Вы находитесь на странице: 1из 38

Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai terletak di pantai utara Aceh yang merupakan


gabungan dan dua kota, yaitu Samudra (agak di pedalaman) dan Pasai (kota
pesisir). Kedua kota tersebut
kemudian disatukan oleh Marah
Silu yang kemudian dinobatkan
menjadi raja dengan gelar Sultan
Malik al Saleh. Setelah menjadi
kerajaan Islam, Samudra Pasai
berkembang pesat menjadi pusat
perdagangan
dan
pusat
penyebaran agama Islam. Para
pedagang
India,
Benggala,
Gujarat, Arab, dan Cina banyak
berdagang di Samudra Pasai.
Selanjutnya,
Samudra
Pasai
memperluas
wilayahnya
ke
daerah sekitar Aceh, seperti Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana,
Samudra, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan Pasai.
Kehidupan Politik Kerajaan Samudra Pasai.
Berdasarkan Hikayat Raja-raja Pasai, diceritakan tentang pendirian Pasai
oleh Marah Silu, setelah sebelumnya ia menggantikan seorang raja yang
bernama Sultan Malik al-Nasser. Marah Silu ini sebelumnya berada pada satu
kawasan yang disebut dengan Semerlanga kemudian setelah naik tahta bergelar
Sultan Malik as-Saleh, ia wafat pada tahun 696 H atau 1297 M. Dalam Hikayat
Raja-raja Pasai maupun Sulalatus Salatin nama Pasai dan Samudera telah
dipisahkan merujuk pada dua kawasan yang berbeda, namun dalam catatan
Tiongkok nama-nama tersebut tidak dibedakan sama sekali.
Kemudian kepemerintahan kerajaan Pasai dilanjutkan oleh Sultan
Muhammad Malik azZahir dari perkawinannya dengan putri Raja Perlak. Pada
masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, koin emas sebagai mata
uang telah diperkenalkan di Pasai, seiring dengan berkembangnya Pasai menjadi
salah satu kawasan perdagangan sekaligus tempat pengembangan dakwah
agama Islam.
Sumber Sejarah Batu nisan dan prasasti peninggalan zaman Kerajaan
Samudera Pasai di kompleks pemakaman Tengku Batee Balee, Desa Meucat,
Kecamatan Samudera, Aceh Utara, Aceh, sebagian kondisinya masih bagus,
Sabtu (9/4). Sayangnya, sebagian besar peninggalan serupa yang banyak
tersebar di hampir seluruh wilayah Aceh kini tak terurus.
Pemerintahan Pusat pemerintahan Kesultanan Pasai terletak antara
Krueng Jambo Aye (Sungai Jambu Air) dengan Krueng Pase (Sungai Pasai), Aceh
Utara. Menurut ibn Batuthah yang menghabiskan waktunya sekitar dua minggu
di Pasai, menyebutkan bahwa kerajaan ini tidak memiliki benteng pertahanan

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
1

dari batu, namun telah memagari kotanya dengan kayu, yang berjarak beberapa
kilometer dari pelabuhannya. Pada kawasan inti kerajaan ini terdapat masjid, dan
pasar serta dilalui oleh sungai tawar yang bermuara ke laut.
Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik azZahir, Kerajaan
Perlak telah menjadi bagian dari kedaulatan Pasai, kemudian ia juga
menempatkan salah seorang anaknya yaitu Sultan Mansur di Samudera. Namun
pada masa Sultan Ahmad Malik az-Zahir, kawasan Samudera sudah menjadi satu
kesatuan dengan nama Samudera Pasai yang tetap berpusat di Pasai. Pada masa
pemerintahan Sultan Zain al-Abidin Malik azZahir, Lide (Kerajaan Pedir)
disebutkan menjadi kerajaan bawahan dari Pasai. Sementara itu Pasai juga
disebutkan memiliki hubungan yang buruk dengan Nakur, puncaknya kerajaan
ini menyerang Pasai dan mengakibatkan Sultan Pasai terbunuh.
Agama dan budaya Islam merupakan agama yang dianut oleh masyarakat
Pasai, walau pengaruh Hindu dan Buddha juga turut mewarnai masyarakat ini.
Dari catatan Ma Huan dan Tom Pires, telah membandingkan dan menyebutkan
bahwa sosial budaya masyarakat Pasai mirip dengan Malaka, seperti bahasa,
maupun tradisi pada upacara kelahiran, perkawinan dan kematian. Kemungkinan
kesamaan ini memudahkan penerimaan Islam di Malaka dan hubungan yang
akrab ini dipererat oleh adanya pernikahan antara putri Pasai dengan raja Malaka
sebagaimana diceritakan dalam Sulalatus Salatin.
Sejarah kerajaan samudra pasai
Di masa pemerintahan Sultan Malik al Saleh, Samudra Pasai telah memiliki
hubungan diplomatik kepada Cina. Hal tersebut telah diberitakan dalam sejarah
Dinasti Yuan yang berasal dari Cina. Informasi itu telah menyatakan bahwa di
tahun 1282 seorang utusan Cina akan bertemu dengan salah seorang menteri
yang berasal dari kerajaan Sumatra. Mereka telah menyepakati agar raja
Samudra mengirimkan dutanya ke Cina. Hubungan luar negeri lainnya ialah
kepada negara yang ada di Timur Tengah. Informasi dari Ibnu Batutah yang
sudah berkunjung ke Samudra Pasai di masa Sultan Malik al Thahir II pada tahun
1346 sampai 1383, telah menyatakan bahwa ada beberapa ahli agama datang
ke wilayah Samudra Pasai, yang diantaranya Taj al Din dari Istahan dan Qadi
Sharif Amir Sayyid yang berasal dari PErsi (Iran). ADapun hubungan
perdagangan yang telah dilakukan dengan beberapa negara diantara lain
Gujarat, Iran, Melayu, Jawa, Siam, Turki dan Arab.
Kehidupan Ekonomi dan Sosial Kerajaan Samudra Pasai
Kehidupan ekonomi dari Kerajaan Samudra Pasai sangat banyak telah
dipengaruhi oleh adanya kegiatan perdagangan karena letak kerajaan samudra
pasai sangat strategis. Posisi geogradi Samudra pasai sangat begitu strategis
sebab berbatasan dengan Selat Malaka dan terletak pada jalur perdagangan
internasional dengan melalui Samudra Hndia yang berada antara India, Cina dan
Jazirah Arab. Komoditas yang dari kerajaan Samudra Pasai yang banyak
diperdagangkan yaitu emas, lada dan kapur barus. Kemudian untuk kepentingan
perdagangan telah dikenal adanya uang yang menjadi alat tukar dalam bentuk

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
2

mata uang emas yang dikenal


sebagai dirham atau deureuham.
Kerajaan Samudra PAsai mempunyai
hegemoni atau pengaruh terhadap
pelabuhan-pelabuhan penting yang
berada di Pidie, Perlak dan daerahdaerah yang ada diujung pulau
Sumatra.
Perdagangan
yang
terjadi
kerajaan
Samudra
Pasai
mulai
berkembang
pesat
di
masa
pemerintahan SUltan Malik al Thahir
II. Berdasarkan informasi Ibnu Batutah
bahwa perdagangan yang ada di Samudra Pasai itu sudah semakin maju dan
ramai karena didukung oleh armada laut yang sangat kuat sehingga para
pedagang tentunya merasa nyaman dan aman untuk berdagangan di Samudra
pAsai. Kemajuan didalam bidang ekonomi tersebut akhirnya membawah
pengarauh atau dampak yang besar terhadap kehidupan masyarakat Samudra
Pasai yang makmur. Kehidupan masyarakat dari kerajaan Samudra PAsai itu
diwarnai dengan ajaran Islam. Hubungan antara rakyat dengan Sultan itu telah
terjalin dengan baik. Sultan biasanya melaksanakan Musyawarah dan mulai
bertukar pikiran dengan para ulama. Selain itu, Sultan juga sangat begitu hormat
dengan para tamu yang sudah datang. Bahkan dia sering memberikan sebuah
cinderamata untuk para tamu kerajaan Samudra PAsai.
Di Abad ke 14, Samudra Pasai sudah menjadi pusat penyebaran agama
Islam yang ada di Asia Tenggara. Malaka juga mulai berkembang dengan menjadi
kerajaan yang memilik corak Islam sesudah menjalin hubungan yang baik
kepada Samudra Pasai, apalagi sesudah terjadi pernikahan yaitu Putra Sultan
dengan Putri yang ada di Malaka. Didalam sebuah hikayat Patani telah
diceritakan tentang pengislaman Raja Patani yang memiliki nama Paya Tu Naqpa.
Pengislaman tersebut dilakukan oleh seseorang dari Pasai yang bernama Syaikh
Said sesudah berhasil dalam menyembuhkan penyakit dari Raja Patani. Setelah
masuk dalam Islam, Raja Patani kemudian berganti nama sebagai Sultan Ismail
SYah Zilullah Fil-Alam. Kemudian putra-putra raja terebut akhirnya mulai
mengikuti ayahnya untuk masuk Islam.
Berakhirnya Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai dapat dikatakan sebagai awal bangkitnya
kekuasaan Islam di Indonesia sebab Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam
yang penting di Indonesia. Secara ekonomi, raja-raja Samudra Pasai berusaha
mengembangkan terus kerajaannya sebagai pusat pelayaran dan perdagangan.
Kerajaan Samudra Pasai berkembang sampai abad ke-16. Munculnya Kerajaan
Malaka menyebabkan Samudra Pasai kehilangan peranannya dalam
perdagangan dan penyebaran agama Islam. Selain itu, munculnya Kerajaan Aceh

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
3

menyebabkan makin mundurnya Kerajaan Samudra Pasai. Karena semakin


lemah, maka pada tahun 1522 Kerajaan Samudra Pasai diduduki Portugis.

Kerajaan Perlak
Fakta menyebutkan Perlak lebih dulu ada daripada Samudera Pasai.
Kerajaan Perlak muncul mulai tahun 840 M sampai tahun 1292 M. Bandingkan
dengan kerajaan Samudera Pasai yang sama-sama mengambil lokasi di Aceh.
Berdiri tahun 1267, Kerajaan ini akhirnya lenyap tahun 1521. Entah mengapa
dalam buku-buku pelajaran, tertulis secara jelas kerajaan Samudera Pasai-lah
kerajaan Islam yang pertama di Indonesia. Sebuah kesengajaan atau sebuah
kebetulan ? Berbeda dengan kesepakatan yang pasti tentang daerah yang
pertama kali dimasuki Islam ataupun kerajaan Islam pertama di Jawa, kerajaan
Islam pertama di Indonesia masih simpang siur kepastiannya.
Kerajaan Perlak berdiri tahun 840
M dengan rajanya yang pertama, Sultan
Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz Syah.
Sebelumnya, memang sudah ada Negeri
Perlak yang pemimpinnya merupakan
keturunan dari Meurah Perlak Syahir
Nuwi atau Maharaja Pho He La. Pada
tahun 840 ini, datanglah rombongan
berjumlah 100 orang yang dipimpin oleh
Nakhoda Khalifah. Tujuan mereka adalah
berdagang
sekaligus
berdakwah
menyebarkan agama Islam di Perlak. Pemimpin dan para penduduk Negeri Perlak
pun akhirnya meninggalkan agama lama mereka untuk berpindah ke agama
Islam. Selanjutnya, salah satu anak buah Nakhoda Khalifah, Ali bin Muhammad
bin Ja`far Shadiq dinikahkan dengan Makhdum Tansyuri, adik dari Syahir Nuwi.
Dari perkawinan mereka inilah lahir kemudian Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz
Syah, Sultan pertama Kerjaan Perlak. Sultan kemudian mengubah ibukota
Kerajaan, yang semula bernama Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah, sebagai
penghargaan atas Nakhoda Khalifah. Sultan dan istrinya, Putri Meurah Mahdum
Khudawi, dimakamkan di Paya Meuligo, Perlak, Aceh Timur.
Sultan Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz Syah merupakan sultan yang
beralirah paham Syiah. Aliran Syiah datang ke Indonesia melalui para pedagang
dari Gujarat, Arab, dan Persia. Mereka masuk pertama kali melalui Kesultanan
Perlak dengan dukungan penuh dari dinasti Fatimiah di Mesir. Ketika dinasti ini
runtuh pada tahun 1268, hubungan antara kelompok Syiah di pantai Sumatera
dengan kelompok Syiah di Mesir mulai terputus. Kondisi ini menyebabkan
konstelasi politik Mesir berubah haluan. Dinasti Mamaluk memerintahkan
pasukan yang dipimpin oleh Syaikh Ismail untuk pergi ke pantai timur Sumatra
dengan tujuan utamanya adalah melenyapkan pengikut Syiah di Kesultanan
Perlak dan Kerajaan Samudera Pasai.

