Вы находитесь на странице: 1из 12

MORFOLOGI UMUM SERANGGA

Oleh :
Nama

: Nur Rosyidah

NIM

: B1J014068

Rombongan : I
Kelompok

:2

Asisten

: Ganjar Cahyo Aprianto

LAPORAN PRAKTIKUM ENTOMOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Serangga disebut juga insekta (insect) atau heksapoda. Insect berasal dari kata
insecare. Kata in artinya menjdi, sedangkan secare artinya memotong atau
membagi, jadi Insect adalah binatang yang badannya terdiri dari potongan-potongan
atau segmen-segmen. Sementara itu, heksapoda (hexapoda) berasal dari kata hexa
(enam) dan podos (kaki), arti dari heksa poda adalah binatang yang berkaki enam.
Serangga merupakan kelompok terbesar di dunia sehingga perlu dibahas terlebih
dahulu secara umum, baik morfologi, penerpasan, perlindungan diri, makanan, dan
pencernaan,

perkembangbiakan,

dan

pengelompokannya.

Tujuannya

untuk

memudahkan dalam pengendaliannya karena ada serangga yang berguna untuk


manusia. Namun, banyak juga serangga yang menjadi hama dan merugikan manusia
(Pracaya, 2007).
Serangga termasuk filum Arthropoda yaitu kelompok hewan yang mempunyai
kaki beruas-ruas, tubuh bilateral simetris dan dilapisi oleh kutikula yang keras
(exosceleton). Serangga digolongkan dalam kelas insecta (hexapoda), karena
memiliki 6 buah (3 pasang) kaki yang terdapat di dadaerah dada (thorax). Jumlah
kaki menjadi ciri khas serangga yang membedakannya dengan hewan lain dalam
phylum Arthropoda seperti laba-laba (arachnida), kepiting (decapoda), udang
(crustacea), lipan dan luwing (myriapoda), Kehidupan serangga sudah dimulai sejak
400 juta tahun (zaman devonian). Kira-kira 2 - 3 juta spesies serangga telah
terindentifikasi. Diperkirakan, jumlah serangga sebanyak 30-80 juta spesies yang
meliputi sekitar 50% dari keanekaragaman spesies di muka bumi. (Ahmad, 1995).
Habitat serangga didalam tanah, darat, udara maupun di air tawar, atau sebgaia
parasit pada tubuh mahluk hidup lain, akan tetapi mereka jarang yang hidup di air
laut. sebanyak 1.413.000 spesies telah berhasil diidentifikasi dan dikenal, lebih dari
7000 spesies baru ditemukan hampir setiap tahun. Tingginya jumlah serangga
dikarenakan serangga berhasil dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya
pada habitat yang bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi dan kemampuan
menyelamatkan diri dari musuhnya (Borror et al., 1992). Ciri umum serangga adalah
mempunyai appendage atau alat tambahan yang beruas, tubuh terbungkus oleh zat

