Вы находитесь на странице: 1из 25

MAKALAH

SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI I


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN AIDS

KELOMPOK 4
Dosen pembimbing :
Ns. Farida Juanita S.kep, M.Kes
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.

Aris Ardiansyah
Firsta Tanti H
Fitri Listyawati
Fitrotut Tazkiyah

(13.02.01.13)
(13.02.01.13)
(13.02.01.13)
(13.02.01.13)

SEMESTER 3D

STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2013 2014

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, kami dapat menyelesaikan


pembuatan asuhan keperawatan dengan pokok bahasan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari ada sedikit kendala yang dihadapi,
namun tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik material maupun
spiritual. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini tanpa hambatan.
Untuk itu penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Drs. H. Budi Utomo, Amd. Kep, M.Kes. selaku Ketua STIKES Muhammadiyah
Lamongan yang telah menyediakan segala fasilitas dengan baik sehingga makalah
ini dapat kami selesaikan.
2. Arifal Aris, S.kep,Ns, M.M.Kes. selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Lamongan
3. Farida Juanita S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen mata kuliah sistem imun dan
hematologi

yang

telah

membimbing

dan

mengarahkan

kami

demi

terselesaikannya pembuatan Asuhan Keperawatan ini.


4. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis cantumkan, yang telah turut mendukung
dan membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami mengetahui bahwa pembuatan Asuhan Keperawatan ini terdapat kesalahan, oleh
karena itu kami mengharap kritik dan saran dari semua semua pihak yang bersifat
membangun agar kami dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penyusunan Asuhan
Keperawatan kami.

Lamongan,

November 2014

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................
Kata Pengantar ...................................................................................................
Daftar Isi ..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................
1.2 Rumusan Masalah............................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ........................................................................................
2.2 Etiologi.............................................................................................
2.3 Patofisiologi.
2.4 Pathway ..
2.5 Manifestasi Klinis............................................................................
2.6 Tahap-tahap .....................................................................................
2.7 Pemeriksaan penunjang....................................................................
2.8 Penatalaksanaan...............................................................................
2.9 Komplikasi.......................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian...
3.2 Diagnosa Keperawatan...
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan
3.4 Implementasi Asuhan Keperawatan

3.5 Evaluasi Asuhan Keperawatan ...


BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan......................................................................................
4.2 Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi
atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi
virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah
kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap
infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada
dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti
darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi
melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa
sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik
paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus
bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8
juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000)
merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan
HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta
orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun
1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31
Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari
2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang
sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430
kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli
epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara

80.000 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan
India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Teori Penyakit AIDS?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada AIDS?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep teori penyakit AIDS
2. Untuk mengetahui bagaiman Asuhan Keperawatan pada pasien dengan AIDS.
Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana konsep teori dari penyakit AIDS.
2. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana cara pembuatan asuhan keperawatan pada
pasien dengan AIDS

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori


1. Definisi HIV

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang


sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah
satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih
tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda
yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh
manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya
berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ketubuh manusia. Pada orang dengan
sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada
orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi
HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus
bisa sampai nol) (KPA, 2007c).

Infeksi HIV adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah
putih infeksi oleh HIV biasnya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara
progresif, menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu ( terutama pada
orang dewasa ). Bk askepku
2. Definisi AIDS
AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yang
disebabkan oleh retroirus ( HIV ) atau penyakit fatal secara keseluruhan di mana kebanyakan pasien
memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama perjalanan penyakit. ( Carolyn, M.H.
1996:601 ).
AIDS ( Acquired immunodeficiency syndrome ) adalah kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human
Immunodefisiensy virus (HIV) ( Mansjoer, 2000:162 ).

