Вы находитесь на странице: 1из 6

BAB IPENDAHULUAN1.

1
Latar Belakang
Dalam konstruksi bangunan sipil masing-masing struktur bangunan
salingmendukung sehingga tercapai keseimbangan gaya. Jika salah satu
struktur bangunansudah tidak mampu mengimbangi gaya luar yang terjadi
maka akan mengakibatkankerusakan keseluruhan konstruksi bangunan.
Disamping itu juga
sering
kali
dijumpai permasalahan pada tanah dasarnya. Dimana suatu konstruksi ba
ngunan sipil selalu berdiri di atas tanah dasar yang akan menerima dan m
enahan beban dari keseluruhanstruktur di atasnya. Sedangkan tanah
memiliki karakteristik dan sifat-sifat yang berbedadari satu lokasi dengan
lokasi lainnya. Sehingga diperlukan penanganan dan perlakuankhusus
dalam mengatasi permasalahan yang mungkin terjadi dalam perencanaan
suatukonstruksi bangunan sipil.Tanah berpotensi sebagai media
penurunan kadar bahan pencemar yang dibawaoleh air dimana
berlangsung proses fisik, fisik-kimia dan biologis (Masduqi,
2004).Lempung adalah salah satu bagian fraksi (ukuran) tanah yang
memiliki kemampuanmengadsorpsi logam berat disebabkan adanya
muatan elektronegatif dan dimampukanuntuk melakukan pertukaran
kation
dan
serapan
air
(Tan,
1991).
Lempung
memiliki pengaruh terhadap sifat kimia dan fisika tanah disebabkan kandu
ngan mineral dalamlempung.Mineral lempung merupakan salah satu
kekayaan Indonesia yang berlimpah dan belum dimanfaatkan secara
optimal. Tanah lempung secara geolois adalah mineral alamdari keluarga
silikat yang berbentuk kristal dengan struktur berlapis (Karna,
2002).Bentonit merupakan salah satu jenis lempung yang banyak terdapat
di beberapa wilayahIndonesia diantaranya terdapat di sebagian besar
daerah Nusa Tenggara, Sulawesi, JawaBarat, Jawa Tengah, Yogyakarta,
Jawa Timur, Sumatera Selatan, Jambi, dan SumateraUtara (Soedjoko,
1987).Pemanfaatan mineral lempung di Indonesia belum dilakukan secara
optimal di berbagai daerah. Di berbagai daerah, lempung selama
ini hanya dijadikan media tanammaupun bahan timbunan bangunan,
padahal lempung memiliki banyak kegunaan, salahsatunya sebagai
adsorben ekonomis dengan kapasitas adsorpsi yang besar, dan lain

Page 2
lain. Berdasarkan pemaparan diatas, baiknya kita mengetahui apa yang
dimaksuddengan tanah lempung sehingga kita dapat mengembangkan
atau mengaplikasikanlempung sebagai zat padat yang dapat bermanfaat

BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah ekspansif, dalam definisi yang sederhana, adalah tanah atau
batuan yang mempunyai kemampuan untuk mengembang dan
menyusut (shrink- swell phenomena) akibat perubahan kondisi airnya.
Jika terjadi pembebanan di atas tanah dengan jenis seperti ini,
misalnya oleh suatu konstruksi ringan dan jalan raya, maka akan dapat
menimbulkan banyak kerugian. Volume tanah yang mengembang saat
basah dan menyusut dalam kondisi kering akan mengakibatkan
bangunan cepat rusak, baik oleh pergeseran, pendorongan maupun
penaikan konstruksi bangunan (Wahyudi, 2005). Permasalahan tanah
ekspansiftelah terjadi sejak dulu dan mungkin terdapat di selutuh
wilayah Indonesia, mulai dari Sumatera Utara sampai ke Irian Jaya
(Mochtar, 1994). Walaupun jumlah kerugiannya belum dilaporkan,
tetapi dari penelitian dan survey yang dilakukan oleh pihak Bina Marga
serta Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan, Departemen
Pekerjaan Umum, diketahui bahwa kerusakan pada beberapa ruas
jalan di pulau Jawa disebabkan oleh tanah ekspansif. Beberapa lokasi
yang telah tercatat antara lain : ruas jalan Semarang - Demak - Kudus
- Yogyakarta - Wates, jalan tol Jakarta - Cikampek, Dempet Godong,
Ngawi - Caruban. Sedangkan di Jawa Timur, problem tanah ekspansif
dapat dijumpai di sepanjang Pantai Utara (Pantura), dari Bojonegoro
sampai Surabaya bagian barat (Mochtar, 1994).
Salah satu metode perbaikan tanah ekspansif adalah dengan
penambahan bahan additif, misalnya kapur, abu terbang (jly ash) atau
bahan kimiawi 1ainnya. Fly ash merupakan produk samping basil
pembakaran batubara yang telah dihaluskan dalam pulverizer
(pulverizer coal), yang berupa butiran halus seperti bedak (ACAA,
2002 dalam Sari, 2003). Fly ash sangat sesuai jika 1 2 digunakan
untuk perbaikan tanah, khususnya untuk stabilisasi tanah ekspansif,
karena memiliki sifat pozzolan, serta ditunjang oleh harganya yang
juga relatif murah.
Dengan penambahan fly ash maka tanah mengembang akan
memiliki kekuatan mengembang yang lebih kecil, kuat tekan yang lebih
tinggi, menurunkan angka pori, dan meningkatkan kepadatan tanah
(Wahyudi, 2005). Selain itu, seperti yang terjadi di PLTU PAITON, fly
ash dihasilkan dalam jumlah yang sangat besar. Sehingga diperlukan

