Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
Nama
: Nur Rosyidah
NIM
: B1J014068
Rombongan : I
Kelompok
:2
Asisten
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Serangga disebut juga insekta (insect) atau heksapoda. Insect berasal dari kata
insecare. Kata in artinya menjdi, sedangkan secare artinya memotong atau
membagi, jadi Insect adalah binatang yang badannya terdiri dari potongan-potongan
atau segmen-segmen. Sementara itu, heksapoda (hexapoda) berasal dari kata hexa
(enam) dan podos (kaki), arti dari heksa poda adalah binatang yang berkaki enam.
Serangga merupakan kelompok terbesar di dunia sehingga perlu dibahas terlebih
dahulu secara umum, baik morfologi, penerpasan, perlindungan diri, makanan, dan
pencernaan,
perkembangbiakan,
dan
pengelompokannya.
Tujuannya
untuk
terus-menerus.
Tahapan
pertumbuhan
eksoskleleton
tersebut
harus
ditanggalkan untuk menumbuhkan yang lebih baru dan lebih besar (Hadi, 2009).
Morfologi eksternal serangga (kelas Insecta) adalah mandibulata paling istimewa
karena mereka dapat dicirikan oleh tubuh mereka dibagi menjadi kepala, dada, dan
perut, kebanyakan dewasa memiliki sayap, memiliki sepasang antena, dan mereka
memiliki tiga pasang kaki. Kepala adalah daerah yang paling penting untuk persepsi
sensorik, termasuk mata (mata majemuk besar terletak di kepala dorsolateral, juga
memiliki mata yang paling sederhana, oseli, di atas dan di antara mata majemuk);
antena menerima penciuman, pendengaran, dan rangsangan (Borror, 2005).
Menurut Bidau (2004) kepala serangga terdapat sepasang antena sebagai alat
peraba dan pencium, sepasang mata faset, 1-3 oseli untuk menerima dan
membedakan cahaya, serta mulut yang dilengkapi dengan labrum (bibir muka),
sepasang mandibula (rahang muka), sepasang maksila (rahang belakang), dan labium
(bibir belakang). Thorax terbagi atas tiga ruas, tiap ruas berkaki sepasang, dan pada
ruas kedua dan ketiga masing-masing terdapat sepasang sayap. Abdomen tediri atas
sebelas ruas, di bagian ujung biasanya terdapat 1-3 bulu pendek atau panjang yang
dinamakan sersi.
III.
A. Materi
1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum morfologi umum serangga adalah
adalah botol, dan pinset.
1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum morfologi umum serangga adalah
kloroform, formalin, dan belalang kayu (Valanga nigricornis).
B. Metode
1. Botol pembunuh serangga beserta alat dan bahan disiapkan.
2. Kapas ditetesi dengan kloroform, lalu kapas dimasukkan ke dalam botol
pembunuh serangga dengan pinset.
3. Belalang dimasukkan ke dalam botol pembunuh menggunakan pinset, lalu
tutup botol, tunggu sampai obyek mati.
4. Belalang yang telah mati diambil menggunakan pinset, kemudian dicelup ke
dalam alkohol 70%, lalu angkat.
5. Morfologi belalang diamati, dan segmen pada tubuh belalang dihitung.
6. Belalang jantan dengan belalang betina diamati perbedaannya.
IV.
A. Hasil
Gambar 4.1 Belalang Kayu (Valanga nigricornis)
B. Pembahasan
Berikut ini merupakan klasifikasi dari belalang kayu menurut Jasin (1989) :
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Orthoptera
Family
: Acrididea
Genus
: Valanga
Species
: Valanga nigricornis
Secara umum tubuh serangga terbagi menjadi tiga bagian yaitu, cepal, thorax dan
abdomen. Tubuh serangga tersusun atas lapisan kutikula yang mengalami pengerasan
(sklerotisasi). Pengerasan ini disusun oleh suatu substansi kimia yang disebut
sklerotin. Serangga adalah binatang yang mempunyai badan yang tersdiri atas 20 ruas
(segmen): 6 segmen yang merupakan kepala, 3 segmen untuk thorax (dada) dan 11
segmen untuk abdomen. Panjangnya tubuh antara 0,2 mm dan 30 cm, tetapi diameter
tubuh jarang melebihi 1 cm. Jumlah kaki 6. Kalau sudah dewasa mempunyai sayap
dua pasang. Serangga mempunyai rangka di sebelah luar tubuhnya, yang terdiri atas
bagian bagian keras, dipisah oleh selaput selaput yang lunak. Rangka tersebut
lebih kuat daripada rangka binatang yang menyusui dan cukup supel, tetapi harus
diganti beberapa kali selama serangga masih dalam masa pertumbuhan (Pracaya,
2007). Menurut Falahudin et al. (2015), serangga spesies Curinus coerules pada ordo
coleoptera memiliki badan umumnya kekar dan mengalami pengerasan (sklerotisasi)
pada hampir seluruh permukaan badannya. Sayapnya keras dan mengkilat.