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
4

Pada masa pemerintahan sultan ketiga, Sultan Alaiddin Syed Maulana


Abbas Shah, aliran Sunni mulai masuk ke Perlak. Setelah wafatnya sultan pada
tahun 363 H (913 M), terjadi perang saudara antara kaum Syiah dan Sunni
sehingga selama dua tahun berikutnya tak ada sultan. Kaum Syiah
memenangkan perang dan pada tahun 302 H (915 M), Sultan Alaiddin Syed
Maulana Ali Mughat Shah dari aliran Syiah naik tahta. Pada akhir
pemerintahannya terjadi lagi pergolakan antara kaum Syiah dan Sunni yang kali
ini dimenangkan oleh kaum Sunni sehingga sultan-sultan berikutnya diambil dari
golongan Sunni.
Pada tahun 362 H (956 M), setelah meninggalnya sultan ketujuh, Sultan
Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat, terjadi lagi pergolakan
selama kurang lebih empat tahun antara Syiah dan Sunni yang diakhiri dengan
perdamaian dan pembagian kerajaan menjadi dua bagian. Bagian pertama,
Perlak Pesisir (Syiah), dipimpin oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah (986
988). Bagian kedua, Perlak Pedalaman (Sunni), dipimpin oleh Sultan Makhdum
Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986 1023).
Kedua kepemimpinan tersebut bersatu kembali ketika salah satu dari
pemimpin kedua wilayah tersebut, yaitu Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah
meninggal. Ia meninggal ketika Perlak berhasil dikalahkan oleh Kerajaan
Sriwijaya. Kondisi perang inilah yang membangkitkan semangat bersatunya
kembali kepemimpinan dalam Kesultanan Perlak. Sultan Makhdum Alaiddin Malik
Ibrahim
Shah
Johan
Berdaulat, yang awalnya
hanya menguasai Perlak
Pedalaman
kemudian
ditetapkan sebagai Sultan
ke-8 pada Kesultanan
Perlak. Ia melanjutkan
perjuangan
melawan
Sriwijaya hingga tahun
1006.
Sultan Perlak ke17,
Sultan
Makhdum
Alaiddin
Malik
Muhammad Amin Shah II
Johan
Berdaulat,
melakukan politik persahabatan dengan negeri-negeri tetangga. Ia menikahkan
dua orang puterinya dengan para pemimpin kerajaan tetangga. Putri Ratna
Kamala dinikahkan dengan Raja Kerajaan Malaka, Sultan Muhammad Shah
(Parameswara) dan Putri Ganggang dinikahkan dengan Raja Kerajaan Samudera
Pasai, al-Malik al-Saleh. Kesultanan Perlak berakhir setelah Sultan yang ke-18,
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat meninggal pada
tahun 1292. Kesultanan Perlak kemudian menyatu dengan Kerajaan Samudera
Pasai di bawah kekuasaan sultan Samudera Pasai yang memerintah pada saat

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
5

itu, Sultan Muhammad Malik Al Zahir yang juga merupakan putera dari al-Malik
al-Saleh.
Kerajaan Perlak merupakan negeri yang terkenal sebagai penghasil kayu
Perlak, yaitu kayu yang berkualitas bagus untuk kapal. Tak heran kalau para
pedagang dari Gujarat, Arab dan India tertarik untuk datang ke sini. Pada awal
abad ke-8, Kerajaan Perlak berkembang sebagai bandar niaga yang amat maju.
Kondisi ini membuat maraknya perkawinan campuran antara para saudagar
muslim dengan penduduk setempat. Efeknya adalah perkembangan Islam yang
pesat dan pada akhirnya munculnya Kerajaan Islam Perlak sebagai kerajaan
Islam pertama di Indonesia.

Kerajaan Malaka
Sejarah Kerajaan Malaka
Pendiri Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara antara tahun 13801403 M. Parameswara berasal dari Sriwijaya, dan merupakan putra Raja Sam Agi.
Saat itu, ia masih menganut agama Hindu. Ia melarikan diri ke Malaka karena
kerajaannya di Sumatera runtuh diserang Majapahit. Pada saaat Malaka
didirikan, disitu terdapat penduduk asli laut yang hidup sebagai nelayan. Mereka
berjumlah lebih kurang 30 keluarga. Raja dan pengikutnya adalah rombongan
pendatang yang memiliki tingkat kebudayaan yang jauh lebih tinggi. Karena itu,
mereka berhasil mempengaruhi masyarakat asli. Kemudian, bersama penduduk
asli tersebut, rombongan pendatang merubah Malaka menjadi sebuah kota yang
ramai.

Letak Kerajaan
Letak kerajaannya sangat strategis, yaitu berada di Semenanjung Malaya
dengan ibukota di Malaka. Karena letaknya yang sangat strategis maka kerajaan
ini dijadikan sebagai pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Asia Tenggara.
Dalam masa kejayaannya, Malaka mempunyai kontrol atas Semenanjung Tanah
Melayu (Patani, Ligor, Kelantan, Trenggano, dan sebagainya), daerah Kepulauan
Riau, Pesisir Timur Sumatra bagian tengah, Brunai dan Serawak, dan
Tanjungpura (Kalimantan Barat). Sedangkan daerah yang diperoleh dari
Majapahit secara diplomasi adalah Indragiri, Palembang, Pulau Jemaja, Tambelan,
Siantan, dan Bunguran.

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
6

Bukti dan Sumber Sejarah


1. Sulalatus
Salatin
Mengatakan
bahwa
kerajaan ini merupakan
kelanjutan dari Kerajaan
Melayu
di
Singpura,
kemudian serangan Jawa
dan Siam menyebabkan
pusat
pemerintahan
berpindah ke Malaka.
2. Kronik
Dinasti
Ming
Mencatat Parameswara
sebagai pendiri Malaka
mengunjungi
Kisar
Tongle di Nanjing pada
tahun
1405
dan
meminta
pengakuan
atas
wilayah
kedaulatannya. Sebagai
balasan
upeti
yang
diberikan, Kaisar Cina menyetujui untuk memberikan perlindungan pada
Malaka, kemudian tercatat ada sampai 29 kali utusan Malaka mengunjungi
Kaisar Cina. Pengaruh yang besar dari relasi ini adalah Malaka dapat terhindar
dari kemungkinan adanya serangan Siam dari utara, terutama setelah Kaisar
Cina mengabarkan penguasa Ayuthayya akan hubungannya dengan Malaka.
Keberhasilan dalam hubungan diplomasi dengan Tiongkok memberi manfaat
akan kestabilan pemerintahan baru di Malaka, kemudian Malaka berkembang
menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara, dan juga menjadi salah satu
pangkalan armada Ming.
3. Laporan dari kunjungan Laksamana Cheng H (1409) Mengambarkan islam
telah mulai dianut oleh masyarakat Malaka
4. Pararaton Disebutkan terdapat nama tokoh yang mirip yaitu Bhra Hyang
Parameswara sebagai suami dari Ratu Majapahit, Ratu Suhita.

Kehidupan Politik
Raja-raja yang memerintah Kerajaan Malaka antara lain:
1. Iskandar Syah (1396-1414 M) Iskandar Syah adalah Raja pertama Kerajaan
Malaka. Iskandar Syah awalnya adalah seorang penguasa dari Kerajaan
Majapahit yang aslinya bernama Paramisora melarikan diri setelah Majapahit
kalah dalam Perang Paregreg. Setelah ia masuk islam, ia berganti nama
menjadi Iskandar Syah Ia melarikan diri bersama pengikutnya ke Semanjung
Malaya dan membangun kerajaan baru yang kemudian diberi nama Malaka.

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
7

2.

3.

4.

5.

Berkembangnya kegiatan perdagangan dan pelayaran di kerajaan Malaka


banyak didukung para pedagang Islam dari Arab dan India. Kerajaan Malaka
pun banyak mendapatkan pengaruh budaya Islam dari kedua daerah ini.
Muhammad Iskandar Syah (1414- 1424 M ) Muhammad Iskandar Syah adalah
putra Iskandar Syah. Selama memerintah Malaka, Muhammad Iskandar Syah
berhasil memajukan bidang perdagangan dan pelayaran Ia juga berhasil
menguasai jalur perdagangan di Kawasan Selat Malaka dengan taktik
perkawinan putri raja Kerajaan Samudra Pasai dengan tujuan menundukkan
Kerajaan Samudra Pasai secara Politis Setelah mendapatkan kekuasaan politik
Kerajaan Samudra Pasai, ia menguasai wilayah perdagangan di sekitarnya.
Sultan Mudzaffar Syah atau Raja Kassim (1446- 1459) Ia menggantikan
Muhammad Iskandar Syah setelah menyingkirkan tahta Kerajaan Malaka
melalui sebuah kemelut politik. Setelah menguasai tahta kerajaan, Muzafar
Syah mempergunakan gelar Sultan yang merupakan gelar raja-raja dalam
kerajaan Islam Pada masa kekuasaannya, Kerajaan Malaka mendapatkan
serangan dari Kerajaan Siam. Namun, serangan ini berhasil digagalkan oleh
Kerajaan Malaka dengan bantuan Tun Perak. Setelah Tun Perak berhasil
memukul mundur pasukan Siam, Tun Perak diangkat menjadi pejabat politik
pemerintahan Pada kurun pemerintahannya, Sultan Mudzaffar Syah juga
berhasil memperluas daerah Kekuasaannya hinggga ke Pahang, Indragiri dan
Kampar. Dalam masa kejayaannya, kekuasaan Kerajaan Malaka yaitu: 1.
Semenanjung Tanah Melayu (Patani, Ligor, Kelantan, Trenggano) 2. Kepulauan
Riau 3. Pesisir Timur Sumatera Tengah 4. Brunai dan Serawak. 5. Tanjungpura
(Kalimantan Barat).
4. Sultan Mansyur Syah (1458- 1477) Setelah Sultan Mudzaffar Syah wafat, ia
digantikan oleh putrannya Sultan Mansyur Syah Pada masa pemerintahannya,
Kerajaan Malaka berhasil menguasai kerjaaan Siam sebagai bagian taktik
memperluas wilayah kekuasaan. Sultan Mansyur Syah tidak menyerang
Kerajaan Samudra Pasai yang merupakan kerajaan Islam. Ini merupakan
suatu kebijakan politik Sultan Mansyur Syah untuk menjalin hubungan
dengan kerjaan-kerajaan Islam Terdapat seorang Laksamana yang bernama
Hang Tuah. Ia merupakan orang yang membantu mengembangakan Kerajaan
Malaka, sifat kebesarannya
Sultan Alaudin Syah (1477-188 M) Merupakan putra dari Sultan Mansyur
Syah. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka mulai mengalami
kemunduran, satu persatu wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka mulai
melepaskan diri. Hal ini disebabkan oleh karena Sultan Alaudin Syah bukan
merupakan raja yang cakap. 6. Sultan Mahmud Syah (1488-1511 M)
Merupakan putra dari Sultan Alaudin Syah. Pada masa pemerintahannya,
Kerajaan Malaka merupakan kerajaan yang sangat lemah, wilayah
kekuasaannya meliputi sebagian kecil Semenanjung Malaya, hal ini
menambah suram kondisi Kerajaan Malaka. Pada tahun 1511 M, terjadi
serangan dari bangsa Portugis di bawah pimpinan Alfonso dAlberquerque dan
berhasil Merebut Kerajaan Malaka. Akhirnya Malaka pun jatuh ke tangan
Portugis. Akibat jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, pedagang Islam
terpaksa menyingkir dan menyebar ke berbagai daerah. Para pedagang Islam
kemudian mengalihkan kegiatan perdagangannya ke Jawa, Sumatra,
Kalimantan, bahkan hingga ke Filipina Selatan.