2.2 Etiologi

Penyebab penyakit AIDS adalah HIVyaitu virus yang masuk dalam kelompok
retovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh
manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi
patogen di dalam darah, dan penularan masa perinatal.( bku askepku )
Retrovirus HIV-1 merupakan agens etiologis yang primer. Penularan terjadi
melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh dan berkaitan dengan perilaku resikotinggi yang bisa dikenali. Keadaan ini secara kurang proporsional tergambar pada:
Laki-laki homoseksual dan biseksual
Para pemakai obat IV
Neontus ibu yang terinfeksi
Resipien darah atau produk darah yang terkontaminasi
Pasangan heteroseksual pada individu yang masuk dalam kelompok sebelumnya

2.3 Manifestasi Klinis

Infeksi HIV bermnifestasi melalui banyak cara. Sesudah pajanan risiko-tinggi


dan inokulasi, biasanya orang yang terinfeksi akan mengalami sindrom miripmononukleosis (mononucleosis-like syndrome) yang bisa disebabkan oleh penyakit
flu atau infeksi virus lain dan kemudian berada dalam keadaan tanpa gejala
( asimptomatik ) selama bertahun-tahun. Pada stadium yang laten ini, satu-satunya
tandaa yang menunjukkan infeksi HIV adalah hasil pemeriksaan laboratorium yang
membuktikan serokonversi.
Ketika muncul, keluhan dan gejala timbul dalam banyak bentuk, yang meliputi;
Limfadenopati persisten di seluruh tubuh (persistant generalized lymphadenopathy) yang
terjadi sekunder karena fungsi sel-sel CD4+ mengalami kerusakan
Gejal nonspesifik, termassuk penurunan berat badan, rasa mudah lelah, keringat
malam,demam

yang

berhubungan

dengan

perubahan

fungsi

sel-sel

CD4+,

imunodefisiensi, dan infeksi pada sel-sel yang membawa antigen CD4+


Gejala neurologi yang terjadi karena ensefalopati HIV dan infeksi pada sel-sel neuroglia
Infeksi oportunitis atau penyakit kanker yang berhubungan dengan imunodefisiensi.

2.4 Patofisiologi

Masa inkubasi AIDS diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan


sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun
pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS. Virus HIV
menyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke
dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus
dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada
akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang
baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut CD4,
yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di
permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki
reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong
berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya
limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan
sel-sel ganas dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong,
sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan
kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3
tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4
sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV,
jumlahnya menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan
HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun
tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar
6 bulan, jumlah partikel virus di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan
pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus
berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu
dokter dalam menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun
sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya
mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang
menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang berlebihan.
Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita,
tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada

AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan
berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran
baru yang harus diserang.
Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan sebelum
titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut periode jendela (window period).
Setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun
apabila diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten)
Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan
sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIVsampai menjadi AIDS
membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah
diketahui HIV positif. (Heri : 2012)

2.5 Pathway

Virus HIV

Merusak
seluler

Menyerang T
Limfosit, sel saraf,
makrofag, monosit,
limfosit B

Immunocompr
Flora normal
patogen

HIV- positif
?

Invasi kuman
patogen

Reaksi
psikologis

Organ target

Gangguan
sensori

Infe
ksi

Disfungsi
biliari

Dermatolog
i
Gatal, sepsis,
nyeri
Gangguan body
imageapas

Gangguan
penglihatan
dan
pendengara
n

Sensori

Gangguan
Gatal,
penglihat
sepsis,
an dan
pendenga

TidakTidak
efektif
polTidak
efektif
pol
efektif
pol
Gangguan
Gangguan
Tidak
sensori
efektif
body
pol

Cairan berkurang

Diare

Dermatolo
Sensori
gi

Tidak efektif pol

Gangguan rasa
nyaman : nyeri

hipertermi

Gangguan rasa
nyaman : nyeri
Aktivitas intolerans

Gangguan
mobilisasi

Kompleks
demensia

Respirator
i

Hepatiti
s

Ensepalopati
akut

Cairan berkurang

Nutrisi inadekuat

Lesi mulut

Gastrointestinal

Tidak efektf
bersihan jalan
napas

Manifestasi
saraf

Nutrisi inadekuat

Manifestasi oral

2.6 Tahap-Tahap AIDS


Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala
AIDS:
1. Tahap 1: Periode Jendela

HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV


dalam darah

Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat

Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini

Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu 6 bulan

2. Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:

HIV berkembang biak dalam tubuh

Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat

Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk
antibody terhadap HIV

Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan
tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)

3. Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)

Sistem kekebalan tubuh semakin turun

Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar


limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll

Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan


tubuhnya

4. Tahap 4: AIDS

Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah

Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah

2.7 Komplikasi
Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS (Arif Mansjoer, 2000 ) antara lain :
1. Pneumonia pneumocystis (PCP)
2. Tuberculosis (TBC)
3. Esofagitis
4. Diare
5. Toksoplasmositis
6. Leukoensefalopati multifocal prigesif
7. Sarcoma Kaposi

