Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
yaitu pengadukan cepat dan pengadukan lambat. Dalam praktikum ini, pengadukan
cepat dilakukan dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit saja sedangkan
pengadukan lambat dilakukan dengan kecepatan 20 rpm selama 15 menit,
sehingga total waktu pengadukan adalah 16 menit. Pengadukan lambat ini berujuan
untuk menggumpalkan partikel-partikel terkoagulasi berukuran mikro menjadi
partikel-partikel flok yang lebih besar. Flok-flok ini kemudian akan beragregasi
dengan partikel-partikel tersuspensi lainnya. Pengadukan pelan akan
memperpendek jarak antar partikel sehingga gaya tarik menarik antar partikel
menjadi lebih besar dan dominan dibanding gaya tolaknya, yang menghasilkan
kontak dan tumbukan antar partikel yang lebih banyak dan lebih sering. Kontak
inilah yang menggumpalkan partikel-partikel padat terlarut terkoagulasi berukuran
mikro menjadi partikel flok yang lebih besar. Ketika pertumbuhan flok sudah cukup
maksimal massa dan ukurannya flok-flok ini akan mengendap ke dasar reservoir
sehingga terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan air jernih pada bagian atas reservoir dan
lapisan endapan flok yang menyerupai lumpur pada dasar reservoir.
Pengadukan campuran dibagi menjadi 2 berdasarkan kecepatan pengadukannya
yaitu pengadukan cepat dan pengadukan lambat. Dalam praktikum ini, pengadukan
cepat dilakukan dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit saja sedangkan
pengadukan lambat dilakukan dengan kecepatan 20 rpm selama 15 menit,
sehingga total waktu pengadukan adalah 16 menit. Pengadukan lambat ini berujuan
untuk menggumpalkan partikel-partikel terkoagulasi berukuran mikro menjadi
partikel-partikel flok yang lebih besar. Flok-flok ini kemudian akan beragregasi
dengan partikel-partikel tersuspensi lainnya. Pengadukan pelan akan
memperpendek jarak antar partikel sehingga gaya tarik menarik antar partikel
menjadi lebih besar dan dominan dibanding gaya tolaknya, yang menghasilkan
kontak dan tumbukan antar partikel yang lebih banyak dan lebih sering. Kontak
inilah yang menggumpalkan partikel-partikel padat terlarut terkoagulasi berukuran
mikro menjadi partikel flok yang lebih besar. Ketika pertumbuhan flok sudah cukup
maksimal massa dan ukurannya flok-flok ini akan mengendap ke dasar reservoir
sehingga terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan air jernih pada bagian atas reservoir dan
lapisan endapan flok yang menyerupai lumpur pada dasar reservoir.
2. Untuk mengetahui alat, bahan, serta cara kerja yang baik dalam penggunaan jar test.
TINJAUAN PUSTAKA
Proses pengolahan umumnya melibatkan proses fisika maupun kimia. Pada proses fisika antara
lain penyaringan (screening), filtrasi dan pengendapan, sedang proses kimia umumnya
netralisasi, koagulasi, flokulasi serta aerasi. Pengolahan air buangan yang dilakukan dengan
proses koagulasi dan flokulasibertujuan untuk memisahkan polutan koloid tersuspensi dari dalam
air dengan memperbesarukuran partikel-partikel padat yang terkandung didalamnya.
Pada proses koagulasi ditambahkan sejenis bahan kimia ke dalam air buangan dengan sifat-sifat
tertentu yakni dapatmemberikan muatan (+) yang akan menetralkan muatan (-) yang pada
umumnyadimilikioleh suatu koloid yang disebut koagulan.
Jenis koagulan yang biasa ditambahkan antara lain : Al2(SO4)3, FeSO4, FeCl3, atauPAC (Poly
Alumunium Chlorida). Selain pembubuhan koagulan diperlukan pengadukansampai flok-flok ini
terbentuk dari partikel-partikel kecil dan koloid yang bertumbukan dan akhirnya mengendap
bersama-sama.
Flok-flok yang telah terbentuk dipisahkan dari larutannya dengan sedimentasi. Sedimentasi
merupakan proses pemisahan partikel dari cairannya, baik partikel yang memang telah ada di
dalam air baku, yang terbentuk sebagai akibat penambahan bahan kimia, maupunpartikel yang
dihasilkan dari flokulasi fisis yang digabungkan dengan pengolahan biologis,dengan
memanfaatkan gaya gravitasi.