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
8

Kehidupan Ekonomi
Sejak Kerajaan Malaka berkuasa, jalur perdagangan internasional yang
melalui Selat Malaka semakin ramai. Bersamaan dengan melemahnya kekuatan
Majapahit dan Samudera Pasai, kerajaan Malaka tidak memiliki persaingan dalam
perdagangan. Tidak adanya saingan di wilayah tersebut, mendorong kerajaan
Malaka membuat aturan-aturan bagi kapal yang sedang melintasi dan berlabuh
di Semenanjung Malaka. Aturan tersebut adalah diberlakukan pajak bea cukai
untuk setiap barang yang datang dari wilayah barat (luar negeri) sebesar 6% dan
upeti untuk pedagang yang berasal dari wilayah Timur (dalam negeri). Tingkat
keorganisasian pelabuhan ditingkatkan dengan membuat peraturan tentang
syarat-syarat kapal yang berlabuh, kewajiban melaporkan nama jabatan dan
tanggung jawab bagi kapal-kapal yang sedang berlabuh, dan sebagainya.
Raja dan pejabat kerajaan turut serta dalam perdagangan dengan
memiliki kapal dan awak-awaknya. Kapal tersebut disewakan kepada pedagang
yang hendak menjual barangnya ke luar negeri. Selain peraturan-peraturan
tentang perdagangan, kerajaan Malaka memberlakukan bahasa Melayu sebagai
bahasa resmi dalam perdagangan dan diplomatik.
Kehidupan Sosial Budaya
Pada kehidupan budaya,
perkembangan
seni
sastra
Melayu
mengalami
perkembangan
yang
pesat
seperti munculnya karya-karya
sastra yang menggambarkan
tokoh-tokoh kepahlawanan dari
Kerajaan Malaka seperti Hikayat
Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir
dan
Hikayat
Hang
Jebat.
Sedangkan kehidupan sosial
Kerajaan Malaka dipengaruhi
oleh faktor letak, keadaan alam
dan
lingkungan
wilayahnya.
Sebagai masyarakat yang hidup dari dunia maritim, hubungan sosial
masyarakatnya sangatlah kurang dan bahkan mereka cenderung mengarah ke
sifat-sifat individualisme. Kelompok masyarakat pun bermunculan, seperti
adanya golongan buruh dan majikan.
Faktor-faktor maju dan berkembang
a) Letak Kerajaan Malaka yang strategis berada di sekitar selat Malaka yang
pada saat itu merupakan pusat perdagangan dan pelayaran dunia.
b) Sultan Mansyur Syah yang merupakan raja yang cerdik sehingga dapat
menjadikan Kerajaan Malaka sebagai pusat perdagangan dan penyebaran
agama Islam di Asia Tenggara.

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
9

c) Salah satu komoditas penting yang diimpor Malaka dari Sumatera saat itu
adalah beras.
d) Banyak ditemukan biji-biji timah di daratan Malaka.
Hasil Budaya dan Peninggalan
1. Hikayat Hang Tuah
2. Masjid Kubro, Kampar Timur
Faktor penyebebab keruntuhan
1. Sultan Alaudin Syah bukan merupakan raja yang cakap tidak seperti Sultan
Mansyur Syah
2. Datangnya bangsa Portugis ke Indonesia yang dipimpin oleh Alfonso
DAlbuquerque menyebabkan Kerajaan Malaka jatuh ke tangan Portugis
3. Orang-orang Portugis mempunyai semangat perjuangan yang sangat tinggi,
memiliki perlengkapan senjata yang lebih sempurna, dan terlatih dalam
peperangan. Kemenangan-kemenangan yang mereka peroleh dalam
peperangan di pantai barat India melawan orang-orang Gujarat, Kalikut,
Persia dan Mesir mempertebal semangat perjuangan dan keyakinan mereka,
bahwa orang-orang Portugis mempunyai kemampuan untuk menghadapi
lawan manapun juga.

Kesultanan Aceh
Letak Kerajaan Aceh yang strategis
bagian utara dan dekat jalur
pelayaran
perdagangan
Internasional
menyebabkan
Kerajaan Aceh sebagai kerajaan
islam mengalami masa kejayaan.

yaitu di pulau Sumatera

Kehidupan Politik
Berdasarkan
Bustanussalatin
karangan Naruddin Ar- Raniri yang berisi
sultan- sultan Aceh, dan berita berita Eropa,
Kerajaan Aceh telah berhasil membebaskan diri
dari Kerajaan Pedir. Raja -raja yang pernah
memerintah di Kerajaan Aceh :

( 1637 M )
silsilah

1. Sultan Ali Mughayat Syah


adalah raja kerajaan Aceh yang
pertama. Ia memerintah tahun 1514-1528 M. Dibawah kekuasaannya,
kerajaan Aceh melakukan perluasan ke beberapa daerah Daya dan pasai.
Bahkan melakukan serangan terhadap kedudukan bangsa Portugis di Malaka
dan juga menyerang Kerajaan Aru.
2. Sultan Salahuddin memerintah setelah sultan Ali Mughayat Syah wafat, ia
memerintah tahun 1528-1537 M. Selama menduduki tahta kerajaan Aceh,
ternyata ia tidak memperdulikan pemerintahan keraaannya. Keadaan

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
10

kerajaan mengalami kemerosotan. Oleh karena itu, langsung digantikan oleh


saudaranya yaitu Sultan Alaudin Riayat Syah.
3. Sultan Alaudin Riayat Syah memerintah Aceh sejak tahun 1537-1568 M.
dibawah pemerintahannya Aceh berkembang menjadi Bandar utama. Sejak
Malaka direbut Portugis, mereka menghindari selat Malaka dan beralih
menyusuri pesisir Barat Sumatera, ke selat Sunda, lalu terus ke timur
Indonesia atau langsung ke Cina.
4. Sultan Iskandar Muda Pemerintahan Sultan Iskandar Muda menandai puncak
kejayaan kerajaan Aceh. Ia naik tahta pada awal abad ke-17 menggantikan
Sultan Alaudin Riayat Syah. Untuk memperkuat kedudukan Aceh sebagai
pusat perdagangan Ia memelopori sejumlah tindakan sebagai berikut. Sultan
Iskandar Muda merebut sejumlah pelabuhan penting di pesisir barat dan
timur Sumatera, serta pesisir barat semenanjung melayu. Misalnya Aceh
sempat menaklukan Johor dan Pahang. Sultan Iskandar Muda bekerjasama
dengan Inggris dan Belanda untuk memperlemah pengaruh Portugis. Iskandar
Muda mengizinkan persekutuan dagang kedua di negara itu untuk membuka
kantornya di Aceh. Pada masa Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh
mengalami peningkatan dalam berbagai bidang yaitu bidang politik, ekonomiperdagangan, hubungan internasional, memperkuat armada perangnya serta
mampu mengembangakan dan memperkuat kehidupan Islam. Ia mampu
menguasai Pahang (1618), daerah Kedah (1619,) serta (1620), dimana
daerah tersebut merupakan daerah penghasil timah. Bahkan dimasa
kepemimpinannya Kerajaan Aceh mampu menyerang Johor dan Melayu
hingga Singapura sekitar tahun 1613 dan 1615. Ia pun diberi gelar Iskandar
Agung dari Timur.
5. Sultan Iskandar Thani Sultan Iskandar Thani lebih memperhatikan
pembangunan dalam negeri daripada politik ekspansi. Meskipun hanya
memerintah selama 4 tahun, Aceh mengalami suasana damai. Hubungan
dengan wilayah taklukkan dijalan dengan suasana liberal. Masa pemerintahan
Sultan Iskandar Thani juga ditandai oleh perhatian terhadap studi agama
Islam. Berkembangnya studi Agama Islam turut didukung oleh Nuruddin
Arraniri, seorang ulama besar dari Gujarat yang menulis buku sejarah Aceh
yang berjudul Bustanus Salatin. Sepeninggalan Iskandar Thani, Aceh
mengalami kemunduran. Aceh tidak mampu berbuat banyak saat sejumlah
wilayah taklukan melepaskan diri. Kerajaan itupun tidak mampu lagi berperan
sebagai pusat perdagangan. Meskipun demikian, kerajaan Aceh tetap
berlanjut sampai memasuki abad ke-20.
Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi masyarakat Aceh adalah dalam bidang pelayaran dan
perdagangan. Pada masa kejayaannya, perekonomian berkembang pesat.
Penguasaan Aceh atas daerah-daerah pantai barat dan timur Sumatra banyak
menghasilkan lada. Sementara itu, Semenanjung Malaka banyak menghasilkan
lada dan timah. Hasil bumi dan alam menjadi bahan ekspor yang penting bagi
Aceh, sehingga perekonomian Aceh maju dengan pesat.

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
11

Bidang perdagangan yang maju menjadikan Aceh makin makmur. Setelah


Sultan Ibrahim dapat menaklukkan Pedir yang kaya akan lada putih, Aceh makin
bertambah makmur. Dengan kekayaan melimpah, Aceh mampu membangun
angkatan bersenjata yang kuat. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda,
Aceh mencapai puncak kejayaan. Dari daerah yang ditaklukkan didatangkan lada
dan emas sehingga Aceh merupakan sumber komoditas lada dan emas.

Aceh cepat tumbuh menjadi kerajaan besar karena didukung oleh faktor sebagai
berikut :
1. Letak ibu kota Aceh sangat strategis, yaitu di pintu gerbang pelayaran dari
India dan Timur Tengah yang akan ke Malaka, Cina, atau ke Jawa.
2. Pelabuhan Aceh (Olele) memiliki persyaratan yang baik sebagai pelabuhan
dagang. Pelabuhan itu terlindung oleh Pulau We, Pulau Nasi, dan Pulau
Breuen dari ombak besar.
3. Daerah Aceh kaya dengan tanaman lada sebagai mata dagangan ekspor
yang

penting.

Aceh

sejak

dahulu

mengadakan

hubungan

dagang

internasional.
4. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menyebabkan pedagang Islam banyak
yang singgah ke Aceh, apalagi setelah jalur pelayaran beralih melalui
sepanjang pantai barat Sumatra.

Kehidupan Sosial

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
12

Struktur
sosial
masyarakat Aceh terdiri
atas empat golongan,
yaitu
golongan
teuku
(kaum bangsawan yang
memegang
kekuasaan
pemerintahan
sipil),
golongan tengku (kaum
ulama yang memegang
peranan penting dalam
keagamaan), hulubalang
atau
ulebalang
(para
prajurit),
dan
rakyat
biasa. Antara golongan
Tengku dan Teuku sering
terjadi persaingan yang
kemudian melemahkan Aceh.
Sejak kerajaan Perlak berkuasa (abad ke-12 M sampai dengan abad ke-13
M) telah terjadi permusuhan antara aliran Syiah dan Ahlusunnah wal jamaaah.
Namun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, aliran Syiah mendapat
perlindungan dan berkembang ke daerah kekuasaan Aceh. Aliran itu diajarkan
Hamzah Fansuri dan dilanjutkan oleh muridnya yang bernama Syamsuddin Pasai.
Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, aliran Ahlusunnah wal jamaah berkembang
dengan pesat di Aceh.
Kehidupan Budaya
Kehidupan budaya di kerajaan Aceh tidak banyak diketahui karena
kerajaan Aceh tidak banyak meninggal banda hasil budaya. Perkembangan
kebudayaan di Aceh tidak terpusat perkembangan perekonomian. Perkembangan
kebudayaan yang terlihat nyata adalah bangunan masjid Baiturrahman dan buku
Bustanus Salatin yang ditulis oleh Nurrudin Ar-raniri yang berisi tentang sejarah
raja-raja Aceh.

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
13

Penyebab Kemunduran Kerajaan Aceh

Setelah Sultan Iskandar Muda wafat tahun 1030, tidak ada raja raja besar
yang mampu mengendalikan daerah Aceh yg demikian luas.
Timbulnya pertikaian yang terus menerus di Aceh antara golongan
bangsawan ( teuku ) dgn golongan utama ( teungku ) yang berakibat pada
melemahnya Kerajaan Aceh
Daerah kekuasaannya banyak yang melepaskan diri, seperti Johor, Pahang,
Perlak, Minangkabau, Siak.

Kerajaan Aceh yang berkuasa selama 4 abad, akhirnya runtuh karena dikuasai
oleh Belanda pada awal abad ke-20

Kerajaan Palembang
Berdasarkan sumber-sumber Arab dan Cina, pada abad ke-9 di
Palembang, yang diyakini sebagai ibukota Kerajaan Buddha Sriwijaya,
telah terdapat sejumlah pemeluk Islam di kalangan penduduk pribumi
Palembang. Hal ini merupakan konsekwensi dari interaksi antara
penduduk Sriwijaya dengan kaum Muslimin Timur Tengah yang sudah
berlangsung sejak masa awal kelahiran Islam. Meskipun Sriwijaya
merupakan pusat keilmuan Buddha terkemuka di Nusantara, ia
merupakan kerajaan yang kosmopolitan. Penduduk Muslim tetap dihargai
hak-haknya sebagai warga kerajaan sehingga sebagian dari mereka tidak
hanya berperan dalam bidang perdagangan tetapi juga dalam hubungan
diplomatik dan politik kerajaan. Sejumlah warga Muslim telah dikirim oleh
KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
14

Pemerintah Sriwijaya sebagai duta kerajaan, baik ke Negeri Cina maupun


ke Arabia.

