Вы находитесь на странице: 1из 8

Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan

manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari
sumber daya, tenaga kerja, dan pasar wilayah tersebut. Istilah ini juga menunjuk
kepada suatu himpunan keyakinan yang digunakan untuk melegitimasikan atau
mempromosikan sistem ini, terutama kepercayaan bahwa moral dari pengkoloni
lebih hebat ketimbang yang dikolonikan.

Pendukung dari kolonialisme berpendapat bahwa hukum kolonial menguntungkan


negara yang dikolonikan dengan mengembangkan infrastruktur ekonomi dan politik
yang dibutuhkan untuk pemodernisasian dan demokrasi. Mereka menunjuk ke
bekas koloni seperti Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Hong Kong dan
Singapura sebagai contoh sukses pasca-kolonialisme.

Peneori ketergantungan seperti Andre Gunder Frank, berpendapat bahwa


kolonialisme sebenarnya menuju ke pemindahan kekayaan dari daerah yang
dikolonisasi ke daerah pengkolonisasi, dan menghambat kesuksesan
pengembangan ekonomi.

Pengkritik post-kolonialisme seperti Franz Fanon berpendapat bahwa kolonialisme


merusak politik, psikologi, dan moral negara terkolonisasi.

Penulis dan politikus India Arundhati Roy berkata bahwa perdebatan antara pro dan
kontra dari kolonialisme/ imperialisme adalah seperti "mendebatkan pro dan kontra
pemerkosaan".

Lihat juga neokolonialisme sebagai kelanjutan dari dominasi dan eksploitasi dari
negara yang sama dengan cara yang berbeda (dan sering kali dengan tujuan yang
sama).

Definisi[sunting | sunting sumber]


Collins English Dictionary mendefinisikan kolonialisme sebagai "kebijakan dan
praktik kekuatan dalam memperluas kontrol atas masyarakat lemah atau daerah."
The Merriam-Webster Dictionary menawarkan empat definisi, termasuk
"karakteristik sesuatu koloni" dan "kontrol oleh satu kekuatan di daerKKKah yang
bergantung atau orang-orang ". The Encyclopedia 2.006 Stanford Filsafat

"menggunakan istilah 'kolonialisme' untuk menggambarkan proses penyelesaian


Eropa dan kontrol politik atas seluruh dunia, termasuk Amerika, Australia, dan
sebagian Afrika dan Asia." Ini membahas perbedaan antara kolonialisme dan
imperialisme dan menyatakan bahwa "mengingat kesulitan konsisten membedakan
antara dua istilah, entri ini akan menggunakan kolonialisme sebagai suatu konsep
umum yang mengacu pada proyek dominasi politik Eropa dari keenam belas hingga
abad kedua puluh yang berakhir dengan gerakan-gerakan pembebasan nasional
dari tahun 1960-an ". Dalam pengantarnya untuk Jrgen Osterhammel yang
Kolonialisme: Sebuah Tinjauan Teoritis, Roger Tignor mengatakan, "Untuk
Osterhammel, esensi kolonialisme adalah adanya koloni, yang secara definisi diatur
berbeda dari wilayah lain seperti protektorat atau bola informal pengaruh." Dalam
buku tersebut, Osterhammel bertanya, "Bagaimana bisa 'kolonialisme' didefinisikan
secara independen dari 'koloni?'" Ia menempel pada definisi tiga-kalimat:
Kolonialisme adalah hubungan antara mayoritas (atau paksa diimpor) adat dan
minoritas penyerbu asing. Keputusan fundamental yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat terjajah yang dibuat dan dilaksanakan oleh penguasa kolonial demi
kepentingan yang sering didefinisikan dalam sebuah metropolis yang jauh. Menolak
kompromi budaya dengan penduduk terjajah, penjajah yakin superioritas mereka
sendiri dan mandat mereka dihabiskan untuk memerintah.
Timbulnya Kata Imperialisme[sunting | sunting sumber]
Perkataan Imperialisme pertama kali Inggris pada akhir abad XIX. Disraeli, perdana
menteri Inggris, ketika itu menjelmakan politik yang ditujukan pada perluasan
kerajaan Inggris hingga suatu "impire" yang meliputi seluruh dunia. Politik Disraeli
ini mendapat oposisi yang kuat. Golongan oposisi takut kalau-kalau politik Disraeli
itu akan menimbulkan krisis-krisis internasional. Karena itu mereka menghendaki
pemusatan perhatian pemerintah pada pembangunan dalam negeri daripada
berkecipuhan dalam soal-soal luar negeri. Golongan oposisi ini disebut golongan
Disraeli (Joseph Chamberlain, Cecil Rhodes) disebut golongan "Empire" atau
golongan "Imperialisme". Timbulnya perkataan imperialis atau imperialisme, mulamula hanya untuk membeda-bedakan golangan Disraeli dari golongan oposisinya,
kemudian mendapat isi lain hingga mengandung arti seperti yang kita kenal
sekarang.

