Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. Definisi
Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti
(Smeltzer,2000:2210).
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak, atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun
B. Etiologi
a. Trauma tumpul
b. Trauma tembus
luka tembus peluru dari cedera tembus lainnya (Mansjoer, 2000:3)
c. Jatuh dari ketinggian
d. Cedera akibat kekerasan
e. Cedera otak primer
58
Adanya kelainan patologi otak yang timbul segera akibat langsung dari trauma.
Dapat terjadi memar otak dan laserasi
f. Cedera otak sekunder
Kelainan patologi otak disebabkan kelainan biokimia metabolisme, fisiologi yang
timbul setelah trauma.
59
3. Patoflowdiagram
D. Manifestasi Klinis
a. Keadaan kulit kepala dan tulang tengkorak.
Trauma kepala tertutup
60
c. Hematom epidural
d. Hematom subdural.
a) Akut :
Gejala 24 48 jam.
Sering berhubungan dnegan cidera otak & medulla oblongata.
PTIK meningkat.
Sakit kepala, kantuk, reflek melambat, bingung, reflek pupil lambat.
b) Sub Akut :
Berkembang 7 10 hari, kontosio agak berat, adanya gejal TIK
meningkat kesadaran menurun.
c) Kronis :
Ringan , 2 minggu 3 4 bulan.
Perdarahan kecil-kecil terkumpul pelan dan meluas.
Gejala sakit kepala, letargi, kacau mental, kejang, disfagia.
e. Hematom intrakranial
mendadak.
Herniasi merupakan ancaman nyata, adanya bekuan darah, edema lokal.
Pengaruh Trauma Kepala :
Sistem pernapasan
Sistem kardiovaskuler
Sistem Metabolisme
E. Pemeriksaan Penunjang
a. CT-Scan (dengan/ tanpa kontras)
Mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran
jaringan otak.
b. Aniografi Cerebral
62
F. Penatalaksanaan Medis
1) Konservatif:
Bedrest total
Pemberian obat-obatan
63
Pembedahan
G. Komplikasi
a. Cedera otak sekunder akibat hipoksia dan hipotensi
b. Edema Cerebral : Terutama besarnya massa jaringan di otak di dalam rongga
tulang tengkorak yang merupakan ruang tertutup.
c. Peningkatan tekanan intrakranial : terdapat perdarahan di selaput otak
d. infeksi
e. hidrosefalus
64
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : Perubahan kesalahan, letargi, hemisparase, quadriplegia, ataksia cara
berjalan tak tegap, masalah dalam keseimbangan, cedera (trauma)
ortopedi, kehilangan tonus otot, otot spastik.
b. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal (Hipertensi), perubahan frekuensi
jantung (bradikardia, takikardia, yang diselingi dengan bradikardia,
distritmia).
c. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis).
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, Delirium, Agitasi, bingung, depresi dan
impulsif.
d. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.
e. Makanan/Cairan
Gejala : Mual/muntah dan mengalami perubahan selera makan.
Tanda : Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur keluar,
dispagia), berkeringat, penurunan berat badan, penurunan massa
otot/lemak subkutan.
f. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, Amnesia seputar kejadian, Vertigo,
Sinkope, tinnitus, kehilangan pendengaran, tingling, baal pada
ekstrimitas, perubahan pola dalam penglihatan seperti ketajamannya,
65
mengikuti).
Kehilangan
pengindraan
seperti
Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan.
Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan.
Kulit : laserasi, abrasi, perubahan warna, seperti raccoon eye tanda battle
disekitar telinga (merupakan tanda adanya trauma), adanya aliran
(drainage) dari telinga/hudung (CSS), gangguan kognitif, gangguan
66
H. Analisa Data
No
Data
Etiologi
Masalah
.
1.
DS:
DO:
~ TD, DN, RR diatas
normal
- ~ Gelisah
ransangan simpatis
67
Gangguan pola
napas
Oedem paru
Difusi O2 terhambat
DS:
- Klien mengatakan
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
Trauma
DO:
Stress
- Dispnea
- TD dan DN diatas normal
- Gelisah
Katekolamin
sekresi asam lambung
Mual muntah
aspirasi
3.
nafas
Cidera kepala
DS :
Klien mengatakan nyeri
68
Gangguan
jaringan
perfusi
DO :
- ~ Oedem
- ~ Wajah tampak meringis
Oedem otak
4.