Pada
awal
masuknya Islam di
Nusantara,
Palembang merupakan salah satu tempat yang pertama kali mendapat
pengaruh Islam. Tome Pires, seorang ahli obat-obatan dari Lisabon (yang
lama menetap di Malaka, yaitu pada tahun 1512 hingga 1515), pada
tahun 1511, mengunjungi Jawa dan giat mengumpulkan informasi
mengenai seluruh daerah Malaya-Indonesia.dia mengatakan bahwa pada
waktu itu sebagian besar raja-raja Sumatera beragama Islam, tetapi
masih ada negeri-negeri yang masih belum menganut Islam.
Hurgronje (1973), berpendapat bahwa agama Islam secara
perlahan-lahan masuk ke daerah-daerah pantai Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau kecil lainnya di seluruh Kepulauan
Nusantara sejak kira-kira setengah abad sebelum Baghdad (pusat Khilafah
Abbassiyah) jatuh ke tangan Hulagu (raja Mongol) pada tahun 1258.
Hurgronje mengemukakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dari
Hindustan yang dibawa oleh pedagang-pedagang Gujarat. Usaha
penyebaran Islam ke pedalaman seterusnya dilakukan juga oleh orang
Muslim pribumi sendiri, dengan daya tariknya pula, tanpa campur tangan
penguasa negara.
Proses Islamisasi di Palembang
Walaupun pada masa Kerajaan Sriwijaya, sudah ada penduduk
Muslim, agama Islam belum menjadi agama negara. Setelah melalui
proses yang panjang yang berhubungan erat dengan kerajaan-kerajaan
besar di Pulau Jawa, seperti Kerajaan Majapahit, Demak, Pajang, dan
Mataram. Raden Patah alias Raden Panembahan Palembang yang lahir di
Palembang, sebagai Pendiri dan Raja Demak yang pertama (1478-1518),
sangat besar pengaruhnya terhadap Palembang atau sebaliknya.
KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
15

Raden Patah berhasil memperbesar kekuasaan dan menjadikan


Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa. Akibat pertentangan
politik, Kerajaan Demak tidak dapat bertahan lama. Perebutan kkuasaan
antara Aria Penangsang dari Jipang dan Pangeran Adiwijaya dari Pajang
disebabkan
masalah
suksesi
dan
warisan
Kerajaan
Demak,
mengakibatkan Demak tidak dapat bertahan lama. Kemunduran Demak
mendorong tumbuhnya Kesultanan Pajang. Penyerangan Kesultanan
Pajang ke Demak mengakibatkan sejumlah bangsawan Demak melarikan
diri ke Palembang.
Berdirinya Kesultanan Palembang
Tokoh pendiri Kerajaan Palembang adalah Ki Gede Ing Suro. Keraton
pertamanya di Kuto Gawang, pada saat ini situsnya tepat berada di
komplek PT. Pusri. Dimana makam Ki Gede Ing Suro berada di belakang
Pusri. Dari bentuk keraton Jawa di tepi Sungai Musi, para penguasanya
beradaptasi dengan lingkungan melayu di sekitarnya.
Dengan diproklamirkannya Kesultanan Palembang Palembang
Darussalam ini maka Agma Islam resmi sebagai Agama Kerajaan (negara)
sampai masa berakhirnya. Dengan Proklamasi Kesultanan Palembang ini,
keterkaitan dengan Mataram, baik kultural maupun politik terputus, dan
Palembang mengembangkan pemerintahan dan kehidupan masyarakat
dengan tradisi dan kepribadian sendiri. Kultural jawa yang selama ini
tertanam
sebagai
dasar
legitimasi
keraton
Palembang
yang
menumbuhkan keterkaitan sembah atau upeti dengan Pajang dan
Mataram sudah tidak terjadi lagi. Kultural masyarakat Palembang lebih
banyak didasari kultural Melayu.
Ki Mas Hindi adalah tokoh kerajaan Palembang yang memperjelas
jati diri Palembang, memutus hubungan ideologi dan kultural dengan
pusat kerajaan di Jawa (Mataram). Dia menyatakan dirinya sebagai sultan,
setara dengan Sultan Agung di Mataram. Ki Mas Hindi bergelar Sultan
Abdurrahman, yang kemudian dikenal sebagai Sunan Cinde Walang
(1659-1706). Keraton Kuto Gawang dibakar habis oleh VOC pada tahun
1659, akibat perlawanan Palembang atas kekurangan ajaran hasil wakil
wakil VOC di Palembang, Sultan Abdurrahman memindahkan keratonnya
ke Beringin Janggut (sekarang sebagai pusat perdagangan). Sultan
Mahmud Badaruddin I yang bergelar Jayo Wikramo (1741-1757) adalah
merupakan tokoh pembangunan Kesultanan Palembang, dimana
pembangunan modern dilakukannya. Antara lain Mesjid Agung
Palembang, Makam Lemabang (Kawah tengkurep), Keraton Kuto Batu
(sekarang berdiri Musium Badaruddin dan Kantor Dinas Pariwisata Kota
Palembang).

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
16

Daftar Sultan Palembang :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sri Susuhunan Abdurrahman (1659-1706)


Sultan Mahmud Badaruddin I (1724-1757)
Sultan Ahmad Najamuddin I (1757-1776)
Sultan Muhammad Bahauddin (1776-1803)
Sultan Mahmud Badaruddin II (1804-1812, 1813, 1818-1821)
Sultan Ahmad Najamuddin II (1812-1813, 1813-1818)
Sultan Ahmad Najamuddin III (1821-1823)

Perkembangan Pendidikan Islam di Palembang


Persaingan yang terjadi antara pedagang kaya di ibukota
Keresidenan Palembang menyebabkan perubahan struktural di bidang
pengajaran agama. Sesudah tahun 1925, pengajaran agama di
Palembang masih bersifat tradisional. Pengajaran hanya diberikan di
langgar dan masjid kepada kelompok murid dari usia yang berbeda-beda.
Pertama-tama diajarkan mengaji Al-Quran tanpa terlalu memperhatikan
pemahamannaskah yang dibaca maupun lagu yang tepat. Tahap awal ini
kemudian disusul dengan pengajaran bahasa Arab yang terutama terdiri
dari menghafal naskah sederhana.
Sultan Palembang mempunyai minat dan perhatian khusus pada
agama Islam. Untuk mendorong tumbuhnya ilmu pengetahuan dan
budaya Islam. Sultan melakukan usaha-usaha tertentu untuk menarik dan
merangkul para ulama Arab untuk menetap di wilayahnya. Akibatnya para
imigran Arab terutama dari Hadramaut mulai hijrah ke Palembang dalam
jumlah yang semakin bertambah yang selanjutnya menjadi pemukim
terbesar kedua di Indonesia setelah Surabaya.
Gambaran tentang kehidupan beragama pada paruh pertama abad
ke-19 di Palembang berdasarkan Laporan Tahunan Residen Palembang
dari tahun 1834 dan 1835, menyatakan bahwa di Palembang pada waktu
itu golongan ulama (priesterstand) cukup besar, tetapi mereka tidak
bersikap keras terhadap pemerintah kolonial. Ustadz-ustadz ini hanya
mencoba meningkatkan ketaatan beribadah masyarakat Palembang.
Pada abad ke-18 dan 19, Palembang telah berperan sangat besar
dalam mengembangkan budaya Islam di wilayah Sumatera Selatan
maupun Nusantara. Palembang menjadi salah satu Pusat Pengkajian Islam
berbahasa Melayu, selain Aceh, Banjarmasin, dan Minangkabau.

Kerajaan Demak
Awal Kerajaan Demak Kerajaan Islam yang pertama di Jawa adalah
Demak, dan berdiri pada tahun 1478 M. Hal ini didasarkan atas jatuhnya
kerajaan Majapahit yang diberi tanda Candra Sengkala: Sirna hilang Kertaning

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
17

Bumi, yang berarti


tahun
saka
1400.
Pendiri
Kerajaan
Demak Kerajaan ini
didirikan oleh Raden
Patah
(1478-1518)
pada
tahun
1478,
Raden patah adalah
bangsawan kerajaan
Majapahit
yang
menjabat
sebagai
adipati
kadipaten
Bintara,
Demak.
Raden Patah nama
kecilnya
adalah
Pangeran Jimbun. Menurut sejarah, dia adalah putera raja Majapahit yang
terakhir dari garwa Ampean, dan Raden Fatah dilahirkan di Palembang. Letak
Kerajaan Demak Secara geografis Kerajaan Demak terletak di daerah Jawa
Tengah. Pada sebelumnya, daerah Demak bernama Bintoro yang merupakan
daerah vasal atau bawahan Kerajaan Majapahit. Kekuasaan pemerintahannya
diberikan kepada Raden Fatah (dari kerajaan Majapahit) yang ibunya menganut
agama Islam dan berasal dari Jeumpa (Daerah Pasai). Letak Demak sangat
menguntungkan, baik untuk perdagangan maupun pertanian.
Demak abad XVI Pada abad XVI agaknya Demak telah menjadi gudang
padi dari daerah pertanian di tepian selat tersebut. Konon, kota Juwana
merupakan pusat seperti itu bagi daerah tersebut pada sekitar 1500. Tetapi pada
sekitar 1513 Juwana dihancurkan dan dikosongkan oleh Gusti Patih, panglima
besar kerajaan Majapahit yang bukan Islam. Ini kiranya merupakan peralawanan
terakhir kerajaan
Silsilah Raja Raja Yang Memerintah
Raja yang Memerintah Kerajaan Demak
1. Raden Fatah Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah termasuk
keturunan raja terakhir dari kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V.
Setelah dewasa, Raden Fatah diangkat menjadi bupati di Bintaro dengan
gelar Sultan Alam Akbar Al-Fatah. Pada masa pemerintahan Raden Patah,
kerajaan Demak memiliki pelabuhan pelabuhan penting seperti Jepara,
Tuban, Sedayu, Jaratan, dan Gresik yang berkembang menjadi pelabuhan
transito (penghubung). Pada tahun 1513 M Raden Patah memerintahkan
Adipati Unus memimpin pasukan Demak untuk menyerang Portugis di
Malaka. Serangan itu belum berhasil, karena pasukan Portugis jauh lebih kuat
dan persenjataan lengkap. Atas usahanya itu Adipati unus mendapat ggelar
Pangeran sabrang lor.
2. Raja Adipati Unus, Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak
dipegang oleh Adipati Unus. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M.
Masa pemerintahan Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia meninggal

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
18

dalam usia yang masih muda dan tidak meninggalkan seorang putra
mahkota. Adipati Unus berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia
menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindu, yang pada saat itu
sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang Portugis.
Adipati Unus (Patih Yunus) wafat pada tahun 938 H/1521 M. Setelah Adipati
Unus meninggal, tahta kerajaan Demak dipegang oleh saudaranyayang
bergelar Sultan Trenggana.
3. Raja Sultan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah
pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan
Trenggana berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah
Jawa Barat. Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan
Gunung Jati. Dari Sunan gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan
Ahmad Abdul Arifin. Gelar Islam seperti itu sebelumnya telah diberikan
kepada raden patah, yaitu setelah ia berhasil mengalahkan Majapahit. Dalam
usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan Trenggana
memimpin sendiri pasukannya, ketika menyerang Pasuruan 953 H/1546 M
Sultan Trenggana gugur. Sepeninggalan Sultan Trenggana, timbul kekacauan
politik yang hebat di Demak. Banyak negara bagian yang melepaskan diri.
Para ahli waris saling berebut tahta, sehingga timbul perang saudara yang
hebat. Sultan Trenggana meninggalkan dua orang putra dan empat putri.
4. Arya Penangsang Jipang telah dihasut oleh Sunan Kudus untuk membalas
kematian dari ayahnya, Raden Kikin atau Pangeran Sedo Lepen pada saat
perebutan kekuasaan. Dengan membunuh Sunan Prawoto, Arya Penangsang
bisa menguasai Demak dan bisa menjadi raja Demak yang berdaulat penuh.
Pada tahun 1546 setelah wafatnya Sultan Trenggana secara mendadak,
anaknya yaitu Sunan Prawoto naik tahta dan menjadi raja ke-3 di Demak.
Mendengar hal tersebut Arya Penangsang langsung menggerakan
pasukannya untuk menyerang Demak. Pada masa itu posisi Demak sedang
kosong armada. Armadanya sedang dikirim ke Indonesia timur. Maka dengan
mudahnya Arya Penangsang membumi hanguskan Demak.
Masa Runtuhnya Kerajaan Demak
Adipati Jipang yang beranama Arya Penangsang, anak laki-laki Pangeran
Sekar Seda Ing Lepen, tidak tinggal diam karena ia merasa lebih berhak mewarisi
tahta Demak. Sunan Prawoto dengan beberapa pendukungnya berhasil dibunuh
dan Arya Penangsang berhasil naik tahta. Akan tetapi, Arya Penangsang tidak
berkuasa lama karena ia kemudian di kalahkan oleh Jaka Tingkir yang di bantu
oleh Kiyai Gede Pamanahan dan putranya Sutawijaya, serta KI Penjawi. Jaka
tingkir naik tahta dan penobatannya dilakukan oleh Sunan Giri. Setelah menjadi
raja, ia bergelar Sultan Handiwijaya serta memindahkan pusat pemerintahannya
dari Demak ke Pajang
Hasil kebudayaan