8. Kanker getah bening


9. Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)
2.8 Pemeriksaan Laboratorium/Diagnostik
a. Tes untuk diagnose infeksi HIV :
ELISA ( positif; hasil tes yang positif dipastikan dengan western blot )
Western blot ( positif ).
P24 antigen test ( positif untuk protein virus yang besar )
Kultur HIV ( positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut mendeteksi
enzim reverse transcriptasen atau antien p24 dengan kadar yang meningkat )
b. Tes untuk deteksi gangguan system imun
LED ( normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan).
CD4 limfosit ( menurun; mengalami penurunan kemampuan untuk bereaksi

terhadap antigen .
Rasio CD4/CD8 limfosit ( menurun )
Serum mikroglobulinB2 ( meningkat bersamaan dengan berlanjutnya penyakit

).
Kadar immunoglobulin ( meningkat ). Bku kemenkes

2.9 Penatalaksanaan
Terapi yang dapat menyembuhkan AIDS sampai saat ini masih belum
ditemukan. Terapi yang primer meliputi penggunaan berbagai kombinasi 3 tipe obat
anti virus yang berbeda untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dalam
menghambat replikasi virus HIV denagn reaksi merugikan paling sedikit.
Rekomendasi terakhir meliputi penggunaan 2 preparat nukleosida plus 1inhibitor
protease dan 1 preparat nonnukleosida untuk membantu menghambat produksi strain
mutan yang resisten. Obat-obat ini adalah
Inhibitor protease untuk menyekat replikasi partikel virus yang terbentuk
melalui kerja enzim protease virus ( sehiga mengurangi julah partikel virus
baru yang dihasilkan
Inhibitor reverse-transriptase nukleosida untukmengganggu pengcopyan RNA
virus menjadi DNA virus oleh enzim reverse transriptase
Inhibitor reverse-transriptase nonnukleosida untuk mengganggu kerja enzim
reverse transriptase
Terapi tambahan dapat meliputi :
Preparat imunomodulator untuk meningkatkan system imun yag menjadi
lemah karena AIDS dan terapi retrovirus
Preparat actor pertumbuhan (growth factor) yang menstimulasi pertumbuhan

koloni granulosit manusia unuk menstimulasi produksi neutrofil ( Terapi


Retrovirus menyebabkan anemia sehinga pasien memerlukan preparat epoetin
alfa )
Preparat anti infeksi dan anti neoplasma untuk memerangi infeksi oportunis
serta penyaki kanker yang menyertai ( sebagian preparat ini memliki
khasiatprofilksis untukmembantu psien bertahan terhadap berbagai infeksi
oportuis )
Terapi suportif, termasuk dukungan gizi, terapi penggantiann cairan dan
letrolit, terapi untuk meredakan nyeri, dan dukungan psikologis

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Identifikasi pasien
Nama : tidak mempengaruhi
Jenis Kelamin : semua jenis kelamin beresiko
Usia : dapat menyerang semua usia
Suku/bangsa :
Agama : tidak mempengaruhi
Status perkawinan : mempengaruhi
Pendidikan/pekerjaan : mempengaruhi
Bahasa yang digunakan : tidak mempengaruhi
Alamat : mempengaruhi
2. Alasan masuk rumah sakit

a. Alasan dirawat : mencret sejak 5 bulan yang lalu, malam keringat dingin dan kadang
demam.
b. Keluhan utama : nyeri perut. Penyebab tidak diketahui, dengan faktor yang
memperberat adalah bila bergerak dan usaha yang dilakukan adalah diam. Nyeri
dirasakan tertusuk-tusuk, pasien meringis, memegang pada kuadran kanan dan kiri
tetapi tidak menyebar. Skala nyeri adalah 5 dari skala nyeri 5. Kapan timbulnya tidak
tentu dan sering dimana tiba-tiba terjadi nyeri.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini : pasien pernah menderita lever. Penyebab tidak
diketahui, riwayat alergi seperti obat dan makanan tidak ada.
b. Riwayat kesehatan sekarang : Pasien mencret/diare sejak 5 bulan atau 2 bulan
sebelum masuk rumah sakit. Selain itu keringat dingin malam hari, tidak ada napsu
makan dan mencret berbusa.
c. Riwayat kesehatan keluarga : orang tua, saudara kandung ayah/ibu, saudara kandung
pasien tidak ada yang menderita penyakit keturunan.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum :
pasien nampak sakit berat, lemah kurus dan pucat.