DS :
aktivitas
Trauma
DO:
- Klien tampak lemah
Keterbatasan
Penurunan kesadaran
- Aktivitas dibantu
Immobilisasi
5.
DS:
Keterbatasan aktifitas
Cidera kepala
DO:
Immobilisasi
- Immobilisasi
69
Risiko tinggi
gangguan integritas
kulit
I.
K. Perencanaan Keperawatan
N
Perencanaan
Diagnosa
keperawatan
1
Tujuan
Intervensi
1. Hitung pernapasan
Rasional
Gangguan pola
Tupan :
napas sehubungan
cepat dari
dengan depresi
efektif
menit
pasien dapat
1.Pernapasan yang
menimbulkan
Tupen :
alkalosis
Dalam jangka
respiratori dan
pernapasan
lambat
70
efektif dengan
meningkatkan
kriteria hasil :
tekanan Pa Co2
- Penggunaan otot
dan
menyebabkan
ada
asidosis
- Sianosis (-)
2. Cek pemasangan
- Klien mampu
tube
respiratorik.
2. Memberikan
mempertahankan
ventilasi yang
pola napas
adekuat dalam
normal
pemberian tidal
3. Observasi ratio
inspirasi dan
ekspirasi
volume.
3. Mengetahui
kompensasi
terperangkapnya
udara terhadap
gangguan
pertukaran gas.
4. Perhatikan
kelembaban dan
suhu pasien
4. Keadaan
dehidrasi dapat
mengeringkan
sekresi / cairan
paru sehingga
menjadi kental
dan
meningkatkan
resiko infeksi.
5. Adanya
obstruksi dapat
menimbulkan
tidak adekuatnya
71
pengaliran
volume dan
menimbulkan
penyebaran udara
yang tidak
6. Siapkan ambu bag
tetap berada di
dekat pasien.
adekuat.
6. Membantu
membarikan
ventilasi yang
adekuat bila ada
gangguan pada
Tidak efektifnya
bersihan jalan
napas berhubungan
dengan
penumpukan
sputum.
Tupan :
Jalan napas
kembali efektif
Tupen :
Dalam jangka
ventilator.
1. Obstruksi dapat
(tiap 15 menit)
disebabkan
kelancaran jalan
pengumpulan
napas.
sputum,
perdarahan,
bronchospasme
jalan napas
atau masalah
kembali efektif,
dengan KH :
~ Suara napas
terhadap tube
2. Evaluasi
bersih
~ Secret (-)
~ Sianosis (-)
2. Pergerakan yang
pergerakan dada
simetris dan
dan auskultasi
suara napas
yang bersih
indikasi
pemasangan
tube yang tepat
dan tidak
adanya
penumpukan
sputum.
3. Lakukan
pengisapan lendir
72
3. Pengisapan
lendir tidak
dengan waktu
kurang dari 15
waktu harus
dibatasi untuk
banyak.
mencegah
hipoksia.
4. Lakukan
4. Meningkatkan
fisioterapi dada
ventilasi untuk
setiap 2 jam.
semua bagian
paru dan
memberikan
kelancaran
aliran serta
pelepasan
sputum.
3.
Gangguan perfusi
Tupan :
1. Respon motorik
jaringan otak
Mempertahankan
status neurologis
menentukan
berhubungan
dan memperbaiki
dengan
kemampuan
tingkat kesadaran
menggunakan
berespon
fungsi motorik
metode GCS.
terhadap
stimulus
Tupen : Dalam
eksternal
waktu 3x24jam,
indikasi
keadaan
dengan kriteria
kesadaran yang
hasil :
baik.
dan
2.Peningkatan
sistolik dan
30 menit.
penurunan
diastolik serta
73
tekanan
penurunan
intrakranial
tingkat
kesadaran dan
tanda-tanda
peningkatan
tekanan
intrakranial.