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
19

Hasil
kebudayaan
yang
cukup
terkenal dan sampai sekarang tetap berdiri
adalah Masjid Agung Demak. Masjid itu
merupakan lambang kebesaran Kerajaan
Demak sebagai Kerajaan Islam. Masjid
Agung Demak didirikan oleh Sunan Ampel
(Raden Rahmat) di Ampel Surabaya. Masjid
Agung Demak selain kaya dengan ukirukiran bercirikan Islam juga memiliki
keistimewaan, yaitu salah satu tiangnya
dibuat dari kumpulan sisa-sisa kayu bekas

Kerajaan Banten
Kerajaan Banten terletak di ujung barat Pulau Jawa, yaitu di daerah
Banten, Jawa Barat. Letaknya yang strategis inilah, menjadikan Kerajaan Banten
sebagai penguasa jalur pelayaran dan perdagangan dan berkembang menjadi
sebuah kerajaan besar di Jawa Barat dan bahkan menjadi saingan berat VOC
yang berkedudukan di Batavia.
Kehidupan politik
Setelah Banten diislamkan oleh Fatahillah, daerah Banten diserah kepada
putranya yaitu Sultan Hasanuddin (1522-1570). Ia mengangkat dirinya sebagai
raja pertama. Pada pemerintahannya Banten berkembang pesat. Ia melakukan
perluasan hingga ke Lampung. Dengan menguasai Lampung, Banten menjadi
penguasa tunggal Jalur Perdagangan selat Sunda. Pada 1570 Sultan Hasanuddin
meninggal dan digantikan putranya, Maulana Yusuf (1570-1580). Ia juga
berupaya untuk memajukan pertanian dan pengairan. Ia berusaha memperluas
wilayah kekuasaan. Dan berhasil menundukkan Kerajaan Pajajaran (Kerajaan
Hindu terakhir). Setelah 10tahun memerintah, Maulana Yusuf wafat akibat sakit
keras yang dideritanya.
Digantikan oleh Maulana Muhammad yang pada saat itu masih berumur 9
tahun dengan gelar Kanjeng Ratu Banten(1580-1596). Pada 1596, Ia melakukan
penyerangan terhadap Palembang, daerah penghasil lada. Dengan tujuan
menduduki Bandar-bandar dagang yang terletak di tepi Selat Malaka agar bisa
dijadikan tempat untuk mengumpulkan lada dan hasil bumi lainnya. Namun ia
gagal, dan tewas.
Selanjutnya digantikan AbuMufakir dibantu oleh wali kerajaan yang
bernama Jayanegara (1596-1651). Akan tetapi ia dipengaruhi oleh pengasuh
pangeran yang bernama Nyai Emban Rangkung. Ia dikenal karena ia melakukan
diplomasi dengan Negara-negara lain. Pada pemerintahannya, kapal dagang
berbendera Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman untuk pertama kalinya
di banten (1596).
Kemudian digantikan oleh anaknya yang tak banyak bukti mengatakan
raja ini pernah memerintah yaitu Sultan AbuMali Ahmad Rahmatullah.

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
20

Sultan Ageng tirtayasa (1651-1692), banten mencapai puncak


kejayaannya. Ia berupaya melakukan perluasan kekuasaan dan mengusir
Belanda dari Batavia. Banten semakin mengandalkan dan mengembangkan
perdagangan. Ia berusaha keluar dr tekanan VOC (Vereenigde Oostindische
Compagnie. Ia berusaha keras mengusir armada dagang Belanda dari banten,
meski gagal.
Sultan Agung mengangkat Sultan haji, putranya sebagai Sultan muda.
Yang memerintah 1671-1686. Ia berbeda dengan ayahnya. Ia malah
membangaun hubungan baik dengan Belanda. Belanda akhirnya mengambil
kesempatan konflik itu. Belanda smakin leluasa. Sultan Ageng kecewa, Ia berniat
mencabut kekuasaan anaknya itu.
Sultan Abu Fadhl Muhammad yahya (1687-1690) hinggga raja terakhir
yaitu Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalim (1809-1813)
Kehidupan Ekonomi
Banten di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dapat berkembang menjadi
bandar perdagangan dan
pusat

penyebaran

agama

Islam.

Adapun

faktor-

faktornya ialah: (1) letaknya


strategis dalam lalu lintas
perdagangan; (2) jatuhnya
Malaka ke tangan Portugis,
sehingga

para

pedagang

Islam tidak lagi singgah di


Malaka

namun

langsung

menuju Banten; (3) Banten


mempunyai bahan ekspor
penting yakni lada.
Banten yang menjadi maju banyak dikunjungi pedagang-pedagang dari Arab, Gujarat,
Persia, Turki, Cina dan sebagainya. Di kota dagang Banten segera terbentuk perkampunganperkampungan menurut asal bangsa itu, seperti orang-orang Arab mendirikan Kampung
Pakojan, orang Cina mendirikan Kampung Pacinan, orang-orang Indonesia mendirikan
Kampung Banda, Kampung Jawa dan sebagainya.

Kehidupan sosial
Kerajaan Banten menerapkan sistem timbal balik, Kerajaan akan membina
hubungan baik terhadap Negara manapun yang ingin membina hubungan baik
dengan Kerajaan, tapi sebaliknya Kerajaan Banten menerapkan sistem

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
21

perlawanan terhadap bangsa manapun yang ingin menganggu kedaulatan


Kerajaan. Sayangnya ini hanya berlangsung pada masa Sultan Ageng Tirtayasa
saja, karena pada masa kepemimpinan Sultan Haji Kerajaan Banten justru
mengalami keruntuhan karena pada masa itu Kerajaan Banten berada dibawah
naungan Belanda yang ingin menguasai pemerintah dan perekonomian Banten
sepeunuhnya. Sejak kematian Sultan Ageng Tirtayasa pemerintahan Kerajaan
Banten mengalami banyak kemunduran karena terjadi perebutan tahta dan
perang saudara hingga akhirnya Banten dikuasai oleh Belanda.

Kehidupan budaya
Hasil
peninggalan
kebudayaan yang bersifat materi
dari Kerajaan Banten berupa
bangunan-bangunan
yang
bentuk
dan
ukirannya
mendapatkan
pengaruh
dari
kebudayaan Islam. Contoh dari
peninggalan tersebut bisa kita
lihat pada adanya pembangunan
masjid
yang
pada
masa
Kesultanan
Banten,
masjid
dijadikan sebagai tempat untuk
melaksanakan ibadah. Contoh
dari masjid tersebut antara lain
Masjid Kasunyata, Masjid Agung,
Masjid Banten, Masjid Caringin,
Masjid Palinan, serta Masjid-masjid lainnya. Selain masjid hasil peninggalan
kebudayaan berupa materi berupa hasil karya sastra berupa nyanyian-nyanyian
bernada islami, teknik membaca Al-quran, serta hikayat mengenai cerita-cerita
bertema islam. Selain peninggalan satra juga terdapat bangunan peninggalan
istana pada masa Kesultanan Banten, contoh dari bangunan tersebut adalah
Gedung Timayah, Keraton Kalibon, dan Keraton Surosowan. Bangunan-bangunan
tersebut adalah peninggalan materi yang bercorak islam karena dibangun pada
masa kekusaan Kerajaan Banten yang bercorak islam.
Faktor kemajuan
Beberapa faktor penyebab kemajuaan kerajaan ini adalah :
1. Letaknya sangat strategis, yaitu di Selat Sunda,
2. Pelabuhan kerajaan Banten memenuhi persyaratan yang baik,

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
22

3. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis.


Faktor kemunduran
Beberapa faktor penyebab kemunduran kerajaan ini adalah :
1. Mangkatnya Raja Besar Banten Maulana Yusuf dan tidak
menggantikannya,
2. Perang saudara antara saudara Sultan Haji dengan Sultan Ageng.

ada

yang

Kerajaan Mataram Islam/Mataram Kuno


Letak Geografis
Kerajaan Mataram terletak di Jawa
Tengah dengan daerah intinya disebut Bhumi
Mataram. Daerah tersebut dikelilingi oleh
pegunungan dan gunung-gunung, seperti
Pegunungan Serayu, Gunung Prau, Gunung
Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Ungaran,
Gunung
Merbabu,
Gunung
Merapi,
Pegunungan Kendang, Gunung Lawu, Gunung
Sewu, Gunung Kidul. Daerah itu juga dialiri
banyak
sungai,
diantaranya
Sungai
Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo, dan
yang terbesar dalah Sungai Bengawan Solo.
Kehidupan politik
1. Ki Ageng Pamanahan ( Ki Gede Pamanahan )
a) Pendiri desa mataram tahun 1556
b) bergelar Panembahan Senapati dibawah pimpinan anaknyaKi
Pamanahan adalah putra Ki Ageng Henis, putra Ki Ageng Sela
c) menikah dengan sepupunya sendiri, yaitu Nyai Sabinah, putri Nyai
Ageng Saba (kakak perempuan Ki Ageng Henis).
d) Ki Pamanahan dan adik angkatnya, yang bernama Ki Penjawi,
mengabdi pada Hadiwijaya bupati Pajang (murid Ki Ageng Sela )
Keduanya dianggap kakak oleh raja dan dijadikan sebagai lurah
wiratamtama di Pajang.Hadiwijaya singgah ke Gunung Danaraja.

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
23

e) Ki
Pamanahan
bekerja
sama
dengan
Ratu
Kalinyamat
membujukHadiwijaya supaya bersedia menghadapi Arya Penangsang.
Sebagai hadiah, Ratu Kalinyamat memberikan cincin pusakanya
kepada Ki Pamanahan.
f) Meninggal tahun 1584
2. Sutawijaya ( Danang sutawijaya )
a) pendiri Kesultanan Mataram yang memerintah sebagai raja pertama
pada tahun 1587-1601
b) bergelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama
Khalifatullah Tanah Jawadianggap sebagai peletak dasar-dasar
Kesultanan Mataram.
c) putra sulung pasangan Ki Ageng Pamanahan dan Nyai Sabinah
d) Menurut naskah-naskah babad, ayahnya adalah keturunan Brawijaya
raja terakhir Majapahit, sedangkan ibunya adalah keturunan Sunan Giri
anggota WalisangaNyai Sabinah memiliki kakak laki-laki bernama Ki
Juru Martani, yang kemudian diangkat sebagai patih pertama
Kesultanan Mataram. Ia ikut berjasa besar dalam mengatur strategi
menumpas Arya Penangsang pada tahun 1549.
e) Sutawijaya juga diambil sebagai anak angkat oleh Hadiwijaya bupati
Pajang sebagai pancingan, karena pernikahan Hadiwijaya dan istrinya
sampai saat itu belum dikaruniai anak.
f)
Sutawijaya kemudian diberi tempat tinggal di sebelah utara pasar
sehingga ia pun terkenal dengan sebutan Raden Ngabehi Loring Pasar.
g) Sayembara menumpas Arya Penangsang tahun 1549 merupakan
pengalaman perang pertama bagi Sutawijaya. Ia diajak ayahnya ikut
serta dalam rombongan pasukan supaya Hadiwijaya merasa tidak tega
dan menyertakan pasukan Pajang sebagai bala bantuan. Saat itu
Sutawijaya masih berusia belasan tahun.
h) meninggal dunia pada tahun 1601 saat berada di desa Kajenar. Ia
kemudian dimakamkan di Kotagede.
3. Raden Mas Jolang ( Panembahan Hanyakrawati / Sri Susuhunan Adi Prabu
Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga Mataram ). Raja kedua Kesultanan
Mataram yang memerintah pada tahun 1601-1613. Putra Panembahan
Senapati raja pertama Kesultanan Mataram. Ibunya bernama Ratu Mas
Waskitajawi, putri Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati. Ketika menjabat sebagai
Adipati Anom (putra mahkota), Mas Jolang menikah dengan Ratu Tulungayu
putri dari Ponorogo. Namun perkawinan tersebut tidak juga dikaruniai putra,
kemudian menikah lagi dengan Dyah Banowati putri Pangeran Benawa raja
Pajang. Dyah Banowati yang kemudian bergelar Ratu Mas Hadi melahirkan
Raden Mas Rangsang dan Ratu Pandansari (kelak menjadi istri Pangeran
Pekik). Empat tahun setelah Mas Jolang naik takhta, ternyata Ratu Tulungayu
melahirkan seorang putra bernama Raden Mas Wuryah alias Adipati
Martapura. Padahal saat itu jabatan adipati anom telah dipegang oleh Mas
Rangsang. Pada tahun 1610 melanjutkan usaha ayahnya, yaitu menaklukkan
Surabaya, musuh terkuat Mataram. Serangan-serangan yang dilakukannya
sampai akhir pemerintahannya tahun 1613 hanya mampu memperlemah
perekonomian Surabaya namun tidak mampu menjatuhkan kota tersebut.
Serangan pada tahun 1613 sempat menyebabkan pos-pos VOC di Gresik dan