TTV :
- Suhu

: meningkat

(> 37,50C)

- Nadi

: meningkat

(> 100x/menit)

- Respirasi

: meningkat

(> 20x/menit)

- Tekanan darah : menurun

(S < 120 mmHg, D < 80 mmHg)

b. Head to toe :
1. Pemeriksaan kepala dan leher
- Kepala

:-

- Wajah

: terlihat pucat

- mata

gangguan

penglihatan,

penurunan

ketajaman

penglihatan, konjungtiva anemis


- Leher

: biasanya ada pembesaran KGB, tekanan vena jugularis

- Telinga

:-

- mulut & gigi : candidiasis, luka disekitar bibir (keilitis angularis), serabut
putih disamping lidah (OHL), bau mulut, karang gigi/ karies, lesi, Lidah
bercak-bercak putih dan tidak hiperemik
2. Pemeriksaan integumen
- Kulit

: kulit kering, keriput, pucat, gatal, rash atau lesi, turgor jelek,

petekie positif, steven jhonson, akral hangat, PPE terutama dikaki, dermatitis
- Kuku

: perlu dikaji adanya sianosis

3. Pemeriksaan dada
- paru-paru

: penggunaan otot Bantu pernapasan, batuk produktif atau non

produktif, dyspnea, takipnea, Frekuensi pernafasan meningkat, edem/


konsolidasi paru
- jantung

: takikardi, hipotensi, edem perifer, dizziness.

4. Pemeriksaan abdomen
- BB menurun, diare, inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, adakah
asites, pembesaran pada hati dan limpa, nyeri tekan, bising usus meningkat
5. Pemeriksaan genetalia dan anus
- terdapat lesi atau eksudat pada genitalia, herpes simplek
6. Pemeriksaan ekstremitas
- adanya kelemahan otot, tidak mampu melakukan ADL, focal motor deifisit
7. Pemeriksaan neurosensori

- perhatikan visus, nilai adanya kelemahan neurologis, gangguan refleks


pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan, kaku kuduk, kejang,
paraplegia , penurunan kesadaran
C. Pola Gordon

a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan


Tidak dapat menyelesaikan AKS
b) Pola nutrisi dan metabolik
Tidak nafsu makan, perubahan dalam

kemampuan

mengenali

makanan,

mual/muntah, disfagia, nyeri retrosternal saat menelan, penurunan berat badan yang
cepat/progresif.
c) Pola eliminasi
Diare yang intermiten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai krm
abdominal, nyeri punggung, rasa terbakar saat miks.
d) Pola aktivitas dan latihan
Mudah merasa lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya. Progresi
kelelahan/malaise, perubahan pola tidur.
e) Pola istirahat dan tidur
Cenderung terus mengantuk
f) Pola persepsi sensori dan kognitif
Pusing, sakit kepala, kerusakan sensasiatau indera posisi dan getar, kelemahan otot
g) Pola hubungan dengan orang lain
Kehilangan kerabat/orang terdekat, isolasi, kesepian
h) Pola reproduksi dan seksual
Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks, penggunaan
kondom yang tidak konsisten
i) Persepsi diri dan konsep diri
Berpresepsi negatif tentang tubuhnya : alopesia, lesi cacat, dan menurunnya berat
badan
j) Pola mekanisme koping
Meras tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, kehilangan kontrol diri,
dan depresi.
k) Pola nilai kepercayaan/keyakinan
Adanya penurunan ibadah karena depresi

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan pembesaran limfanode pada
daerah GI
2. Gangguan body image berhubungan dengan Dermatologi
3. Kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan diare
4. Aktifitas intoleransi berhubungan dengan kelemahan secara umum

3.3 Analisis Data


No.Dx
1

Analisis Data

Etiologi

Problem

Subyektif :

Pembesaran

limfanode Gangguan rasa nyaman:

Pasien mengatakan

pada daerah GI

Nyeri

Dermatologi

Gangguan body image

Diare

Kekurangan cairan tubuh

perutnya sakit, nyeri


seperti ditusuk-tusuk.
Obyektif :
Meringis, memegangmegang perut yang sakit,
perut kembung,.
Skala nyeri
P:daerah perut
Q:seperti tertusuk
R:perut kanan atas
S:skala 5
2