Asal Mula Kata Imperialisme[sunting | sunting sumber]


Perkataan imperialisme berasal dari kata Latin "imperare" yang artinya
"memerintah". Hak untuk memerintah (imperare) disebut "imperium". Orang yang
diberi hak itu (diberi imperium) disebut "imperator". Yang lazimnya diberi imperium
itu ialah raja, dan karena itu lambat-laun raja disebut imperator dan kerajaannya
(ialah daerah di mana imperiumnya berlaku) disebut imperium. Pada zaman dahulu
kebesaran seorang raja diukur menurut luas daerahnya, maka raja suatu negara

ingin selalu memperluas kerajaannya dengan merebut negara-negara lain. Tindakan


raja inilah yang disebut imperialisme oleh orang-orang sekarang, dan kemudian
ditambah dengan pengertian-pengertian lain hingga perkataan imperialisme
mendapat arti-kata yang kita kenal sekarang ini. hingga kata imperealisme ini bisa
digunakan untuk dan menetap di mana saja.

Arti Kata Imperialisme[sunting | sunting sumber]


Imperialisme ialah politik untuk menguasai (dengan paksaan) seluruh dunia untuk
kepentingan diri sendiri yang dibentuk sebagai imperiumnya. "Menguasai" disini
tidak perlu berarti merebut dengan kekuatan senjata, tetapi dapat dijalankan
dengan kekuatan ekonomi, kultur, agama dan ideologi, asal saja dengan paksaan.
Imperium disini tidak perlu berarti suatu gabungan dari jajahan-jajahan, tetapi
dapat berupa daerah-daerah pengaruh, asal saja untuk kepentingan diri sendiri.
Apakah beda antara imperialisme dan kolonialisme. Imperialisme ialah politik yang
dijalankan mengenai seluruh imperium. Kolonialisme ialah politik yang dijalankan
mengenai suatu koloni, sesuatu bagian dari imperium jika imperium itu merupakan
gabungan jajahan-jajahan.

Lazimnya imperialisme dibagi menjadi dua:

Imperialisme Kuno (Ancient Imperialism). Inti dari imperialisme kuno adalah


semboyan gold, gospel, and glory (kekayaan, penyebaran agama dan kejayaan).
Suatu negara merebut negara lain untuk menyebarkan agama, mendapatkan
kekayaan dan menambah kejayaannya. Imperialisme ini berlangsung sebelum
revolusi industri dan dipelopori oleh Spanyol dan Portugal.
Imperialisme Modern (Modern Imperialism). Inti dari imperialisme modern ialah
kemajuan ekonomi. Imperialisme modern timbul sesudah revolusi industri. Industri
besar-besaran (akibat revolusi industri) membutuhkan bahan mentah yang banyak
dan pasar yang luas. Mereka mencari jajahan untuk dijadikan sumber bahan
mentah dan pasar bagi hasil-hasil industri, kemudian juga sebagai tempat
penanaman modal bagi kapital surplus.
Pembagian imperialisme dalam imperialisme kuno dan imperialisme modern ini
didasakan pada soal untuk apa si imperialis merebut orang lain.

Jika mendasarkan pendangan kita pada sektor apa yang ingin direbut si imperialis,
maka kita akan mendapatkan pembagian macam imperialisme yang lain, yaitu:

Imperialisme politik. Si imperialis hendak mengusai segala-galanya dari suatu


negara lain. Negara yang direbutnya itu merupakan jajahan dalam arti yang
sesungguhnya. Bentuk imperialisme politik ini tidak umum ditemui pada zaman
modern karena pada zaman modern paham nasionalisme sudah berkembang.
Imperialisme politik ini biasanya bersembunyi dalam bentuk protectorate dan
mandate.
Imperialisme Ekonomi. Si imperialis hendak menguasai hanya ekonominya saja dari
suatu negara lain. Jika sesuatu negara tidak mungkin dapat dikuasai dengan jalan
imperialisme politik, maka negara itu masih dapat dikuasai juga jika ekonomi
negara itu dapat dikuasai si imperialis. Imperialisme ekonomi inilah yang sekarang
sangat disukai oleh negara-negara imperialis untuk menggantikan imperialisme
politik.
Imperialisme Kebudayaan. Si imperialis hendak menguasai jiwa (de geest, the mind)
dari suatu negara lain. Dalam kebudayaan terletak jiwa dari suatu bangsa. Jika
kebudayaannya dapat diubah, berubahlah jiwa dari bangsa itu. Si imperialis hendak
melenyapkan kebudayaan dari suatu bangsa dan menggantikannya dengan
kebudayaan si imperialis, hingga jiwa bangsa jajahan itu menjadi sama atau
menjadi satu dengan jiwa si penjajah. Menguasai jiwa suatu bangsa berarti
mengusai segala-galanya dari bangsa itu. Imperialisme kebudayaan ini adalah
imperialisme yang sangat berbahaya, karena masuknya gampang, tidak terasa oleh
yang akan dijajah dan jika berhasil sukar sekali bangsa yang dijajah dapat
membebaskan diri kembali, bahkan mungkin tidak sanggup lagi membebaskan diri.
Imperialisme Militer (Military Imperialism). Si imperialis hendak menguasai
kedudukan militer dari suatu negara. Ini dijalankan untuk menjamin keselamatan si
imperialis untuk kepentingan agresif atau ekonomi. Tidak perlu seluruh negara
diduduki sebagai jajahan, cukup jika tempat-tempat yang strategis dari suatu
negara berarti menguasai pula seluruh negara dengan ancaman militer.
Obat Imperialisme[sunting | sunting sumber]
Keinginan untuk menjadi jaya, menjadi bangsa yang terbesar di seluruh dunia
(ambition, eerzucht). Tiap bangsa ingin menjadi jaya. Tetapi sampai di manakah
batas-batas kejayaan itu ? Jika suatu bangsa tidak dapat mengendalikan keinginan
ini, mudah bangsa itu menjadi bangsa imperialis. Karena itu dapat dikatakan,
bahwa tiap bangsa itu mengandung benih imperialisme.
Perasaan sesuatu bangsa, bahwa bangsa itu adalah bangsa istimewa di dunia ini
(racial superiority). Tiap bangsa mempunyai harga diri. Jika harga diri ini menebal,
mudah menjadi kecongkakan untuk kemudian menimbulakan anggapan, bahwa
merekalah bangsa teristimewa di dunia ini, dan berhak menguasai, atau mengatur
atau memimpin bangsa-bangsa lainnya.

Hasrat untuk menyebarkan agama atau ideologi dapat menimbulkan imperialisme.


Tujuannya bukan imperialisme, tetapi agama atau ideologi. Imperialisme di sini
dapat timbul sebagai "bij-product" saja. Tetapi jika penyebaran agama itu didukung
oleh pemerintah negara, maka sering tujuan pertama terdesak dan merosot
menjadi alasan untuk membenarkan tindakan imperialisme.
Letak suatu negara yang diangap geografis tidak menguntungkan. Perbatasan
suatu negara mempunyai arti yang sangat penting bagi politik negara.
Sebab-sebab ekonomi. Sebab-sebab ekonomi inilah yang merupakan sebab yang
terpenting dari timbulnya imperialisme, teistimewa imperialisme modern.
Keinginan untuk mendapatkan kekayaan dari suatu negara
Ingin ikut dalam perdagangan dunia
Ingin menguasai perdagangan
Keinginan untuk menjamin suburnya industri
Akibat Imperialisme[sunting | sunting sumber]
Akibat politik
Terciptanya tanah-tanah jajahan
Politik pemerasan
Berkorbarnya perang kolonial
Timbulnya politik dunia (wereldpolitiek)
Timbulnya nasionalisme
Akibat Ekonomis
Negara imperialis merupakan pusat kekayaan, negara jajahan lembah kemiskinan
Industri si imperialis menjadi besar, perniagaan bangsa jajahan lenyap
Perdagangan dunia meluas
Adanya lalu-lintas dunia (wereldverkeer)
Kapital surplus dan penanaman modal di tanah jajahan
Kekuatan ekonomi penduduk asli tanah jajahan lenyap
Akibat sosial
Si imperialis hidup mewah sementara yang dijajah serba kekurangan

Si imperialis maju, yang dijajah mundur


Rasa harga diri lebih pada bangsa penjajah, rasa harga diri kurang pada bangsa
yang dijajah
Segala hak ada pada si imperialis, orang yang dijajah tidak memiliki hak apa-apa
Munculnya gerakan Eropa-isasi.