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
24

Jortan ikut terbakar. Sebagai permintaan maaf, Hanyakrawati mengizinkan


VOC mendirikan pos dagang baru di Jepara. Ia juga mencoba menjalin
hubungan dengan markas besar VOC di Ambon. Meninggal dunia pada tahun
1613 karena kecelakaan sewaktu berburu kijang di Hutan Krapyak. Oleh
karena itu, ia pun terkenal dengan gelar anumerta Panembahan Seda ing
Krapyak, atau cukup Panembahan Seda Krapyak, yang bermakna "Baginda
yang wafat di Krapyak"
4. Raden Mas Rangsang (Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma )( nama asli :
Raden Mas Jatmika ). Lahir: Kutagede, Kesultanan Mataram, 1593 - wafat:
Karta (Plered, Bantul), Kesultanan Mataram, 1645. Raja ketiga Kesultanan
Mataram
yang
memerintah
pada
tahun
1613-1645.
Di
bawah
kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar di Jawa
dan Nusantara pada saat itu.( puncak kejayaan ). Atas jasa-jasanya sebagai
pejuang dan budayawan, Sultan Agung telah ditetapkan menjadi pahlawan
nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal3
November 1975. Putra dari pasangan Prabu Hanyakrawati dan Ratu Mas Adi
Dyah Banawati.( putri Pangeran Benawa raja Pajang ( Dyah Banowati ). Pada
tahun 1620 pasukan Mataram mulai mengepung kota Surabaya secara
periodik. Kemunduran kerajaan mataram Islam akibat kalah dalam perang
merebut Batavia dengan VOC menyerang Batavia sebanyak 2x. Serangan
pertama ( 1628 ) terjadi di benteng Holandia, dipimpin oleh Tumenggung
Bahureksa, dan Pangeran Mandurareja sebanyak 10.000 pasukan akan tetapi
gagal. Kegagalan serangan pertama diantisipasi dengan cara mendirikan
lumbung-lumbung beras di Karawang dan Cirebon. Namun pihak VOC berhasil
memusnahkan semuanya. Serangan kedua ( 1629 ) dipimpin Adipati Ukur dan
Adipati Juminah Total semua 14.000 orang prajurit. serangan kedua Sultan
Agung berhasil membendung dan mengotori Sungai Ciliwung, yang
mengakibatkan timbulnya wabah penyakit kolera melanda Batavia. Gubernur
jenderal VOC yaitu J.P. Coen meninggal menjadi korban wabah tersebut.
5. Amangkurat I (Sri Susuhunan Amangkurat Agung), Memerintah pada tahun
1646-1677. Memiliki gelar anumertaSunan Tegalwangi atau Sunan Tegalarum.
Nama aslinya adalah Raden Mas Sayidin putra Sultan Agung. Ibunya bergelar
Ratu Wetan, yaitu putri Tumenggung Upasanta bupatiBatang (keturunan Ki
Juru Martani). Ketika menjabat Adipati Anom ia bergelar Pangeran Arya Prabu
Adi Mataram. Memiliki dua orang permaisuri. Putri Pangeran Pekik dari
Surabaya menjadi Ratu Kulon yang melahirkan Raden Mas Rahmat, kelak
menjadi Amangkurat II. Sedangkan putri keluarga Kajoran menjadi Ratu
Wetan yang melahirkan Raden Mas Drajat, kelak menjadi Pakubuwana I.
Mendapatkan warisan Sultan Agung berupa wilayah Mataram yang sangat
luas. Menerapkan sentralisasi atau sistem pemerintahan terpusat. Pada tahun
1647 ibu kota Mataram dipindah ke Plered. Perpindahan istana tersebut
diwarnai pemberontakan Raden Mas Alit atau Pangeran Danupoyo, adik
Amangkurat I yang
menentang penumpasan
tokoh-tokoh senior.
Pemberontakan ini mendapat dukungan para ulama namun berakhir dengan
kematian Mas Alit. Amangkurat I ganti menghadapi para ulama. Mereka
semua, termasuk anggota keluarganya, sebanyak 5.000 orang lebih
dikumpulkan di alun-alun untuk dibantai. Amangkurat I menjalin hubungan

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
25

dengan VOC yang pernah diperangi ayahnya. Pada tahun 1646 ia


mengadakan perjanjian, antara lain pihak VOC diizinkan membuka pos-pos
dagang di wilayah Mataram, sedangkan pihak Mataram diizinkan berdagang
ke pulau-pulau lain yang dikuasai VOC. Kedua pihak juga saling melakukan
pembebasan tawanan. Perjanjian tersebut oleh Amangkurat I dianggap
sebagai bukti takluk VOC terhadap kekuasaan Mataram. Namun ia kemudian
tergoncang saat VOC merebut Palembang tahun 1659. Hubungan diplomatik
Mataram dan Makasar yang dijalin Sultan Agung akhirnya hancur di tangan
putranya setelah tahun 1658. Amangkurat I menolak duta-duta Makasar dan
menyuruh Sultan Hasanuddin datang sendiri ke Jawa. Tentu saja permintaan
itu ditolak. Tanggal 28 Juni 1677 Trunajaya berhasil merebut istana Plered.
Amangkurat I dan Mas Rahmat melarikan diri ke barat.Babad Tanah Jawi
menyatakan, dengan jatuhnya istana Plered menandai berakhirnya
Kesultanan Mataram. Pelarian Amangkurat I membuatnya jatuh sakit dan
meninggal pada 13 Juli 1677 di desa Wanayasa, Banyumas dan berwasiat
agar dimakamkan dekat gurunya di Tegal
6. Amangkurat II (Nama asli Amangkurat II ialah Raden Mas Rahmat ). putra
Amangkurat I raja Mataram yang lahir dari Ratu Kulon putri Pangeran
Pekikdari Surabaya. memiliki banyak istri namun hanya satu yang melahirkan
putra (kelak menjadi Amangkurat III). Pada bulan September 1680
Amangkurat II membangun istana baru di hutan Wanakerta karena istana
Plered diduduki adiknya, yaituPangeran Puger. Istana baru tersebut bernama
Kartasura. Amangkurat II akhirnya meninggal dunia tahun 1703.
Sepeninggalnya, terjadi perebutan takhta Kartasura antara putranya,
yaituAmangkurat III melawan adiknya, yaitu Pangeran Puger. Pada bulan
September 1677 diadakanlah perjanjian di Jepara. Pihak VOC diwakili Cornelis
Speelman. Daerah-daerah pesisir utaraJawa mulai Kerawang sampai ujung
timur digadaikan pada VOC sebagai jaminan pembayaran biaya perang
Trunajaya. Mas Rahmat pun diangkat sebagai Amangkurat II, seorang raja
tanpa istana. Dengan bantuan VOC, ia berhasil mengakhiri pemberontakan
Trunajaya tanggal 26 Desember 1679. Amangkurat II bahkan menghukum
mati Trunajaya dengan tangannya sendiri pada 2 Januari 1680.
7. Amangkurat III (Nama aslinya adalah Raden Mas Sutikna ). memerintah
antara tahun 1703 1705. dijuluki Pangeran Kencet, karena menderita cacat
di bagian tumit. Ketika menjabat sebagai Adipati Anom, ia menikah dengan
sepupunya, bernama Raden Ayu Lembah putri Pangeran Puger. Namun
istrinya itu kemudian dicerai karena berselingkuh dengan Raden Sukra putra
Patih Sindureja. Raden Sukra kemudian dibunuh utusan Mas Sutikna,
sedangkan Pangeran Puger dipaksa menghukum mati Ayu Lembah, putrinya
sendiri. Mas Sutikna kemudian menikahi Ayu Himpun adik Ayu Lembah.
Rombongan Amangkurat III melarikan diri ke Ponorogo sambil membawa
semua pusaka keraton. Di kota itu ia menyiksa Adipati Martowongso hanya
karena salah paham. Melihat bupatinya disakiti, rakyat Ponorogo
memberontak. Amangkurat III pun lari ke Madiun. Dari sana ia kemudian
pindah ke Kediri. Sepanjang tahun 1707 Amangkurat III mengalami
penderitaan karena diburu pasukan Pakubuwana I. Dari Malang ia pindah ke
Blitar, kemudian ke Kediri, akhirnya memutuskan menyerah di Surabaya

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
26

tahun 1708. Pangeran Blitar, putra Pakubuwana I, datang ke Surabaya


meminta Amangkurat III supaya menyerahkan pusaka-pusaka keraton, namun
ditolak. Amangkurat III hanya sudi menyerahkannya langsung kepada
Pakubuwana I. VOC kemudian memindahkan Amangkurat III ke tahanan
Batavia. Dari sana ia diangkut untuk diasingkan ke Sri Lanka. Meninggal di
negeri itu pada tahun 1734. Konon, harta pusaka warisan Kesultanan
Mataram ikut terbawa ke Sri Lanka. Namun demikian, Pakubuwana I berusaha
tabah dengan mengumumkan bahwa pusaka Pulau Jawa yang sejati adalah
Masjid Agung Demak dan makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, Demak. Perang
Suksesi Jawa I (17041708), antara Amangkurat III melawan Pakubuwana I.
Perang Suksesi Jawa II (17191723), antara Amangkurat IV melawan
Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya. Perang Suksesi Jawa III (17471757),
antara Pakubuwana II yang dilanjutkan oleh Pakubuwana III melawan
Hamengkubuwana I dan Mangkunegara I.
Kehidupan ekonomi
Letak geografisnya yang berada di pedalaman didukung tanah yang
subur, menjadikan kerajaan Mataram sebagai daerah pertanian (agraris) yang
cukup berkembang, bahkan menjadi daerah pengekspor beras terbesar pada
masa itu. Rakyat Mataram juga banyak melakukan aktivitas perdagangan laut.
Hal ini dapat terlihat dari dikuasainya daerah-daerah pelabuhan di sepanjang
pantai Utara Jawa. Perpaduan dua unsur ekonomi, yaitu agraris dan maritim
mampu menjadikan kerajaan Mataram kuat dalam percaturan politik di
nusantara.
Kehidupan social buaya
Pada
masa
pertumbuhan
dan
berkaitan dengan masa
pembangunan,maka
Sultan
Agung
melakukan usaha-usaha
antara
lain
untuk
meningkatkan
daerahdaerah
persawahan
dan
memindahkan
banyak
para petani ke daerah
Krawang yang subur. Atas
dasar kehidupan agraris
itulah disusun suatu masyarakat yang bersifat feodal. Para pejabat pemerintahan
memperoleh imbalan berupa tanah garapan (lungguh), sehingga sistem
kehidupan ini menjadi dasar munculnya tuan-tuan tanah di Jawa.
Pada masa kebesaran Mataram, kebudayaan juga berkembang antara lain
seni tari, seni pahat, seni sastra dan sebagainya. Di samping itu muncul
Kebudayaan Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayan asli, Hindu,

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
27

Buddha dengan Islam. Upacara Grebeg yang bersumber pada pemujaan roh
nenek moyang berupa kenduri gunungan yang merupakan tradisi sejak zaman
Majapahit dijatuhkan pada waktu perayaan hari besar Islam, sehingga muncul
Grebeg Syawal pada hari raya idul Fitri.; Grebeg Maulud pada bulan Rabiulawal.
Hitungan tahun yang sebelumnya merupakan tarikh Hindu yang didasarkan pada
peredaran matahari (tarikh Samsiah) dan sejak tahun 1633 diubah menjadi
tarikh Islam yang berdasarkan pada peredaran bulan (tarikh Kamariah). Tahun
Hindu 1555 diteruskan dengan perhitungan baru dan dikenal dengan Tahun Jawa.
Adanya suasana yang aman, damai dan tenteram, maka berkembang juga
Kesusastraan Jawa. Sultan Agung sendiri mengarang Kitab Sastra Gending yang
berupa kitab filsafat. Demikian juga muncul kitab Nitisruti, Nitisastra, dan
Astabrata yang berisi ajaran tabiat baik yang bersumber pada kitab Ramayana.
Faktor kemajuan
Kerajaan Mataram mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Agung.
Beliau banyak berjasa dalam bidang kebudayaan dan agama. Beliau mengarang
Serat Sastra Gending yang berisi filsafat Jawa, menciptakan penanggalan tahun
Jawa, dan memadukan unsur Jawa dan Islam, seperti penggunaan gamelan
dalam perayaan Sekaten untuk memperingati Maulud Nabi.
Faktor kemunduran
Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung
merebut Batavia dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan
itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan
untuk berperang.