T: setiap saat
Subyektif :
Pasien mengatakan malu
akan keadaannya
Obyektif :
Tampak adanya lesipada

kulit, dan sepsis


Subyektif :
Pasien mengatakan diare
sejak 5 bulan yang lalu,
mengatakan menceret 5-7
kali/hari, kadang demam
dan keringat pada malam
hari,

minum

2-3

gelas/hari.
Obyektif :
Perut

kembung,

menurun,
urin,

turgor

inkontinensia
BAB

encer,

membran mukosa kering,


bising usus meningkat 40
X/menit
4

Subyektif :

Kelemahan secara umum

Aktivitas intoleransi

Pasien mengatakan lemah,


cepat lelah, tidak bisa
melaukan aktivitas sacara
normal.
Obyektif :
Keadaan

umum

lemah,

pucat, pasien totaly care,


terpasang infus

3.4 INTERVENSI
No. Dx
1

Tujuan dan kriteria


Setelah

Intervensi

Rasional

Hasil
dilakukan 1. Kaji skala nyeri

tindakan

Mengindikasi

keperawatan 2. Bantu pasien dalam posisi semi

untuk kebutuhan

selama 3x24 jam jam fowler

intervensi

diharapkan nyeri dapat 3. Ajarkan kepada pasien dalam

selanjutnya

berkurang

mengatasi nyeri secara sederhana

tanda-

Dengan criteria hasil :

4. Kolaborsi dengan tim dokter

tanda/resolusi

Pasien faham apa dalam


penyebab dari nyeri analgesik/antipiretik

pemberian

dan

komplikasi
Agar

pasien

yang dialami dan

merasa

penatalaksanaannya
Wajah
tampak

dengan posisinya

rileks
Skala

berkurang 0-1
TTV dalam batas
normal

nyeri

nyaman

sekarang.
Untuk
memberikan
pengetahuan
kepad

pasien

tentang mengatasi

nyeri

yang

dialami
Memberikan
penurunan
nyeri/tidak
nyaman

dan

mengurangi
2

demam
dilakukan 1. Kaji kulit setiap hari, catat Untuk

Setelah
tindakan

keperawatan warna,

turgor,

sirkulasi

dan

menentukan dasar

selama 3x24 jam jam sensasi

perubahan

diharapkan

status

gangguan 2. Bersihkan area perianal dengan

body image berkurang

membersihakan

Dengan criteria hasil :

menggunakan air bersihh

intervensi

Pasien

3. Ajarkn kepada pasien untuk

tepat

mengetahui

menjaga linkungan tetap bersih

penyebab

4. Kolaborasi

feses

dengan

dengan

dan

melakukan
yang

Mencegah
tim

gangguan body kesehatan lain dalam melindungi

maserasi

yang

disebabkan

oleh

lesi atau ulkus dengan balutan

diare dan menjaga

Pasien nyaman basah atau salep antibiotik dan


balutan nonstick
dengan

agar lesi perianal

image

pada

tetap kering

posisinya

Pasien

dapat

mengatasi
gangguan body
image

Pasien

dapat

beraktifitas
dengan normal
3

Setelah
tindakan

dilakukan 1.
keperawatan 2.

Observasi Tanda-tada vital


Pantau

pemasukan

selama 3x24 jam jam

dan

memasukkan

diharapkan tidak terjadi

sedikitnya 2500ml/hari

oral
cairan

Indikator
volume

dari
cairan

sirkulasi.
Mempertahankan

kekurngan cairan tubuh 3.

Ajarkan

tentang

Dengan criteria hasil :

berpotensi

kepada

pasien

makanan

yang

menyebabkan

diare

Pasien

paham 4.

kebutuhan cairan.
Pasien
mau

pemberian

mengikuti

selang

dengan

lain

dalam

baik

normal
Wajah

mengurangi rasa
dan

melembabkan
membran
mukosa.