PERBEAAN DAN PERSAMAAN


Perbedaan
Kolonialisme bertujuan untuk menguras habis sumber daya alam dari negara yang
bersangkutan untuk diangkut ke negara induk.
Imperialisme bertujuan untuk menanamkan pengaruh pada semua bidang
kehidupan negara yang bersangkutan.
Persamaan
Persamaan kolonialisme dan imperialisme adalah akan membuat negara penjajah
menjadi makmur, sementara yang dijajah semakin menderita.
TUJUAN DAN LATAR BELAKANG

Home Sejarah Dunia Latar Belakang Kolonialisme dan Imperialisme Barat


Latar Belakang Kolonialisme dan Imperialisme Barat
Jejak Puisi Sejarah Dunia
Kolonialisme dan imperialisme mulai berkembang sekitar abad ke-15 yang diawali
dengan adanya gejala pembaruan di Eropa di bidang ekonomi, politik, sosial,
maupun budaya dalam bentuk gerakan Renaisans dan Humanisme yang berpikiran
maju.

Renaisans adalah hasrat dan semangat untuk berpikiran maju (progresif) dari
kondisi atau masa sebelumnya. Sementara Humanisme adalah suatu doktrin yang
menekankan pada kepentingan kemanusiaan dan idealisme. Adapun pusat-pusat
perkembangan Renaisans pada awalnya terdapat di kota-kota pelabuhan Italia,
seperti Florence, Genoa, dan Venesia.

Kemampuan berpikir yang berhaluan maju inilah yang kemudian menghasilkan


banyak penemuan-penemuan baru seperti perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, sosial-ekonomi, dan kebudayaan.

1. Di Bidang Ilmu Pengetahuan


Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan ditandai dengan munculnya teori
Heliosentris (tata surya) oleh Nicolaus Copernicus, seorang ahli ilmu pasti dan
astronomi dari Polandia. Ajaran Copernicus yang muncul pada tahun 1543
menjelaskan bahwa matahari sebagai pusat dari seluruh benda-benda antariksa
dan ia menyatakan pula bahwa bentuk bumi adalah bulat seperti bola. Pernyataan
Copernicus ini sesungguhnya pernah muncul jauh sebelumnya, yakni bersumber
dari pengalaman Marco Polo yang melakukan perjalanan dari Venesia (Italia) melalui
jalur darat ke negeri Cina antara tahun 1271 - 1292 hingga kembali ke tempat
asalnya.

2. Di Bidang Teknologi
Selain di bidang ilmu pengetahuan, Nicolaus Copernicus juga mampu
mengembangkan teknologi dengan cara membuat kompas yang dapat digunakan
untuk menunjukkan arah dalam pelayaran. Pada tahun 1610, muncul ilmuwan baru
dari Italia bernama Galileo yang mendukung dan memperjelas pokok-pokok ajaran
Heliosentris dari Copernicus. Pada saat itu, Galileo telah mampu mengembangkan
teknologi dengan cara membuat teropong jauh (teleskop).

3. Di Bidang Sosial Ekonomi


Pada tahun 1453, bangsa Turki Usmani berhasil merebut wilayah Konstantinopel
(terutama Bandar Bizantium yang biasa digunakan sebagai bandar penghubung
perdagangan antara Asia dan Eropa). Peristiwa itu mengakibatkan terputusnya jalur
perdagangan antara Asia dan Eropa sehingga para pedagang sulit untuk
mendapatkan rempah-rempah. Kondisi sosial ekonomi para pedagang Eropa
menurun akibat krisis lalu lintas perdagangan ini, dan memaksa mereka untuk
mencari jalan lain dalam menemukan daerah penghasil rempah-rempah dan
membelinya secara langsung dengan cara berlayar menjelajahi samudera.

Perjalanan Marco Polo dari Venesia (Italia) ke negeri Cina dan ajaran Copernicus
yang menyatakan bahwa bentuk bumi bulat seperti bola, telah mampu
mempengaruhi dan mendorong pelaut-pelaut Eropa lain seperti bangsa Portugis,

Spanyol, Inggris, Belanda, dan Perancis untuk berlayar mengarungi samudera ke


segala penjuru dunia hingga dapat menemukan daerah-daerah baru yang kemudian
dikuasai sebagai daerah jajahannya.

Вам также может понравиться