Kerajaan Pajang
Pada abad ke-14 Pajang sudah disebut dalam kitab Negarakertagama
karena dikunjungi oleh Hayam Wuruk dalam perjalanannya memeriksa bagian
Barat. Antara abad ke-11 dan 14 di Jawa Tengah Selatan tidak ada Kerajaan
tetapi Majapahit masih berkuasa sampai kesana. Sementara itu, di Demak mulai
muncul Kerajaan kecil yang didirikan oleh tokoh-tokoh beragama Islam. Namun,
sampai awal abad ke-16 kewibawaan raja Majapahit masih diakui. Baru pada
akhir abad ke 17 dan awal abad ke-18 para penulis kronik di Kartasura menulis
seluk beluk asal usul raja-raja Mataram dmana Pajang dilhat sebagai
pendahulunya. Pajang sendiri sebagai kelanjutan dari Pengging pada tahun 1618
yang pernah dihancurkan ibukota dan sawah ladangnya oleh pasukan-pasukan
dari Mataram karena memberontak. Di bekas kompleks keraton Raja Pajang yang
dikubur di Butuh banyak ditemukan sisa-sisa keramik asal negeri Cina. Ceritera
mengenai sejarah Pajang malah termuat dalam kitab Babad Banten yang
menyebutkan Ki Andayaningrat berputera 2 orang yaitu, Kebo Kenanga dan Kebo
Kanigara. Meskipun Majapahit ambruk pada tahun 1625, Pengging dibawah Kebo
Kenanga berdaulat terus hingga pertengahan abad ke-16. untuk menundukkan
pengging Raja Demak memanfaatkan jasa Ki Wanapala dan Sunan Kudus,
dengan cara pendahuluan berupa adu kekuatan ngelmu. Dua tahun kemudian,

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
28

Kebo Kenanga berhasil dibunuh


sedangkan anak laki-lakinya yaitu
Tingkir kelak mengabdi ke
Istana Demak untuk akhirnya
mendirikan Kerajaan Pajang
dengan sebutan Adi Wijaya.

Jaka

Letak geografis
Terletak
di
daerah
Kartasura,
dekat
Surakarta/Solo, Jawa Tengah.
Kehidupan politik
Setelah
Sultan
Trenggono meninggal, Demak dilanda
perang
saudara antara Pangeran Prawoto (anak Trenggono) dengan Pangeran Sekar
Sedo Lepen (adik Trenggono) dan dimenangkan Prawoto. Aryo Penangsang, anak
Pangeran Sedo Lepen tidak dapat menerima kematian ayahnya. Kemudian Aryo
Penangsang membunuh Pangeran Prawoto dan keluarganya. Pangeran Prawoto
mempunyai putra benama Arya Pangiri. Dengan bantuan Joko Tingkir (adik ipar
Trenggono), Arya Pangiri membalas kematian ayahnya. Kemudian Joko Tingkir
naik takhta dan memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang pada 1552. Joko
Tingkir menjadi raja pertama Kerajaan Pajang dan bergelar Sultan Adiwijaya.
Pengangkatan Joko Tingkir sebagai raja Pajang disahkan oleh Sunan Giri dan
mendapat pengakuan pea adipati di Jawa. Saat itu Demak hanya sebagai daerah
kecil yang dipimpin Arya Pangiri. Di antara pengikut Adiwijaya yang dianggap
berjasa adalah Kyai Gede Pemanahan. Kyai ini diberi hadiah tanah pemukiman di
Mataram (Kota-Gede, Yogyakarta). Kyai Gede Pemanahan dianggap sebagai
perintis berdirinya kerajaan Mataram Islam. Kyai Gede Pemanahan meninggal
pada 1575 dan diganti putranya yang benama Sutawijaya. Joko Tingkir wafat
pada 1582 dan digantikan putranya, yaitu Pangeran Benowo. Beberapa lama
kemudian Pangeran Benowo disingkirkan Arya Pangiri (anak Prawoto dari
Demak). Kerajaan Pajang kemudian diperintah Arya Pangiri, namun ia tidak
disukai rakyat sehingga timbul perlawanan yang dipimpin Pangeran Benowo
yang dibantu Sutawijaya. Perlawanan itu berhasil, kemudian Sutawijaya naik
takhta dan memindahkan pusat pemerintahan ke Mataram. Sutawijaya menjadi
raja pertama di Kerajaan Mataram.
Kehidupan ekonomi
Pada zaman Paku Buwono 1 (1708) ketika Ibukota Mataram masih ada di
Kartasura, ada kerjasama yang baik antara Surakarta pusat dengan Jayengrana
bupati Surabaya. Pada masa itu seluruh Jawa Timur kompak dalam mendukung
kerjasama antara PakuBuwono 1 dan Jayengrana.
Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian sehingga menjadi
lumbung beras dalam abad ke-16 dan 17. Lokasi pusat kerajaaan Pajang ada di

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
29

dataran rendan tempat bertemunya sungai Pepe dan Dengkeng (ke dua-duanya
bermata air di lereng gunung Merapi) dengan bengawan sala. Irigasi berjalan
lancar karena air tanah di sepanjan tahun cukup untuk mengairi sehingga
pertanian di Pajang maju.
Di zaman Kerajaan Demak baru muncul, Pajang telah mengekspor beras
dengan mengangkutnya melalui perniagaan yang berupa Bengawan Sala. Sejak
itu Demak sebagai negara maritim menginginkan dikuasainya lumbung-lumbung
beras di pedalaman yaitu Pajang dan kemudian juga mataram, supaya dengan
cara demikian dapat berbentuk negara ideal agraris maritime.
Kehidupan sosial budaya
Pada zaman Pakubuwono I dan Jayanegara bekerja sama untuk
menjadikan Pajang semakin maju dibidang pertanian sehingga Pajang menjadi
lumbung beras pada abad ke-16 sampai abad 17, kerja sama tersebut saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak. Kehidupan rakyat Pajang mendapat
pengaruh Islamisasi yang cukup kental sehingga masyarakat Pajang sangat
mengamalkan syariat Islam dengan sungguh-sungguh.
Faktor kemajuan
1. Sultan Adiwijaya memperluas kekuasaannya di Jawa pedalaman,
2. Ditundukkannya Kediri pada tahun 1577,
3. Bidang kesusastraan dan kesenian yang sudah maju di Demak dan Jepara
lambat lau dikenal di pedalaman Jawa.
Faktor kemunduran
Sepulang dari perang, Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia.
Terjadi persaingan antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran Benawa dan
Arya Pangiri sebagai raja selanjutnya. Arya Pangiri didukung Panembahan Kudus
berhasil naik takhta tahun 1583.
Pemerintahan Arya Pangiri hanya disibukkan dengan usaha balas dendam
terhadap Mataram. Kehidupan rakyat Pajang terabaikan. Hal itu membuat
Pangeran Benawa yang sudah tersingkir ke Jipang, merasa prihatin. Pada tahun
1586 Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya menyerbu Pajang.
Meskipun pada tahun 1582 Sutawijaya memerangi Sultan Hadiwijaya, namun
Pangeran Benawa tetap menganggapnya sebagai saudara tua.
Perang antara Pajang melawan Mataram dan Jipang berakhir dengan
kekalahan Arya Pangiri. Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaitu Demak.
Pangeran Benawa kemudian menjadi raja Pajang yang ketiga. Pemerintahan
Pangeran Benawa berakhir tahun 1587. Tidak ada putra mahkota yang
menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan sebagai negeri bawahan
Mataram. Yang menjadi bupati di sana ialah Pangeran Gagak Baning, adik
Sutawijaya. Sutawijaya sendiri mendirikan Kesultanan Mataram di mana ia
sebagai raja pertama bergelar Panembahan Senopati

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
30

Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah


kerajaan bercorak Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 masehi.
Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat
antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah
kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber
catatan China, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang
disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara singkat
mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada
pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber
Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki
peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.

Kerajaan Cirebon
Letak geografis
Terletak di Pantai Utara Jawa Barat dan menjadi kerajaan Islam pertama di
Jawa Barat.
Kehidupan politik
Sumber-sumber
setempat
menganggap
pendiri
Cirebon
adalah
Walangsungsang, namun orang yang berhasil meningkatkan statusnya menjadi
sebuah kesultanan adalah Syarif Hidayatullah yang oleh Babad Cirebon
dikatakan identik dengan Sunan Gunung Jati (Wali Songo). Sumber ini juga
mengatakan bahwa Sunan Gunung Jati adalah keponakan dan pengganti
Pangeran Cakrabuana. Dialah pendiri dinasti raja-raja Cirebon dan kemudian juga
Banten. Setelah Cirebon resmi berdiri sebagai sebuah kerajaan Islam, Sunan
Gunung Jati berusaha mempengaruhi kerajaan Pajajaran yang belum menganut
agama Islam. Ia mengembangkan agama ke daerah-daerah lain di Jawa Barat.
Setelah Sunan Gunung Jati wafat (menurut Negarakertabhumi dan Purwaka
Caruban Nagari tahun 1568), dia digantikan oleh cucunya yang terkenal dengan
gelar Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu. Pada masa pemerintahannya,
Cirebon berada di bawah pengaruh Mataram. Kendati demikian, hubungan kedua
kesultanan itu selalu berada dalam suasana perdamaian. Kesultanan Cirebon
tidak pernah mengadakan perlawanan terhadap Mataram. Pada tahun 1590, raja
Mataram , Panembahan Senapati, membantu para pemimpin agama dan raja
Cirebon untuk memperkuat tembok yang mengelilingi kota Cirebon. Mataram
menganggap raja-raja Cirebon sebagai keturunan orang suci karena Cirebon
lebih dahulu menerima Islam. Pada tahun 1636 Panembahan Ratu berkunjung ke
Mataram sebagai penghormatan kepada Sultan Agung yang telah menguasai
sebagian pulau Jawa. Panembahan Ratu wafat pada tahun 1650 dan digantikan
oleh putranya yang bergelar Panembahan Girilaya. Keutuhan Cirebon sebagai
satu kerajaan hanya sampai pada masa Panembahan Girilaya (1650-1662).
Sepeninggalnya, sesuai dengan kehendaknya sendiri, Cirebon diperintah oleh
dua putranya, Martawijaya (Panembahan Sepuh) dan Kartawijaya (Panembahan
Anom). Panembahan Sepuh memimpin kesultanan Kasepuhan dengan gelar
Syamsuddin, sementara Panembahan Anom memimpin Kesultanan Kanoman

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
31

dengan gelar Badruddin. Saudara mereka, Wangsakerta, mendapat tanah seribu


cacah (ukuran tanah sesuai dengan jumlah rumah tangga yang merupakan
sumber tenaga). Perpecahan tersebut menyebabkan kedudukan Kesultanan
Cirebon menjadi lemah sehingga pada tahun 1681 kedua kesultanan menjadi
proteksi VOC. Bahkan pada waktu Panembahan Sepuh meninggal dunia (1697),
terjadi perebutan kekuasaan di antara kedua putranya. Keadaan demikian
mengakibatkan kedudukan VOC semakin kokoh.
Kehidupan ekonomi
Setelah perjanjian 7 Januari 1681 antara kerajaan Cirebon dan VOC,
keraton Cirebon semakin jauh dari kehidupan kelautan dan perdagangan, karena
VOC memegang hak monopoli atas beberapa jenis komoditas perdagangan dan
pelabuhan.
Kehidupan sosial
Cirebon berasal dari kata caruban yang artinya campuran. Diperkirakan
masyarakat Cirebon merupakn campuran dari kelompok pedagang pribumi
dengan keluarga-keluarga Cina yang telah menganut Islam. Menurut Sumber
berita tertua tentang Cirebon, satu rombongan keluarga Cina telah mendarat
dan menetap di Gresik. Seorang yang paling terkemuka adalah Cu-cu, Keluarga
Cu-cu yang sudah menganut agama Islam kemudian mendapat kepercayaan dari
pemerintah Demak untuk mendirikan perkampungan di daerah Barat. Atas
kesungguhan dan ketekunan mereka bekerja maka berdirilah sebuah
perkampungan yang disebut Cirebon.
Kehidupan budaya
Keraton
para
keturunan
Sunan
Gunung Jati tetap dipertahankan di bawah
kekuasaan dan pengaruh pemerintah
Hindia Belanda. Kesultanan itu bahkan
masih dipertahankan sampai sekarang.
Meskipun tidak memiliki pemerintahan
administratif, mereka tetap meneruskan
tradisi
Kesultanan
Cirebon.
Misalnya,
melaksanakan Panjang Jimat (peringatan
Maulid
Nabi
Muhammad
Saw)
dan
memelihara makam leluhurnya Sunan
Gunung Jati.