Kestabilan koloid dapat dikurangi dengan proses koagulasi (proses destabilisasi) melalui
penambahan bahan kimia dengan muatan berlawanan. Terjadinya muatan pada partikel
menyebabkan antar partikel yang berlawanan cenderung bergabung membentuk inti flok. Proses
koagulasi selalui diikuti oleh proses flokulasi, yaitu penggabungan intiflok atau flok kecil
menjadi flok yang berukuran besar. Proses koagulasi-flokulasi terjadi pada unit pengaduk cepat
dan pengaduk lambat. Pada bak pengaduk cepat, dibubuhkan bahan kimia (disebut koagulan).
Pengadukan cepat dimaksudkan agar koagulan yang dibubuhkan dapat tercampur secara
merata/homogen. Pada bak pengaduk lambat, terjadi pembentukan flok yang berukuran besar
hingga mudah diendapkan pada bak sedimentasi.
Koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air minum adalahaluminium sulfat atau
garam-garam besi. Kadang-kadang koagulan-pembantu, seperti polielektrolit dibutuhkan untuk
memproduksi flok yang cepat mengendap. Faktor utama yang mempengaruhi koagulasi dan
flokulasi air adalah kekeruhan, padatan tersuspensi,temperatur, pH, komposisi dan konsentrasi
kation dan anion, durasi dan tingkatagitasiselama koagulasi dan flokulasi, dosis koagulan, dan
jika diperlukan, koagulan-pembantu.
Koagulasi adalah dicampurkannya koagulan dengan pengadukan secara cepat guna
mendistabilisasi koloid dan solid tersuspensi yang halus, dan masa inti partikel, kemudian
membentuk jonjot mikro (mikro flok).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi sebagai berikut :
Suhu air
Suhu air yang rendah mempunyai pengaruh terhadap efisiensi proses koagulasi. Bila suhu air
diturunkan , maka besarnya daerah pH yang optimum pada proses kagulasi akan berubah dan
merubah pembubuhan dosis koagulan.
Derajat Keasaman (pH)
Proses koagulasi akan berjalan dengan baik bila berada pada daerah pH yang optimum. Untuk
tiap jenis koagulan mempunyai pH optimum yang berbeda satu sama lainnya.
Jenis Koagulan
Pemilihan jenis koagulan didasarkan pada pertimbangan segi ekonomis dan daya efektivitas
daripadakoagulan dalam pembentukan flok. Koagulan dalam bentuk larutan lebih efektif
dibanding koagulan dalam bentuk serbukatau butiran.
Kadar ion terlarut
Pengaruh ion-ion yang terlarut dalam air terhadap proses koagulasi yaitu : pengaruh anion lebih
bsar daripada kation. Dengan demikian ion natrium, kalsium dan magnesium tidak memberikan
pengaruh yang berarti terhadap proses koagulasi.
Tingkat kekeruhan
Pada tingkat kekeruhan yang rendahproses destibilisasi akan sukar terjadi. Sebaliknya pada
tingkat kekeruhan air yang tinggi maka proses destabilisasi akan berlangsung cepat. Tetapi
apabila kondisi tersebut digunakan dosis koagulan yang rendah maka pembentukan flok kurang
efektif.
Dosis koagulan
Untuk menghasilkan inti flok yang lain dari proses koagulasi dan flokulasi sangat tergantung dari
dosis koagulasi yang dibutuhkan Bila pembubuhan koagulan sesuai dengan dosisyang
dibutuhkan maka proses pembentukan inti flok akan berjalan dengan baik.
Kecepatan pengadukan
Tujuan pengadukan adalah untuk mencampurkan koagulan ke dalam air. Dalam pengadukan halhal yang perlu diperhatikan adalah pengadukan harus benar-benar merata, sehingga semua
koagulan yang dibubuhkan dapat bereaksi dengan partikel-partikel atau ion-ion yang berada
dalam air. Kecepatan pengadukan sangat berpengaruh terhadap pembentukan flok bila
pengadukan terlalu lambat mengakibaykan lambatnyaflok terbantuk dan sebaliknya apabila
pengadukan terlalu cepat berakibat pecahnya flok yang terbentuk
Alkalinitas
Alkalinitas dalam air ditentukan oleh kadar asam atau basa yang terjadi dalam air
(Tjokrokusumo, 19920. Alkalinitas dalam air dapat membentuk flok dengan menghasil ion
hidroksida pada reaksihidrolisa koagulan.
Flokulasi adalah pengadukan perlahan terhadap larutan jonjot mikro yang menghasilkan jonjot
besar dan kemudian mengendap secara cepat (Tjokrokusumo, 1995). Flokulasi adalah proses
menghubungkan bahan kimia berupa flokulan agar menggumpal sehingga membentuk partikel
koloid atau flok mengendap yang lebih besar.