Adanya
pernapasan yang
irreguler
indikasi
terhadap adanya
peningkatan
metabolisme
sebagai reaksi
terhadap infeksi.
Untuk
mengetahui
tanda-tanda
keadaan syok
akibat
perdarahan.
3. Pertahankan
3.Perubahan
posisi kepala
sisi dapat
tidak menekan.
menimbulkan
penekanan pada
vena jugularis
dan
menghambat
aliran darah
otak, untuk itu
74
dapat
meningkatkan
tekanan
intracranial.
4. Hindari batuk
4. Dapat
yang berlebihan,
mencetuskan
muntah,
respon otomatik
mengedan,
penngkatan
pertahankan
intrakranial.
pengukuran urin
dan hindari
konstipasi yang
berkepanjangan.
5. Observasi kejang
dan lindungi
pasien dari
cedera akibat
kejang.
5. Kejang terjadi
akibat iritasi
otak, hipoksia,
dan kejang
dapat
meningkatkan
tekanan
intrakranial.
6. Dapat
6. Berikan oksigen
sesuai dengan
kondisi pasien.
7. Kolaborasi dalam
4.
Tupan :
aktifitas
Aktifitas mandiri
sehubungan dengan
penurunan
Tupen :
75
hipoksia otak.
7. Membantu
menurunkan
pemberian obat-
tekanan
obatan
intrakranial
(antipiuretik).
1. Berikan
Keterbatasan
menurunkan
1. Penjelasan
penjelasan tiap
dapat
kali melakukan
mengurangi
tindakan pada
kecemasan dan
kesadaran (soporos
Dalam jangka
pasien.
coma )
aktifitas klien
dilakukan pada
kembali normal
pasien
dengan kriteria
kesadaran
hasil :
penuh
~ Oksigen adekuat
~ Aktifitas mandiri
~ Kebersihan diri
terpenuhi
2. Beri bantuan
untuk memenuhi
kebersihan diri.
meningkatkan
dengan
atau
menurun.
2. Kebersihan
perorangan,
eliminasi,
berpakaian,
mandi,
membersihkan
mata dan kuku,
mulut, telinga,
merupakan
kebutuhan dasar
akan
kenyamanan
yang harus
dijaga oleh
perawat untuk
meningkatkan
rasa nyaman,
mencegah
infeksi dan
keindahan.
3. Keikutsertaan
3. Jelaskan pada
keluarga tindakan
yang dapat
dilakukan untuk
menjaga
76
keluarga
diperlukan
untuk menjaga
hubungan klien
keluarga.
lingkungan yang
Penjelasan perlu
agar keluarga
dapat
memahami
peraturan yang
5.
1. Kaji fungsi
ada di ruangan.
1. Untuk
Resiko tinggi
Tupan :
gangguan integritas
Gangguan
motorik dan
menetapkan
kulit sehubungan
integritas kulit
sensorik pasien
kemungkinan
dengan
tidak terjadi
dan sirkulasi
terjadinya lecet
immobilisasi, tidak
adekuatnya
Tupen :
sirkulasi perifer.
perifer
2. Kaji kulit pasien
pada kulit.
2. Mengetahui
setiap 8 jam :
adanya tanda-
palpasi pada
tanda infeksi
daerah yang
tertekan.
3. Ganti posisi
setiap 4 jam
4. Pertahankan
kebersihan dan
kekeringan
pasien.
5. Berikan
3. Memberikan
rasa nyaman
4. Keadaan
lembab akan
memudahkan
terjadinya
kerusakan kulit
5. Mencegah
perawatan kulit
terjadinya
infeksi berlanjut
rusak / lecet
setiap 4 8 jam
dengan
menggunakan
H2O2.
6. Kolaborasi dalam
pemberian
antibiotik
77
6. Mencegah
infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd
ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.
Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing
Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.
Asikin Z (1991) Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala. Panatalaksanaan
Penderita dengan Alat Bantu Napas, Jakarta.
Harsono (1993) Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press
78