Faktor kemajuan
1. Pendidikan keagamaan di Cirebon terus berkembang.
2. Pada abad ke-17 dan ke-18 di keraton-keraton Cirebon berkembang kegiatankegiatan sastra yang sangat memikat perhatian.

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
32

Faktor kemunduran
1. Perpecahan antara saudara menyebabkan kedudukan Kesultanan Cirebon
menjadi lemah sehingga pada tahun 1681 kedua kesultanan menjadi proteksi
VOC.
2. Pada waktu Panembahan Sepuh meninggal dunia (1697), terjadi perebutan
kekuasaan di antara kedua putranya. Keadaan demikian mengakibatkan
kedudukan VOC semakin kokoh.
3. Dalam Perjanjian Kertasura 1705 antara Mataram dan VOC disebutkan bahwa
Cirebon berada di bawah pengawasan langsung VOC.

Kerajaan Makassar/Gowa-Tallo
Letak geografis
Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar.
Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi Selatan. Secara geografis Sulawesi
Selatan memiliki posisi yang penting, karena dekat dengan jalur pelayaran
perdagangan Nusantara. Bahkan daerah Makassar menjadi pusat persinggahan
para pedagang, baik yang berasal dari Indonesia bagian timur maupun para
pedagang yang berasal dari daerah Indonesia bagian barat. Dengan letak seperti
ini mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan
berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.
Kehidupan politik
Makassar tumbuh menjadi pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur.
Hal ini disebabkan letak Makassar yang strategis dan menjadi bandar
penghubung antara Malaka, Jawa, dan Maluku. Lemahnya pengaruh HinduBuddha di kawasan ini menyebabkan nilai-nilai kebudayaan Islam yang dianut
oleh masyarakat di Sulawesi Selatan menjadi ciri yang cukup menonjol dalam
aspek kebudayaannya. Kerajaan Makassar mengembangkan kebudayaan yang
didasarkan atas nilai-nilai Islam dan tradisi dagang. Berbeda dengan kebudayaan
Mataram yang bersifat agraris, masyarakat Sulawesi Selatan memiliki tradisi
merantau. Keterampilan membuat perahu phinisi merupakan salah satu aspek
dari kebudayaan berlayar yang dimiliki oleh masyarakat Sulawesi Selatan.
Islam masuk ke daerah Makassar melalui pengaruh Kesultanan Ternate
yang giat memperkenalkan Islam di sana. Raja Gowa yang bernama Karaeng
Tunigallo selanjutnya masuk Islam setelah menerima dakwah dari Dato Ri

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
33

Bandang. Selanjutnya Karaeng Tunigallo memakai gelar Sultan Alaudin AwwalulIslam (1605-1638).
Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1654-1660), Kerajaan
Makassar mencapai puncak kejayaannya. Ia berhasil membangun Makassar
menjadi kerajaan yang menguasai jalur perdagangan di wilayah Indonesia
Bagian Timur. Pada masa Hasanuddin terjadi peristiwa yang sangat penting.
Persaingan antara Goa-Tallo (Makassar) dengan Bone yang berlangsung cukup
lama diakhiri dengan keterlibatan Belanda dalam Perang Makassar (1660-1669).
Bone merupakan wilayah kekuasaan Makassar yang dipimpin oleh Aru Palakka
(Arung Palakka) menawarkan kerjasama untuk membantu Belanda. Perang ini
juga disulut oleh perilaku orang-orang Belanda yang menghalang-halangi pelaut
Makassar membeli rempah-rempah dari Maluku dan mencoba ingin memonopoli
perdagangan.
Keberaniannya melawan Belanda membuat Sultan Hasanuddin dijuluki
Ayam Jantan dari Timur oleh orang-orang Belanda sendiri. Dalam perang ini
Hasanuddin tidak berhasil mematahkan ambisi Belanda untuk menguasai
Makassar. Dengan terpaksa, Makassar harus menyetujui Perjanjian Bongaya
(1667) yang isinya sesuai dengan keinginan Belanda, yaitu:
a) Belanda memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di Makassar;
b) Belanda mendirikan benteng pertahanan di Makassar;
c) Makassar harus melepaskan daerah kekuasaannya berupa daerah di luar
Makassar;
d) Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.
Walaupun perjanjian sudah ditandatangani, tetapi Sultan Hasanuddin
tetap berjuang melawan Belanda. Setelah Benteng Sombaopu jatuh ke tangan
Belanda, Sultan Hasanuddin turun takhta. Kekuasaannya diserahkan kepada
putranya, Mappasomba. Belanda berharap Mapasomba dapat bekerja sama,
namun sebaliknya, ia meneruskan perjuangan ayahnya.
Rakyat Makassar marah atas keputusan Perjanjian Bongaya. Perlawanan
rakyat Makassar kian berkobar dan berlangsung hampir dua tahun. Banyak
pejuang Makassar pergi ke daerahdaerah lain, seperti Banten, Madura, dan
sebagainya guna membantu daerah-daerah bersangkutan dalam upaya
mengusir VOC. Pejuang tersebut di antaranya Karaeng Galesung, Monte Marano
yang membantu perjuangan rakyat di Jawa Timur.
Sementara itu Aru Palaka semakin leluasa untuk menguasai daerah
Soppeng dengan pengawasan dan pantauan dari VOC. Setelah perjuangan
rakyat Makassar benar-benar padam, Makassar pun jatuh ke tangan VOC secara
keseluruhan. Sebutan Makasar sebagai pusat perdagangan bebas, lenyap begitu
saja.
Kehidupan ekonomi

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
34

Kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai


pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa
faktor :

letak yang strategis,


memiliki pelabuhan yang baik
jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan
banyak pedagang- pedagang yang pindah ke Indonesia Timur.

Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan


internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti
Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di
Makasar.
Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang
disebut dengan ADE ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE, sehingga dengan
adanya hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi teratur
dan mengalami perkembangan yang pesat.
Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena
Makasar juga menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi
Selatan.
Kehidupan sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Makassar adalah feudal. Masyarakat Makassar
dibebankan atas tiga lapisan atau kelas. Kelas tertinggi bergelar karaeng yang
terdiri dari kaum bangsawan, tumasaraq
adalah gelar untuk rakyat biasa,
dan ata untuk hamba sahaya.
Kehidupan budaya
Dari segi kebudayaan, maka
masyarakat Makasar banyak
menghasilkan benda-benda
budaya yang berkaitan
dengan
dunia
pelayaran.
Mereka
terkenal
sebagai
pembuat kapal. Jenis
yang dibuat oleh orang
dikenal dengan nama
Pinisi dan Lombo.

kapal
Makasar

Faktor kemajuan
1. Kerajaan Makassar sebagai pusat persinggahan para pedagang internasional.
2. Kerajaan Makassar sebagai pusat perdagangan wilayah timur
Faktor kemunduran

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
35

1. Di kerajaan Makssar terjadi pertentangan keluarga bangsawan,


2. Tidak ada regenerasi yang cakap.

Kerajaan Ternate-Tidore
Secara geografis kerajaan Ternate dan Tidore terletak di Kepulauan
Maluku, antara Sulawesi dan Papua. Letak tersebut sangat strategis dan penting
dalam dunia perdagangan masa itu. Pada masa itu, kepulauan Maluku
merupakan penghasil rempah-rempah terbesar sehingga dijuluki sebagai The
Spicy Island. Rempah-rempah menjadi komoditas utama dalam dunia
perdagangan pada saat itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa
yang datang dan bertujuan ke sana. Melewati rute perdagangan tersebut agama
Islam meluas ke Maluku, seperti Ambon, Ternate, dan Tidore. Keadaan seperti ini
telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang
politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Pada abad ke 14 Masehi, di Maluku Utara telah berdiri 4 kerajaan yaitu
Jailolo,Ternate, Tidore, dan Bacan. Masing-masing kerajaan dipimpin oleh seorang
kolano. Keempat kerajaan tersebut berasal dari satu keturunan, yaitu JAFAR
SADIK, seorang bangsa Arab keturunan Nabi Muhammad saw. Kemajuan Ternate
membuat iri kerajaan lainnya. Beberapa kali keempat kerajaan tersebut terlibat
perang memperebutkan hegemoni rempah-rempah.
Namun, akhirnya mereka dapat mengakhirinya dalam perundingan di
Pulau Motir. Dalam persetujan Motir ditetapkan Ternate menjadi kerajaan
pertama, Jailolo kedua, Tidore yang ketiga, dan Bacan yang keempat. Kerajaankerajaan di Maluku sangat akrab menjalin hubungan ekonomi dengan pedagang
Jawa sejak zaman Majapahit. Pedagang Maluku sering mengunjungi bandar
seperti Surabaya, Gresik, dan Tuban. Sebaliknya, pedagang Jawa datang ke
Maluku untuk membeli rempah-rempah. Hubungan kedua belah pihak ini sangat
berpengaruh terhadap proses penyebaran agama islam di Indonesia. Sejak abad
ke-13, Maluku sudah ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang Islam dari Jawa
dan Melayu. Seiring dengan ramainya perdagangan, berdatangan pula para
mubaligh dari Jawa Timur untuk mengajarkan agama Islam.Salah seorang
mubaligh yang berjasa menyiarkan agama islam di Maluku ialah Sunan Giri dari
Gresik, Jawa Timur.
Kerajaan Ternate merupakan kerajaan yang mendapatkan pengaruh Islam
dari para pedagang Jawa dan Melayu. Pusat pemerintahan Ternate terdapat di
Sampalu. Raja ternate yang pertama ialah Sultan Zainal Abidin (1486-1500). Raja
Ternate yang terkenal ialah Sultan Harun. Hasil utama Ternate waktu itu ialah
cengkeh dan pala.Kehidupan politik
Kehidupan Politik
Di kepulauan Maluku terdapat kerajaan kecil, diantaranya Kerajaan Ternate
sebagai pemimpin Uli Lima yaitu persekutuan lima bersaudara. Uli Siwa yang
berarti persekutuan sembilan bersaudara. Ketika bangsa Portugis masuk,
Portugis langsung memihak dan membantu Ternate, hal ini dikarenakan Portugis

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
36

mengira ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa Spanyol memihak Tidore
akhirnya terjadilah peperangan antara dua bangsa kulit, untuk menyelesaikan,
Paus turun tangan dan menciptakan Perjanjian Saragosa. Dalam perjanjian
tersebut bangsa Spanyol harus meninggalkan maluku dan pindah ke Filipina,
sedangkan Portugis tetap berada di maluku. Raja pertama kerajaan ini adalah
Sultan Hairun. Setelah ia meninggal, ia digantikan oleh putranya yang bernama
Sultan Baabullah.
Untuk dapat memperkuat kedudukannya, portugis mendirikan sebuah
benteng yang di beri nama Benteng Santo Paulo. Namun tindakan Portugis
semakin lama di benci oleh rakyat dan
para penjabat
kerajaan Ternate. Oleh karena itu Sultan
Hairun secara
terang-terangan menentang
politik monopoli dari bangsa
Portugis. Sultan Baabullah
(Putra Sultan Hairun) bangkit
menentang
Portugis.
Tahun 1575 M Portugis
dapat dikalahkan dan
meninggalkan benteng.
Kehidupan ekonomi
Tanah di Kepulauan Maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak
memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak
menghasilkan pala. Pada abad ke 12 M permintaan rempah-rempah meningkat,
sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting. Pesatnya perkembangan
perdagangan keluar dari maluku mengakibatkan terbentuknya persekutuan.
Selain itu mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian
masyarakat.
Kehidupan sosial
Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk
menjalin perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga
ingin mengembangkan agama katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah
mempunyai pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat
kegiatan Fransiskus Xaverius. Sebagian dari daerah maluku terutama Ternate
sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang
perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing
pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan sudah
terjadi maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya
orang-orang Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan
merekalah yang berkuasa. Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua
orang yang sudah memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi
Protestan. Hal ini menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar
dalam kehidupan rakyat dan semakin tertekannya kehidupan rakyat. Keadaan ini
menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku kepada kompeni
Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar, namun

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
37

perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni Belanda. Kehidupan rakyat


Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan sehingga muncul
gerakan menentang Kompeni Belanda.
Kehidupan budaya
Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas perekonomian tampaknya
tidak begitu banyak mempunyai kesempatan untuk menghasilkan karya-karya
dalam bentuk kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat Maluku tidak begitu
banyak kita ketahui sejak dari zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam
seperti Ternate dan Tidore.
Faktor kemajuan
1. Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Nuku,
2. Wilayah kekuaaan Tidore cukup luas,
3. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya.
Faktor kemunduran
1. Adu domba Kerajaan Tidore yang dilakukan bangsa asing,
2. VOC berhasil menguasai perdagangan rempah rempah di Maluku.

KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
38

Вам также может понравиться