Kepala (caput) serangga terdiri dari 6 ruas (segmen). Di kepala tersebut
terdapat mata, antena, dan mulut. Satu pasang mata majemuk yang terletak di kirikanan kepala. Mata majemuk terdiri dari beberapa puluhan atau ratusan bahkan
ribuan kesatuan mata faset menyerupai lensa yang berbentuk heksogonal, tergantung
dari jenis serangga. Serangga yang belum dewasa (larva atau nimfa) maupun yang
telah dewasa terdapat mata ocellus (mata sedarhana). Mata ini berukuran kecil. Satu
pasang antenna sebagai alat perasa. Antenna serangga dapat mengetahui keberadaan
makanan, arah perjalanan, pasangan, bahaya, dan dapat mengadakan hubungan
dengan sesamanya. Alat-alat tambahan yang terdapat pada daerah caput diantaranya
seperti frons (bagian depan caput tempat di mana mata oseli berada), vertek (daerah
antara kedua mata faset), klipeus (daerah di bawah frons di atas labrum), dan gena
(segmen di bawah mata faset) (Keil, 1997).
Toraks adalah bagian yang menghubungkan antara caput dan abdomen. Toraks
serangga terdiri dari tiga ruas yaitu protorak, mesotorak, dan metatorak Torak juga
merupakan daerah lokomotor pada serangga dewasa karena pada torak terdapat tiga
pasang kaki dan dua atau satu pasang sayap (kecuali ordo Thysanura tidak bersayap)
(Price, 1984). Thorax terdiri atas 3 segmen yaitu prothorax (anterior) adalah bagian
depan dari thorax dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai depan,
mesothorax (tengah) bagian tengah dari thorax dan sebagai tempat atau dudukan bagi
sepasang tungkai tengah dan sepasang sayap depan dan metathorax (posterior)
bagian belakang dari thorax dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai
belakang dan sepasang sayap belakang. Tiap-tiap segmen tertutup oleh eksokeleton,
di bagian dorsal disebut tergum, di sisi lateral disebut pleura, dan di bagan ventral
disebut sternum (Romoser & Stoffolano, 1998).
Abdomen serangga terdiri dari sebelas segmen, tetapi segmen ke-11 sangat
tereduksi dan tampak sebagai alat-alat tambahan, yaitu berupa sersi, epiprok, dan
paraprok. Setiap segmen abdomen terdiri dari dua sklerit, yaitu tergum dan sternum.
Kedua sklerit tersebut dihubungkan oleh membrane longitudinal. Ruas perut yang
terakhir (ke-11) terdapat tambahan ruas yang disebut cercus (kata jamak cerci).
Wujudnya berupa sepasang ruas yang sedarhana, menyerupai antenna. Cercus yang
sangat panjang menyerupai ekor. Cercus yang panjang jumlahnya 2 atau 3, misalnya
pada lalat sehari. Ada pula cercus yang berbentuk seperti catut (kakatau), misalnya
pada cocopet (Dermaptera). Segmen perut yang ke-12 disebut telson atau periproct.
Segmen tersebut tidak pernah ada tambahan (appendages). Alat-alat di daerah
abdomen antara lain sersi, epiprok, paraprok, dan ovipositor. Pada telson terdapat
lubang untuk buang kotoran (anus). Alat reproduksi betina terletak di antara ruas ke
tujuh dan ke delapan pada batas belakang ruang .perut yang ke sembilan yang
terletak pada permukaan bawah (ventral) (Borror et al., 1992). Ovipositor serangga
adalah struktur yang komples yang berhubungan pada segmen abdomen VIII dan IX
pada betina. Fungsi ovipositor serangga adalah sebagai deposisi telur ke pada jantan
yang melibatkan koordinasi beberapa input sensorik. Ovipositor yang terdapat di
ngengat terdiri dari dua papila padat dengan sensilla mechanosensory dan kontak
chemosensory sensilla beberapa di bagian distal dari papila (Seada et al., 2016)
DAFTAR REFERENSI
Ahmad, I. 1995. Entomologi dan Teknologi Pengendalian Serangga Hama yang
Berwawasan Lingkungan. Bandung: ITB.
Bidau, C.J. 2014. Patterns in Orthoptera biodiversity. II. The cultural dimension.
Journal of Insect Biodiversity, 2(21): 1-15.
Borror, D.J., Triplehorn, C.A., & Johnson, N. F. 1992. Pengenalan Pelajaran
Serangga Edisi Keenam. Yogjakarta : Gadjah Mada University Press.
Falahudin, I., Elfira, R.P. & Esse, M. 2015. Identifikasi Serangga Ordo Coleoptera
pada Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L) di Desa Tirta Mulya Kecamatan
Makarti Jaya Kabupaten Banyuasin II. Jurnal Biota, 1(1): 9-15.
Gullan, D. J. & Cranston P. S. 2005. The Insects: An Outline of Entomology. UK:
Blackwell Publishing Ltd.
Hadi, M. 2009. Biologi Insecta Entomologi.Yogyakarta: Graha Ilmu
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya: Sinar
Wijaya.
Keil, T.A. 1997. Functional Morphology of Insect Mechanoreceptors. Microscopy
Research And Technique, 39: 506531.
Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya.
Romoser, W.S. & J.G. Stoffolano. 1998. The Science of Entomology. Boston:
McGraw Hill.
Seada, M.A., Ignell, R. & Anderson, P. 2016. Morphology and Distribution Of
Ovipositor Sensilla of Female Cotton Leaf Worm Spodoptera littoralis
(Lepidoptera: Noctuidae), and Evidence For Gustatory Function.
Entomological Science, 19: 919.