khitin sehingga merupakan eksoskeleton. Biasanya ruas-ruas tersebut ada bagian


yang tidak berkhitin, sehingga mudah untuk digerakkan. Sistem saraf tangga tali,
selom pada serangga bentuknya kecil dan merupakan seuatu rongga yang berisi darah
(Hadi, 2009).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk menjelaskan pembagian tubuh
serangga secara umum, menjelaskan dan menunjukkan alat-alat yang terdapat di
daerah kaput, thorax, dan abdomen, serta dapat membedakan serangga jantan dan
betina.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Serangga (disebut pula Insecta) adalah kelompok utama dari hewan beruas
(Arthropoda) yang berkaki enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula
Hexapoda. Filum Arthropoda (dalam bahasa latin, Arthra = ruas , buku, segmen;
podos = kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau
bersegmen. Segmen tersebut juga terdapat pada tubuhnya. Serangga ditemukan di
hampir semua lingkungan kecuali dilautan. Keluarga besar serangga (Insecta)
dikelompokan ke dalam 28 ordo yang masing-masing ordo memiliki ciri-ciri unik
yang membedakan antar mereka, Class Insecta terbagi menjadi dua subclass
berdasarkan keberadaan organ sayap yang memiliki, yaitu subclass Apterygota bagi
serangga yang tidak memiliki sayap dan subclass Apterygota bagi serangga-serangga
yang memiliki sayap. Insecta atau serangga mempunyai spesies yang paling banyak
jumlahnya di antara semua hewan. Jumlah spesies Class Insecta dapat mencapai
675.000 spesies (Gullan & Cranston, 2005).
Tubuh serangga secara umum terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, thorax (dada
dan punggung), dan abdomen (perut). Thorax terdiri dari 3 ruas, dan terdapat tiga
pasng kaki yang beruas-ruas. Sayap terdapat pada thorax dan terdapat dua pasang
yang terletak dibagian dada ruas kedua dan ketiga. Abdomen terdiri atas 6-11 ruas
(ruas belakang posterior digunakan sebagai alat reproduksi). Beberapa serangga
betina terdapat alat untuk melepaskan telur serta kantung untuk menampung sperma
(Aziz, 2008). Serangga memiliki skeleton yang berada pada bagian terluar tubuhnya
(endoskeleton). Rangka luar tebal dan sangat keras hingga dapat menjadi pelindung
tubuh, yang sama halnya dengan kulit kita. Eksoskeleton serangga tidak tumbuh
secara

terus-menerus.

Tahapan

pertumbuhan

eksoskleleton

tersebut

harus

ditanggalkan untuk menumbuhkan yang lebih baru dan lebih besar (Hadi, 2009).
Morfologi eksternal serangga (kelas Insecta) adalah mandibulata paling istimewa
karena mereka dapat dicirikan oleh tubuh mereka dibagi menjadi kepala, dada, dan
perut, kebanyakan dewasa memiliki sayap, memiliki sepasang antena, dan mereka
memiliki tiga pasang kaki. Kepala adalah daerah yang paling penting untuk persepsi
sensorik, termasuk mata (mata majemuk besar terletak di kepala dorsolateral, juga

memiliki mata yang paling sederhana, oseli, di atas dan di antara mata majemuk);
antena menerima penciuman, pendengaran, dan rangsangan (Borror, 2005).
Menurut Bidau (2004) kepala serangga terdapat sepasang antena sebagai alat
peraba dan pencium, sepasang mata faset, 1-3 oseli untuk menerima dan
membedakan cahaya, serta mulut yang dilengkapi dengan labrum (bibir muka),
sepasang mandibula (rahang muka), sepasang maksila (rahang belakang), dan labium
(bibir belakang). Thorax terbagi atas tiga ruas, tiap ruas berkaki sepasang, dan pada
ruas kedua dan ketiga masing-masing terdapat sepasang sayap. Abdomen tediri atas
sebelas ruas, di bagian ujung biasanya terdapat 1-3 bulu pendek atau panjang yang
dinamakan sersi.

III.

MATERI DAN METODE

A. Materi
1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum morfologi umum serangga adalah
adalah botol, dan pinset.
1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum morfologi umum serangga adalah
kloroform, formalin, dan belalang kayu (Valanga nigricornis).
B. Metode
1. Botol pembunuh serangga beserta alat dan bahan disiapkan.
2. Kapas ditetesi dengan kloroform, lalu kapas dimasukkan ke dalam botol
pembunuh serangga dengan pinset.
3. Belalang dimasukkan ke dalam botol pembunuh menggunakan pinset, lalu
tutup botol, tunggu sampai obyek mati.
4. Belalang yang telah mati diambil menggunakan pinset, kemudian dicelup ke
dalam alkohol 70%, lalu angkat.
5. Morfologi belalang diamati, dan segmen pada tubuh belalang dihitung.
6. Belalang jantan dengan belalang betina diamati perbedaannya.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Gambar 4.1 Belalang Kayu (Valanga nigricornis)

B. Pembahasan
Berikut ini merupakan klasifikasi dari belalang kayu menurut Jasin (1989) :
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Class