cairan/elektrolitbmelalui

Agar pasien dapat

pemberian

makanan/IV

mengetahui
tentang makanan

minum banyak air


Turgor
kulit
kembali

Kolaborasi dengan tenaga


kesehatan

perawat

cairan,
haus

pentingnya

saran

keseimbangan

yang sesuai
Untuk

mendukung
volume sirkulasi

tidak

tampak pucat dan

jika

oral tidak adekuat

lemas
Mukosa

kembali normal
TTV dengan batas

normal
Setelah

pemasukan

bibir

dilakukan 1. Kaji

pola

tidur

dan

catat Untuk

tindakan

keperawatan perubahan proses berprilaku

mengetahui faktor

selama

3x24

yang

diharapkan

jam 2. Bantu

memenuhi

kebutuhan

aktivitas perawatan pribadi

intoleransi

dapat 3. Ajarkan kepada pasien dalam

dapat

meningkatkan
kelemahan

teratasi

meningkatkan aktifitas

Dengan criteria hasil :

4. Kolaborasi dengan fisioterapi

pasien dari cedera

dalam latihan gerak

selam beraktifitas

Pasien
mengetahui

Untuk melindungi

Untuk

penyebab

meningkatkan

intoleransi

stamina,

aktifitas

mengizinkan

Pasien

mau

dan

pasien untuk lebih

mengikuti saran

aktif

tanpa

perawat

menyebabkan

Pasien mampu

kepenatan

dan

mengatasi

rasa frustasi

intoleransi
aktifitas

Pasien

dapat

beraktifitas
dengan normal

3.5 IMPLEMENTASI

Tgl

No Dx

Implementasi

Respon Pasien

1,2,3,4

Kaji tingkat pemahaman pasien

DS:

01/01/15
07:30

pasien

mengerti

mengatakan

tentang

sudah

penyakitnya

DO: pasien tampak tenang


08:00

1,2,3,4

Batasi pengunjung hanya 2 orang


saja

DS:DO: pasien tampak tenang


DS: -

08:30

2,4
Bantu pasien penuhi keperawatan

DO: pasien mengikuti intruksi

pribadi
DS:08:45

1,3

Ajarkan pasien mengatasi masalah DO: pasien dapat mengatasi masalah


yang dialami secara sederhana

09:30

2,4

Memberikan dorongan melakukan


aktifitas secara bertahap

DS:DO:

Pasien

melakukan

aktifitas

sesuai inruksi dengan baik


10:30

Meredupkan lampu

1,3

DS:DO: Pasien tampak rileks

11:30

1,2,3,4

Membatasi aktifitas seperti istirahat


di tempat tidur

DS:DO: Pasien Kooperatif

Atur posisi pasien dengan nyaman


12:30

1,2,3,4

dan bersihkan lingkungan pasien

DS: DO: Pasien tampak nyaman

3.6 EVALUASI
Hari/Tgl

No.Dx Evaluasi

01/01/14

S: Pasien mengatakan nyeri dapat berkurang


O:
P: Daerah Perut
Q:Tertusuk-tusuk
R:Pada daerah perutknan atas
S: Skala nyeri 2
T: Jarang timbul
A: Masalah teratasi

01/01/14

P: Intervensi dilanjutkan
S: Pasien mengatakan gangguan body image teratasi
O: Pasien terlihat dapat membersihkan lesi dikulit
secara sederhana
A: Masalah teratasi sebagian

01/01/14

P: Intervensi dilanjutkan
S: Pasien mengatakan minum air secara teratur, tubuh

Ttd

tidak lemas
O: Turgor kulit kembali baik / normal, Wajah tidak
tampak pucat dan lemas, Mukosa bibir kembali normal.
A: Masalah teratasi sebagian
01/01/14

P: Intervensi dilanjutkan
S: Pasien mengatakan tidak merasa lelah
O: Pasien dapat beraktifitas secara sederhana
A:Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis
dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut
terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di
permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia
menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan
dalam mengatasi infeksi yang masuk ketubuh manusia. Pada orang dengan sistem
kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan

sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4
semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol)
Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala
AIDS:
Tahap 1: Periode Jendela

HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV


dalam darah

Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat

Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini

Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu 6 bulan

Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:

HIV berkembang biak dalam tubuh

Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat

Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk
antibody terhadap HIV

Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan
tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)

Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)

Sistem kekebalan tubuh semakin turun

Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar


limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll

Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan


tubuhnya

Tahap 4: AIDS

4.2.

Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah

Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah

SARAN
1. Setelah mempelajari asuhan keperawatan pada klien dengan AIDS mahasiswa
dapat melakukan asuhan keperawatan secara intensif.
2. Mahasiswa dapat mendemonstrasikan asuhan keperawatan klien dengan AIDS.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif M. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC Dan
Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
Djausi, Samsu Rizal. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ketiga. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

Вам также может понравиться