirartha. 2005. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. ANDI. Yogyakarta.
109 |