Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
3. Patofisiologi
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama
kehamilan / persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi
fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan
dangan gguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat dan lamanya
asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnoe, disertai
penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan menunjukkan usaha nafas,
yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha
nafas tidak tampak sehingga bayi berada dalam periode apnoe yang kedua, dan
ditemukan pula bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan
keseimbangan asam dan basa pada neonatus. Pada tingkat awal menimbulkan
asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi metabolism anaerob yang
berup aglikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh pada hati dan jantung
berkurang.Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskule rmenyebabkan
gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak
adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di
otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa
pada kehidupan bayi selanjutannya
4. Pathway
5. Manifestasi klinik
1) Pernafasan cuping hidung
3
2)
3)
4)
5)
6)
Pernafasan cepat
Tidak bernafas
Nadi cepat
Cyanosis
Nilai APGAR kurangdari 6
0
Pucat kebiruan
Denyut Nadi
Refleks
Tonus Otot
Tidak teraba
Tidak ada
Tidak ada gerakan
Pernafasan
Tidak ada
1
Tubuh
kemerahan
ektremitas biru
Kurang dari 100
Gerakan sedikit
Gerakan fleksi pada
ektremitas
Lambat tidak teratur
2
Seluruh
tubuh
kemerahan
Lebih dari 100
Menangis
Bergerak aktif
Menangis kuat/ keras
Nilai = 0
Nilai = 1
Nilai = 2
Seluruh tubuh
Badan merah,
Seluruh tubuh
(warna kulit)
2. Pulse
kaki biru
kemerah-merahan
Tidak ada
Kurang dari
Lebih dari
100 x/ menit
150 x/ menit
Tidak ada
Menyeringai
Lunglai
Tidak ada
Lambat atau
tidak ada
(bunyi jantung)
3. Grimance
(reflek)
4. Activity
(tonus otot)
5. Respirotary
effort
Menangis kuat
atau keras
(usaha bernafas)
7. PemeriksaanDiagnostik
1) Analisa gas darah ( PH kurangdari 7,20 )
2) Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas,
tonus otot dan reflek)
3) Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi
4) Pengkajian spesifik.
8. Penatalaksanaan
Tujuan utama mengatasi asfiksia adalah untuk mempertahankan kelangsungan
hidup dan membatasi gejala sisa (sekuele) yang mungkin timbul di kemudian hari.
Tindakan yang dikerjakan pada bayi lazim disebut resusitasi bayi baru lahir.
1) Penatalaksanaan resusitasi
a. Hangatkan bayi di bawah pemancar panas
b. Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
c. Isapl endir dari mulut-hidung
d. Keringkan sambil dirangsang taktil
e. Atur posisi kembali
f. Penilaian bayi ; usaha nafas, denyut jantung dan warna kulit
2) Penatalaksanaan Ventilasi tekanan positif:
a. Bila bayi tidak bernafas lakukan ventilasi tekanan positif (VTP) dengan
memakai balon dan sungkup selama 30 detik dengan kecepatan 40-60 kali
per menit.
b. Nilai bayi; usaha napas, warna kulit dan denyut jantung
c. Bila belum bernafas dan denyut jantung 60x/mnt lanjutkan VTP dengan
kompresi dada secara terkoordinasi selama 30 detik
d. Nilai bayi : usaha napas, warana kulit dan denyut jantung:
5
2) Data Obyektif
a. Keadaan umum
Pada neonatus post asfiksia berat, keadaannya lemah dan hanya
merintih. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap
rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan
usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi
neonatus yang baik.
b. Tanda-tanda Vital
Suhu=36,5C- 37,5C. Nadi=120-140x/mnt.respirasi=40-60x/mnt.
c. Pemeriksaan fisik
1) Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada
bayi preterm terdapat lanogo dan verniks.
2) Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
3) Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
4) Hidung
7
PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post asfiksia
cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif.
- HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
- Urine
- Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
a. Natrium (normal 134-150 mEq/L)
b. Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
c. Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
d. Photo thorax
e. Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
a.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post asfiksia berat.
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisa
lemah.
c. Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi sehubungan dengan
rawat terpisah.
d. Resiko terjadinya hipoglikemia berhubungan dengan metabolisme yang
meningkat.
No
1.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan kriteria
Intervensi
keperawatan
Gangguan
Tujuan:
1. Letakkan bayi
pemenuhan
Kebutuhan O2 bayi
terlentang dengan
kebutuhan
O2 terpenuhi
alas yang data,
sehubungan
Kriteria:
kepala lurus, dan
dengan
post - Pernafasan normal
leher sedikit
asfiksiaa berat
40-60
kali
tengadah/ekstensi
permenit.
dengan meletakkan
- Pernafasan teratur.
bantal atau selimut
- Tidak cyanosis.
diatas bahu bayi
- Wajah dan seluruh
sehingga bahu
tubuh
Berwarna
terangkat 2-3 cm.
kemerahan (pink 2. Bersihkan jalan
variable).
nafas, mulut,
- Gas darah normal
hidung bila perlu.
PH = 7,35 7,45
3. Observasi gejala
PCO2 = 35 mm Hg
kardinal dan tandaPO2 = 50 90
tanda cyanosis tiap
mmHg
4 jam.