Flokulasi adalah proses pengadukan lambat agar campurankoagulan dan air baku yang telah
merata membentuk gumpalan atau flokdan dapat mengendap dengan cepat. Flokulasi adalah
penyisihan kekeruhan air dengan cara penggumpalan partikel untuk dijadikan partikel yang lebih
besar. Gaya antar molekul yang diperoleh dari agitasi merupakan salah satufaktor yang
berpengaruh terhadap laju terbentuknya partikel flok. Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi
(penggumpalan) partikel partikel terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang
memungkinkandapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi. Proses flokulasi adalah proses
pertumbuhan flok (partikel terdestabilisasi atau mikroflok) menjadi flok dengan ukuran yang
lebih besar (makroflok).
Ada dua jenis proses flokulasi yaitu :
Flokulasi perikinetik
Flok yang diakibatkan oleh adanya gerak thermal (panas) yang dikenal sebagai gerak Brown,
prosesnya disebut flokulasi perikinetik. Gerak acak dari partikel-partikel koloid yang
3. Kepadatan, Kalsium Hydrated lime memiliki tingkat kepadatan kira-kira 2,3 g/gm3
4. Kelarutan, tingkat kelarutan dari kira-kira 1,85 Ca(OH)2/l air pada suhu 00C
sampai0,7g/l pada suhu 1000C.
5. Netralisasi asam , Hydrate lime siap bereaksi dengan asam dan gas sehingga tentu saja
berkemampuan menetralisasi asam. pH, karena kalsium hidroksida adalah termasuk basa
kuat, konsentrasi 0,10 g Ca(OH)2/l dapat memberi pH kira-kira 11,3 pada suhu 250C.
Pada larutan 250C, kandungan 1,8/l memberikan pH sebesar 12,7. Kapur telah diikenal
sebagai bahan yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan diantaranya dipakai
pada bidang-bidang industri misalnya industri kimia, kertas, dan lainlainnya, sebagai
bahan bangunan, pertanian dan lain-lain.
Khusus di sektor lingkungan kapur dapat berguna dalam:
1. Proses pengolahan air, air kapur dapat berguna sebagai bahan penurun kesadahan,
menetralisasi keasaman, memperkecil kadar silika, mangan, fluorida dan bahan-bahan
organik. Selain itu dapat juga mengurangi kadar BOD dengan cara menyerap antara 40%
sampai 50 % bahan organik terlarut maupun tidak terlarut.
2. Proses pengolahan air bekas, kapur dapat befungsi antara lain dalam pengendalian
keasaman digester, penyerapan bau (deodorant) dan sebagai desinfektan.
3. Proses pengolahan buangan industri besi/baja, kapur digunakan untuk menetralisir asam
sulfat bebas (free sulfuric acid ) dan mengendapkan garam-garam besi yang terdapat pada
limbah industri tersebut.
4. Kapur dapat digunakan untuk mengurangi gas SO2 yang keluar dari pembakaran batu
5. bara atau minyak yang mengandung sulfur yang tinggi melalui suatu proses yang disebut
wet scrubing.
6. Pada peternakan ayam, kapur dapat digunkan untuk mengeringkan serta mengurangi bau
kotoran ayam yang berceceran di laniat kandang. Selain itu juga dapat berfungsi sebagai
geomedical untuk mencegah parasit-parasit dan bnayak penyakit ayam. Dosis yang
biasa dipakai pada peternakan ayam adalah sekitar 1 lb (0,45 kg) Hydrates Lime
[Ca(OH)2] pada setiap 3-5 ft2 (2,79-4,65 m2) lantai yang mengandung kotoran ayam.
Kapur juga dapat dipergunakan sebagai penghilang fosfor dalam air, disini kapur
berfungsi sebagai bahan koagulan, karena salah satu cara penghilangan fosfor dalam air
adalah pengendapan kimiawi.
Selain itu, proses penjernihan dengan jar test juga menggunakan tawas. Persenyawaan
Alumunium Sulfat (Al2(SO4)3) atau sering disebut tawas adalah suatu jenis koagulan yang
sangat populer secara luas digunakan, sudah dikenal bangsa Mesir pada awal tahun 2000 SM.
Alum atau tawas sebagai penjernih air mulai diproduksi oleh pabrik pada awal abad 1500. Alum
atau tawas merupakan bahan koagulan, yang paling banyak digunkan karena bahan ini paling
Sebagian kecil tawas tinggal terlarut dalam air, molekul-molekul ini dapat menempelpada
permukaan koloid dan mengubah muatan elektrisnya karena sebagian molekul
Albermuatan positif sedangkan koloid bisanya bermuatan negatif (pada pH 5 8).
Sebagian besar tawas tidak terlarut dan akan mengendap sebagai flok Al(OH) 3yang
dapat mengurung koloid dan membawanya kebawah.