: Insecta

Ordo

: Orthoptera

Family

: Acrididea

Genus

: Valanga

Species

: Valanga nigricornis

Secara umum tubuh serangga terbagi menjadi tiga bagian yaitu, cepal, thorax dan
abdomen. Tubuh serangga tersusun atas lapisan kutikula yang mengalami pengerasan
(sklerotisasi). Pengerasan ini disusun oleh suatu substansi kimia yang disebut
sklerotin. Serangga adalah binatang yang mempunyai badan yang tersdiri atas 20 ruas
(segmen): 6 segmen yang merupakan kepala, 3 segmen untuk thorax (dada) dan 11
segmen untuk abdomen. Panjangnya tubuh antara 0,2 mm dan 30 cm, tetapi diameter
tubuh jarang melebihi 1 cm. Jumlah kaki 6. Kalau sudah dewasa mempunyai sayap
dua pasang. Serangga mempunyai rangka di sebelah luar tubuhnya, yang terdiri atas
bagian bagian keras, dipisah oleh selaput selaput yang lunak. Rangka tersebut
lebih kuat daripada rangka binatang yang menyusui dan cukup supel, tetapi harus
diganti beberapa kali selama serangga masih dalam masa pertumbuhan (Pracaya,
2007). Menurut Falahudin et al. (2015), serangga spesies Curinus coerules pada ordo
coleoptera memiliki badan umumnya kekar dan mengalami pengerasan (sklerotisasi)
pada hampir seluruh permukaan badannya. Sayapnya keras dan mengkilat.
Kepala (caput) serangga terdiri dari 6 ruas (segmen). Di kepala tersebut
terdapat mata, antena, dan mulut. Satu pasang mata majemuk yang terletak di kirikanan kepala. Mata majemuk terdiri dari beberapa puluhan atau ratusan bahkan
ribuan kesatuan mata faset menyerupai lensa yang berbentuk heksogonal, tergantung
dari jenis serangga. Serangga yang belum dewasa (larva atau nimfa) maupun yang
telah dewasa terdapat mata ocellus (mata sedarhana). Mata ini berukuran kecil. Satu
pasang antenna sebagai alat perasa. Antenna serangga dapat mengetahui keberadaan
makanan, arah perjalanan, pasangan, bahaya, dan dapat mengadakan hubungan
dengan sesamanya. Alat-alat tambahan yang terdapat pada daerah caput diantaranya

seperti frons (bagian depan caput tempat di mana mata oseli berada), vertek (daerah
antara kedua mata faset), klipeus (daerah di bawah frons di atas labrum), dan gena
(segmen di bawah mata faset) (Keil, 1997).
Toraks adalah bagian yang menghubungkan antara caput dan abdomen. Toraks
serangga terdiri dari tiga ruas yaitu protorak, mesotorak, dan metatorak Torak juga
merupakan daerah lokomotor pada serangga dewasa karena pada torak terdapat tiga
pasang kaki dan dua atau satu pasang sayap (kecuali ordo Thysanura tidak bersayap)
(Price, 1984). Thorax terdiri atas 3 segmen yaitu prothorax (anterior) adalah bagian
depan dari thorax dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai depan,
mesothorax (tengah) bagian tengah dari thorax dan sebagai tempat atau dudukan bagi
sepasang tungkai tengah dan sepasang sayap depan dan metathorax (posterior)
bagian belakang dari thorax dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai
belakang dan sepasang sayap belakang. Tiap-tiap segmen tertutup oleh eksokeleton,
di bagian dorsal disebut tergum, di sisi lateral disebut pleura, dan di bagan ventral
disebut sternum (Romoser & Stoffolano, 1998).
Abdomen serangga terdiri dari sebelas segmen, tetapi segmen ke-11 sangat
tereduksi dan tampak sebagai alat-alat tambahan, yaitu berupa sersi, epiprok, dan
paraprok. Setiap segmen abdomen terdiri dari dua sklerit, yaitu tergum dan sternum.
Kedua sklerit tersebut dihubungkan oleh membrane longitudinal. Ruas perut yang
terakhir (ke-11) terdapat tambahan ruas yang disebut cercus (kata jamak cerci).
Wujudnya berupa sepasang ruas yang sedarhana, menyerupai antenna. Cercus yang
sangat panjang menyerupai ekor. Cercus yang panjang jumlahnya 2 atau 3, misalnya
pada lalat sehari. Ada pula cercus yang berbentuk seperti catut (kakatau), misalnya
pada cocopet (Dermaptera). Segmen perut yang ke-12 disebut telson atau periproct.
Segmen tersebut tidak pernah ada tambahan (appendages). Alat-alat di daerah
abdomen antara lain sersi, epiprok, paraprok, dan ovipositor. Pada telson terdapat
lubang untuk buang kotoran (anus). Alat reproduksi betina terletak di antara ruas ke
tujuh dan ke delapan pada batas belakang ruang .perut yang ke sembilan yang
terletak pada permukaan bawah (ventral) (Borror et al., 1992). Ovipositor serangga
adalah struktur yang komples yang berhubungan pada segmen abdomen VIII dan IX
pada betina. Fungsi ovipositor serangga adalah sebagai deposisi telur ke pada jantan
yang melibatkan koordinasi beberapa input sensorik. Ovipositor yang terdapat di