4. Kolaborasi dengan
team medis dalam
pemberian O2 dan
pemeriksaan kadar
9
Rasional
1. Memberi rasa
nyaman dan
mengantisipasi
flexi leher yang
dapat mengurangi
kelancaran jalan
nafas.
2. Jalan nafas harus
tetap dipertahankan
bebas dari lendir
untuk menjamin
pertukaran gas
yang sempur na.
3. Deteksi dini
adanya kelainan.
.4. Menjamin
oksigenasi jaringan
yang adekuat
terutama untuk
jantung dan otak.
Dan peningkatan
pada kadar PCO2
2.
Resiko gangguan
penemuan
kebutuhan nutrisi
sehubungan
dengan
reflek
menghisap lemah
Tujuan
11. Lakukan observasi
Kebutuhan
nutrisi
BAB dan BAK
terpenuhi
jumlah dan
Kriteria
frekuensi serta
- Bayi dapat minum
konsistensi.
pespeen / personde
dengan baik.
2. Monitor turgor dan
- Berat badan tidak
mukosa mulut.
turun lebih dari
10%.
3. Monitor intake dan
- Retensi tidak ada.
out put.
4. Beri ASI / PASI
sesuai kebutuhan.
5. Lakukan control
berat badan setiap
hari.
3.
Gangguan
hubungan
interpersonal
antara bayi dan
ibu sehubungan
dengan perawatan
intensif.
Tujuan :
1. Jelaskan pada ibu /
Terjadinya hubungan
keluarga tentang
batin antara bayi dan
keadaan bayinya
ibu.
sekarang.
Kriteria:
2. Bantu orang tua /
- Ibu dapat segera
ibu untuk
menggendong dan
mengungkapkan
meneteki bayi.
perasaannya.
- Bayi segera pulang
3. Orientasi ibu pada
dan ibu dapat merawat
lingkungan rumah
bayinya sendiri.
sakit.
4. Tunjukan bayi pada
saat ibu berkunjung
(batasi oleh kaca
pembatas).
5. Lakukan rawat
gabung jika keadaan
ibu dan bayi
memungkinkan.
10
menunjukkan
hypoventilasi.
1.Deteksi
adanya
kelainan
pada
eliminasi bayi dan
segera
mendapat
tindakan / perawatan
yang tepat.
2. Menentukan derajat
dehidrasi dari turgor
dan mukosa mulut.
3.Mengetahui
keseimbangan cairan
tubuh.
4. Kebutuhan nutrisi
terpenuhi
secara
adekuat.
5. Penambahan dan
penurunan berat badan
dapat di monitor.
1. Ibu mengerti
keadaan bayinya
dan mengurangi
kecemasan serta
untuk kooperatifan
ibu/keluarga.
2. Membantu
memecahkan
permasalahan yang
di hadapi.
3. Ketidak tahuan
memperbesar
stressor.
4. Menjalin kontak
batin antara ibu dan
bayi walaupun
hanya melalui kaca
pembatas.
5. Rawat gabung
merupakan upaya
mempererat
hubungan ibu dan
4.
1. Berikan nutrisi
secara adekuat dan
catat serta monitor
setiap pemberian
nutrisi.
2. Beri selimut dan
bungkus bayi serta
perhatikan suhu
lingkungan.
3. Observasi gejala
kardinal (suhu,
nadi, respirasi).
4. Kolaborasi dengan
team medis untuk
pemeriksaan
laborat yaitu
distrostik.
1. Mencega
pembakaran
glikogen dalam
tubuh dan untuk
pemantauan intake
dan out put.
2. Menjaga
kehangatan agar
tidak terjadi proses
pengeluaran suhu
yang berlebihan
sedangkan suhu
lingkungan
berpengaruh pada
suhu bayi.
3. Deteksi dini
adanya kelainan.
4. Untuk mencegah
terjadinya
hipoglikemia lebih
lanjut dan komplikasi yang
ditimbulkan pada
organ - organ tubuh
yang lain.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
5. Tahap evaluasi
Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada bayi
dengan post asfiksia, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan.
Tujuan asuhan keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan
didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria evaluasi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. 2001. BukuSakuDiagnosaKeperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Hassan, R dkk. 1985. BukuKuliahIlmuKesehatanAnak. BagianIlmu
KesehatanAnakFakultasKedokteranUniversitas Indonesia. Jilid 3. Jakarta : Informedika
Mansjoer, A. 2000. KapitaSelektaKedokteran. EdisiKetiga. Jilid II. Jakarta : Media
Aesculapius.
Santosa, B. 2005. PanduanDiagnosaKeperawatan Nanda. DefinisidanKlasifikasi. Jakarta :
Prima Medika.
Wilkinson. 2007. BukuSakuDiagnosaKeperawatandenganIntervensi NIC dan Criteria Hasil
NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC
Manuaba, I. B. 1998. IlmuKebidananPenyakitKandungandanKeluargaBerencana. Jakarta :
EGC
Mochtar. R. 1989. SinopsisObstetri. Jakarta : EGC
12
13
EGC