pemanfaatan fly ash untuk mengurangi penumpukan buanganfly ash


tersebut (Pumomo, 2005).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 85
tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (83), basil pembakaran batubara termasuk limbah B3. Hal ini
tertera dalam Lampiran I tabel 2 daftar lim bah B3 dari sumber spesifik
dengan kode limbah 223. Sedangkan pada ASTM C 618, diuraikan
karakteristik kimia fly ash yang menunjukan adanya zat-zat kimia yang
berpotensi mencemari lingkungan, terutama pada air tanah. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Arnold et al, dkk (2002), pulverized fly
ash (pfa) mengandung Kalium, Natrium dan Sulfat dalam konsentrasi
yang cukup tinggi. Zat-zat pencemar terse but dikhawatirkan dapat
larut dengan air, terutama saat terjadi hujan.
Jika posisi tanah stabilisasi dekat dengan pantai, saat air taut
pasang, maka tanah dapat tergenang oleh air taut. Melalui proses
infiltrasi, tarutao ini kemudian masuk ke dalam tanah baik secara
vertikal maupun horisontal hingga mencapai air tanah di sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pengertian teknik secara umum, Tanah merupakan
material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral padat yang
tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan
terdiri dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang
berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi
ruangruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut.
Tanah terdiri dari butiranbutiran tanah itu sendiri serta ruang pori
yang berisi air dan udara. Berdasarkan ukuran butiran, tanah
diklasifikasikan menjadi empat kelas yaitu kerikil (gravel), pasir
(sand), lanau (silt), dan lempung (clay). Pada penelitian tugas
akhir ini digunakan tanah dari kelas tanah lempung (clay). Das
(1994) menerangkan bahwa tanah lempung sebagian besar
terdiri dari partikel mikroskopis dan sub-mikroskopis (tidak dapat
dilihat dengan jelas bila hanya dengan mikroskopis biasa) yang
berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikelpartikel dari mika, mineral-mineral lempung (clay mineral), dan
mineral-mineral yang sangat halus lain. Tanah lempung sangat
keras dalam kondisi kering dan bersifat plastis pada kadar air
sedang. Namun pada kadar air yang lebih tinggi lempung akan
bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak. Kohesif menunjukan
kenyataan bahwa partikel-pertikel itu melekat satu sama lainnya
sedangkan plastisitas Universitas Sumatera Utara 2 merupakan
sifat yang memungkinkan bentuk bahan itu dirubah-rubah tanpa
perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk aslinya dan tanpa
terjadi retakanretakan atau terpecah-pecah. Stabilisasi tanah
adalah suatu usaha yang dipakai untuk memperbaiki bahkan
mengubah sifat tanah dasar dengan tujuan agar tanah dasar
tersebut dapat meningkat mutu dan kemampuan daya
dukungnya sehingga aman terhadap konstruksi bangunan yang
akan didirikan di atasnya. Stabilisasi tanah dapat terdiri dari
salah satu kegiatan berikut : 1. Mekanik Stabilisasi mekanik
dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis peralatan

