Вы находитесь на странице: 1из 2

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diskusi

Refleksi

Kasus

adalah

suatu

metode

pembelajaran

dalam

merefleksikan pengalaman perawat dan bidan yang aktual dan menarik dalam
memberikan dan mengelola asuhan keperawatan dan kebidanan di lapangan melalui
suatu diskusi kelompok yang mengacu pada pemahaman standar yang ditetapkan
(Depkes/WHO/PMPK-UGM, 2006).
Berdasarkan Modul Pelatihan Manajemen Kinerja Klinik (PMKK), 2009
tujuan dari DRK adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan profesionalisme perawat dan bidan
b. Meningkatkan aktualisasi diri.
c. Membangkitkan motivasi belajar.
d. Wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada standar
keperawatan/kebidanan yang telah ditetapkan.
e. Belajar untuk menghargai kolega untuk lebih sabar, lebih banyak mendengarkan,
tidak menyalahkan, tidak memojokkan dan meningkatkan.
Langkah-langkah kegiatan DRK:
a. Memilih kasus yang akan didiskusikan
b. Menyusun jadwal kegiatan
c. Waktu pelaksanaan
d. Peran masing-masing personal DRK
e. Laporan
Persyaratan DRK adalah sebagai berikut:
a. Suatu kelompok yang terdiri dari satu profesi yang beranggotakan 5-8 orang
b. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai fasilitator, satu orang lagi sebagai
penyaji dan lainya sebagai peserta.
c. Posisi fasilitator, penyaji dan peserta lain dalam diskusi setara (equal).
d. Kasus yang disajikan penyaji merupakan pegalaman klinis yang nyata dan menarik.
e. Posisi duduk sebaiknya melingkar agar setiap peserta dapat saling bertatapan dan
berkomunikasi secara bebas.
f. Tidak boleh ada interupsi dan hanya ada satu orang saja yang berbicara dalam satu
saat dan peserta lain memperhatikan proses diskusi.
g. Tidak diperkenankan ada dominasi, kritik yang dapat memojokan penyaji atau
peserta lain, serta dalam berargumentasi tidak boleh menggurui.
h. Membawa catatan diperbolehkan, namun tidak mengurangi perhatian dalam
berdiskusi.

23

i. Diskusi Refleksi Kasus wajib dilakukan secara rutin, terencana dan terjadwal dengan
baik minimal satu bulan sekali dimana kelompok diskusi berbagi pengalaman klinis
dan IPTEK diantara sejawat selama satu jam.
j. Selama diskusi setiap anggota secara bergilir mendapat kesempatan untuk
menyampaikan

pendapat

dengan

cara

mengajukan

pertanyaan-pertanyaan

sedemikian rupa, yang merefleksikan pengalaman, pengetahuan serta kemampuan


masing-masing.
k. Selama diskusi berlangsung harus dijaga agar tidak ada pihak-pihak yang merasa
tertekan atau terpojok, yang diharapkan terjadi justru sebaliknya yaitu dukungan dan
dorongan bagi setiap peserta agar terbiasa menyampaikan pendapat mereka masingmasing.
l. Diskusi Refleksi Kasus dapat dimanfaatkan sebagai wahana untuk memecahkan
masalah, merevisi standar, membuat standar ataupun kesepakatan tindak lanjut agar
standar dipatuhi.
Metode perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan terdiri dari
a. Metode Rasio (SK Menkes RI No. 262 Tahun 1979)
Metode perhitungan dengan cara rasio menggunakan jumlah tempat tidur sebagai
pembanding dari kebutuhan perawat yang diperlukan. Metode ini paling sering
digunakan karena sederhana dan mudah. Kelemahan dari metode ini adalah hanya
mengetahui jumlah perawat secara kuantitas tetapi tidak bisa mengetahui secara
produktivitas perawat di rumah sakit dan kapan tenaga perawat tersebut dibutuhkan
oleh setiap unit di rumah sakit.

b. Metode Need
Metode ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja. Untuk
menghitung kebutuhan tenaga, diperlukan gambaran tentang jenis pelayanan yang
diberikan kepada pasien selama di rumah sakit.
Terdapat 2 metode yaitu Hudgins dan Douglas.
c. Metode Gilles
d. Berdasarkan DEPKES 2002.
B. Saran
Dalam menentukan tenaga keperawatan yang diperlukan sebaiknya menggunakan
rumus yang efektif untuk menentukan kebutuhan melalui pertimbangan berapa beban
kerja pegawai dan kemampuan rumah sakit untuk menggaji pegawai secara baik.

24

Вам также может понравиться