ngengat terdiri dari dua papila padat dengan sensilla mechanosensory dan kontak
chemosensory sensilla beberapa di bagian distal dari papila (Seada et al., 2016)

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebgai berikut:
1. Tubuh serangga secara umum dibagi menjadi 3 bagian yaitu caput, thorax dan
abdomen.
2. Alat-alat yang terdapat di daerah caput adalah satu pasang mata faset, mata oseli,
satu pasang antenna, dan alat mulut serta alat tambahan seperti frons, vertek,
klipeus, dan gena.
3. Thorax terdapat satu pasang kaki pada tiap segmen, satu pasang sayap pada
mesothorax dan metathorax.
4. Abdomen terdapat alat tambahan antara lain sersi, epiprok, paraprok, dan
ovipositor.
5. Serangga betina memiliki ovipositor pada bagian abdomen untuk meletakkan
telur sedangkan serangga jantan tidak memiliki ovipositor.
B. Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah penjelasan tidak hanya sebatas pada
gambar namun disediakan preparat asli untuk komparasi teori dengan kenyataan.

DAFTAR REFERENSI
Ahmad, I. 1995. Entomologi dan Teknologi Pengendalian Serangga Hama yang
Berwawasan Lingkungan. Bandung: ITB.
Bidau, C.J. 2014. Patterns in Orthoptera biodiversity. II. The cultural dimension.
Journal of Insect Biodiversity, 2(21): 1-15.
Borror, D.J., Triplehorn, C.A., & Johnson, N. F. 1992. Pengenalan Pelajaran
Serangga Edisi Keenam. Yogjakarta : Gadjah Mada University Press.
Falahudin, I., Elfira, R.P. & Esse, M. 2015. Identifikasi Serangga Ordo Coleoptera
pada Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L) di Desa Tirta Mulya Kecamatan
Makarti Jaya Kabupaten Banyuasin II. Jurnal Biota, 1(1): 9-15.
Gullan, D. J. & Cranston P. S. 2005. The Insects: An Outline of Entomology. UK:
Blackwell Publishing Ltd.
Hadi, M. 2009. Biologi Insecta Entomologi.Yogyakarta: Graha Ilmu
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya: Sinar
Wijaya.
Keil, T.A. 1997. Functional Morphology of Insect Mechanoreceptors. Microscopy
Research And Technique, 39: 506531.
Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya.
Romoser, W.S. & J.G. Stoffolano. 1998. The Science of Entomology. Boston:
McGraw Hill.
Seada, M.A., Ignell, R. & Anderson, P. 2016. Morphology and Distribution Of
Ovipositor Sensilla of Female Cotton Leaf Worm Spodoptera littoralis
(Lepidoptera: Noctuidae), and Evidence For Gustatory Function.
Entomological Science, 19: 919.

Вам также может понравиться