mekanis seperti : mesin gilas (roller), benda berat yang


dijatuhkan, ledakan, tekanan statis, tekstur,pembekuan,
pemanasan ,dan sebagainya. 2. Fisis Stabilisasi dengan fisis
antara lain dengan perbaikan gradasi tanah dengan
menambahkan butiran tanah yang dibutuhkan untuk mencapai
gradasi yang baik (weel graded) dari keadaan sebelumnya
(poor graded). 3. Kimiawi Stabilisasi kimiawi ini dilakukan
dengan cara menambahkan stabilizing agents pada tanah dasar
yang akan ditingkatkan mutunya. Stabilizing agents ini antara
lain adalah semen, kapur, fly ash, Bottom Ash dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara 3 Pada kesempatan ini, penulis
akan melakukan penelitian dengan melakukan stabilisasi tanah
lempung dengan menggunakan campuran semen dan Bottom
Ash dengan tujuan peningkatan daya dukung tanah lempung
dengan cara memperbaiki sifat-sifat fisik maupun mekanis dari
contoh tanah yang kurang baik sehingga memenuhi persyaratan
teknis. Pada penelitian ini, sampel yang digunakan adalah
sampel tanah dari Desa Sihaporas, Sibuluan ,Tapanuli Tengah .
dengan bahan stabilisasi menggunakan semen dan Bottom ash
yang diambil dari PT. Asahi Sibolga Tanah selalu memiliki
peranan yang penting disetiap lokasi pekerjaan konstruksi. Hal
ini dikarenakan tanah adalah struktur bawah (pondasi) yang
mendukung semua beban bangunan yang akan didirikan di
atasnya. Akan tetapi, sering dijumpai beberapa kasus dimana
lokasi memiliki daya dukung tanah yang kurang baik, sehingga
sulit untuk membangun sebuah konstruksi di atas tanah
tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk
memperbaiki sifat-sifat fisik maupun sifat-sifat mekanis dari
contoh tanah yang kurang baik tersebut sehingga kekuatan dan
daya dukung tanah tersebut menjadi lebih baik dan memenuhi
persyaratan teknis untuk dapat membangun sebuah konstruksi
diatas tanah tersebut. Dalam hal ini, dilakukan upaya perbaikan
tanah dengan cara distabilisasi. Bahan pencampur kimiawi yang
sangat sering digunakan dalam penelitian adalah semen.
Semen banyak digunakan karena semen merupakan material
yang relatif terjangkau dan sangat mudah untuk diperoleh.
Disamping itu, stabilisasi Universitas Sumatera Utara 4 tanah
dengan menggunakan bahan pencampur material semen sudah
sangat sering digunakan dalam proses stabilisasi (Bowles,
1993). Akan tetapi, semen juga memiliki kekurangan, yaitu

rentan terhadap keretakan pada suhu yang tinggi, getas dan


korosif. Selain itu, proses produksi semen juga menghasilkan
limbah emisi karbon yang sangat tinggi sehingga tidak ramah
terhadap lingkungan. Untuk mengatasi kekurangan dan
memanfaatkan kelebihan semen, diperlukan penambahan
bahan pencampur alternatif. Salah satunya adalah dengan
campuran Bottom Ash. Bottom Ash merupakan limbah padat
hasil pembakaran batu bara dimana jumlahnya akan terus
bertambah selama indsustri terus berproduksi. Bottom ash
dikenal sebagai salah satu alternatif filler yang digunakan dalam
pembuatan aspal beton. Dari penelitian tersebut dapat diketahui
bahwa Bottom Ash memiliki kandungan silika dan kadar oksida
yang merupakan mineral dasar pembuatan semen,sehingga
memiliki sifat pozzolan. Dari hal ini di harapkan dengan
pencampuran semen dan Bottom Ash dapat mengikat mineral
lempung dan meningkatkan nilai daya dukung tanah lempung
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode stabilisasi.
Dalam pengujian laboratorium, dilakukan beberapa cara dalam
menentukan besar kekuatan geser tanah akibat dilakukannya
proses stabilisasi diantaranya Uji Kuat Tekan Tanah (UCT), Uji
CBR atau dapat menggunakan Uji Triaxial. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan Uji Kuat Tekan Tanah (UCT) sebagai
pengujian untuk menentukan besar kekuatan geser tanah.

Вам также может понравиться