Bahan koagulan lain yang dapat digunakan selain tawas adalah PAC (Poly Alumunium
Chloride). PAC adalah suatu persenyawaan anorganik komplek, ion hidroksil serta ion
alumunium bertarap klorinasi yang berlainan sebagai pembentuk polynuclear mempunyai rumus
umum Alm(OH)nCl(3m-n). Beberapa keunggulan yang dimiliki PAC dibanding koagulan
lainnya adalah :
1. PAC dapat bekerja di tingkat pH yang lebih luas, dengan demikian tidak diperlukan
pengoreksian terhadap pH, terkecuali bagi air tertentu.
Pipet ukur
Pengaduk otomatis
Indicator universal
Ember
Bahan:
Air sampel
Aquades
Larutan kapur
METODE
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengecek atau mengukur pH air sampel dengan menggunakan indikator universal, jika
pH asam maka ditambahkan dengan larutan kapur sampai menjadi basa (alkalis).
3. Jika pH sudah basa, tuangkan air sampel ke dalam 6 buah beaker glass volume 1 liter
(1000 ml).
4. Mengambil larutan tawas dengan pipet ukur dan dituangkan kedalam masing-masing
gelas secara bertingkat dengan satu gelas tidak dituangi sebagai kontrol.
5. Menghidupkan pengaduk (stirrer) dan saklar lampu. Setting dengan kecepatan 100 rpm
selama 1 menit.
6. Setelah jartes berbunyi yang menandakan waktu telah selesai (1 menit), setting kembali
kecepatannya menjadi 20 rpm selama 15 menit.
7. Setelah 15 menit, matikan alat pengaduk dan setting waktu selama 15 menit lagi untuk
mengamati flok yang terbentuk.
8. Pilih gelas yang paling bening airnya.
9. Mencatat dan menghitung dosis optimal tawas yang dibutuhkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Hasil Perhitungan:
Diket:
Ditanya:
Berapa jumlah tawas yang dibutuhkan untuk proses koagulasi, jika instalasi pengolahan air
beroperasi selama 24 jam sehari?
Jawab:
Q = 15 liter/detik
= 15 x 24 x 60 x 60
= 1296000 liter/hari
= 1296 m3
Tawas yang dibutuhkan
= 50 mg/liter x 1296000 liter
= 64800000 mg
= 64, 8 kg
PEMBAHASAN
Dari gambar dan hasil perhitungan yang ada, dapat dijelaskan bahwa apabila akan melakukan
percobaan menggunakan jartest terlebih dahulu kita mengukur pH air sampel yang akan
digunakan, karena apabila pH air sampel masih asam, maka kita harus menambahkan larutan
kapur agar menjadi basa karena kita menggunakan bahan koagulan berupa tawas, dan tawas
dapat optimal apabila dalam keadaan basa. Pada praktikum yang telah kami laksanakan, kami
menambah 120 ml larutan kapur sehingga air sampel menjadi basa (pH=8).
Setiap beaker glass yang diisi air sampel 1000 ml, diberi larutan tawas secara bertingkat. Glass 1
tidak diberi karena sebagai kontrol, glass 2 diberi tawas 1ml, glass 3 diberi tawas 2ml, glass 4
diberi tawas 3ml, glass 5 diberi tawas 4ml, dan glass 6 diberi tawas 5ml.
Dari adanya penurunan kecepatan pada saat menggunakan jartest juga terdapat maksud atau
tujuan tertentu. Pada kecepatan 100 rpm selama 1 menit, dimaksudkan agar bahan koagulan
bercampur secara merata dengan air sampel. Pada kecepatan 20 rpm selama 15 menit,
dimaksudkan agar partikel-partikel padat dapat bertemu dan membentuk flok-flok yang apabila
flok tersebut terbentuk maka akan dapat mengendap. Sedangkan pada kecepatan 0 rpm selama
15-30 menit, bertujuan untuk mengamati flok-flok yang telah mengendap dan hasil mana yang
paling jernih.
Setelah percobaan dilaksanakan, hasil yang paling jernih adalah pada glass ke 6, yang diberi
tawas 5 ml. jadi, dosis koagulan yang optimal adalah sebesar 50 mg/liter. Dari hal tersebut dapat
dilihat bahwa untuk menjernihkan I liter air sampel dibutuhkan larutan tawas 50 mg/liter,
sehingga kondisi air sampel sebelum dijernihkan cukup keruh dan dari perhitungan yang ada,
jumlah tawas yang dibutuhkan untuk proses koagulasi, jika instalasi pengolahan air beroperasi
24 jam sehari adalah 64,8 kg.